Anda di halaman 1dari 375

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS
“MATERI PEMBELAJARAN MATA KULIAH PEMBUATAN AKTA
ANEKA PERJANJIAN KELAS A”

Pengajar:
Mohamad Fajri Mekka Putra, S.H., M.Kn.

FAKULTAS HUKUM PROGRAM MAGISTER


KENOTARIATAN
DEPOK
2021
TUGAS KELOMPOK
PEMBUATAN AKTA ANEKA PERJANJIAN KELAS A
MATERI: SEWA MENYEWA

Nama Kelompok:

Evianti Ristia Dewi 2006549652


Nurul Farahzita 2006497390
Fira Adhisa Rivanda 2006497030
Melissa Lin 2006497245
Bifi Enggawita 2006496873
Silvanus Vigo 2006497541
Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Depok
MEI 2021
A. Pengertian Sewa Menyewa
KUHPerdata mengatur ketentuan mengenai sewa menyewa telah diatur dalam pasal 1548
sampai dengan pasal 1600, dimana dalam pasal 1548 menyebutkan bahwa sewa menyewa adalah
suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada
pihak lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan
pembayaran sesuatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya.1
Wiryono Projodikoro juga memiliki pendapat mengenai pengertian dari sewa menyewa barang
yaitu suatu penyerahan barang oleh pemilik kepada orang lain itu untuk memulai dan memungut
hasil dari barang itu dan dengan syarat pembayaran uang sewa oleh pemakai kepada pemilik. 2
Sedangkan menurut Yahya Harahap, sewa menyewa adalah persetujuan antara pihak yang
menyewakan dengan pihak penyewa. Pihak yang menyewakan menyerahkan barang yang
hendak disewa kepada pihak penyewa untuk dinikmati sepenuhnya.3
Sebagaimana halnya perjanjian jual beli, perjanjian sewa menyewa merupakan perjanjian
konsesualisme, dimana perjanjian terbentuk berasaskan kesepakatan antara para pihak, satu sama
lain saling mengikatkan diri. Hanya saja perbedaannya dengan jual beli adalah obyek sewa
menyewa tidak untuk dimiliki penyewa, tetapi hanya untuk dipakai atau dinikmati kegunaannya
sehingga penyerahan barang dalam sewa menyewa hanya bersifat menyerahkan kekuasaan atas
barang yang disewa tersebut. Bukan penyerahan hak milik atas barang tersebut. menyewa hanya
bersifat menyerahkan kekuasaan atas barang yang disewa. Sedangkan jika dibandingkan dengan
pinjam pakai, sewa menyewa berbeda karena ada harga yang harus dibayar, juga ada subjek dan
objek dengan kepemilikan tidak beralih, sementara pinjam pakai peran para pihak adalah secara
cuma-cuma. Mengenai harga sewa, kalau dalam jual beli harga harus berupa uang, karena kalau
berupa barang perjanjiannya bukan jual beli lagi tetapi menjadi tukar-menukar, tetapi dalam
sewa-menyewa tidaklah menjadi keberatan bahwa harga sewa itu berupa barang atau jasa.

1
Lukman Santoso Az, Hukum Perjanjian Kontrak, (Yogyakarta: Cakrawala, 2012), hlm.. 12.
2
Wiryono Projodikoro, Hukum Perdata tentang Persetujuan Tertentu, (Bandung: Alumni,1981) , hlm. 190.
3
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Cet. 8, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 220.
Unsur esensilia dalam sewa menyewa adalah barang, harga dan waktu tertentu.
Mengenai objek dalam perjanjian sewa menyewa itu adalah berupa barang, yaitu benda dalam
perdagangan yang ditentukan dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan,
kesusilaan dan ketertiban umum. Jika melihat pada Pasal 1549 ayat (2) KUHPERdata
menyatakan bahwa semua jenis barang, baik yang bergerak, maupun tidak bergerak dapat
disewakan. Yang terpenting adalah barang tersebut harus jelas objeknya, dan para pihak
mempunyai kecakapan untuk dapat menjadi pemilik, serta objek sama unitnya apakah bisa
dibuktikan dengan surat-surat kepemilikan.

B. Hak dan Kewajiban Sewa Menyewa


Berdasarkan bagian diatas, kita dapat mengetahui bahwa dalam perjanjian sewa
menyewa, terdapat dua pihak yaitu Pihak yang Menyewakan dan Pihak Penyewa. Kedua belah
pihak memiliki hak dan kewajiban yaitu sebagai berikut:
1) Pihak yang Menyewakan
- Hak: Menerima harga sewa yang telah ditentukan
- Kewajiban: Barang yang disewakan diserahkan dalam keadaan baik (Pasal 1550
ayat (1) KUHPERdata); Memelihara yang disewakan sedemikian rupa sehingga
dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan (Pasal 1550 ayat (2)
KUHPERdata); Memberikan barang untuk dapat dinikmati oleh pihak penyewa
(Pasal 1550 ayat (3) KUHPERdata); Memperbaiki barang yang disewakan
sebelum diserahkan (Pasal 1551 KUHPERdata); Menanggung cacat dari barang
yang disewakan (Pasal 1552 KUHPERdata); Menjamin barang yang disewakan
adalah benar miliknya dan membebaskan penyewa dari tuntutan pihak ketiga.
- Bolehkah objek sewa dijual dalam masa sewa? Pemilik rumah (Pihak yang
Menyewakan) diperbolehkan menjual tanah dan bangunan yang sedang
disewakan, tetapi tidak memutuskan sewa menyewa yang telah ada. Hal tersebut
berdasarkan pada pasal 1576 KUHPERdata yang menyatakan bahwa “dengan
dijualnya barang yang disewa, persewaan yang dibuat sebelumnya tidak
diputuskan kecuali bila telah diperjanjikan pada waktu menyewakan barang.”
Pasal tersebut dimaksudkan untuk melindungi penyewa terhadap pemilik baru
bila barang yang sedang disewa itu dipindahkan ke lain tangan.
- Selain itu Pihak yang Menyewakan akan dikenakan PPH dibagian pendapatannya.
Penghasilan yang menjadi objek PPH adalah setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari
Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan
dalam bentuk apapun.

2) Pihak Penyewa:
- Hak: Menerima barang yang disewa dalam keadaan baik
- Kewajiban: Membayar harga sewa pada waktu yang telah ditentukan (Pasal 1560
KUHPerdata);4 Mengubah barang yang disewa tanpa izin; Mengganti kerugian
apabila ada kerusakan yang disebabkan penyewa sendiri; Mengembalikan barang
yang disewa dalam keadaan baik, Menjaga kondisi barang yang disewakan, Tidak
boleh mengulang sewakan atau barang yang di serahkan dalam sewa menyewa
tidak untuk dimiliki seperti halnya dalam perjanjian jual beli, tetapi hanya untuk
dinikmati kegunaannya.
- Diatas sempat disebutkan bahwa Penyewa tidak diperbolehkan untuk mengulang
sewakan barang yang disewanya maupun melepaskan sewanya kepada orang lain.
Dimana apabila terjadi, Pihak yang Menyewakan dapat meminta pembatalan
perjanjian sewa ditambah dengan ganti kerugian.

C. Resiko dalam Sewa Menyewa


Berdasarkan pada pasal 1553 KUHPERdata, dalam hal resiko sewa menyewa mengenai
barang yang dipersewakan adalah dipikul oleh si Pemilik barang atau pihak yang menyewakan.
Soebekti berpendapat bahwa resiko adalah kewajiban untuk memikul kerugian yang disebabkan
oleh suatu peristiwa yang terjadi diluar kesalahan salah satu pihak, yang menimpa barang yang
menjadi obyek perjanjian.

4
Salim H.S., Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia, Cet. Ke- 5, (Jakarta: Sinar Grafika,
2010), h. 61-62
Pembebanan resiko terhadap obyek sewa didasarkan dari terjadinya suatu peristiwa diluar
dari kesalahan para pihak yang menyebabkan musnahnya barang atau obyek sewa yang dapat di
bagi menjadi sebagai berikut, yaitu:
● Musnah secara total:
Berdasarkan pada Pasal 1553 KUHPerdata yang menyatakan apabila selama waktu sewa
menyewa, barang yang disewakan sama sekali musnah karena suatu kejadian yang tak
disengaja, maka perjanjian sewa menyewa gugur demi hukum. Kejadian tak disengaja
tersebut maksudnya adalah kejadian yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kesalahan
para pihak, sedangkan maksud dari “musnah” tersebut adalah obyek perjanjian sewa
menyewa tersebut meskipun terdapat sisa sedikit, terap tidak dapat lagi digunakan
sebagaimana mestinya.
● Musnah sebagian:
Dikatakan musnah sebagian apabila barang tersebut masih dapat di gunakan dan
dinikmati kegunaannya walaupun bagian dari barang tersebut telah musnah. Jika obyek
perjanjian sewa menyewa musnah sebagian, maka penyewa mempunyai pilihan, yaitu
meneruskan perjanjian sewa menyewa dengan meminta pengurangan harga sewa atau
meminta pembatalan perjanjian sewa menyewa.
● Musnah diakibatkan Force majeure:
Kalau Force majeur tentunya di luar kekuasaan manusia atau pihak penyewa dan yang
menyewakan. kedua pihak pun menderita kerugian. yang satu bangunan yang rusak dan
harus memperbaiki, yang satu pihak karena bangunannya rusak, tidak bisa ditinggali. hal
ini bisa diatasi dengan berbagai cara tergantung kondisi kerusakan bangunannya dan
kesepakatan para pihak. kalau rusak yang sedikit dan bagian dari bangunan masih bisa
ditempati, pemilik rumah dapat memperbaiki nya dan pihak penyewa bisa tetap tinggal di
bangunan itu. karena perbaikan besar merupakan tanggung jawab pemilik rumah. ah
kalau rusak parah atau roboh dan hancur sama sekali seperti kena gempa, maka pihak
pemilik rumah dapat menyediakan tempat sementara/pengganti dari bangunan yang
roboh dengan kondisi yang sama baiknya dengan bangunan yang sebelumnya atau
mengembalikan uang sewa untuk jangka waktu yang belum berjalan.

D. Berakhirnya Perjanjian Sewa Menyewa


Dalam KUHPERdata tidak diatur mengenai berakhirnya suatu perjanjian, namun
ketentuan-ketentuan tentang hapusnya perikatan yang terdapat dalam pasal 1381 KUHPERdata
tersebut juga merupakan ketentuan tentang hapusnya perjanjian karena pada umumnya perjanjian
lahir karena adanya perikatan. Berdasarkan pasal 1381 KUHPerdata hapusnya perikatan karena
sebagai berikut :
a. Pembayaran;
b. Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan produk yang hendak
dibayarkan itu di suatu tempat;
c. Pembayaran untang;
d. Kompensasi
e. Percampuran utang;
f. Pembebasan utang;
g. Musnahnya barang yang terutang;
h. Kebatalan atau pembatalan;
i. Akibat berlakunya suatu syarat pembatalan;
j. Lewat waktu.5
Sedangkan pendapat menurut Lukman Santozo Az, perjanjian dapat terhapus atau berakhir
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a. Pembayaran: pelaksanaan atau pemenuhan tiap perjanjian secara suka rela,
sehingga tidak ada paksaan dan eksekusi.
b. Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan: cara ini maksudnya
adalah untuk menolong pihak yang berhutang dalam hal si berpiutang tidak suka
menerima pembayaran. Dimana barang yang hendak dibayarkan itu diantarkan
pada si berpiutang atau diperingatkan untuk mengambil barang itu dari suatu
tempat, apabila tetap menolaknya maka barang itu menjadi tanggungan si
berpiutang.
c. Pembaharuan hutang: perbuatan perjanjian baru yang menghapuskan suatu
perikatan lama, sambil meletekan suatu perikatan baru.
d. Kompensasi: Berdasarkan pasal 1426 KUHPERdata, apabila seseorang yang
berhutang, mempunyai suatu piutang pada si berpiutang, maka kedua orang itu

5
Abdul R. Salim, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 35.
sama-sama berhak menagih piutang satu kepada yang lainnya dan piutang antara
kedua orang tersebut dapat diperhitungkan untuk suatu jumlah yang sama.
e. Percampuran hutang: contohnya apabila si berhutang kawin dalam percampuran
kekayaan dengan si berpiutang atau jika si berhutang menggantikan hak-hak si
berhutang karena menjadi warisanya atau sebaliknya.
f. Pembebasan hutang: suatu perjanjian baru ke si berpiutang dengan sukarela
membebaskan si berhutang dari segala kewajiban.
g. Hapusnya barang-barang yang dimaksudkan dalam perjanjian: Menurut pasal
1444 KUHPerdata ditentukan bahwa jika suatu barang tertentu yang dimaksudkan
dalam perjanjian hapus karena suatu larangan yang dikeluarkan oleh pemerintah,
tidak boleh diperdagangkan atau hilang hingga tidak terang keadaanya, maka
perikatan terjadi hapus atau hilangnya barang itu sama sekali di luar kesalahan si
berhutang dan sebelumnya ia lalai menyerahkannya.
h. Pembatalan perjanjian: Perjanjian bisa dibatalkan apabila dibuat oleh orang-orang
yang menurut undang-undang tidak cakap untuk bertindak sendiri, karena
paksaan, karena kekhilafan, penipuan atau punya sebab yang bertentangan dengan
undang-undang, kesusilaan atau ketertiban umum.6
Secara khusus perjanjian sewa menyewa dapat berakhir karena 2 (dua) hal sebagai berikut yaitu:7
a. Masa sewa berakhir
Berakhirnya masa sewa tidak dilakukan perpanjangan membuat perjanjian sewa
menyewa berakhir demi hukum, tanpa perlu adanya penetapan dari pengadilan.
Pasal 1570 KUHPerdata menyatakan apabila perjanjian ini dibuat secara tertulis,
maka perjanjian sewa menyewa ini berakhir demi hukum tanpa diperlukannya
suatu pemberhentian untuk itu. Sedangkan menurut Pasal 1571 KUHPerdata,
apabila perjanjian sewa dibuat secara lisan, maka sewa tidak berakhir pada waktu
yang ditentukan, melainkan jika pihak lain bahwa ia hendak menghentikan
sewanya, dengan memperhatikan tenggang waktu yang diharuskan menururt
kebiasan setempat.

6
Ibid.
7
http://repository.unpas.ac.id/35375/1/G.%20BAB%20II.pdf, diakses 8 Juni 2021
b. Terpenuhinya syarat tertentu dalam perjanjian sewa menyewa Suatu syarat
perjanjian sewa menyewa pada umumnya dapat mencantumkan syarat batal
maupun syarat tangguh terhadap perjanjian apabila dipenuhi suatu syarat yang
diperjanjikan tersebut.
Pasal 1575 KUHPerdata menentukan bahwa perjanjian sewa menyewa tidak berakhir karena ada
salah satu pihak yang meninggal dunia, baik yang penyewa maupun pihak yang menyewakan.8
Seluruh 74 kewajiban dan haknya diteruskan kepada ahli warisnya. Selain itu, perjanjian sewa
menyewa juga tidak dapat diputus apabila barang yang disewakan bralih hak kepemilikannya
melalui jual beli, kecuali jika telah ditentukan sebelumnya dalam perjanjian tersebut.

E. Bentuk Perjanjian Sewa Menyewa


1) Bentuk Perjanjian
Sewa menyewa seperti halnya jual beli dan perjanjian lainnya pada umumnya
adalah suatu perjanjian konsensualisme yang artinya ia sudah dan mengikat saat
tercapainya kesepakatan mengenai unsur-unsur pokoknya yaitu barang dan jasa. Ini
berarti jika apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang
lainnya dan mereka mengkehendaki sesuatu yang sama secara timbal balik, maka dapat
dikatakan bahwa perjanjian sewa menyewa telah terjadi. Meskipun perjanjian sewa
menyewa adalah suatu perjanjian konsensual, namun oleh undang-undang diadakan
perbedaan (dalam akibat-akibatnya) antara perjanjian sewa menyewa tertulis dan
perjanjian sewa menyewa lisan.
Jika perjanjian sewa menyewa itu diadakan secara tertulis, maka perjanjian sewa
menyewa itu berakhir demi hukum (otomatis) apabila waktu yang tentukan sudah habis,
tanpa diperlukannya sesuatu pemberitahuan pemberhentian untuk itu.
Ada tiga bentuk perjanjian tertulis, sebagaimana dikemukakan berikut ini:
● Perjanjian dibawah tangan yang ditandatangain oleh para pihak yang bersangkutan
saja. Perjanjian ini hanya mengikat para pihak dalam perjanjian, tetapi tidak
mempunyai kekuatan mengikat pihak ketiga. Dengan kata lain, jika perjanjian
tersebut disangkal pihak ketiga maka para pihak atau salah satu pihak di perjanjian itu

8
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], diterjemahakan oleh R. Subekti dan R.
Tjitrosudibio, cet. 41, (Jakarta: Balai Pustaka, 2015), Ps. 1575.
berkewajiban mengajukan bukti-bukti yang diperlukan untuk membuktikan bahwa
keberatan pihak ketiga dimaksud tidak berdasarkan dan tidak dibenarkan.
● Perjanjian dengan saksi notaris atau melegalisir tanda tangan para pihak. Fungsi
kesaksian notaris atas suatu dokumen semata-mata hanya untuk melegalisir
kebenaran tanda tangan para pihak, namun tidak mempengaruhi kekuatan hukum dari
isi perjanjian.
● Perjanjian yang dibuat dihadapan dan oleh notaris dalam bentuk akta notariil
(autentik). Apabila perjanjian sewa menyewa tidak dibuat dengan tulisan, maka
perjanjian sewa menyewa itu tidak berakhir pada waktu yang ditentukan, melainkan
jika pihak yang menyewakan memberitahukan kepada si penyewa bahwa ia hendak
menghentikan sewanya, pemberitahuan mana harus dilakukan dengan mengindahkan
jangka waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempat.9

2) Bentuk Perjanjian Sewa Menyewa Rumah


Dalam perjanjian sewa menyewa rumah kost, khusunya dibuat dalam bentuk
lisan. Namun ada juga yang dibuat dalam bentuk tertulis dan isi perjanjian telah
dirumuskan oleh para pihak. Akan tetapi, yang paling dominan dalam menentukan
sustansi perjanjian adalah dari pihak yang menyewakan. Fungsi dengan digunakannya
bentuk perjanjian tertulis dalam sewa menyewa rumah kost, yaitu untuk menghindari hal-
hal yang tidak diinginkan, sebagai alat bukti dan untuk mendapatkan kepastian hukum.
Dengan demikian, semua persyaratan yang diajukan oleh pihak yang menyewakan
tinggal disetujui atau tidaknya oleh pihak penyewa.

F. Hal yang perlu diperhatikan dalam Akta Perjanjian Sewa Menyewa


Akta merupakan bukti autentik untuk menjamin kepastian hukum. Yang artinya adalah
jelas. Dalam membuat suatu akta maka harus jelas dan clear pembuatan aktanya. Suatu akta
autentik maka akta itu sudah jelas dan di tentukan oleh UU pasal 38 UUJN. Ada kwenangan
pejabat umum yang membuatnya. Dalam suatu peristiwa hukum Ketika orang membuat suatu
perjanjian maka datang menghadap lalu ttd perjanjian Kerjasama dengan keadaan hepi.
1) Notaris Memperhatikan Para Pihak:

9
Subekti, R, Aneka Perjanjian, (Bandung: Alumni, 1982), hlm. 47.
● Dalam hal Pihak Penyewa merupakan perwakilan dari Badan Hukum, maka sebagai
Notaris harus meminta lengkap akta pendirian dan perubahan anggaran dasar dari
awal sampai akhir. Jika Pihak Penyewa itu mewakili badan hukum maka harus liat di
anggaran dasarnya, apakah ia diperbolehkan untuk mewakili badan hukumnya atau
tidak. Contohnya, jika dalam anggaran dasar ternyata tercantum Direksi, maka
Direksi berhak mewakili dan membutuhkan surat kuasa/surat keputusan penugasan.
● Mengenai Pihak yang Menyewakan, Notaris menanyakan terlebih dahulu mengenai
obyek yang akan disewakan itu apakah termasuk harta bersama atau bukan? Apakah
atas nama pribadi atau atas nama istri? Untuk mencegah adanya permasalahan, maka
ada beberapa notaris yang meminta persetujuan istri untuk hadir. Tapi ada juga yang
berpendapat tidak perlu persetujuan isteri karena tidak seperti jual beli yang harus
meminta persetujuan isteri dan kepemilikan atas obyek tidak berpindah.
2) Notaris memperhatikan Obyek Sewa Menyewa:
Barang harus jelas objeknya, dilihat daripara pihak mempunyai kecakapan tidak
menjadi pemilik, objek sama unit bisa di buktikan dengan surat surat kepemilikan.
Khusus barang yang akan disewakan maka perlu persetujuan tertulis. Apabila kondisi
objek yang disewakan tersebut contohnya ruko dan ternyata kosong, maka harus liat
dahulu di kalusula perjanjian. Oleh karena itu semuanya tergantung ke kesepakatan
pihaknya. Pada intinya dalam membuat perjanjian sewa menyewa dilihat lebih dahulu
barangnya di awal sebelum penandatanganan kalau sudah mengetahui semua maksud dan
tujuan hal-hal yang diatur dalam perjanjian baru tandatangan sebab yang paling penting
para pihak saling mengetahui dan memahami konsekuensi dari objek sewa menyewa dan
isi perjanjian sewa menyewa yang mengaturnya.
3) Klausula Uang Jaminan pada Sewa Menyewa
Dalam perjanjian sewa menyewa yang penting sekarang adalah ada nya klausula
Uang Jaminan. Hal tersebut krusial maka harus ada uang jaminan didalam klausul
perjanjian sewa menyewa. Dengan adanya uang jaminan maka apabila ada perbaikan dari
objek yang disewa dan menyebabkan penyewa untuk merawat objek yang dia sewa.
Uang jaminan juga bisa menjadi garansi apabila terjadi kerusakan atau perbaikan maka
uang jaminan tersebut menjadi hangus.
4) Klausula Mengeluarkan Barang Terkait dengan Denda Melanggar Waktu Pembayaran
Sewa
Contohnya apabila penyewa tidak keluar-keluar padahal waktu sewa berakhir,
maka pemilik atau pihak yang menyewakan dapat mengeluarkan barang. Oleh karena itu,
dari awal perlu disebutkan dalam perjanjian apabila tidak terpenuhi sesuai kesepakatan
bagaimana dengan resikonya.

G. Contoh Akta Notaris Sewa Menyewa adalah sebagai berikut


PERJANJIAN SEWA MENYEWA
Nomor :40,-

Pada hari ini, hari Selasa tanggal 16-03-2021 (enam belas


Maret dua ribu dua puluh; Pukul 10.00 WIB (Sepuluh nol- nol
Waktu Indonesia Barat)------------------------------- Hadir
dihadapan saya, NANO, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan,
Notaris berkedudukan di Kabupaten Bogor, dengan di hadiri
saksi yang nama-namanya disebut dalam akhir akta
ini:------------------------------------------
I. Tuan AHHA, lahir di Cibinong, pada tanggal 05- 06-1973
(lima Juni seribu sembilan ratus tujuh puluh tiga),
Swasta, Warga Negara Indonesia bertempat tinggal di
Jalan Mawar Nomor 15, Rukun Tetangga 005, Rukun Warga
010, Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten
Bogor, Pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk
Kependudukan :
319876382001028;-----------------------------------
 Menurut keterangannya objek sewa menyewa merupakan harta
bersama yang diperoleh penghadap dalam masa perkawinan,
dan untuk melakukan tindakan hukum dalam akta ini telah
mendapatkan persetujuan dari Istri sah satu-satunya,
yaitu Nyonya AUREL, lahir di Cibinong, pada tanggal 11-
04-1980 (sebelas April seribu sembilan ratus delapan
puluh), Swasta, Warga Negara Indonesia, bertempat
tinggal bersama dengan suaminya tersebut diatas,
Pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk
Kependudukan: 3109876383908, yang turut hadir dihadapan
saya, Notaris beserta saksi-saksi yang sama, turut pula
menandatangani dan memahami isi sebagai bukti
persetujuannya dari akta Pinjam Pakai
ini.------------------------------------------------
Selaku Pihak yang untuk selanjutnya
disebut;------------------------------------------PIHAK
PERTAMA.--------------------
II. Tuan LUTHFI AGHIZAL, lahir di Cibinong, pada tanggal 15-
12-1975 (lima belas Desember seribu sembilan ratus tujuh
puluh lima), Warga Negara Indonesia, Swasta, bertempat
tinggal di Jalan Bulan Malam Nomor 06, Rukun Tetangga
003, Rukun Warga 002,Kelurahan Cibinong, Kecamatan
Cibinong, Kabupaten Bogor, Pemegang Kartu Tanda Penduduk
dengan Nomor Induk Kependudukan: 3223456789909, yang
aslinya diperlihatkan kepada saya, Notaris dan
dilekatkan dalam minuta akta ini.-
- Selaku pihak yang untuk selanjutnya disebut;--------
--------------------------PIHAK KEDUA.---------------------
PIHAK PERTAMA selanjutnya akan disebut juga Yang Menyewakan
menerangkan dengan ini telah menyewakan kepada PIHAK KEDUA,
selanjutnya akan disebut juga Penyewa dan Penyewa menerangkan
dengan ini telah menyewa dari yang Menyewakan:--------------
- bahwa Pihak Pertama dengan ini menyewakan kepada Pihak
Kedua, yang dengan ini telah menyewa dari Pihak Pertama,
atas sebuah bangunan Rumah Toko (Ruko) berikut turunannya
dengan aliran listrik 1300 Watt, satu sambungan telepon
dengan nomor 021-7321100, dan fasilitas air minum dari
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), yang didirikan di atas
sebidang tanah Hak Milik Nomor 123/Nanggewer, seluas 1000
m2 (seribu meter persegi), terletak di Jawa barat, Wilayah
Kabupaten Bogor, Kecamatan Cibinong, Kelurahan Cibinong,
setempat dikenal sebagai jalan alam permai V Nomor 100,
yang diuraikan dalam sertipikat tertanggal 05-02-2009 (Lima
Februari Dua Ribu Sembilan) tertulis atas nama Tuan
AHHA.-----------------------------------
- bahwa objek sewa tersebut sedang dijaminkan pada PT BANK
KARMAN, berkedudukan di Jakarta selatan, Menara Bank Karman
Lantai 10, Jalan Gatot Soebroto Nomor 5.--------
- bahwa Pihak Pertama untuk melakukan tindakan hukum dalam
akta ini telah mendapat persetujuan dari Bank tersebut
sebagaimana ternyata dalam surat persetujuan yang dibuat
dibawah tangan bermeterai cukup yang aslinya diperlihatkan
kepada saya, Notaris, yang Fotocopy nya telah disesuaikan
dengan aslinya dan dilekatkan pada minuta akta
ini.---------------------------------------
- Selanjutnya para pihak menerangkan bahwa perjanjian sewa
menyewa ini dilangsungkan dan diterima dengan harga Rp.
250.000.000 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setahun,
untuk jangka waktu 3 (Tiga) tahun menjadi seluruhnya dengan
harga Rp. 750.000.000 (Tujuh ratus lima puluh juta
rupiah).-----------------------------------------------
- Jumlah uang mana telah dilunasi seluruhnya sebelum akta ini
ditandatangani dan untuk penerimaan jumlah uang itu Pihak
Pertama dengan ini memberikan pelunasannya, sehingga akta
ini juga merupakan kwitansi untuk penerimaan jumlah Rp.
750.000.000 (Tujuh ratus lima puluh juta
rupiah).------------------------------------------
- untuk masa sewa 3 (tiga) tahun, yang akan disebutkan
dibawah ini selanjutnya dengan peraturan-peraturan dan
perjanjian-perjanjian sebagai berikut : --------------
------------------------- PASAL 1 -----------------------Sewa
Menyewa ini akan dilakukan dan diterima untuk jangka waktu 3
(tiga) tahun, terhitung mulai tanggal 16-03-2021 (enam belas
Maret dua ribu dua puluh satu)sampai dengan tanggal 16-03-
2024( enam belas Maret dua ribu dua puluh
empat).------------------------------------------------------
-------------------- PASAL 2 ------------------------Uang
harga sewa untuk masa sewa selama 3 (tiga) tahun tersebut
dalam Pasal 1 diatas, atau berjumlah sebesar Rp. 750.000.000
(tujuh ratus lima puluh juta rupiah)tersebut telah dibayar
seluruhnya oleh Penyewa kepadaYang Menyewakan pada saat
penandatanganan surat perjanjian ini dan untuk pembayaran
uang sebesar Rp.750.000.000 (tujuh ratus lima puluh ribu
rupiah)oleh Yang Menyewakan surat Perjanjian ini berlaku pula
sebagai tanda penerimaan atau
kuitansinya.--------------------------- PASAL
3-------------------------Segala sesuatu yang disewakan
tersebut telah diserahkan kepada Penyewa dalam keadaan
pemeliharaan yang baik, pada hari perjanjian sewa menyewa ini
dimulai dan penyewa melepaskan segala tuntutanmengenai
keadaan tersebut.----------------------------- PASAL
4---------------------------Penyewa wajib atas biayanya
sendiri memlihara segala sesuatu yang disewakan tersebut
sebaik-baiknya dan memperbaiki segala kerusakan yang menurut
hukum dan atau- kebiasaan yang menjadi tanggungan
Penyewa.--------------------------------------- PASAL
5-------------------------Penyewa diwajibkan selama
perjanjian ini berjalan membayar rekening listrik, telefon
nomor 0218795438 dan leiding bangunan tersebut sebagaimana
mestinya.------------------ Bilamana selama menyewa ini
berjalan Penyewa melakukan pemasangan Air Conditioner (AC)
dengan biaya sendiri, akan tetapi apabila sewa menyewa ini
berakhir, maka Air Conditioner (AC) tersebut tetap menjadi
milik Penyewa dan Penyewa berkewajiban memperbaiki kembali
dalam keadaan
semula.--------------------------------------------------
Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan harus dipikul dan dibayar
oleh
Penyewa.-----------------------------------------------------
-----------PASAL 6 -----------------------Penyewa wajib
memenuhi semua peraturan-peraturan yang telah ada dan yang
akan ditetapkan oleh yang berwajib terhadap penyewa-penyewa
dan atau pemakai-pemakai pekarangan dengan ongkos-ongkosnya
sendiri. Dalam hal ini Penyewa harus menjamin, bahwa Yang
Menyewakan tidak akan mendapat tuntutan atau dakwaan
dikemudian dan atau kerugian yang terjadi karena kelalaian
atau kesalahan Penyewa.-----------------------------------
PASAL 7-------------------------Yang Menyewakan memberikan
jaminan dengan Nominal Rp.2.000.000 (dua juta rupiah) kepada
Penyewa, bahwa- segala sesuatu yang disewakan tersebut adalah
benarkepunyaannya dan ia berhak menyewakan, bahwa Penyewa
dalam mempergunakan yang disewanya tersebut menurut sifatnya
dan peruntukannya tersebut tidak akan mendapat—gangguan atau
rintangan dari Yang Menyewakan atau dari siapapun
juga,--------------------------------------------------------
-------------PASAL 8-------------------------Penyewa selama
perjanjian ini berjalan tidak diperbolehkan mengoperkan hak
sewanya berdasarkan surat perjanjian- ini kepada pihak
lain.--------------------------------------------------------
------- PASAL 9---------------------------Apabila setelah
waktu yang ditetapkan dalam Pasal 1 diatas berakhir, penyewa
bermaksud hendak memperpanjang perjanjian sewa menyewa ini
maka sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sebelum waktu tersebut
berakhir, hal tersebut akan dibicarakan bersama kedua belah
pihak. Apabila waktu tersebut dalam Pasal 1 diatas berakhir
dan tidak diperpanjang lagi sebagaimana ditetapkan dalam
pasal 1 diatas, maka Penyewa diwajibkan pada hariperjanjian
sewa menyewa ini berakhir menyerahkan kembali segala sesuatu
yang disewanya tersebut kepada Yang Menyewakan dalam keadaan
pemeliharaan yang baik dan kosong, tanpa penggantian berupa
apapun juga dari Yang Menyewakan.-----Dan bilamana Penyewa
mengadakan perubahan atas bangunantersebut dengan persetujuan
terlebih dahulu dari Penyewa, maka atas segala biaya yang
telah dikeluarkan Penyewa tidak dapat digantikan kepada Yang
menyewakan.-----------------------------PASAL
10------------------------Perjanjian Sewa Menyewa ini selama 3
(tiga( tahun tersebut dalam pasal 1 diatas tidak berakhir,
jika salah satu pihak meninggal dunia, akan tetapi berlaku
terus dengan para akhli waris pihak yang meninggal dunia
tersebut dan perjanjian Sewa Menyewa ini juga tidak berakhir
jika yang disewakan tersebut dijual/dengan cara lain
dipindahkan oleh Yang Menyewakan/Pihak Pertama kepada pihak
lain.---------------------------------- PASAL
11------------------------Ongkos akta ini dan semua biaya
yang berhubungan dengan perjanjian sewa menyewa ini dipikul
oleh Yang Menyewakan.------------------------- Pasal 12.
----------------------Pihak-Pihak memilih tempat tinggal
tetap dan umum mengenai perjanjian sewa menyewa ini dan
segala akibatnya di Kantor Panitera Pengadilan Negeri di
Cibinong.-------------------------------------- DEMIKIAN AKTA
INI -------------------
Dibuat sebagai minuta dan diselesaikan di Cibinong, pada-
hari dan tanggal tersebut pada bahagian awal akta ini dengan
dihadiri
oleh :-------------------------------------------------------
-
1. Nyonya SYIFA, lahir di Cibinong, pada tanggal 12-02-1995
(dua belas Februari seribu sembilan ratus sembilan puluh
lima), Pegawai Kantor Notaris, bertempat tinggal di
Jalan Mawar Nomor 03 Rukun Tetangga 004, Rukun Warga
005, Kelurahan Cibinong, Kecamatan Cibinong, Kabupaten
Bogor. Pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk
Kependudukan :
3187654567899;----------------------------
2. Nyonya ANNITHA, lahir di Bandung, pada tanggal 20-05-
1996 (dua puluh Mei seribu sembilan ratus sembilan puluh
enam), Pegawai Kantor Notaris, bertempat tinggal di
Jalan Mawar Nomor 03 Rukun Tetangga 004, Rukun Warga
005, Kelurahan Cibinong, Kecamatan Cibinong, Kabupaten
Bogor, Pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk
Kependudukan:
318765795419;-------------------------------------------
- Keduanya Asisten Notaris, yang saya, Notaris kenal,
sebagai
saksi.----------------------------------------------------
-
- Setelah akta ini saya, Notaris bacakan kepada para
penghadap dan para saksi, maka akta ini ditandatangani
oleh para penghadap, para saksi dan saya, Notaris.
Dilangsungkan Dengan tanpa perubahan, tambahan dan
coretan.----------------------
Pihak Pertama Pihak Kedua

attahalilintar luthfiaghizal

AHHA LUTFI AGHIZAL

Persetujuan Isteri

aurel

AUREL

Saksi Saksi

SYIFAAAA ANITHA
Syifa Annitha

Notaris di Kabupaten Bogor


cap Notaris Kabupaten Bogor

Nanosawadikap
NANO, S.H., M.Kn.
DAFTAR PUSTAKA

Az, Lukman Santoso. Hukum Perjanjian Kontrak. Yogyakarta: Cakrawala, 2012.

Harahap, M. Yahya. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

H.S, Salim. Perkembangan Hukum Kontrak Innominat di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika,
2010.

Projodikoro, Wiryono. Hukum Perdata tentang Persetujuan Tertentu. Bandung:


Alumni,1981.

Salim, Abdul R. Esensi Hukum Bisnis Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2004.

R. Subekti, Aneka Perjanjian. Bandung: Alumni, 1982.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek]. Diterjemahakan oleh R.


Subekti dan R. Tjitrosudibio. Cet.41. Jakarta: Balai Pustaka, 2015.

http://repository.unpas.ac.id/35375/1/G.%20BAB%20II.pdf, diakses 8 Juni 2021


UNIVERSITAS INDONESIA

PEMBENTUKAN AKTA ANEKA PERJANJIAN

PERJANJIAN PINJAM PAKAI

Oleh :

Ananda Muhammad Risqullah   2006496785


Ananda Priyanka Nabilah           2006496791
Annisa Azria Putri                        2006496835
Sarah Sakinah                              2006497491
Vioni Fadhila Aryani                   2006497636
Ananta Trifani 2006540425

Dosen Pengampu:
Mohammad Fajri Mekka Putra, S.H., M.Kn.

FAKULTAS HUKUM
MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
2021
Perjanjian Pinjam Pakai

A. Pengertian dan Dasar Hukum Perjanjian Pinjam Pakai


Dasar hukum perjanjian pinjam pakai terdapat di dalam Pasal 1740 sampai dengan
Pasal 1769 KUH Perdata. Pengertian pinjam pakai sendiri diatur pada Pasal 1740 KUH
Perdata yang berbunyi:
“Pinjam pakai adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan
suatu barang kepada pihak yang lainnya untuk dipakai dengan cuma-cuma, dengan
syarat bahwa yang menerima barang ini, setelah memakainya atau setelah lewatnya suatu
waktu tertentu, akan mengembalikannya.”10
Pihak yang meminjamkan tetap menjadi pemilik barang yang dipinjamkan.
- Tanah dan/atau bangunan yg dipinjam pakaikan harus digunakan sesuai dengan
peruntukan dalam perjanjian pinjam pakai dan tidak diperkenankan mengubah
baik menambah, dan/atau mengurangi bentuk bangunan;
- Biaya pemeliharaan dan segala biaya yang timbul selama masa pelaksanaan
pinjam pakai menjadi tanggung jawab peminjam;
- Setelah masa pinjam pakai berakhir, peminjam harus mengembalikan dalam
kondisi sebagaimana yang dituangkan dalam perjanjian
Dari pengertian tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perjanjian
pinjam pakai merupakan suatu bentuk perjanjian bernama (nominaat) karena diatur di
dalam peraturan perundang-undangan, dimana salah satu pihak mengikatkan diri untuk
memberikan suatu barang kepada pihak lain untuk dipakai dengan cuma-cuma dan pihak
yang lain mengikatkan diri untuk mengembalikan barang tersebut setelah memakainya
atau setelah lewatnya waktu yang telah ditentukan. Kepemilikan barang yang dipinjamkan
tersebut tetap berada pada pihak yang meminjamkan, sehingga kepemilikannya tidak
beralih sama sekali.11

B. Jenis Perjanjian Pinjam Pakai


Perjanjian pinjam pakai merupakan perjanjian sepihak. Menurut Herlien Budiono
perjanian sepihak adalah perjanjian yang membebankan prestasi hanya pada satu pihak.
Misalnya perjanjian hibah, perjanjian pinjam pakai, perjanjian penanggungan (borgtocht),
10
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], diterjemahkan oleh R. Subekti dan
R.Tjitrosudibio, cet.47, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2017), Ps. 1740.
11
Ibid., Ps. 1741.
dan perjanjian pemberian kuasa tanpa upah.12 Dengan demikian perjanjian pinjam pakai
dapat dikategorikan perjanjian sepihak karena hanya satu prestasi saja yang diberikan
oleh si pemberi pinjam pakai sedangkan si peminjam tidak memberikan prestasi apapun.
Hal ini seperti telah diuraikan diatas bahwa perjanjian pinjam pakai bersifat cuma-cuma.

C. Obyek dan Subyek Perjanjian Pinjam Pakai


1. Obyek Perjanjian Pinjam Pakai dan Hak Atas Kepemilikannya
Mengenai apa saja yang dapat menjadi obyek perjanjian pinjam pakai diatur
dalam Pasal 1742 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa segala apa yang dapat
dipakai orang dan tidak musnah karena pemakaian, dapat menjadi bahan
perjanjian ini.13
Pasal 1741 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, menyebutkan bahwa,
“Orang yang meminjamkan itu tetap menjadi pemilik mutlak barang yang
dipinjamkan.”14 Dari ketentuan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hak atas
kepemilikan barang tetap berada pada pada pihak yang meminjamkan, sedangkan
pihak peminjam barang hanya mempunyai hak untuk memakainya saja.
2. Subyek Perjanjian Pinjam Pakai
Di dalam perjanjian pinjam pakai terdapat 2 (dua) pihak yaitu, pihak yang
meminjamkan barang dan sekaligus merupakan pemilik dari barang yang
dipinjamkan, dan pihak peminjam yaitu pihak yang diberi hak melalui perikatan
pinjam pakai untuk menggunakan barang sesuai dengan kebutuhannya. Para pihak
dalam perjanjian ini memiliki hak dan kewajibannya masing-masing yang akan
diuraikan sebagai berikut:
a. Hak dan Kewajiban Penerima Pinjaman
Penerima pinjaman memiliki hak untuk:
1) Menerima penyerahan barang objek perjanjian pinjam pakai
dalam keadaan baik dari pemberi pinjaman;
2) Menggunakan barang sesuai dengan peruntukkan dan waktu yang
telah ditentukan;

12
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan,
(Malang: Citra Aditya, 2010), hlm. 54.
13
Ibid., Ps. 1742.
14
Ibid., ps. 1741.
3) Menerima biaya penggantian atas biaya yang dikeluarkan oleh
penerima pinjaman untuk menyelamatkan barang pinjaman dalam
keadaan mendesak dari pemberi pinjaman;
4) Menerima tanggung jawab dari penerima pinjaman atas cacat-
cacat barang yang dapat merugikannya.
Penerima pinjaman memiliki kewajiban untuk:
1) Menyimpan dan memelihara barang pinjamannya;15
2) Tidak menggunakan barang tersebut selain yang selaras dengan
sifat barangnya atau yang ditentukan dalam perjanjian. Jika ada
masalah terkait kewajiban ini, maka pertanggung jawabannya
dapat dilakukan melalui penggantian biaya rugi dan bunga jika
ada alasan untuk itu;16
3) Bertanggung jawab atas musnahnya barang apabila barang
tersebut digunakan tidak sesuai dengan keperluan yang ditentukan
dalam perjanjian atau melebihi waktu yang ditentukan, meskipun
penyebab musnahnya barang tersebut karena suatu kejadian yang
sama sekali tidak disengaja;17
4) Bertanggung jawab atas musnahnya barang karena suatu peristiwa
yang tidak disengaja namun dapat dihindarkan oleh peminjam
atau jika peminjam tidak mempedulikan barang pinjaman saat
perisyiwa termaksud terjadi sedangkan ia dapat menyelamatkan
barang kepunyaannya sendiri;18
5) Bertanggung jawab atas musnahnya barang yang telah ditaksir
harganya pada waktu dipinjamkan meskipun hal ini terjadi karena
peristiwa yang tidak disengaja, kecuali apabila ditentukan lain;19
6) Tidak menuntut biaya ganti atas pengeluaran biaya untuk dapat
memakai barang yang dipinjam;20

15
Ibid., Ps. 1744 ayat (1).
16
Ibid., Ps. 1744 ayat (2).
17
Ibid., Ps. 1744 ayat (3).
18
Ibid., Ps. 1745.
19
Ibid., Ps. 1746.
20
Ibid., Ps. 1748.
7) Jika beberapa orang bersama-sama meminjam satu barang, maka
mereka masing-masing wajib bertanggung jawab atas
keseluruhannya kepada pemberi pinjaman.21
b. Hak dan Kewajiban Pemberi Pinjaman
Pemberi pinjaman memiliki hak untuk menerima kembali barangnya
setelah pihak peminjam selesai menggunakan barang atau jika telah lewat
waktu yang ditentukan.
Pemberi pinjaman memiliki kewajiban untuk:
1) Tidak meminta kembali barang yang dipinjamkannya, kecuali
sudah lewat waktu yang ditentukan, atau dalam hal tidak ada
ketentuan tentang waktu peminjaman itu, bila barang itu telah
atau dianggap telah selesai digunakan untuk tujuan yang
dimaksudkan;22
2) Mengganti biaya yang terpaksa dikeluarkan peminjam dalam
jangka waktu pemakaian barang pinjaman karena sangat
diperlukan untuk menyelamatkan barang pinjaman itu dan begitu
mendesak sehingga pemakai tidak sempat memberitahukannya
terlebih dahulu kepada pemberi pinjaman;23
3) Bertanggungjawab atas cacat-cacat sedemikian rupa atas barang
yang dapat merugikan peminjam.24
Terhadap poin 1 (satu) tersebut di atas, terdapat aturan pengecualian,
yaitu pada Pasal 1751 KUH Perdata yang mengatur bahwa jika dalam
jangka waktu atau sebelum berakhirnya keperluan pemakai barang
pemberi pinjaman sangat membutuhkan barangnya dengan alasan yang
mendesak dan tidak terduga, maka dengan memperhatikan keadaan,
Pengadilan dapat memaksa peminjam untuk mengembalikan barang
pinjaman itu kepada pemberi pinjaman.25
D. Akibat Hukum Apabila Subyek Perjanjian Pinjam Pakai Meninggal Dunia

21
Ibid., Ps. 1749.
22
Ibid., Ps. 1750.
23
Ibid., Ps. 1752.
24
Ibid., Ps. 1753.
25
Ibid., Ps. 1751.
Perikatan-perikatan yang terbit dari perjanjian pinjam pakai berpindah kepada para
ahli waris pihak yang meminjamkan dan para ahli waris pihak yang meminjam.
Ketentuan tersebut termuat di dalam Pasal 1473 ayat (1) KUH Perdata. Akan tetapi
ketentuan tersebut memiliki pengecualian yang terdapat di dalam ayat (2) dari pasal
tersebut yang menentukan bahwa, jika pemberian pinjaman ditetapkan hanya dilakukan
kepada orang yang menerimanya dan khusus kepada orang itu sendiri, maka semua ahli
waris peminjam tidak dapat tetap memikmati barang pinjaman itu.26
Berdasarkan ketentuan tersebut, apabila subjek perjanjian pinjam pakai meinggal
dunia, maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Semua hak dan kewajiban yang muncul dapat beralih kepada ahli warisnya jika
salah pihak atau keduanya meninggal dunia;
b. Kecuali apabila perjanjian pinjam pakai tersebut menyangkut suatu barang yang
dipinjamkan secara pribadi dan melekat hanya pada pihak peminjam, maka ahli
waris dari pihak peminjam tidak berhak atas barang yang dipakai sebagai obyek
perjanjian pinjam pakai tersebut. Misalnya mobil dinas seorang penjabat
pemerintahan adalah hak pinjam pakai dari pejabat yang bersangkutan untuk
keperluan dinas sehari-harinya. Jika pejabat tersebut meninggal dunia maka hak
pinjam pakai atas mobil itu tidak dapat beralih ke ahli warisnya,melainkan harus
dikembalikan.

26
Ibid., Ps. 1743.
Akta Pinjam Pakai
Nomor : 20
-Pada hari ini, hari Senin tanggal 07-06-2021 (tujuh Mei
dua ribu dua puluh
satu);--------------------------------------
-Pukul 11.00 WIB (sebelas Waktu Indonesia
Barat).----------
-Hadir di hadapan saya, RIFA, Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, Notaris di Kota Administrasi Jakarta
Selatan, dengan dihadiri saksi-saksi yang identitasnya
akan disebut dalam akhir akta
ini:--------------------------------------
1. Tuan RAID, lahir di Bandung pada tanggal 11-04-1994
(sebelas April seribu sembilan ratus sembilan puluh
empat), Swasta, bertempat tinggal di Kota Administrasi
Jakarta Selatan, Jalan Mohammad Ismail Nomor 05, Rukun
Tetangga 005, Rukun Warga 010, Kelurahan Kebayoran Lama
Selatan, Kecamatan Kebayoran Lama, pemegang Kartu Tanda
Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan 3174051104940003,
yang berlaku seumur hidup;---------
-Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak selaku diri
sendiri dan telah mendapat persetujuan dari Istri satu-
satunya yang sah, berdasarkan Kutipan Akta Nikah tanggal
01-11-2020 (satu November dua ribu dua puluh) Nomor
354/XII/2020, yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama
(KUA) Kecamatan Kebayoran Lama, yaitu Nyonya SYAHLA, lahir
di Jakarta pada tanggal 02-02-1995 (dua Februari seribu
sembilan ratus sembilan puluh lima), Swasta, bertempat
tinggal bersama dengan suaminya tersebut di atas, pemegang
Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan
3174050202050004, yang berlaku seumur hidup, yang turut
hadir dan menandatangani minuta akta ini sebagai tanda
persetujuannya;-------------------------------------------
-Selaku Pihak yang meminjamkan atau selanjutnya disebut
PIHAK PERTAMA.--------------------------------------------
2. Nona ZARA, lahir di Bandung pada tanggal 10-12-1995
(sepuluh Desember seribu sembilan ratus sembilan puluh
lima), Swasta, bertempat tinggal di Kota Administrasi
Jakarta Utara, Jalan Budi Mulia Nomor 71, Rukun Tetangga
008, Rukun Warga 007, Kelurahan Pademangan Barat,
Kecamatan Pademangan, pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan
Nomor Induk Kependudukan 3172051012950012, yang berlaku
seumur hidup;--
-Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak selaku diri
sendiri dan hingga saat ini tidak terikat dalam perkawinan
baik menurut agama dan kepercayaannya maupun menurut
peraturan perundang-undangan yang
berlaku;-----------------
-Selaku Pihak peminjam atau selanjutnya disebut PIHAK
KEDUA.----------------------------------------------------
-Para Penghadap telah saya, Notaris
kenal.-----------------
-Para Penghadap yang bertindak sebagaimana tersebut di
atas menerangkan dengan
ini:------------------------------------
-Bahwa PIHAK PERTAMA adalah pemilik sah dari sebidang
tanag dan bangunan 24 m2 (dua puluh empat meter persegi)
yang terletak di Jalan Taman Bukit Duri Nomor 49, Rukun
Tetangga 008, Rukun Warga 006, Kelurahan Bukit Duri,
Kecamatan Tebet, Kota Administrasi Jakarta
Selatan;-------------------------
-Bahwa PIHAK KEDUA memerlukan bangunan tersebut untuk
tempat
tinggal;--------------------------------------------------
-Selanjutnya Para Pihak sepakat mengikatkan dirinya dalam
Perjanjian Pinjam Pakai Rumah dengan syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:-----------------------
-------------------------Pasal 1--------------------------
----------------------JANGKA WAKTU------------------------
Perjanjian Pinjam Pakai Rumah ini berlangsung selama 2
(dua) tahun, terhitung sejak tanggal 07-06-2021 (tujuh
Juni dua ribu dua puluh satu), dan berakhir pada tanggal
07-06-2023 (tujuh Juni dua ribu dua puluh
tiga).----------------------
-------------------------Pasal 2--------------------------
------------------KEWAJIBAN PIHAK
KEDUA--------------------
PIHAK KEDUA wajib memelihara dan menjaga apa yang
dipinjam-pakaikan dalam Perjanjian ini dengan sebaik-
baiknya atas biaya PIHAK KEDUA, dan menyerahkan apa yang
dipinjam-pakaikan dengan Perjanjian ini setelah Perjanjian
ini berakhir kepada PIHAK PERTAMA.------------------------
--------------------------Pasal 3-------------------------
-------------------------JAMINAN--------------------------
PIHAK KEDUA berjanji terhadap PIHAK PERTAMA bahwa apa yang
dipinjam-pakaikan dengan Perjanjian ini hanya akan
dipergunakan sebagai tempat tinggal.----------------------
--------------------------Pasal 4-------------------------
-------------------PERUBAHAN DAN PERBAIKAN----------------
-PIHAK KEDUA tidak diperkenankan atau dilarang untuk
melakukan perubahan-perubahan pada apa yang dipinjam-
pakaikan dengan Perjanjian ini tanpa seizin tertulis dari
PIHAK PERTAMA. Apabila setelah ada izin dari PIHAK
PERTAMA, PIHAK KEDUA akan melakukan perubahan-perubahan
pada apa yang dipinjam-pakaikan dengan Perjanjian ini,
harus dilakukan atas risiko dan biaya PIHAK KEDUA sendiri,
dan sesudah habis waktu Perjanjian ini menjadi milik PIHAK
PERTAMA tanpa sesuatu ganti kerugian apa pun juga kepada
PIHAK KEDUA.----
--------------------------Pasal 5-------------------------
--------------------------LARANGAN------------------------
PIHAK KEDUA tidak berhak dan tidak diizinkan untuk
mengalihkan dan/atau menyerahkan dengan cara apa pun, atau
dengan dalih apa pun yang dipinjam-pakaikan dengan
Perjanjian ini kepada orang lain atau pihak lain, baik
untuk seluruhnya maupun sebagian.-------------------------
--------------------------Pasal 6-------------------------
------------------------BIAYA-BIAYA-----------------------
Segala bentuk biaya rekening telepon, listrik, maupun PDAM
dibebankan kepada PIHAK KEDUA seluruhnya selama PIHAK
KEDUA meminjam-pakaikan rumah tersebut.-------------------
--------------------------Pasal 7-------------------------
------------------------HAL-HAL
LAIN-----------------------Mengenai Perjanjian Pinjam
Pakai Rumah ini dan segala akibatnya, kedua belah pihak
sepakat mengesampingkan dengan tegas ketentuan Pasal 1266
dan 1267 KUH Perdata, karena hubungan hukum antara PIHAK
PERTAMA dengan PIHAK KEDUA bukan sewa-
menyewa.---------------------------------
-------------------------Pasal 8--------------------------
------------------BERAKHIRNYA PERJANJIAN------------------
Apabila Perjanjian Pinjam Pakai Rumah ini berakhir pada tanggal
07-06-2023 (tujuh Juni dua ribu dua puluh tiga)maupun
apabila Perjanjian ini berakhir sebelum tanggal tersebut di atas
menurut ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian ini atau menurut
ketentuan-ketentuan lain yang sah, maka PIHAK KEDUA wajib
menyerahkan kembali rumah yang dipinjam-pakaikan dengan
Perjanjian ini dalam keaadaan kosong seluruhnya serta dalam
keadaan terawat baik dan terpelihara kepada PIHAK
PERTAMA.-------------------------------
--------------------------Pasal 9-------------------------
--------------------PENYELESAIAN SENGKETA-----------------
-Apabila terjadi perselisihan sehubungan dengan
pelaksanaan Perjanjian ini, maka Para Pihak akan
menyelesaikan dengan jalan musyawarah. Dan apabila dengan
jalan musyawarah tidak tercapai, maka Para Pihak sepakat
untuk memilih domisili hukum yang umum dan tetap pada
Kantor Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.--------
------------------DEMIKIANLAH AKTA
INI---------------------
Dibuat dan diresmikan di Kota Administrasi Jakarta
Selatan, pada hari, tanggal dan jam sebagaimana tersebut
dalam akta ini dengan dihadiri
oleh:----------------------------------
1. Tuan RAZI, Sarjana Hukum, lahir di Jakarta, pada tanggal 01-06-
1996 (satu Juni seribu sembilan ratus sembilan puluh tiga), umur
25 (dua puluh lima) tahun, Warga Negara Indonesia, Swasta,
bertempat tinggal di Kota Administrasi Jakarta Utara,
Jalan Bendungan Melayu Nomor 113, Rukun Tetangga 003,
Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabadak Selatan, Kecamatan
Koja, pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk
Kependudukan 3172030106930003, yang berlaku seumur
hidup;---------------
2. Nona VIVIANA, Sarjana Hukum, lahir di Jakarta, pada tanggal 01-
01-1994 (satu Januari seribu sembilan ratus sembilan puluh
empat), umur 27 (dua puluh tujuh) tahun, Warga Negara Indonesia,
Swasta, bertempat tinggal di Kota Administrasi Jakarta
Barat, Jalan Kapuk Kebun Kahe Nomor 80, Rukun Tetangga
022, Rukun Warga 012, Kelurahan Kapuk, Kecamatan
Cengkareng, pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor
Induk Kependudukan 3173010101940002, yang berlaku seumur
hidup;---------------
-Keduanya adalah karyawan saya, Notaris, yang saya, Notaris
kenal, sebagai saksi-saksi.--------------------
-Setelah akta ini saya, Notaris bacakan kepada para
penghadap dan para saksi, maka akta ini ditandatangani
oleh para penghadap, para saksi dan saya,
Notaris.-------------------------------------Dilangsungkan
dengan tanpa perubahan, tambahan dan
coretan.--------------------------

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Tuan RAID Nona ZARA

PERSETUJUAN ISTRI

Nyonya SYAHLA

SAKSI SAKSI

Tuan RAZI Nona VIVIANA

NOTARIS
CAP
NOTARI
S

RIFA, S.H., M.Kn.


UNIVERSITAS INDONESIA

Tugas Pembuatan Akta Aneka Perjanjian


Kelas A
‘’Perjanjian Pengikatan Jual Beli’’

Disusun Oleh:
1. Adris Rafi Adji - 2006549375
2. Brigitta Melinda - 2006549532
3. Mika Anabelle - 2006497251
4. Jessica Priscilla Simanungkalit - 2006497176
5. Kholida Nabila - 2006549886
6. Varah Aisyah Octariani - 2006497623

Pengajar:
Mohamad Fajri Mekka Putra, S.H., M.Kn.

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
2021
Tinjauan Umum Mengenai Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan Jual Beli

a. Pengertian Perjanjian Pengikatan Jual Beli


Pengertian Perjanjian Pengikatan Jual Beli dapat kita lihat dengan cara memisahkan
kata dari Perjanjian Pengikatan Jual Beli menjadi Perjanjian dan Pengikatan Jual beli.
Kita telah mengetahui apa itu pengertian perjanjian, sedangkan pengikatan jual beli
menurut R. Subekti dalam bukunya merupakan perjanjian antara pihak penjual dan pihak
pembeli sebelum dilaksanakannya jual beli dikarenakan adanya unsur - unsur yang harus
dipenuhi untuk jual beli tersebut antara lain adalah sertifikat belum ada karena masih
dalam proses, belum terjadinya pelunasan harga.27
Menurut Herliene Budiono, perjanjian pengikatan jual beli adalah perjanjian bantuan
yang berfungsi sebagai perjanjian pendahuluan yang bentuknya bebas.28
Dari pengertian yang diterangkan di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
perjanjian pengikatan jual beli merupakan sebuah perjanjian pendahuluan yang dibuat
sebelum dilaksanakannya perjanjian utama atau perjanjian pokoknya.
Perjanjian pengikatan jual beli lahir sebagai terobosan hukum akibat terhambatnya
atau terdapatnya beberapa persyaratan yang ditentukan oleh Undang – undang yang
berkaitan dengan jual beli hak atas tanah yang akhirnya agak menghambat penyelesaian
transaksi dalam jual beli hak atas tanah akibat berbagai persyaratan yang ditetapkan oleh
Undang – undang, seperti untuk membuat akta jual beli yang merupakan salah satu
persyaratan untuk melakukan balik nama, maka jual beli harus telah lunas, baru akta jual
beli dapat dibuat dihadapan Notaris/PPAT.
Sebelum jual beli dilakukan antara pembeli dan penjual tentunya telah dicapai kata
sepakat mengenai akan dilakukannya jual beli itu, obyek tanah yang akan dijual dan
harga penjualannya, bilamana jual beli akan dilakukan. Kata sepakat itu menimbulkan
perjanjian yang dinamakan Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB).
Perjanjian pengikatan jual beli itu tidak termasuk dalam hukum agraria atau hukum
tanah, melainkan termasuk ke dalam hukum perjanjian, yaitu perjanjian untuk
melakukan sesuatu yang mana berlaku Pasal 1239 Kitab Undang – undang Hukum

27
R. Subekti, Hukum Perjanjian, hal. 75
28
Herliene Budiono, artikel “Pengikat Jual Beli dan Kuasa Mutlak” Majalah Renvoi, edisi Tahun I,
Nomor 10, Bulan Maret 2004, hal. 57.
Perdata yang berbunyi :

“Tiap – tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu,
apabila si berutang tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaian dalam
kewajiban memberikan penggantian biaya, rugi dan bunga”.

b. Fungsi Perjanjian Pengikatan Jual Beli

Sebagaimana telah diterangkan tentang pengertiannya, maka kedudukan perjanjian


pengikatan jual beli yang sebagai perjanjian pendahuluan maka perjanjian pengikatan
jual beli berfungsi untuk mempersiapkan atau bahkan memperkuat perjanjian utama /
pokok yang akan dilakukan, karena perjanjian pengikatan jual beli merupakan awal
untuk lahirnya perjanjian pokoknya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Herliene Budiono yang menyatakan perjanjian
bantuan berfungsi dan mempunyai tujuan untuk mempersiapkan, menegaskan,
memperkuat, mengatur, mengubah atau menyelesaikan suatu hubungan hukum.29

Perjanjian Pengikatan Jual Beli yang dibuat dihadapan Notaris merupakan perjanjian
yang diangkat dan dibuat dari konsepsi Kitab Undang – undang Hukum Perdata yang
merupakan kesepakatan para pihak mengenai hak dan kewajiban yang dibuat
berdasarkan Pasal 1320 jo Pasal 1338 Kitab Undang – undang Hukum Perdata sehingga
dapat memberikan kepastian hukum serta perlindungan hukum bagi para pihak yang
membuatnya. Perjanjian Pengikatan jual beli merupakan salah satu bentuk perikatan
yang lahir karena kebutuhan masyarakat, hal karena belum dapatnya dipenuhi syarat-
syarat untuk melaksanakan jual beli di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).
Perjanjian Pengikatan Jual Beli biasanya dianggap sebagai perjanjian pendahuluan,
sebagai perjanjian pendahuluan jual beli biasanya dimuat janji-janji pihak calon penjual
dan pihak calon pembeli. Apabila syarat- syarat telah dipenuhi maka para pihak akan
melangsungkan perjanjian jual beli dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).
Perjanjian pengikatan jual beli dapat digolongkan dalam suatu perikatan bersyarat
tangguh sesuai Pasal 1253 Kitab Undang – undang Hukum Perdata, dimana berdasarkan
isi Perjanjian jual beli hak atas tanah sebagaimana yang diatur dalam perjanjian tersebut

29
Ibid., hal. 56 – 57.
ditangguhkan pelaksanaannya oleh para pihak, perikatan yang lahir digantungkan pada
suatu peristiwa yang dalam hal ini adalah terpenuhinya syarat-syarat dalam
melaksanakan perjanjian jual beli di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) atau
dengan kata lain isi pokok perjanjian yang berupa jual beli atas tanah sebagaimana yang
diatur dalam peraturan tanah nasional akan dilaksanakan para pihak apabila hal-hal yang
diperjanjikan dalam perjanjian pengikatan jual beli tersebut telah dipenuhi, sebagai
contoh dalam perjanjian pengikatan jual beli atas tanah berikut bangunan pada suatu
perumahan disebutkan bahwa para pihak akan melaksanakan atau menandatangani Akta
Jual Beli di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) apabila pihak penjual sudah
melakukan pemecahan sertipikat atas unit bangunan.
Dalam prakteknya banyak para pembeli lebih menyukai jual beli hak atas tanah
dengan memakai Perjanjian pengikatan jual beli, oleh karena dengan adanya perjanjian
pengikatan jual beli maka pihak pembeli dapat melakukan pengalihan atas hak tersebut
pada pihak ketiga lainnya dengan gampang.

c. Alasan dibuatnya Perjanjian Pengikatan Jual Beli

Maksud dibuatnya perjanjian pengikatan jual beli ini disebabkan beberapa hal, antara
lain:
1. Sertipikat belum terbit atas nama pihak penjual, dan masih dalam proses di Kantor
Pertanahan;
2. Sertipikat belum atas nama pihak penjual, dan masih dalam proses balik nama
menjadi nama pihak penjual;
3. Sertipikat sudah ada dan sudah atas nama pihak penjual tapi harga jual beli yang
telah disepakati belum semuanya dibayar oleh pihak pembeli;
4. Sertipikat sudah ada, sudah atas nama pihak penjual dan harga sudah dibayar lunas
oleh pihak pembeli kepada pihak penjual, tetapi persyaratan belum lengkap;
5. Sertipikat pernah dijadikan sebagai jaminan di Bank dan masih belum dilakukan
roya;
6. Bangunan rumah belum selesai dibangun di atas tanah dan belum siap untuk dihuni;
7. Pajak Penjualan (PPH) dan Pajak Pembelian (BPHTB) belum dapat dilakukan /
diselesaikan oleh para pihak.
Dengan adanya sebab tersebut diatas, pada dasarnya belum dapat dilakukan
pembuatan Akta Jual Beli (AJB) menurut Hukum Tanah Nasional, karena perjanjian jual
beli menurut Hukum Tanah Nasional yang bersumber pada hukum adat mengandung
asas tunai, terang dan riil atau nyata.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa persyaratan pembuatan Akta Jual beli,
yaitu penyerahan sertipikat tanah asli yang akan digunakan untuk pengecekan atas
keabsahannya. Oleh karena itu, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) tidak akan
membuat Akta Jual Beli apabila penjual tidak menyerahkan.
Alasan lainnya adalah apabila bangunan rumah belum selesai dibangun, maka
sertipikat atas tanah tersebut tidak akan dikeluarkan.
Seperti dijelaskan oleh EM. Chance dalam bukunya “Principles of Mercantile Law
(vol I)” yang dikutip oleh MR. Tirtaamidjaja, M.H., dalam bukunya mengenai Pokok –
Pokok Hukum Peniagaan, yang isinya yaitu :
“Bahwa disebut jual beli (sic!) jika obyek yang diperjualbelikan sudah dialihkan dari
penjual kepada pembeli. Sedangkan perjanjian jual beli adalah jika obyek yang
diperjualbelikan belum dialihkan atau akan beralih pada waktu yang akan datang
ketika syarat – syarat telah dipenuhi. Perjanjian jual beli ini akan menjadi perjanjian
jual beli jika syarat – syarat perjanjian jual beli telah terpenuhi dan obyek yang
diperjualbelikan telah beralih kepada pembeli”.30

d. Isi Perjanjian Pengikatan Jual Beli

Isi dari perjanjian pengikatan jual beli yang merupakan perjanjian pendahuluan
untuk lahirnya perjanjian pokok / utama biasanya adalah berupa janji – janji dari para
pihak yang mengandung ketentuan – ketentuan tentang syarat – syarat yang disepakati
untuk sahnya melakukan perjanjian utamanya. Misalnya dalam perjanjian pengikatan jual
beli hak atas tanah, dalam perjanjian pengikatan jual belinya biasanya berisi janji – janji

30
MR. Tirtaamidjaja, Pokok –Pokok Hukum Perniagaan, (Jakarta : Djambatan, 1970), hal. 24.
baik dari pihak penjual hak atas tanah maupun pihak pembelinya tentang pemenuhan
terhadap syarat – syarat dalam perjanjian jual beli agar perjanjian utamanya yaitu
perjanjian jual beli dan akta jual belinya dapat ditandatangani di hadapan Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) seperti janji untuk melakukan pengurusan sertipikat tanah
sebelum jual beli dilakukan sebagaimana diminta pihak pembeli, atau janji untuk segera
melakukan pembayaran oleh pembeli sebagai syarat dari penjual sehingga Akta Jual Beli
dapat ditandatangani di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).
Selain janji – janji biasanya dalam perjanjian pengikatan jual beli juga
dicantumkan tentang hak memberikan kuasa kepada pihak pembeli. Hal ini terjadi apabila
pihak penjual berhalangan untuk hadir dalam melakukan penandatanganan akta jual beli
di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), baik karena lokasi yang jauh, atau
karena ada halangan dan sebagainya. Dan pemberian kuasa tersebut biasanya baru
berlaku setelah semua syarat untuk melakukan jual beli hak atas tanah tersebut telah
terpenuhi.

a. Bentuk Perjanjian Pengikatan Jual Beli

Sebagai perjanjian yang lahir karena kebutuhan dan tidak diatur secara tegas
dalam bentuk peraturan perundang – undangan maka perjanjian pengikatan jual beli
tidak mempunyai bentuk tertentu. Hal ini sesuai juga dengan pendapat dari Herliene
Budiono, yang mengatakan bahwa perjanjian pengikatan jual beli adalah perjanjian
bantuan yang berfungsi sebagai perjanjian pendahuluan yang bentuknya bebas.31
b. Pengertian Perjanjian Jual Beli
Istilah jual beli berasal dari istilah Koop en Verkoop (Bahasa Belanda), yakni
Koop artinya pembelian, Koopen artinya membeli dan Verkoop artinya penjualan,
Verkopen menjual dimana hal ini menunjukkan bahwa ada perbuatan membeli di satu
pihak dan ada perbuatan menjual di lain pihak. Istilah ini menujukkan suatu perbuatan
timbal balik. Dalam istilah Inggris : “sale” yang artinya penjualan, to sale artinya
menjual, istilah Bahasa Perancis : “vente” yang artinya penjualan. 32

31
Herliene Budiono, artikel “Pengikat Jual Beli dan Kuasa Mutlak” Majalah Renvoi, hal.57.
32
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Cet. 10, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1995), hal.2.
Menurut ketentuan dalam Pasal 1457 Kitab Undang – undang Hukum Perdata, yang
dimaksud dengan jual beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk
membayar harga yang telah dijanjikan. Jadi perjanjian jual beli adalah perjanjian atau
persetujuan dua pihak yaitu pihak penjual dan pihak pembeli. Dimana si penjual berjanji
akan menyerahkan hak sesuatu barang kepada si pembeli, sedangkan si pembeli akan
membayar harga barang tersebut sesuai dengan harga yang sudah disepakati bersama
antara penjual dan pembeli.
R. Subekti mendefinisikan jual beli sebagai perjanjian timbal balik dalam pihak yang
satu (penjual), berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak
yang lainnya (pembeli) berjanji untuk membayar harga barang yang terdiri atas sejumlah
uang sebagai imbalan dari perolehan hak milik tersebut.
Disamping jual beli yang diatur oleh Kitab Undang – undang Hukum Perdata, jual
beli juga diatur menurut Hukum Tanah Nasional yang bersumber pada Hukum Adat.
Jual beli menurut Hukum Tanah Nasional yang bersumber pada Hukum Adat bukan
merupakan perjanjian obligatoir. Jual beli (tanah) dalam Hukum Adat merupakan
perbuatan hukum pemindahan hak yang harus memenuhi 3 (tiga) sifat, yaitu :
A. Harus bersifat tunai, artinya harga yang disetujui bersama dibayar penuh pada saat
dilakukan jual beli yang bersangkutan.
B. Harus bersifat terang, artinya pemindahan hak tersebut dilakukan dihadapan Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang berwenang atas obyek perbuatan hukum
tersebut.
C. Bersifat riil atau nyata, artinya dengan ditandatanganinya akta pemindahan hak
tersebut, maka akta tersebut menunjukkan secara nyata dan sebagai bukti telah
dilakukan perbuatan hukum tersebut.
Dalam Pasal 1320 Kitab Undang – undang Hukum Perdata untuk sahnya suatu
perjanjian harus memenuhi 4 (empat) syarat, yaitu :
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
b. Kecakapan untuk membuat perikatan.
c. Suatu hal tertentu.
d. Suatu sebab yang halal.
Menurut Hukum Perdata ada 3 (tiga) macam penyerahan yuridis, yaitu :
a. Penyerahan barang bergerak.
Dilakukan dengan penyerahan yang nyata atau menyerahkan kekuasaan atas
barangnya. Dalam Pasal 612 Kitab Undang – undang Hukum Perdata disebutkan
bahwa penyerahan kebendaan bergerak terkecuali yang tidak bertubuh dilakukan
dengan penyerahan yang nyata akan kebendaan itu oleh atau atas nama pemilik,
atau dengan penyerahan kunci – kunci dari bangunan dalam mana kebendaan itu
berada. Penyerahan tidak perlu dilakukan bila kebendaan yang harus diserahkan
dengan alasan hak lain telah dikuasai oleh orang yang hendak menerimanya.

b. Penyerahan barang tidak bergerak.


Dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dalam bentuk akta
dan dikenal dengan Akta Jual Beli (AJB), yang kemudian dilakukan proses balik
nama pada sertipikat tanah di Kantor Badan Pertanahan Nasional. Seperti yang
disebutkan dalam Pasal 616 Kitab Undang – undang Hukum Perdata, yaitu
penyerahan atau penunjukan akan kebendaan tak bergerak dilakukan dengan
pengumuman akan akta yang bersangkutan dengan cara seperti ditentukan dalam
Pasal 620 Kitab Undang – undang Hukum Perdata. Pasal 620 Kitab Undang –
undang Hukum Perdata berbunyi : dengan mengindahkan ketentuan – ketentuan
termuat dalam tiga Pasal lalu, pengumuman tersebut di atas dilakukan dengan
memindahkan sebuah salinan otentik yang lengkap dari salinan akta otentik atau
keputusan yang bersangkutan ke Kantor penyimpanan hipotik, yang mana dalam
lingkungannya barang – barang tak bergerak yang harus diserahkan berada dan
dengan membukukannya dalam register.
c. Penyerahan barang tak bertubuh
Barang tak bertubuh penyerahannya dilakukan dengan perbuatan yang dinamakan
cessie sebagaimana diatur dalam Pasal 613 Kitab Undang – undang Hukum
Perdata yang berbunyi : “ Penyerahan akan piutang – piutang atas nama dan
kebendaan tak bertubuh lainnya, dilakukan dengan membuat sebuah akta otentik
ata dibawah tangan, dengan mana hak – hak atas kebendaan itu dilimpahkan
kepada orang lain. Penyerahan yang demikian bagi si berutang tiada akibatnya,
melainkan setelah penyerahan itu diberitakan kepadanya, atau secara tertulis
disetujui dan diakuinya. Penyerahan tiap – tiap piutang karena surat bawa
dilakukan dengan penyerahan surat itu, penyerahan tiap – tiap piutang karena surat
tunjuk dilakukan dengan penyerahan surat disertai dengan endosemen”.
Jadi, peralihan hak / perjanjian jual beli tanah dan bangunan haruslah
dilakukan berdasarkan ketentuan pendaftaran tanah sebagaimana diatur dengan
Peraturan Pemerintah untuk menjamin kepastian hukum.

c. Unsur – unsur Pokok Perjanjian Jual Beli


Unsur pokok dalam perjanjian jual beli adalah barang dan harga. Perjanjian jual beli
dianggap sudah dilahirkan pada detik tercapainya kata sepakat mengenai barang dan harga.
Hal ini sejalan dengan asas konsesualisme yang menjiwai Hukum Perjanjian, Dalam Pasal
1458 Kitab Undang – undang Hukum Perdata menyatakan: “Jual beli dianggap sudah terjadi
antara kedua belah pihak seketika setelah mereka mencapai sepakat tentang barang dan
harga, meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar”.
Dengan demikian maka berdasarkan Pasal 1457 dan 1458 Kitab Undang – undang
Hukum Perdata pengertian jual beli yang dianut oleh Kitab Undang – undang Hukum Perdata
adalah harus mengandung unsur – unsur sebagai berikut:
a. Persetujuan / kata sepakat.
b. Kewajiban menyerahkan barang.
c. Kewajiban menyerahkan uang dari harga barang.
Berdasarkan unsur – unsur tersebut dapat dikatakan jual beli menurut Kitab Undang –
undang Hukum Perdata hanya mempunyai sifat “obligatoir” (mengikat), tidak
mempunyai “zakelijke werking”, artinya tidak berdaya langsung mengenai kedudukan
barangnya.

d. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Jual Beli.


Kewajiban para pihak dalam perjanjian jual beli timbul dari dua hal pokok, pertama lahir
dari isi perjanjian yang memuat khusus tentang kewajiban masing – masing pihak sesuai
dengan ketentuan Pasal 1338 alinea pertama Kitab Undang – undang Hukum Perdata yang
menyatakan “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang – undang bagi
mereka yang membuatnya”.
 Kewajiban Penjual
Kewajiban para pihak dalam perjanjian lahir dari undang – undang berdasarkan Pasal
1339 alinea pertama Kitab Undang – undang Hukum Perdata. Hak dan kewajiban para
pihak yang dimaksud adalah hak dan kewajiban si penjual yang merupakan kebalikan
dari hak dan kewajiban si pembeli.

e. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Jual Beli.


1. Kewajiban Penjual
Kewajiban para pihak dalam perjanjian lahir dari undang – undang berdasarkan
Pasal 1339 alinea pertama Kitab Undang – undang Hukum Perdata. Hak dan kewajiban
para pihak yang dimaksud adalah hak dan kewajiban si penjual yang merupakan
kebalikan dari hak dan kewajiban si pembeli. Dalam Pasal 1474 Kitab Undang – undang
Hukum Perdata diatur secara khusus mengenai ketentuan dalam jual beli, bahwa penjual
memiliki tiga kewajiban pokok, mulai dari sejak jual beli terjadi menurut ketentuan Pasal
1458 Kitab Undang – undang Hukum Perdata, menurut Pasal tersebut secara prinsip

penjual memiliki kewajiban untuk 33


;

1) Kewajiban untuk memelihara dan merawat kebendaan hingga aset penyerahan.


Kewajiban penjual untuk memelihara dan merawat kebendaan hingga saat
kebendaan adalah kewajiban yang dibebankan berdasarkan ketentuan umum
mengenai perikatan untuk menyerahkan atau memberikan sesuatu sebagaimana
diatur dalam alinea pertama Pasal 1235 Kitab Undang – undang Hukum Perdata
yang menyatakan bahwa “dalam tiap – tiap perikatan untuk memberikan sesuatu
adalah termaktub kewajiban untuk menyerahkan kebendaan yang bersangkutan
dan untuk merawatnya sebagai seorang kepala rumah tangga yang baik, sampai
saat penyerahan”. Pada alinea kedua pasal ini dinyatakan bahwa kewajiban
tersebut adalah kurang atau lebih luas terhadap persetujuan – persetujuan tertentu,

33
Gunawan Widjaya dan Kartini Muljadi, hal. 127 – 151.
yang akibat – akibatnya mengenai hal ini akan ditunjuk dalam bab yang mengatur
masing – masing persetujuan yang bersangkutan.
Selanjutnya Pasal 1237 Kitab Undang – undang Hukum Perdata menyatakan
bahwa “dalam hal perikatan untuk memberikan suatu kebendaan tertentu,
kebendaan itu semenjak perikatan dilahirkan, adalah atas tanggungan kreditor”.
Akan tetapi, jika Debitor lalai untuk menyerahkannya, maka semenjak saat
kelalaian, kebendaan adalah atas tanggungannya dengan konsekuensi bagi debitor
yang lalai tersebut maka debitor wajib memberikan ganti rugi dan bunga kepada
kreditor karena ia telah membawa dirinya dalam keadaan tidak mampu untuk
menyerahkan kebendaannya atau telah tidak merawatnya sepatut guna
menyelamatkan benda yang seharusnya diserahkannya itu (Pasal 1236 Kitab
Undang – undang Hukum Perdata).

Ketentuan mengenai peralihan resiko dari seorang penjual (Debitor menurut


ketentuan Pasal 1237 Kitab Undang – undang Hukum Perdata) kepada seorang
pembeli (Kreditor yang berhak atas kebendaan yang diserahkan menurut Pasal
1237 Kitab Undang – undang Hukum Perdata) juga diatur dalam Pasal 1460, Pasal
1461 dan Pasal 1462 Kitab Undang – undang Hukum Perdata yaitu ketentuan
mengenai pihak mana yang bertanggung jawab terhadap barang yang telah
diperjualbelikan tetapi barang tersebut belum diserahkan, yaitu :
a.) Jika barang yang dijual sudah ditentukan, barang yang sudah diperjualbelikan
menjadi tanggungan pembeli yang bersangkutan meskipun barang belum
diserahkan (Pasal 1460 Kitab Undang – undang Hukum Perdata).
b.) Jika barang dijual tidak menurut tumpukan tetapi menurut berat, jumlah dan
ukuran, maka barang – barang itu tetap atas tanggungan penjual hingga barang
– barang ditimbang, dihitung atau diukur (Pasal 1461 Kitab Undang – undang
Hukum Perdata).
c.) Jika barang dijual menurut tumpukan, maka barang – barang itu adalah atas
tanggungan pembeli, meskipun belum ditimbang, dihitung atau diukur (Pasal
1462 Kitab Undang – undang Hukum Perdata).

2) Kewajiban untuk menyerahkan kebendaan yang dijual.


Kewajiban penjual yang kedua adalah untuk menyerahkan kebendaan yang
dijual sesuai dengan amanat Pasal 1459 Kitab Undang – undang Hukum Perdata
yang bertujuan untuk memindahkan hak milik dari kebendaan yang dijual tersebut
kepada pembeli. Pada dasarnya ketentuan ini adalah pelaksanaan dari rumusan
Pasal 584 Kitab Undang – undang Hukum Perdata yang antara lain menyatakan
bahwa hak milik atas suatu kebendaan diperoleh melalui penyerahan berdasar atas
suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik, dilakukan oleh seorang
yang berhak berbuat bebas terhadap kebendaan itu.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 613 Kitab Undang – undang Hukum Perdata
penyerahan hak milik atas kebendaan bergerak dan berwujud dilakukan dengan
cara penyerahan fisik dari kebendaan tersebut dari penjual kepada pembeli. Secara
umum, kebendaan yang bergerak dan berwujud, pengertian dan jenisnya dapat
ditemukan dalam Pasal 509 Kitab Undang – undang Hukum Perdata yang
merumuskan bahwa kebendaan bergerak karena sifatnya adalah kebendaan yang
dapat berpindah atau dipindahkan.
Penyerahan kebendaan bergerak yang berupa piutang – piutang atas nama dan
kebendaan tidak bertubuh lainnya yang merupakan kebendaan bergerak dilakukan
dengan cara membuat akta otentik atau akta dibawah tangan antara penjual dan
pembeli sebagaimana diatur dalam Pasal 613 Kitab Undang – undang Hukum
Perdata. Akta yang dibuat itu biasanya disebut sebagai akta cessie.43 Dengan
dibuatnya akta cessie tersebut, maka demi hukum hak milik dari kebendaan
bergerak berupa piutang atas nama dan kebendaan tidak bertubuh lainnya beralih
dari penjual kepada pembeli.
Khusus mengenai penyerahan hak atas tanah dilakukan berdasarkan Undang
– undang Pokok – pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 jo. Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang menggantikan Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961. Dengan demikian, maka segala hal yang
berhubungan jual beli, penyerahan yuridis dan pengakuan hak atas tanah serta
pendaftarannya diatur dalam dan diselenggarakan menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 khususnya Pasal 37 yang mengatur mengenai peralihan
hak yang kemudian diperinci melalui Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala
Badan Pertanahan Nasional Nomor 03 Tahun 1997 yang mengatur antara lain
bahwa peralihan hak atas tanah melalui jual beli harus dibuat di hadapan Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) / Notaris.

3) Menanggung kenikmatan tenteram bagi pembeli atas barang yang dijualnya.


Penjual wajib menanggung kenikmatan tenteram dan cacat tersembunyi pada
barang yang dijualnya diatur dalam Pasal 1491 Kitab Undang – undang Hukum
Perdata yang selengkapnya berbunyi sebagai berikut:
“Penanggungan yang menjadi kewajiban si penjual terhadap si pembeli,
adalah untuk menjamin dua hal, yaitu pertama penguasaan benda yang
dijual secara aman dan tenteram; kedua terhadap adanya cacat – cacat
barang tersebut yang tersembunyi, atau yang sedemikian rupa hingga
menerbitkan alasan untuk pembatalan pembeliannya”.

Hal – hal lainnya mengenai kewajiban penjual diatur oleh Kitab Undang –
undang Perdata yang pada intinya adalah sebagai berikut :
a) Menanggung biaya penyerahan apabila tidak ditentukan lain dalam perjanjian
(Pasal 1476 Kitab Undang – undang Hukum Perdata).
b) Menyerahkan hasil dari barang yang sudah dibeli tetapi belum diserahkan
(Pasal 1460 Kitab Undang – undang Hukum Perdata).
c) Memberikan pengurangan harga atau mengembalikan seluruh pembayaran
yang telah diterima oleh penjual beserta biaya yang telah dikeluarkan oleh
pembeli jika pembeli berhak atas pembatalan perjanjian karena kesalahan atau
kelalaian penjual, dan
d) Membayar ganti rugi jika pembatalan perjanjian jual beli karena cacat
tersembunyi atau melalui penghukuman bagi penjual.
Dalam hal terdapat cacat tersembunyi, pembeli mempunyai dua pilihan, yaitu :
a) Mengembalikan barang, dan menuntut uangnya dikembalikan (Actio
Redhibitoria).
b) Barang tersebut tetap dipegang oleh pembeli, tetapi harga barang tersebut
dikurangi dari harga awal (Actio Quantiminoris).

2. Kewajiban Pembeli
Kewajiban pembeli diatur dalam Pasal 1513 Kitab Undang – undang Hukum
Perdata, bahwa kewajiban utama pembeli ialah membayar harga pembelian pada
waktu dan ditempat sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian. Harga tersebut harus
berupa sejumlah uang.
j. Alat Bukti
Pasal 1867 Kitab Undang – undang Hukum Perdata menyebutkan pembuktian
dengan tulisan dilakukan dengan tulisan (akta) autentik maupun dengan tulisan-tulisan
(akta di bawah tangan).Menurut Prof. Subekti alat bukti, adalah alat – alat yang
dipergunakan untuk membuktikan dalil – dalil suatu pihak di muka Pengadilan, misalnya
bukti – bukti yang bersifat tulisan seperti, kesaksian, persangkaan, sumpah, dan lain –
lain.34
Alat bukti yang bersifat tertulis dapat berupa surat dan dapat berupa akta. Surat ialah
segala sesuatu yang memuat tanda bacaan yang dimaksudkan untuk menuangkan isi hati
atau untuk menyampaikan buah pikiran seseorang dan dapat dipergunakan dalam
pembuktian.35
Alat pembuktian tertulis yang berupa surat, menurut A. Pitlo adalah pembawa tanda
tangan bacaan yang berarti menerjemahkan suatu isi pikiran. 36 Sudikno Mertokusumo,
juga menjelaskan bahwa alat bukti tertulis yang berupa surat adalah segala sesuatu yang
memuat tanda – tanda baca yang dimaksud untuk mencurahkan isi hati atau untuk
menyampaikan buah pemikiran seseorang dan dapat dipergunakan sebagai pembuktian.37
Surat sebagai alat bukti tertulis dapat dibedakan dalam bentuk akta dan surat bukan
akta. Menurut A. Pitlo, akta adalah suatu surat yang ditandatangani, diperbuat untuk
dipakai sebagai alat bukti dan untuk dipergunakan oleh orang, untuk keperluan siapa surat
itu dibuat.38 Sudikno Mertokusumo, juga berpendapat bahwa yang dimaksud dengan akta
adalah surat yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa – peristiwa yang menjadi

34
R. Subekti dan Tjitrosoedibio, Kamus Hukum,(Jakarta : Pradnya Paramita,1980), hal. 21.
35
Hari Sasangka, Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana, (Bandung : Mandar Maju, 2003), hal.
62.
36
Pitlo, Pembuktian dan Daluarsa, (Jakarta: Inetrmasa, 2001), hal.12.
37
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta : Liberty, 2002), hal. 142.

38
Pitlo, hal 37.
dasar daripada suatu hak atau perikatan, yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk
pembuktian. Pada umumnya dalam Hukum Perdata yang dimaksud dengan akta adalah
suatu surat yang dibuat oleh Pejabat Umum (Notaris), dipergunakan sebagai pernyataan
dari suatu perbuatan hukum yang dipergunakan sebagai alat pembuktian. 39 Akta masih
dapat dibedakan lagi menjadi akta otentik dan akta dibawah tangan.
K. Pengertian akta
Istilah atau perkataan akta dalam Bahasa Belanda disebut “acte / akta” dan dalam
Bahasa Inggris disebut “act / deed”, pada umumnya mempunyai 2 (dua) arti yaitu :
a. Perbuatan (handeling) / perbuatan hukum (rechtshandeling);
b. Suatu tulisan yang dibuat untuk dipakai / digunakan sebagai bukti perbuatan hukum
tersebut, yaitu berupa tulisan yang ditujukan kepada pembuktian sesuatu.40
L. Macam Akta
Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1867 Kitab Undang–undang
Hukum Perdata, maka akta dapat dibedakan atas :

a. Akta otentik
Mengenai akta otentik diatur dalam pasal 165 HIR dan Pasal 285 Rbg, yang
berbunyi:

“Akta autentik adalah suatu akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat yang
diberi wewenang untuk itu, merupakan bukti yang lengkap antara para pihak dari
para ahli warisnya dan mereka yang mendapat hak daripadanya tentang yang
tercantum di dalamnya dan bahkan sebagai pemberitahuan belaka, akan tetapi yang
terakhir ini hanya diberitahukan itu berhubungan langsung dengan perihal pada akta
itu”.41

Pasal 165 HIR dan pasal 285 Rbg memuat pengertian dan kekuatan pembuktian

39
M. Yahya Harahap, Hukum, hal 564.
40
Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Aspek Hukum Akta Catatan Sipil di
Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 1991), hal. 50.
41
G.H.S Lumban Tobing, Peraturan Jabatan Notaris, cet. 3 (Jakarta : Erlangga, 1983), hal 42.
akta autentik sekaligus. Pengertian akta autentik dijumpai pula dalam Pasal 1868 Kitab
Undang – undang Hukum Perdata, yang berbunyi:

“suatu akta otentik ialah suatu akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh
undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan pegawai – pegawai umum yang
berkuasa untuk itu di tempat di mana akta dibuatnya”.
Berdasarkan Pasal 1868 Kitab Undang – undang Hukum Perdata tersebut di atas
dapatkah dilihat bentuk dari akta ditentukan oleh Undang – undang dan harus dibuat
oleh atau dihadapan pegawai yang berwenang. Pegawai yang berwenang yang
dimaksud disini antara lain adalah Notaris, hal ini didasarkan pada Pasal 1 angka 1
Undang – undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang menyatakan
bahwa Notaris adalah Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat akta autentik
dan berwenang lainnya sebagai dimaksud dalam Undang – undang ini.
Menurut G. H. S. Lumban Tobing, apabila suatu akta hendak memperoleh stempel
otentisitas, hal mana terdapat pada akta notaris, maka menurut ketentuan dalam pasal
1868 Kitab Undang – undang Hukum Perdata, akta yang bersangkutan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:42
1) Akta itu harus dibuat oleh (door) atau di hadapan (ten overstaan) seorang pejabat
umum.
2) Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang- undang
3) Pejabat umum oleh atau di hadapan siapa akta itu dibuat, harus mempunyai
wewenang untuk membuat akta itu.

b. Akta dibawah tangan


Akta di bawah tangan adalah akta yang sengaja dibuat oleh para pihak untuk
pembuktian tanpa bantuan dari seorang pejabat pembuat akta dengan kata lain akta di
bawah tangan adalah akta yang dimasukkan oleh para pihak sebagai alat bukti, tetapi
tidak dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum pembuat akta.43
Akta yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum juga menjadi akta di bawah
tangan, jika pejabat itu tidak berwenang untuk membuat akta itu jika terdapat cacat
dalam bentuk akta itu, sebagaimana disebut dalam Pasal 1869 Kitab Undang – undang
42
Ibid.
43
Victor M Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, hal. 60.
Hukum Perdata.
Jika diindahkan, maka apabila perikatan dimungkiri, akta di bawah tangan itu hanya
dapat diterima sebagai suatu permulaan pembuktian dengan tulisan, demikian menurut
Pasal 1878 Kitab Undang – undang Hukum Perdata, yang bersamaan isinya dengan
Pasal 1291 Rbg dan Pasal 4 Stbl. 1867 No. 29.
c. Perbedaan akta otentik dan akta dibawah tangan
Perbedaan terbesar antara akta otentik dengan akta di bawah tangan adalah:
1) Akta otentik mempunyai tanggal yang pasti;

2) Grosse dari akta otentik dalam beberapa hal mempunyai kekuatan eksekutorial
seperti putusan hakim sedang akta di bawah tangan tidak pernah mempunyai
kekuatan eksekutorial.

3) Kemungkinan akan hilangnya akta yang dibuat di bawah tangan lebih besar
dibandingkan dengan akta otentik.44

Pasal 164 HR, pasal 283 Tbg, dan pasal 1865 Kitab Undang – undang Hukum
Perdata, menempatkan bukti tulisan (akta) di tempat paling atas dari seluruh alat-alat
bukti yang disebut dalam pasal-pasal undang- undang tersebut.
Pada hakikatnya kekuatan pembuktian dari akta itu selalu dapat dibedakan atas tiga,
yaitu:
a. Kekuatan pembuktian lahir (Uitendige Bewijskracth)
Yang dimaksud dengan kekuatan pembuktian lahir ialah kekuatan pembuktian
yang didasarkan atas keadaan lahir dari akta itu, maksudnya bahwa suatu surat yang
kelihatannya seperti akta, harus diperlakukan sebagai akta, sampai dibuktikan
sebaliknya.
Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian lahir, sesuai dengan asas “acta
publica probant seseipsa”, yang berarti bahwa satu akta yang lahirnya tampak
sebagai akta otentik, serta memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, maka akta itu
harus dianggap sebagai akta otentik, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya.
Berbeda dengan akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan pejabat, dimana
tanda tangan pejabat itu merupakan jaminan otentisitas dari akta itu, sehingga oleh

44
Tobing, Peraturan…, hal. 46-47.
karenanya mempunyai kekuatan pembuktian lahir, maka akta di bawah tangan tidak
mempunyai kekuatan pembuktian lahir, karena tanda tangan pada akta di bawah
tangan selalu masih dapat dipungkiri oleh si penandatangan sendiri atau oleh ahli
warisnya tidak diakui.

b. Kekuatan pembuktian formil (Formil Bewijskracth)

Kekuatan pembuktian formal ini didasarkan atas benar tidaknya ada pernyataan
oleh yang bertanda tangan di bawah akta itu. Dalam akta otentik, pejabat
pembuatan akta menyatakan dalam tulisan itu bahwa ada yang dinyatakan dalam
akta itu sebagaimana telah dicantumkan di dalamnya.
Pada akta pejabat (ambtelijke acte), pejabat pembuat aktalah yang menerangkan
apa yang dikonstatia oleh pejabat itu dan menuliskannya dalam akta, dan oleh sebab
itu apa yang diterangkan oeh pejabat tadi telah pasti bagi siapapun, sepanjang
mengenai tanggal pembuatan, tempat pembuatan akta dan isi/ keterangan dalam
akta itu. Dalam partij akten sebagai akta otentik, bagi siapapun telah pasti bahwa
pihak-pihak dan pejabat yang bersangkutan menyatakan seperti apa yang tertulis di
atas tanda tangan mereka.
Dalam hal ini, sudah pasti adalah: tanggal pembuatan akta, dan keaslian tanda
tangan pejabat dan para pihak serta saksi-saksi yang turut menandatangani akta
tersebut, serta kepastian bahwa para pihak ada menerangkan seperti apa yang
diuraikan/ dicantumkan dalam akta itu, sedang kebenaran dari apa yang diterangkan
oleh para pihak itu pada hakikatnya hanya pasti antara mereka sendiri.
Akta di bawah tangan baru mempunyai kekuatan pembuktian formal, jika tanda
tangan di bawah akta itu diakui/ tidak disangkal kebenarannya. Dengan diakuinya
keaslian tanda tangan pada akta di bawah tangan, maka kekuatan pembuktian
formal dari akta di bawah tangan itu sama dengan kekuatan pembuktian formal dari
akta otentik.

c. Kekuatan pembuktian materil (Materiele Bewijskracth)

Kekuatan pembuktian materil ini menyangkut pembuktian tentang materi suatu


akta, memberi kepastian tentang peristiwa bahwa pejabat dan para pihak melakukan
atau melaksanakan seperti apa yang diterangkan dalam akta itu.
Akta pejabat sebagai akta otentik, tidak lain hanya membuktikan apa yang
disaksikan, yakni yang dilihat, didengar dan juga dilakukan sendiri oleh pejabat itu
dalam menjalankan jabatannya. Akta para pihak menurut undang-undang
merupakan bukti sempurna bagi mereka dan ahli warisnya dan sekalian orang yang
mendapat hak darinya.
Akta di bawah tangan, jika tanda tangan di dalam akta itu tidak dimungkiri
keasliannya, serupa dengan partij akten sebagai akta otentik, mempunyai kekuatan
pembuktian materil bagi yang menandatanganinya, ahli warisnya serta para
penerima hak dari mereka, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1875 Kitab
Undang – undang Hukum Perdata (Pasal 288 Rbg).

DAFTAR PUSTAKA

1. BUKU

Andasasmita, Komar. Notaris II, Bandung : Sumur Bandung, 1982

Badrulzaman, Mariam Darus. K.U.H. Perdata Buku III. Hukum Perikatan dengan
Penjelasan. Cetekan ke-2. Bandung: Alumni Bandung, 2006.

------------------, Mariam Darus, et al. Kompilasi Hukum Perikatan.Cetakan ke-1.


Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001.

------------------, Mariam Darus. Aneka Hukum Bisnis. Cetakan ke – 2. Bandung : PT.


ALUMNI, 2005.

Budiono, Herlien. Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang


Kenotariatan. Cetakan ke-2. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2010.
Harsono, Boedi. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang- Undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jilid I. Edisi Revisi. Jakarta:
Djambatan, 1999.

----------, Boedi. Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional. Edisi Revisi.


Jakarta: Universitas Trisaksi, 2007.

Hutabarat, Samuel M. P. Penawaran dan Penerimaan dalam Hukum


Perjanjian.Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. 2010

Ibrahim, Johanes. Pengimpasan Pinjaman (Kompensasi)dan Asas Kebebasan


Berkontrak Dalam Perjanjian Kredit Bank. Bandung : CV. Utomo, 2003.

Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Diterjemahkan oleh R. Subekti


dan R.Tjitrosudibio. Cetakan ke-35. Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2004.

Isnur, Yulian Eko. Tata Cara Mengurus Surat – surat Rumah dan Tanah.
Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2008.

J. Satrio. Hukum Perikatan Yang Lahir dari Undang-undang.Bandung : Citra


Aditya Bakti, 1995.

-----------. Hukum Perikatan : Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian. Bandung : PT.
Citra Aditya Bakti, 1995.

K. Wantjik Saleh, Hak Anda Atas Tanah, Jakarta : Ghalia, 1997

Meliala, A. Qiram Syamsudin. Pokok – Pokok Hukum Perjanjian Beserta


Perkembangannya, Yogyakarta : Liberty, 1985.

Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta : Liberty, 2002.

MR. Tirtaamidjaja, Pokok –Pokok Hukum Perniagaan, Jakarta : Djambatan, 1970


Nugroho, Heru. Menggugat Kekuasaan Negara, Surakarta : Muhammadiyah University
Press, 2001.

Pitlo, Pembuktian dan Daluarsa, Intermasa

Prodjodikoro, Wirjono. Hukum Perdata Tentang Persetujuan – persetujuan Tertentu,


Bandung : Sumur Bandung, 1981.

Rusli, Haridjan. Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan, 1993.

Sasangka, Hari. Hukum Pembuktian dalam Perkara Pidana, Bandung : MandarMaju,


2003.

Situmorang, Victor dan Cormentyna Sitanggang. Aspek Hukum Akta Catatan Sipil di
Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 1991.

Soekanto, Soerjono dan dan Sri Mamudj. Penelitian Hukum Normatif. Edisi 1.
Cetakan ke-12. Jakarta: Rajawali Pers. 2010.

-----------, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Cetakan ke-3. Jakarta: UI Press,


1986.

Soemadipradja, Rahmat S.S,. Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa.


Jakarta: Nasional Legal Reform Program, 2010.

Subekti. Aneka Perjanjian. Cetakan ke-10. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995.

----------. Hukum Perjanjian, cet. 21. Jakarta: PT Intermasa, 2005.

---------. Hukum Perjanjian. Cetakan ke-21. Jakarta: Intermasa, 2005.

----------. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Cetakan ke-29. Jakarta: Intermasa, 2001.

Suharnoko. Hukum Perjanjian. Teori dan Analisa Kasus.Edisi Pertama. Cetakan ke-3.
Jakarta: Kencana, 2004.
Surajiman, Perjanjian Bersama, Jakarta : Pusbakum, 2001.

Tobing, G.H.S. Lumban. Peraturan Jabatan Notaris. Cetakan ke-3. Jakarta: Erlangga,
1983.

Usman, Rachmadi. Aspek-Aspek Hukum Perbankan Indonesia. Cetakan kedua.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.

2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Indonesia. Undang-Undang Tentang Jabatan Notaris, UU No. 30 tahun 2004, LN No.


117 tahun 2004, TLN No. 4432.

-----------. Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, Undang-Undang No. 5 Tahun 1960,


LN No. 104 Tahun 1960, TLN No. 2043.

-----------. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Pendaftaran Tanah, PP


No. 24 Tahun 1997.

------------. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Peraturan Jabatan


Pejabat Pembuat Akta Tanah, PP No. 37 tahun 1998.

3. ARTIKEL

Budiono, Herlien. artikel “Pengikat Jual Beli dan Kuasa Mutlak” Majalah
Renvoi, edisi Tahun I, No. 10, Bulan Maret 2004.
Mertokusumo, Sudikno. artikel “Arti Penemuan Hukum” Majalah Renvoi, Edisi
Tahun I No. 12, Bulan Mei 2004.
CONTOH AKTA NOTARIS

PERJANJIAN PENGIKATAN UNTUK JUAL BELI


Nomor: 18

- Pada hari ini, Senin, tanggal 20-05-2010 (dua puluh


Mei dua ribu sepuluh), Pukul 13.00 WIB (tiga belas
nol-nol Waktu Indonesia Barat).---------------------
- Berhadapan dengan saya, DENNY KURNIAWAN, Sarjana
Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di Kota
Administrasi Jakarta Utara, dengan dihadiri oleh
saksi-saksi yang nama-namanya akan disebutkan pada
bagian akhir akta ini dan telah dikenal oleh saya,
Notaris:--------------------------------------------
I. Tuan DEWA HENDRAWAN, lahir di Jakarta, pada
tanggal 06-06-1967 (enam Juni seribu Sembilan
ratus enam puluh tujuh), Warga Negara
Indonesia, Swasta, bertempat tinggal di Kota
Administrasi Jakarta Utara, Jalan Bukit Gading
Raya Nomor 12, Rukun Tetangga 012, Rukun Warga
005, Kelurahan Kelapa Gading Barat, Kecamatan
Kelapa Gading, Pemegang Kartu Tanda Penduduk
dengan Nomor Induk Kependudukan:
3172015806670001.-----------------------------
- Menurut keterangannya obyek perbuatan hukum
yang disebut dalam akta ini merupakan harta
bersama penghadap dengan istri penghadap dan
untuk melakukan perbuatan hukum dalam akta
ini, penghadap telah mendapatkan persetujuan
tertulis dari istri satu-satunya dari
penghadap yaitu Nyonya TALITA LATIEF, lahir
di Jakarta, pada tanggal 23-03-1968 (dua
puluh tiga Maret seribu Sembilan ratus enam
puluh delapan), Warga Negara Indonesia, Ibu
Rumah Tangga, bertempat tinggal bersama
dengan penghadap selaku suami, sebagaimana
diuraikan dan dinyatakan dalam surat
persetujuan yang dibuat dibawah tangan pada
tanggal 12-01-2010 (dua belas Januari dua
ribu sepuluh), yang aslinya bermaterai cukup
dilekatkan pada minuta akta ini.------------
- Untuk selanjutnya disebut sebagai “PIHAK
PERTAMA”.-----------------------------------
II. Tuan HENDRA T, lahir di Jakarta, pada tanggal
13-01-1990 (tiga belas Januari seribu Sembilan
ratus Sembilan puluh), Warga Negara Indonesia,
Swasta, bertempat tinggal di Kota Administrasi
Jakarta Barat, Jalan Jendral Suprapto Raya
Nomor 13 Blok I.2, Rukun Tetangga 001, Rukun
Warga 002, Kelurahan Slipi, Kecamatan Grogol,
Pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor
Induk Kependudukan:
3172015801900003.----------------
- Untuk selanjutnya disebut sebagai “PIHAK
KEDUA”.-------------------------------------
- Para Penghadap telah saya, notaris kenal dari
identitasnya.---------------------------------------
- Para penghadap yang bertindak seperti tersebut
diatas terlebih dahulu menerangkan bahwa PIHAK
PERTAMA adalah pemilik dari/yang berhak
atas:---------------
- Sebidang Tanah yang terletak di Jalan Pegangsaan
Raya Nomor 10, Seluas 500 M2 (lima ratus meter
persegi), seperti yang diuraikan dalam Persil/Blok
010, Kohir Nomor 804 dengan batas-
batas:-----------------------
- Propinsi : DKI JAKARTA------------------
- Kabupaten : JAKARTA UTARA----------------

- Kecamatan : KELAPA GADING----------------


- Kelurahan : KELAPA GADING BARAT----------
- Demikian berikut segala sesuatu yang terdapat
diatas- tanah tersebut yang menurut sifat, guna dan
peruntukkannya atau menurut Undang-undang dapat
dianggap sebagai harta tetap; ----------------------
- untuk selanjutnya disebut ”Tanah”. -----------------
- Bahwa PIHAK PERTAMA bermaksud menjual ”Tanah”
tersebut kepada PIHAK KEDUA dengan harga yang telah
disepakati bersama yaitu sebesar Rp. 1.000.000.000,-
(satu milyar rupiah), dan pembayaran akan dilakukan
secara bertahap.------------------------------------
- Bahwa berhubung sertipikat atas ”Tanah” tersebut
sedang dalam proses pensertipikatan, maka jual beli
tersebut belum mungkin dilaksanakan pada hari
ini.---
- Bahwa pembayaran harga penjualan ”Tanah” tersebut
dari PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA akan
dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: ----------
- Tahap Pertama sebesar Rp. 550.000.000,- (lima
ratus lima puluh juta rupiah) telah dibayarkan
oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA pada
tanggal 20-04-2010 (dua puluh April dua ribu
sepuluh) dan untuk penerimaan jumlah uang yang
telah diterima sebesar Rp. 550.000.000,- (lima
ratus lima puluh juta rupiah) tersebut, PIHAK
PERTAMA telah memberikan kwitansi tanda
penerimaannya secara tersendiri;
-------------------------------------
- Tahap Kedua dan terakhir sebesar Rp.
450.000.000,- (empat ratus lima piluh juta
rupiah) akan dibayar oleh PIHAK KEDUA kepada
PIHAK PERTAMA pada tanggal 20-08-2010 (dua puluh
Agustus dua ribu sepuluh) dan untuk penerimaan
jumlah uang yang akan diterima sebesar Rp.
450.000.000,- (empat ratus lima piluh juta
rupiah)tersebut, PIHAK PERTAMA akan memberikan
kwitansi tanda penerimaannya secara tersendiri;
------------------------------
- Maka dari apa yang diuraikan diatas agar supaya
dikemudian hari kedua belah pihak tidak
memungkirinya, maka PIHAK PERTAMA dengan ini berjanji
dan mengikat diri untuk menjual ”Tanah” berikut
segala sesuatu yang- ada diatasnya tersebut kepada
PIHAK KEDUA, yang dengan- ini berjanji dan mengikat
diri untuk membelinya dari PIHAK PERTAMA dengan harga
yang diperhitungkan dengan jumlah uang yang telah
diterima oleh PIHAK PERTAMA dari PIHAK
KEDUA;-----------------
- Selanjutnya para penghadap menerangkan bahwa
perjanjian jual beli ini dilangsungkan dan diterima
dengan memakai syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut:-------------------------------------
--------------------- Pasal 1 -----------------------
Harga penjualan/pembelian ”Tanah: yang akan
dilangsungkan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah
yang berwenang tersebut, akan diperhitungkan dengan
seluruh jumlah uang yang telah diterima PIHAK PERTAMA
dari PIHAK KEDUA berdasarkan akta ini, dan jual beli
”Tanah” tersebut harus dilaksanakan oleh PIHAK
PERTAMA kepada PIHAK KEDUA selambat-lambatnya dalam
waktu 14 (empat belas) hari
setelah.------------------------------
---------------------- Pasal 2 ----------------------
Penjualan dan Pembelian ”Tanah” tersebut
dilangsungkan dengan memakai syarat-syarat yang lazim
untuk jual beli diantaranya, tetapi tidak terbatas
pada syarat-syarat PIHAK PERTAMA menjamin bahwa
”Tanah” tersebut:
a. Tidak dikenakan
sitaan;---------------------------
b. Tidak menjadi jaminan sesuatu utang atau ikatan
berupa apapun juga;
------------------------------
c. Adalah benar-benar miliknya/haknya PIHAK PERTAMA
dan PIHAK PERTAMA yang berhak
menjual/memindahkannya, dan karena PIHAK PERTAMA
menjamin bahwa PIHAK KEDUA tidak akan mendapat
tuntutan dari pihak lain yang menyatakan
mempunyai hak terlebih dahulu atau turut-
mempunyai hak atasnya;
-----------------------------------------
--------------------- Pasal 3
-------------------------
- PIHAK PERTAMA berjanji dan mengikat diri kepada
PIHAK KEDUA untuk menyerahkan ”Tanah” tersebut
diatas dalam keadaan kosong seluruhnya bebas dari
penggarap/penghuni dan beban berupa apapun juga
selambat-lambatnya pada saat PIHAK KEDUA melunasi
seluruh harga penjualan ”Tanah”
tersebut;--------
- Bilamana salah satu pihak terlambat atau
melalaikan kewajibannya masing-masing sebagaimana
yang tercantum dalam akta ini, maka pihak yang
satu dikenakan denda untuk pihak lainnya sebesar
Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah) untuk tiap-tiap
hari keterlambatan;------------------------------
- Bilamana dalam waktu 14 (empat belas) hari berturut-
turut terhitung sejak tanggal PIHAK PERTAMA tidak
atau belum mengosongkan ”Tanah” tersebut dari semua
penggarap/penghuni dan beban berupa apapun juga, maka
dengan tidak mengurangi ketentuan mengenai denda
tersebut diatas PIHAK PERTAMA dalam akta ini memberi
kuasa dengan hak substitusi kepada PIHAK KEDUA atau
orang yang ditunjuk oleh PIHAK KEDUA untuk
mengosongkan sendiri ”Tanah” tersebut dari PIHAK
PERTAMA atau siapapun juga yang menggarap atau yang
memakainya, atas ”Tanah” tersebut, bilamana perlu
dengan bantuan dari alat negara (Polisi) atas ongkos,
resiko dan tanggung jawab PIHAK KEDUA melalaikan
kewajibannya untuk membayar harga pembelian ”Tanah”
tersebut, dalam waktu 14 (empat belas) hari berturut-
turut terhitung sejak tanggal 20-08-2010 (dua puluh
agustus dua ribu sepuluh) maka tanpa mengurangi
ketentuan mengenai denda tersebut dalam ayat 2 pasal
ini, PIHAK PERTAMA berhak membatalkan perjanjian ini
secara sepihak; -------------------------------------
- Dalam hal mana kedua belah pihak melepaskan
ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam pasal 1266
dan 1267 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, dan dalam
hal kejadian yang demikian PIHAK PERTAMA tidak
diwajibkan mengembalikan uang yang telah diterima
dari PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA tidak ada hak untuk
menuntut dikembalikannya jumlah uang yang telah
dibayarkan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA
berdasarkan akta ini;-
--------------------- Pasal 4 ---------------------
- Dengan ditandatanganinya perjanjian ini maka PIHAK
PERTAMA tanpa bantuan dari PIHAK KEDUA tidak
diperkenankan untuk memberikan sebagai jaminan,
menyewakan, menjual dan/atau dengan cara apapun
juga mengalihkan hak atas ”Tanah” tersebut kepada
pihak lain. --------------------------------------
- Sedangkan segala tindakan semacam itu yang
dilakukan oleh PIHAK PERTAMA tanpa bantuan dari
PIHAK KEDUA adalah tidak sah; --------------------
--------------------- Pasal 5 ---------------------
Guna lebih menjamin kedudukan PIHAK KEDUA atas
pelaksanaan penjualan dan pembelian ”Tanah” tersebut
pada waktunya sesuai dengan apa yang telah ditetapkan
dalam akta ini, maka PIHAK PERTAMA dengan ini memberi
kuasa kepada PIHAK KEDUA untuk pada waktunya setelah,
dan bilamana seluruh harga ”Tanah” tersebut telah
dibayar lunas oleh PIHAK KEDUA bertindak atas nama
PIHAK PERTAMA melaksanakan penjualan ”Tanah” tersebut
dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah yang berwenang,
kepada PIHAK KEDUA sendiri atau yang ditunjuk oleh
PIHAK KEDUA, demikian itu bilamana PIHAK PERTAMA
berhalangan untuk melaksanakan sendiri penjualan
tersebut sebagaimana mestinya, dan segala biaya
pelaksanaan jual beli yang sedemikian itu dipikul dan
dibayar oleh PIHAK KEDUA;----------------------------
----------------------- Pasal 6 ---------------------
- PIHAK PERTAMA dengan ini pula memberi kuasa kepada
PIHAK KEDUA setelah dan setelah harga ”Tanah”
tersebut telah dibayar lunas oleh PIHAK KEDUA
kepada PIHAK PERTAMA, untuk dan atas nama PIHAK
PERTAMA menggunakan dan menempati ”Tanah” tersebut
dan mewakili PIHAK PERTAMA dalam segala hal,
tindakan dan urusan baik tindakan pengurusan
maupun tindakan pemilikan, yang dapat dilakukan
PIHAK PERTAMA sebagai pemilik dari ”Tanah”
tersebut, tidak ada tindakan yang dikecualikan;
-------------
- Untuk itu menghadap dimana perlu, membuat/minta
dibuatkan dan menandatangani segala surat dan
akta-akta, menerima pembayaran-pembayaran dan
memberikan kwitansinya yang sah, membayar segala
biaya, memilih domisili dan melakukan segala
sesuatu yang dianggap perlu, tidak ada yang
dikecualikan; -----
----------------------- Pasal 7
----------------------
Kuasa-kuasa tersebut dalam akta ini merupakan bagian
yang penting dan syarat mutlak yang tidak dapat
dipisahkan dari perjanjian ini, yang tanpa adanya
kuasa-kuasa tersebut niscaya perjanjian ini tidak
akan- dibuat antara para pihak, karenanya kuasa-kuasa
tersebut merupakan kuasa-kuasa yang tidak dapat
dicabut kembali dan tidak akan berakhir karena sebab-
sebab yang tercantum dalam pasal 1813 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata; -------------------------------
----------------------- Pasal 8 ---------------------
- Perjanjian ini tidak akan berakhir karena
meninggalnya salah satu pihak akan tetapi
diteruskan dan wajib dipatuhi oleh (para) ahli
waris dari pihak yang meninggal dunia tersebut;
- Para Penghadap menyatakan dengan ini menjamin akan
kebenaran identitas para penghadap sesuai tanda
pengenal yang disampaikan kepada saya, Notaris dan
bertanggung jawab sepenuhnya atas hal tersebut dan
selanjutnya para penghadap juga menyatakan telah
mengerti dan memahami isi akta ini.---------------
----------------- DEMIKIANLAH AKTA INI ------------------
- Dibuat sebagai minuta dan diresmikan di Kota
Admistrasi Jakarta Utara, pada pukul, hari, tanggal,
bulan dan tahun seperti disebut pada awal akta ini
dengan dihadiri
oleh:-------------------------------------------------
1. Tuan DONY SAPUTRA, Sarjana Hukum, lahir di Bekasi,
pada tanggal 01-09-1981 (satu September seribu
sembilan ratus delapan puluh satu), Warga Negara
Indonesia, Karyawan Notaris, bertempat tinggal di
Kabupaten Bekasi, Jalan Permata Buaran Raya Nomor
31, Rukun Tetangga 004, Rukun Warga 006, Kelurahan
Parung Panjang, Kecamatan Bekasi Barat, pemegang
Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk
Kependudukan: 317200809810003.-------------------
2. Nona BELINDA INDRAWAN, Sarjana Hukum, lahir di
Jakarta, pada tanggal 18-02-1988 (delapan belas
Februari seribu sembilan ratus delapan puluh
delapan), Warga Negara Indonesia, Karyawan
Notaris, bertempat tinggal di Kota Administrasi
Jakarta Utara, Jalan Sunter Hijau VI Blok B.3
Nomor 20, Rukun Tetangga 001, Rukun Warga 003,
Kelurahan Sunter Agung, Kecamatan Sunter, Pemegang
Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk
kependudukan:
3172004802980001.---------------------------------
- Keduanya pegawai Kantor Notaris.----------------------
- Segera setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris,
kepada Para Penghadap dan saksi-saksi, maka akta ini
segera ditandatangani oleh Para Penghadap, saksi-saksi
dan saya, Notaris bertempat di Kota Administrasi
Jakarta Utara.
----------------------------------------
- Dilangsungkan dengan tanpa perubahan.-----------------

Jakarta, 20 Mei 2010


Notaris di Jakarta

NOTARIS DENNY KURNIAWAN, S.H., M.Kn.


UNIVERSITAS INDONESIA

JUAL BELI DAN PENGOPERAN/PELEPASAN HAK

Diajukan sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah


Pembuatan Akta Aneka Perjanjian A

Disusun Oleh:

Futri Wicaksono Br Surbakti (2006497056)


Maghfira Humaira (2006497232)
Muhammad Akbar Syawal (2006550036)
Nicholas Ardyanto (2006550130)
Triana Novia Tungga Dewi (2006497610)
Rahma Madania (2006497415)

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
JUNI 2021
BAB I
MATERI

1. Jual Beli
a. Pengertian
“Suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar
harga yang telah dijanjikan,” adalah definisi yang diberikan oleh Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (untuk selanjutnya disebut sebagai
“KUHPerdata”) mengenai jual beli sebagaimana dimuat pada ketentuan Pasal
1457. Istilah yang mencakup dua perbuatan yang bertimbal balik itu sejalan
pula dengan istilah Belanda “koop en verkoop” yang mengandung arti bahwa
pihak yang satu “verkoopt”/menjual sedang yang lainnya “koopt”/membeli.45
Berbagai negara tentu memiliki istilah jual beli sebagaimana halnya
dalam bahasa Inggris jual beli disebut “sale” yang berarti penjualan (hanya
dilihat dari sudut si penjual), begitu pula dalam bahasa Prancis disebut hanya
dengan “vente” yang juga diartikan sebagai penjualan, sedangkan dalam
bahasa Jerman dipakainya perkataan “kauf” yang berarti pembelian.46

b. Saat Terjadinya Perjanjian Jual Beli


Unsur esensialia dari perjanjian jual beli tidak lain mencakup barang
dan harga. Sesuai dengan asas konsensualisme maka perjanjian jual beli sudah
lahir pada detik tercapainya sepakat mengenai barang dan harga. Begitu kedua
belah pihak sepakat tentang barang dan harga maka pada saat itu pula lahirlah
perjanjian jual beli yang sah (Pasal 1458 KUHPerdata).47 Namun, perlu untuk
kita pahami bahwa kesepakatan mengenai barang dan harga tidak serta merta
melahirkan perjanjian jual beli tanah. Perjanjian yang terakhir ini harus
didasarkan pada hukum adat Indonesia yang menegaskan bahwa jual beli

45
Subekti, Aneka Perjanjian (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2016), hlm. 2.

46
Ibid.
47

Ibid., hlm 2.
tanah menghendaki adanya sifat terang dan tunai tidak sebatas pada sepakat
mengenai harga dan barang saja.

c. Kewajiban Penjual
Bagi penjual ada dua kewajiban utama yang dibebankan padanya,
kewajiban tersebut terdiri atas:
1) Menyerahkan hak milik atas barang yang diperjual belikan.
2) Menanggung kenikmatan tentram atas barang dan menanggung
terhadap cacat-cacat yang tersembunyi.
Pembahasan mengenai pengoperan akan penulis jabarkan pada bagian
“Pengoperan (levering)” di bawah. Terkait dengan kewajiban menanggung
kenikmatan tentram atas barang dan menanggung terhadap cacat-cacat yang
tersembunyi sejatinya kewajiban demikian hendak meluruskan bahwa barang-
barang yang dijual dan dilever itu adalah barang yang sungguh-sungguh
dimiliki oleh si penjual yang bebas dari suatu beban atau tuntutan pihak
lainnya sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi si pembeli. Mengenai
kewajiban untuk menanggung cacat-cacat tersembunyi dapat diterangkan
bahwa si penjual diwajibkan menanggung terhadap cacat-cacat tersembunyi
pada barang yang dijualnya yang mengakibatkan barang tersebut tidak dapat
dipakai atau mengurangi esensi penggunaan barang demikian.48 Manaka
pembeli mengetahui barang tersebut adalah barang cacat tentu saja si pembeli
tidak akan mengambil barang tersebut atau tetap mengambilnya dengan harga
yang relatif lebih murah.
Terhadap cacat-cacat yang kelihatan si penjual sejatinya tidak
diwajibkan menanggung hal tersebut sebab telah dianggap bahwa pembeli
menerima adanya cacat pada barang yang dibelinya. Perkataan tersembunyi
harus diartikan bahwa cacat tidak mudah dilihat oleh seorang pembeli,
sehingga manakala barang demikian memiliki cacat yang kasat mata maka si
penjual sebagaimana telah ditegaskan sebelumnya tidaklah memikul tanggung
jawab atas keadaan tersebut. Hal demikian sejatinya telah ditegaskan dalam
ketentuan Pasal 1505 KUHPerdata bahwa “Si penjual tidaklah diwajibkan
menanggung terhadap cacat yang kelihatan, yang dapat diketahui oleh di
pembeli.”
48
Ibid., hlm. 19.
Apabila si penjual telah mengetahui cacat-cacat tersembunyi dari
barang yang dijualnya, selain kewajiban mengembalikan harga pembelian
barang, ia juga diwajibkan mengganti semua kerugian yang diderita oleh si
pembeli, namun jika si penjual tidak mengetahui adanya cacat-cacat atas
barang yang dijualnya, ia hanya diwajibkan mengembalikan harga pembelian
dan mengganti kepada si pembeli biaya yang telah dikeluarkan untuk
penyelenggaraan pembelian dan penyerahan barang (Pasal 1508 dan Pasal
1509 KUHPerdata).

d. Kewajiban Pembeli
Membayar harga pembelian pada waktu dan ditempat sebagaimana
ditetapkan menurut perjanjian ialah kewajiban utama yang dipikul oleh si
pembeli. Menurut Subekti, harga yang dimaksud harus berupa sejumlah uang
walau dalam KUHPer tidak ditentukan secara tegas mengenai hal tersebut.
Umpamanya harga itu berupa barang, maka akan mengubah perjanjiannya
menjadi tukar menukar, atau jika harga itu berupa suatu jasa, tentulah
perjanjiannya menjadi perjanjian kerja, oleh karenanya harga yang dimaksud
dalam perjanjian jual beli harus berupa sejumlah uang.49
Manakala dalam perjanjian tidak ditetapkan mengenai tempat dan
waktu pembayaran, maka si pembeli diwajibkan untuk membayar pada tempat
dan waktu dimana penyerahan barang dilakukan (Pasal 1514 KUHPerdata).
Kewajiban lain yang dipikul oleh pembeli dituangkan pula dalam ketentuan
Pasal 1515 KUHPerdata yang menjabarkan bahwa “Si pembeli, biarpun tidak
ada suatu janji yang tegas, diwajibkan membayar bunga dari hasil pembelian,
jika barang yang dijual dan diserahkan memberi hasil atau lain pendapatan.”
Sikap tindak pembeli yang tidak membayar harga pembelian tentu
melahirkan wewenang bagi penjual untuk menuntut pembatalan pembelian
yang didasarkan pada ketentuan Pasal 1266 dan Pasal 1267 KUHPerdata.

e. Risiko dalam Perjanjian Jual Beli


Risiko ialah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu
kejadian atau peristiwa di luar kendali atau kesalahan salah satu pihak. Walau
dalam KUHPerdata Pasal 1460 hingga Pasal 1462 telah dijabarkan beban
49
Ibid., hlm. 20-21.
risiko secara berturut-turut terhadap barang tertentu; barang yang dijual
menurut berat, jumlah atau ukuran; dan barang yang dijual menurut tumpukan,
namun melihat perkembangan dan rasa keadilan khususnya keadilan bagi si
pembeli, dengan adanya Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun
1963, maka ketentuan Pasal 1460 KUHPerdata tidak berlaku lagi demikian
pula mempengaruhi keberlakuan Pasal 1462 KUHPerdata. Oleh karena itu,
kesimpulan yang dapat kita tarik adalah bahwa selama barang-barang dengan
apapun bentuknya belum dilever, risikonya masih harus dipikul oleh penjual
yang sejatinya masih bertindak sebagai pemilik barang sampai pada saat
barang itu secara yuridis diserahkan kepada pembeli.

2. Pengoperan Levering (Penyerahan)


a. Pengertian
Levering merupakan salah satu cara untuk memperoleh hak milik
karena adanya pemindahan hak milik dan seseorang yang berhak
memindahkannya kepada orang lain yang berhak memperoleh hak milik. Cara
memperoleh hak milik dengan levering merupakan cara yang paling banyak
dilakukan dalam kehidupan masyarakat sekarang.
Yang dimaksud hak milik dalam KUHPerdata Pasal 570 adalah :
Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan sesuatu kebendaan
dengan leluasa, dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan
kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan Undang-undang atau
peraturan yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak menetapkannya,
dan tidak mengganggu hak-hak orang lain kesemuanya itu dengan tidak
mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum
berdasar atas ketentuan Undang-undang dengan pembayaran ganti rugi.50
Karena “di dalam hak milik juga ada fungsi sosial yang bermanfaat bagi orang
lain”.51
Perkataan levering mempunyai dua arti yaitu:
1. Perbuatan yang berupa penyerahan kekuasaan belaka (feitelijke levering)

50
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, hlm. 181.

51
Idris Ramulyo, Beberapa Masalah Pelaksanaan Hukum Kewarisan Perdata Barat, hlm. 36.
2. Perbuatan hukum yang bertujuan memindahkan hak milik kepada orang lain
(juridische levering).52
Sedangkan levering menurut KUH Perdata Pasal 1475 “penyerahan
adalah suatu pemindahan barang yang telah dijual ke dalam kekuasaan dan
kepunyaan pembeli.”53
Melihat pengertian-pengertian levering di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa levering merupakan perbuatan hukum yang ditempuh guna
memindahkan hak milik atas barang dari penjual kepada pembeli.

b. Macam-macam Levering
Sebagaimana yang telah disebutkan di atas bahwa levering merupakan
perbuatan hukum (yuridis) yang bertujuan untuk memindahkan hak milik atas
suatu barang yang diperjualbelikan dari penjual ke pembeli.
Kewajiban menyerahkan hak milik bagi penjual meliputi segala perbuatan
yang menurut hukum diperlukan untuk mengalihkan hak milik atas barang
yang diperjualbelikan. Hukum dalam arti luas adalah “rangkaian peraturan-
peraturan mengenai tingkah laku orang sebagai anggota masyarakat”.54
Sedangkan yang dimaksud barang atau benda adalah “segala sesuatu
yang dapat dikuasai dengan hak milik, tanpa mempedulikan jenis atau
55
wujudnya”. Dalam hukum perdata secara umum benda dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu barang bergerak dan tidak bergerak, maka menurut
pembagian benda, levering juga dibedakan menjadi dua macam, yaitu levering
benda bergerak dan levering benda tak bergerak. Sebagaimana Pasal 504
KUHPerdata yang berbunyi “tiap-tiap kebendaan adalah bergerak atau tak

52
Ridwan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, hlm. 132.
53

Kitab Undang-undang Hukum Perdata, hlm. 379.


54

Wirjono Pradjodikoro, Asas-asas Hukum Perdata, hlm. 29.


55

Kartini Mulyadi dan Gunawan Wijaja, Seri Hukum Harta Kekayaan dan Kebendaan Pada
Umumnya, hlm. 31.
bergerak satu sama lain menurut ketentuan-ketentuan dalam kedua bagian
berikut”.56

1. Levering benda bergerak


Dalam KUH Perdata benda bergerak dibagi menjadi dua macam, yaitu
benda bergerak berwujud dan benda bergerak tidak berwujud. Adapun benda
bergerak mempunyai sifat atau ciri-ciri dapat dipindah atau dipindahkan.
Sebagaimana Pasal 509 yang berbunyi “kebendaan bergerak karena sifatnya
adalah kebendaan yang dapat berpindah atau dipindahkan”.57

a. Benda bergerak berwujud


Untuk benda bergerak berwujud, levering nya dilakukan dengan cara
penyerahan bendanya kepada orang yang berhak menerima, yang disebut
“penyerahan nyata” (ferlejke levering) atau dengan menyerahkan kunci di
mana benda ini disimpan. Hal ini berdasarkan Pasal 612 ayat (1) KUH Perdata
yang berbunyi :
“Penyerahan kebendaan bergerak yang tak bertubuh dilakukan dengan
penyerahan nyata akan kebendaan itu oleh atau atas nama pemilik, atau
dengan menyerahkan kunci dari bangunan dalam mana kebendaan itu
berada.”58

b. Levering benda bergerak tidak berwujud


Dalam KUHPerdata yang termasuk benda bergerak tidak berwujud
adalah berupa hak-hak piutang. Sedangkan piutang itu sendiri dibedakan
menjadi tiga macam yaitu piutang atas bawah (aan toonder), piutang atas
nama (op naam) dan piutang atas pengganti (aan order).
1) Levering surat piutang atas bawa (aan toonder)
Menurut Pasal 613 ayat (3) KUHPerdata yang berbunyi :

56
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, hlm. 167.

57
Ibid., hlm. 169.

58
Ibid., hlm. 189.
“Penyerahan tiap-tiap piutang karena surat bawa dilakukan dengan
penyerahan surat itu, penyerahan tiap-tiap piutang karena surat tunjuk
dilakukan dengan penyerahan surat disertai dengan indosemen”.59
Yang dimaksud dengan levering piutang atas bawa adalah dilakukan
dengan penyerahan surat itu sendiri yang tentunya sudah disepakati oleh
pihak-pihak tertentu. Misalnya: “saham-saham dalam perseroan terbatas
(PT)”.60
2) Levering piutang atas pengganti (aan onder)
Menurut Pasal 613 ayat (3) KUHPerdata yang berbunyi seperti di atas.
Maksudnya adalah penyerahannya dilakukan dengan menyerahkan surat
disertai endosemen, yakni “dengan menulis dibalik surat piutang yang
menyatakan kepada siapa surat piutang itu dialihkan. Misalnya cek-cek atau
wesel”.61
3) Levering surat piutang atas nama (op naam)
Menurut Pasal 613 ayat (1) KUH Perdata yang berbunyi :
“Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tak
bertubuh lainnya dilakukan dengan jalan membuat sebuah akta otentik atau
dibawa tangan, dengan mana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada
orang lain.”62
Levering surat piutang atas nama dilakukan dengan cara membuat akta
otentik atau di bawah tangan (cassie). Yang dimaksud adalah :
Penggantian kedudukan berpiutang dari kreditur lama yang dinamakan
cedent kepada kreditur baru yang dinamakan cessionaries. Sedangkan debitur
dinamakan cessus. Agar peralihan piutang ini berlaku terhadap kreditur, akta
cassie itu harus diberitahukan kepadanya secara resmi. Hak piutang dianggap
sudah beralih dari kreditur lama (cedent) kepada kreditur baru (cessionaries)
pada saat akta cassie dibuat, tidak pada waktu cassie diberitahukan cessus.”63
59
Ibid.
60
A. Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata I, hlm. 240.

61
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, hlm. 134.
62

Kitab Undang-undang Hukum Perdata, hlm. 189.


63

Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, hlm. 134.
Berbagai macam levering piutang di atas berdasarkan Pasal 613 ayat
(1) KUHPerdata yang berbunyi :
Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan kebendaan tidak
bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat akta otentik atau di bawah
tangan, dengan mana hak-hak kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain.64
Penyerahan yang demikian bagi si berutang tiada akibatnya, melainkan
setelah penyerahan itu di beritahukan kepadanya, atau secara tertulis dan
diakuinya.
“Penyerahan tiap-tiap piutang karena atas bawa dilakukan dengan
menyerahkan surat itu, penyerahan tiap-tiap piutang karena surat tunjuk
dilakukan dengan penyerahan surat disertai dengan endosemen”.65

2. Levering benda tidak bergerak


Dalam KUHPerdata Pasal 506, 507, 508 benda tidak bergerak banyak
sekali macam dan cirinya. Namun dapat disimpulkan menjadi 3 golongan
yaitu:
a. Benda yang menurut sifatnya tak bergerak yang dibagi lagi menjadi 3
macam :
1. Tanah;
2. Segala sesuatu yang menyatu dengan tanah karena tumbuh dan berakar
3. serta bercabang, seperti tumbuh-tumbuhan;
4. Segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena didirikan di atas
tanah itu karena tertanam dan terpaku, misalnya: pipa-pipa pabrik yang
tertanam di tanah.
b. Benda yang menurut tujuan pemakaiannya pabrik bersatu dengan benda
tidak bergerak, seperti :
1. Pada pabrik yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan pabrik misalnya
2. Mesin;
3. Pada suatu perkebunan : yaitu segala sesuatu yang dipergunakan
4. sebagai merabah tanah;
5. Pada rumah kediaman: segala kaca, tulisan-tulisan dan lain-lain;

64
Kitab Undang-undang Hukum Pardata, hlm. 189.

65
Ibid, hlm.189.
6. Barang-barang reruntuhan dari sesuatu bangunan yang digunakan lagi
7. untuk mendirikan bangunan.
c. Benda yang menurut undang-undang sebagai benda tidak bergerak seperti:
“Hak-hak atau penagihan mengenai suatu benda yang tidak
bergerak”.66 Tentang penyerahan barang tidak bergerak terdapat dua bentuk
penyerahan yaitu “penyerahan senyatanya dan penyerahan secara yuridis”. 67
Yang dimaksud penyerahan secara yuridis adalah membuat suatu surat
penyerahan (akta van transport) yang harus terdaftar dalam daftar hak milik
(regiser eigendom) yang disebut “balik nama”.68 Artinya dalam hal ini pihak-
pihak terkait membuat akte. Biasanya dalam jual beli akte dibuat sementara
terlebih dahulu karena sesudah itu ada akte lain. Hak ini dilakukan karena saat
pembuatan persetujuan jual beli dan penyerahan barang membutuhkan waktu.
Setelah adanya kesepakatan pembuatan perjanjian untuk memenuhi perikatan
pada tanggal tertentu maka penjual dan pembeli membutuhkan pada harganya
yang disebut “akta transport” yaitu “akta di mana pihak-pihak menuliskan
kehendaknya penjual menerangkan menyerahkan barang dan pembeli
menerangkan menerima barang”.69 Atau “akta yang dibuat pihak-pihak
tertentu dengan maksud balik nama akta itu di kantor hipotik untuk
memindahkan hak milik dari penjual ke pembeli”.70
Penyerahan barang tidak bergerak di atas didasarkan atas Pasal 616
yang dihubungkan dengan Pasal 620 KUHPerdata yang berbunyi :
“Penyerahan atau penunjukan akan kebendaan tidak bergerak dilakukan
dengan pengumuman akan akta yang bersangkutan dengan cara seperti
ditentukan dalam Pasal 620 ayat (1) dan (2)”.71
Pasal 620 KUHPerdata ayat (1) berbunyi :

66
Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, hlm. 109.
67
A. Vollmar, Pengantar Studi Hukum Pardata jilid II, hlm. 288.
68

Suhardana, Hukum Perdata I, hlm. 187.


69

A. Vollman, Pengantar Studi Hukum Perdata I, hlm. 241.


70

A. Pitlo, Tafsir Singkat Tentang Beberapa Bab Dalam Hukum Perdata, hlm. 49.
71

Kitab Undang-undang Hukum Perdata, hlm.189-190.


Dengan mengindahkan ketentuan-ketentuan termuat dalam tiga pasal
yang lalu, pengumuman termaksud di atas dilakukan dengan
memindahkan sebuah salinan otentik yang lengkap dari akta otentik
atau keputusan yang bersangkutan ke kantor penyimpanan hipotik,
yang mana dalam lingkungannya barang-barang tak bergerak yang
harus diserahkan berada, dan dengan membukukannya dalam register.

Pasal 620 KUHPerdata ayat (2) berbunyi :


Bersama-sama dengan pemindahan tersebut pihak yang berkepentingan
harus menyampaikan juga kepada penyimpan hipotik sebuah salinan
otentik yang kedua atau sebuah petikan dari akta/kutipan itu, agar
penyimpan mencatat di dalamnya hari pemindahan beserta bagian dan
nomor dari register yang bersangkutan.72

3. Pelepasan Hak
a. Pengertian Pelepasan Hak
Pada prinsipnya seseorang hanya berhak melakukan perbuatan hukum
atas barang atau hak-hak yang dimilikinya tergantung pada jenis atau sifat
barang-barang tersebut. Penguasaan barang bergerak dilakukan secara nyata
(feitelijke), memberikan bukti adanya hubungan hukum antara subyek hukum
tersebut dengan barang. Untuk penguasaan barang bergerak penguasaannya
adalah dengan penguasaan secara nyata atau yang disertai pula dengan
pencantuman nama dalam surat-surat atas barang tersebut. Sedangkan untuk
barang tidak bergerak dilakukan dengan membuktikan adanya penguasaan
atau kontrol atas barang tersebut, masih diperlukan suatu alat bukti tertentu,
seperti sertipikat tanah sebagai bukti kepemilikan subyek hukum atas suatu
bidang tanah. Pelepasan Hak (Rechtsverwerking) dapat diartikan sebagai
akibat yang timbul dari suatu pelepasan hak atau akibat yang timbul karena
tidak melakukan suatu perbuatan hukum yang merupakan kewajiban yang
harus dilakukan seseorang oleh hukum, sehingga sesuatu hak menjadi hilang.
Menurut Arie S. Hutagalung, pelepasan hak atas tanah dilaksanakan
apabila subyek yang memerlukan tanah tidak memenuhi syarat untuk menjadi
pemegang hak atas tanah yang diperlukan sehingga tidak dapat diperoleh
dengan jual beli dan pemegang hak atas tanah bersedia untuk melepaskan hak
atas tanahnya. Acara pelepasan hak wajib dilakukan dengan surat pernyataan
pelepasan hak tersebut dilakukan oleh pemegang hak atas tanah dengan
72
Ibid., hlm. 108.
sukarela. Oleh karena itu, menurut Arie, dasar hukum pelepasan hak atas tanah
diatur dalam Pasal 27, Pasal 34 dan Pasal 40 UU No. 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan tata cara pelaksanaannya diatur
dalam Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum (“Perpres 36/2005”).
Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, menurut Pasal 1 angka 6 Perpres
36/2005, adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak
atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan ganti rugi atas
dasar musyawarah. Pelepasan tanah ini hanya dapat dilakukan atas dasar
persetujuan dan kesepakatan dari pihak pemegang hak baik mengenai teknik
pelaksnaannya maupun mengenai besar dan bentuk ganti rugi yang akan
diberikan terhadap tanahnya. Adapun ganti rugi yang diberikan kepada pihak
yang telah melepaskan haknya tersebut adalah dapat berupa uang, tanah
pengganti atau pemukiman kembali. Pelepasan hak merupakan kegiatan
pengadaan tanah yang menerapkan prinsip penghormatan terhadap tanah.
Adapun pembebasan hak pada tanah dilaksanakan apabila:
1) Status hukum calon subyek pemegang hak atas tanah tidak sesuai
dengan status tanah yang tersedia.
2) Ada kesedian pemegang hak semula melepaskan hak atas tanahnya
Dengan adanya pelepasan hak, maka tanah yang bersangkutan menjadi
tanah negara. Pihak yang memerlukan tanah tersebut dapat mengajukan
permohonan hak atas tanah yang baru ke Kantor Pertanahan setempat sesuai
ketentuan undang-undang dan sesuai keperluannya. Sehingga pihak yang
bersangkutan mendapatkan hak atas tanah sesuai ketentuan undang-undang
dan sesuai keperluannya.
Hak atas tanah bersumber dari menguasai negara atas tanah dapat
diberikan kepada perseorangan baik warga negara Indonesia maupun warga
negara asing, sekelompok orang secara bersama-sama, dan badan hukum
publik.
b. Akibat Hukum Pelepasan Hak Atas Tanah
Dengan pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, maka terputus
sudah hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang
dikuasainya. Terputusnya hubungan-hubungan hukum antara pemegang hak
atas tanah dengan hak atas tanah yang dikuasainya tersebut terjadi dengan
pemberian ganti kerugian yang bentuk dan besarnya ditetapkan dalam
musyawarah. Dalam pelepasan atau penyerahan hak atas tanah terdapat unsur
pemberian ganti kerugian. Ganti kerugian diberikan oleh pihak yang
memerlukan tanah (perusahaan swasta) kepada pihak pemegang hak atas
tanah. Bentuk dan besarnya ganti keruguan ditetapkan atas dasar kesepakatan
dalam musyawarah antara pihak yang memerlukan tanah (perusahaan swasta)
dengan pihak pemegang hak atas tanah. Ganti kerugian diberikan untuk:
a) Hak atas Tanah
b) Bangunan
c) Tanaman
d) Benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.
Bentuk ganti kerugian dalam pelepasan atau penyerahan hak atas tanah
dapat berupa:
a) Uang
b) Tanah pengganti, dan/atau
c) Pemukiman kembali
Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah dapat dilakukan apabila
sudah tercapai kesepakatan dalam musyawarah antara perusahaan swasta
dengan pemegang hak atas tanah mengenai bentuk dan besarnya ganti
kerugian. Kalau sudah tercapai kesepakatan menganai bentuk dan besarnya
ganti kerugian, maka dibuatlah akta pelepasan hak atas tanah atau surat
pernyataan pelepasan hak atas tanah. Seiring dengan penandatangan akta
pelepasan hak atas tanah atau surat pernyataan pelepasan hak atas tanah oleh
pemegang hak atas tanah, maka perusahaan swasta menyerahkan ganti
kerugian secara langsung kepada pemegang hak atas tanah.
Boedi Harsono menyatakan bahwa dengan pelepasan hak atas tanah
tidak berarti hak atas tanah berpindah dari pemegang haknya kepada pihak
lain yang memberikan ganti kerugian, melainkan hak atas tanah tersebut hapus
dan kembali menjadi tanah Negara atau tanah yang dikuasai langsung oleh
Negara. Pelepasan hak atas tanah merupakan salah satu faktor penyebab
hapusnya hak atas tanah dan bukan pemindahan hak atas tanah. Dengan
pelepasan hak atas tanah oleh pemegang haknya, hak atas tanag tidak
berpindah kepada perusahaan swasta, melainkan hak atas tanah menjadi hapus
dan tanahnya kembali menjadi tanah Negara atau tanah yang dikuasai
langsung oleh Negara.

c. Ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam Akta Pelepasan Hak atas Tanah


yang dibuat oleh Notaris.
Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah, menurut Pasal 1 angka 6
Perpres 36/2005, adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum antara
pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memberikan
ganti rugi atas dasar musyawarah. pelepasan hak atas tanah dilakukan di atas
surat atau akta yang dibuat di hadapan notaris yang menyatakan bahwa
pemegang hak yang bersangkutan telah melepaskan hak atas tanahnya. Akta
atau surat dimaksud umumnya berjudul Akta Pelepasan Hak atau APH. APH
kadang dikenal juga dengan nama Surat Pelepasan Hak atau SPH. Menurut
Irma, APH harus dibuat di hadapan notaris agar kekuatan pembuktiannya
sempurna dibandingkan jika dibuat secara bawah tangan. APH tidak dibuat
oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) seperti halnya Akta Jual beli (AJB),
melainkan di hadapan Notaris.
Ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam Akta Pelepasan Hak atas
Tanah yang dibuat oleh Notaris yaitu:
a) Judul akta pelepasan hak atas tanah.
b) Nomor akta pelepasan hak atas tanah.
c) Saat dilakukan pelepasan atas tanah (hari, tanggal, bulan dan
tahun).
d) Nama Notaris yang membuat akta pelepasan hak atas tanah.
e) Pihak yang melepaskan hak atas tanah, yaitu nama, tempat lahir,
pekerjaan, alamat, nomor Kartu Tanda Penduduk.
f) Pihak yang menerima pelepasan hak atas tanah, yaitu nama, tempat
tanggal lahir, pekerjaan, alamat, nomor Kartu Tanda Penduduk.
Nama ini bertindak sebagai direktur dari perusahaan swasta.
g) Hak atas tanah yang dapat dilepaskan oleh pemegang haknya, yaitu
status hak atas tanah, bukti hak atas tanah (bersertipikat atau belum
bersertipikat), luas tanah (M2), letak tanah (Jalan, Kelurahan /
Desa, Kecamatan, Kabu- paten / Kota, Provinsi), dan batas-batas
tanah yang tidak dapat dilepaskan (utara, selatan, timur, dan barat).
h) Besarnya ganti kerugian yang diserahkan oleh per- usahaan
pemegang hak atas tanah.
i) Akibat hukum pelepasan hak atas tanah adalah hak atas tanah
menjadi tanah Negara dan selanjutnya dapat diberikan kepada
perusahaan swasta yang memberi ganti kerugian.
j) Jaminan dari pihak yang melepaskan hak atas tanah, yaitu pihak
yang melepaskan hak atas tanah adalah benar- benar pemegang
atau pemegang hak atas tanah, tanah yang dibebaskan tidak sedang
dalam kedaaan sengketa (gugatan), tidak sedang dalam jaminan
kepada pihak lain, dan tidak sedang dalam sitaan pihak lain.
k) Pihak-pihak yang memanggil akta pelepasan hak atas tanah, yaitu
Notaris, pihak yang melepaskan hak atas tanah (pemegang atau
pemegang hak atas tanah), pihak yang menerima pelepasan hak
atas tanah, 2 (dua) orang saksi.
Dengan dibuatnya akta pelepasan hak atas tanah, maka hak atas tanah
menjadi hapus dan tanahnya kembali menjadi tanah Negara. Selanjutnya
perusahaan swasta berkewajiban mengajukan permohonan permohonan hak
atas tanah yang dibebaskan tersebut kepada Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia melalui Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten /
Kota setempat. Dengan adanya pelepasan hak, maka tanah yang bersangkutan
menjadi tanah negara. Pihak yang memerlukan tanah tersebut dapat
mengajukan permohonan hak atas tanah yang baru ke Kantor Pertanahan
setempat sesuai ketentuan undang-undang dan sesuai keperluannya. Sehingga
pihak yang bersangkutan mendapatkan hak atas tanah sesuai ketentuan
undang-undang dan sesuai keperluannya. Namum, dalam praktiknya pihak
yang memerlukan tanah kadang menguasakan kepada Notaris untuk
mengajukan permohonan hak atas tanah yang baru ke Kantor Pertanahan
setempat.
Notaris berwenang membuat akta pelepasan hak atas tanah
berdasarkan ketentuan Pasal 15 ayat 2 huruf f Undang-undang No.30 Tahun
2004 tentang jabatan Notaris. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) tidak
berwenang membuat akta pelepassan hak atas tanah berdasarkan ketentuan
Pasal 2 ayat 2 Peraturan Pemerintah No.37 Tahun 1998 tentang Peraturan
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
d. Dasar Hukum Pelepasan Hak
Dasar Hukum Pelepasan hak atas tanah diatur dalam Pasal 27 Undang-
Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 yang berbunyi “hak milik hapus
bila:
a) Tanahnya jatuh kepada Negara:
1. Karena pencabutan hak berdasarkan Pasal 18;
2. Karena penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya;
3. Karena ditelantarkan;
4. Karena ketentuan Pasal 21 ayat (3) dan 26 ayat (2).
b) Tanahnya musnah
Pasal 34 Undang-undang Pokok Agraria Noor 5 Tahun 1960 “hak guna
usaha hapus karena:
1. Jangka waktunya berakhir;
2. Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena suatu syarat
tidak dipenuhi;
3. Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya
berakhir;
4. Dicabut untuk kepentingan umum.
Pasal 40 Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 “hak
guna bangunan hapus karena:
1. Jangka waktunya berakhir;
2. Dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu yang
tidak dipenuhi;
3. Dilepaskan oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya
berakhir;
4. Dicabut untuk kepentingan umum;
5. Ditelantarkan ;
6. Tanahnya musnah;
7. Ketentuan dalam Pasal 36 ayat (2).
Dan seluruh tata cara pelaksanaannya diatur dalam peraturan presiden
Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak Atas
Tanah dan Benda-benda yang ada diatasnya yang dapat memperoleh tanah
yakni subyek hukum yang terdiri dari:
1. Perorangan/orang
2. Badan hukum (perdata)
3. Badan hukum publik: departemen, lembaga non departemen,
instansi pemerintah
Menurut Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 ada 2
macam tanah yaitu:
2. Tanah Negara
Tanah Negara adalah tanah yang langsung dikuasai oleh Negara
yang diatasnya belum/tidak dilekati dengan suatu hak apapun.
3. Tanah Hak
Tanah hak adalah tanah yang diatasnya sudah dilekati/dibebani
dengan suatu hak atas tanah tertentu (Hak Milik, Hak Guna
Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pengelolaan Lahan, Hak Pakai,
Tanah Ulayat dan Tanah Wakaf).
Syarat-syarat memperoleh Tanah Hak:
1. Status orang/badan hukum yang memerlukan tanah.
2. Kesepakatan (ada tidaknya kesediaan pemegang hak untuk
melepaskan haknya/menjual tanahnya).
Cara memperoleh Tanah Hak:
1. Pemindahan hak atas tanah
- Syarat: jika yang memerlukan tanah memenuhi syarat sebagai
pemegang hak dan pemilik tanah bersedia untuk melepaskan
haknya secara sukarela.
- Macam: jual beli, tukar menukar, dan Hibah tanah.
- Sanksi ketat: apabila apabila yang memerlukan tanah tidak
memenuhi syarat dan pemindahan itu terjadi terkena ketentuan
Pasal 26 ayat (2) Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5
Tahun 1960.

2. Pelepasan hak/pembebasan tanah


- Syarat: jika yang memerlukan tanah tidak memenuhi syarat
sebagai pemegang hak atas tanah dan pemiliknya bersedia
melepaskannnya.
- Pelepasan hak adalah kegiatan melepaskan hubungan hukum
antara pemegang hak atas tanah yang dikuasainya dengan
memeberikan ganti kerugian atas dasar musyawarah.
- Ketentuan hukum yang mengatur pengadaan tanah:
a. Perpres Nomor 36 Tahun 2005 Jo Perpres Nomor 65 Tahun
2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum;
b. Peraturan Kepala BPN Nomor 3 Tahun 2007 tentang
ketentuan Pelaksanaan Perpres 65 Tahun 2006.
3. Pencabutan Hak atas Tanah
- Syarat: apabila cara pelepasan hak tidak menghasilkan kata
sepakat dan tanahnya benar-benar untuk kepentingan umum.
- Pencabutan hak atas tanah adalah pengambilan tanah
kepunyaan suatu pihak oleh Negara secara paksa yang
mengakibatkan hak atas tanah hapus tanpa yang bersangkutan
melakukan suatu pelanggaran atau lalai dan memenuhi
kewajiban umum.
- Dasar hukum:
Pasal 18 Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960:
“untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bersama dari
rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut dengan memberikan
ganti rugi yang layak menurut cara yang diatur dengan
Undang-undang.
PERJANJIAN JUAL BELI DAN PENGOPERAN HAK

NOMOR : 48

-Pada hari ini, Senin, tanggal 01-04-2018 (satu April dua-------

ribu delapan belas), pukul 11.00 WIB (sebelas Waktu------------

Indonesia Bagian Barat);-----------------------------------------------

-Berhadapan dengan saya, MAGHFIRA HUMAIRA, Sarjana------

Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris berkedudukan di-------

Jakarta Selatan, dengan wilayah jabatan seluruh Daerah-------

Khusus Ibukota Jakarta, dengan dihadiri oleh saksi-saksi------

yang akan disebut pada bagian akhir akta ini dan telah---------

dikenal oleh saya, Notaris :--------------------------------------------

1. a. Tuan NICHOLAS, lahir di Jakarta, pada tanggal---------

10-10-1970 (sepuluh Oktober seribu sembilan ratus------

tujuh puluh), Wiraswasta, Warga Negara Indonesia,------

bertempat tinggal di Jakarta Selatan, Apartemen----------

Pakubuwono Cottonwood 19 F, Rukun Tetangga 003,- - - -

Rukun Warga 001, Kelurahan Gunung, Kecamatan-------

Kebayoran Baru, Pemegang Kartu Tanda Penduduk------

dengan Nomor Induk Kependudukan :----------------------


3174071010700009;--------------------------------------------

b. Nyonya RAHMA, lahir di Jakarta, pada tanggal---------

10-05-1975 (sepuluh Mei seribu sembilan ratus tujuh----

puluh lima), Wiraswasta, Warga Negara Indonesia,--------

bertempat tinggal bersama dengan penghadap-------------

suaminya tersebut di atas, Pemegang Kartu Tanda--------

Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan :---------

3174071015750002;--------------------------------------------

-Menurut keterangannya, para penghadap adalah suami-----

isteri dan dengan ini telah saling memberikan persetujuan- -

untuk melakukan tindakan hukum dalam akta ini.-----------


-Untuk selanjutnya dalam akta ini disebut :--------------------

-------------------------------PIHAK PERTAMA---------------------------

2. Tuan HALBERTO, lahir di Jakarta, pada tanggal --------------

08-02-1990 (delapan Februari seribu sembilan ratus----------

sembilan puluh), Wiraswasta, Warga Negara Indonesia,------

bertempat tinggal di Jakarta Selatan, Apartemen--------------

The Pakubuwono View, Lantai 27 A, Jalan Sultan-------------

Iskandar Muda Nomor 12, Rukun Tetangga 006,---------------

Rukun Warga 001, Kelurahan Kebayoran Lama----------------

Utara, Kecamatan Kebayoran Lama, Pemegang Kartu---------

Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan :-----

3174050802900001;-------------------------------------------------

-Untuk selanjutnya dalam akta ini disebut :--------------------

---------------------------------PIHAK KEDUA-----------------------------

-Para penghadap telah dikenal oleh saya, Notaris ;----------------

-Penghadap PIHAK PERTAMA menerangkan bahwa--------------

dengan tidak mengurangi izin dari pihak yang---------------------

berwajib, telah menjual, mengoperkan dan menyerahkan-------

kepada Penghadap PIHAK KEDUA yang menerangkan-----------


telah membeli, menerima pengoperan dan menerima-------------

penyerahan dari PIHAK PERTAMA berupa :------------------------

-Sebuah bangunan terbuat dari dinding tembok, atap-----------

genteng, lantai keramik, berikut turutan-turutannya,------------

yang pendiriannya telah mendapatkan izin dari instansi---------

yang berwenang dalam Surat Izin Mendirikan Bangunan--------

tanggal 12-08-2008 (dua belas Agustus dua ribu------------------

delapan) Nomor : 640.015.952/PS/2008, yang aslinya-----------

diperlihatkan kepada saya, Notaris, didirikan di atas-------------

sebidang tanah kaveling yang diuraikan dalam--------------------

Kartu Kaveling yang dikeluarkan oleh pihak yang-----------------


berwenang tertanggal 12-08-2008 (dua belas Agustus dua------

ribu delapan) Nomor : 12/VIII/Kav/2008 seluas 1000 m2-------

(seribu meter persegi), demikian berikut hak apapun-------------

yang akan diperoleh di kemudian hari atas tanah di--------------

mana bangunan tersebut didirikan, terletak di Provinsi----------

Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Wilayah Kota Administrasi- - -

Jakarta Selatan, Kelurahan Karet Semanggi, Kecamatan--------

Setiabudi, setempat dikenal sebagai Jalan Jenderal--------------

Gatot Subroto Nomor 5 ;-----------------------------------------------

-Demikian berikut segala hak dan kewajiban dengan-------------

nama apapun juga yang ada pada dan/atau dapat diperoleh- - -

berkenaan dengan tanah dimaksud di atas, tidak ada yang-----

dikecualikan ;------------------------------------------------------------

-Jual beli dan pengoperan hak menurut keterangan para-------

penghadap, telah diterima dan dilangsungkan denga harga-----

sebesar Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah),----------

jumlah uang mana sudah dibayar lunas oleh PIHAK KEDUA- - -

kepada PIHAK PERTAMA sebelum akta ini dibuat-----------------

dan ditandatangani oleh para penghadap, dihadapan saya,-----


Notaris dan untuk itu akta ini juga berlaku sebagai--------------

Tanda Terima atau Kwitansi yang sah ;-----------------------------

-Selanjutnya jual beli dan pengoperan hak ini menurut----------

para penghadap dilangsungkan dengan aturan-aturan----------

dan perjanjian-perjanjian sebagai berikut :-------------------------

----------------------------------- Pasal 1 --------------------------------

-Apa yang dijual dan dioperkan tersebut diserahkan oleh-------

PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA pada hari akta---------

ini, yaitu tanggal 01-04-2018 (satu April dua ribu delapan------

belas), demikian itu dalam keadaan sebagaimana adanya ;-----

-PIHAK KEDUA dengan ini melepaskan segala haknya untuk- -


menuntut PIHAK PERTAMA tentang kerusakan atau-------------

kekurangan dari apa yang dibeli dan diopernya tersebut.-------

----------------------------------- Pasal 2 --------------------------------

-Terhitung mulai hari dan tanggal tersebut pada Pasal 1,-------

PIHAK KEDUA menerima milik dan hasil-hasil dari apa yang---

dibeli dan diopernya tersebut dan mulai hari ini juga segala----

pajak-pajak serta pembayaran-pembayaran wajib lainnya------

berkenaan dengannya menjadi tanggungan sepenuhnya dari- -

PIHAK KEDUA, sedangkan mengenai kerugian tak terduga-----

menjadi tanggungan PIHAK KEDUA apabila rumah tersebut- - -

telah dikosongkan oleh PIHAK PERTAMA.--------------------------

----------------------------------- Pasal 3 --------------------------------

-PIHAK PERTAMA menjamin PIHAK KEDUA, bahwa -------------

tentang apa yang dibeli dan dioper tersebut,-----------------------

baik sekarang maupun di kemudian hari, PIHAK KEDUA-------

sekarang ataupun nanti di kemudian hari, tidak akan-----------

mendapat tuntutan dari pihak lain yang menyatakan------------

mempunyai hak terlebih dahulu atau turut mempunyai---------

hak atasnya, dan oleh karena itu PIHAK KEDUA dengan ini----
dibebaskan oleh PIHAK PERTAMA dari segala tuntutan dari----

pihak lain berkenaan dengan hak-hak tersebut.-------------------

----------------------------------- Pasal 4 --------------------------------

-Segala tunggakan-tunggakan pembayaran berkenaan-----------

dengan apa yang dijual dan dioperkan tersebut sampai ---------

dengan hari dan tanggal tersebut pada Pasal 1 jika ada,---------

merupakan tanggung jawab pihak Pertama untuk----------------

menyelesaikannya.------------------------------------------------------

----------------------------------- Pasal 5 --------------------------------

-Segala ongkos-ongkos berkenaan dengan jual beli dan----------

pengoperan hak ini, dipikul dan dibayar oleh PIHAK-------------


PERTAMA dan PIHAK KEDUA masing-masing dalam-------------

bagian yang sama;------------------------------------------------------

-Biaya untuk mendapatkan izin penggunaan bangunannya-----

serta sertipikat bagi tanah nantinya menjadi tanggungan-------

PIHAK KEDUA.-----------------------------------------------------------

----------------------------------- Pasal 6 --------------------------------

-PIHAK KEDUA dengan hak untuk memindahkan kuasa--------

tersebut serta menarik kembali pemindahan kuasa tersebut,---

dengan ini telah diberi kuasa oleh PIHAK PERTAMA--------------

untuk minta balik nama segala apa yang dibeli dan--------------

diopernya tersebut ke atas nama PIHAK KEDUA dan-------------

menerima balik nama tersebut;---------------------------------------

-Dan atau meminta suatu hak lainnya dari pihak yang----------

berwajib atas tanah tersebut dimaksudkan dalam akta ini,-----

lengkap dengan sertipikatnya;----------------------------------------

-Bilamana ternyata sertipikat bagi tanah tersebut----------------

dimaksudkan dalam akta ini dikeluarkan oleh pihak yang------

berwajib dengan tertulis atas nama PIHAK PERTAMA,-----------

maka PIHAK KEDUA dengan ini sudah diberi kuasa untuk-----


melakukan jual belinya atau pemindahan haknya kepada------

dirinya PIHAK KEDUA di hadapan Pejabat Pembuat Akta-------

Tanah, sehingga dengan demikian balik namanya ke atas-------

namanya PIHAK KEDUA dapat dilaksanakan;---------------------

-Dan yang demikian itu dengan harga serta syarat-syarat-------

yang dipandang baik oleh PIHAK KEDUA dengan sekaligus-----

mewakili PIHAK PERTAMA dalam jual beli dimaksud;------------

-Untuk keperluan tersebut dikuasakan menghadap di mana- - -

perlu, memberi keterangan, serta memperlihatkan surat yang--

diminta, membuat, minta dibuatkan, serta menandatangani ---

akta-akta atau surat-surat yang diperlukan, mengajukan-------


permohonan, memilih tempat kediaman hukum, melakukan- - -

pembayaran-pembayaran yang diharuskan dengan meminta- - -

tanda buktinya untuk itu dan umumnya melakukan segala- - - -

sesuatu yang perlu dan berguna untuk mencapai maksud------

tersebut di atas, tidak ada tindakan yang dikecualikan.---------

----------------------------------- Pasal 7 --------------------------------

-Kuasa-kuasa tersebut dalam akta ini, tidak dapat dicabut-----

oleh PIHAK PERTAMA dari PIHAK KEDUA dan merupakan------

bagian tidak terpisah dari akta ini, yang tanpa kuasa-kuasa- - -

tersebut akta ini tidak akan dibuat dan kuasa-kuasa itu pun- -

diberikan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA,---------

dengan melepaskan segala aturan-aturan yang termuat---------

dalam Pasal 1813 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata-------

yang mengatur dasar-dasar dan sebab-sebab yang---------------

mengakhiri suatu kuasa.-----------------------------------------------

----------------------------------- Pasal 8--------------------------------

-Mengenai akta ini, pelaksanaan dan semua akibatnya, para---

penghadap memilih tempat tinggal yang umum dan tetap-------

pada Kantor Panitera Pengadilan Negeri Kota Administrasi------


Jakarta Selatan di Jakarta.--------------------------------------------

--------------------------- DEMIKIAN AKTA INI ----------------------------

-Dibuat sebagai minuta dan dilangsungkan di Jakarta-----------

Selatan, Jalan Panglima Polim Raya Nomor 3D, pada------------

hari, tanggal, bulan, tahun dan waktu sebagaimana tersebut- -

pada awal akta ini, dengan dihadiri oleh :--------------------------

1. Tuan ARDYANTO, Sarjana Hukum, lahir di Jakarta,----------

pada tanggal 20-07-1990 (dua puluh Juli seribu sembilan- -

ratus sembilan puluh), Warga Negara Indonesia,--------------

Karyawan Swasta, bertempat tinggal di Jakarta Selatan,-----

Jalan Pelita Nomor 3, Rukun Tetangga 005, Rukun-----------


Warga 007, Kelurahan Cipete Selatan, Kecamatan------------

Cilandak, pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan---------

Nomor Induk Kependudukan 31.73.02.200790.6001;--------

2. Nona CELINE, Sarjana Hukum, lahir di Jakarta,

pada tanggal 02-01-1992 (dua Januari seribu sembilan------

ratus sembilan puluh dua), Warga Negara Indonesia,---------

Karyawan Swasta, bertempat tinggal di Jakarta Selatan,-----

Jalan Harapan Nomor 10, Rukun Tetangga 005, Rukun-----

Warga 007, Kelurahan Cipete Selatan, Kecamatan------------

Cilandak, pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan---------

Nomor Induk Kependudukan 31.73.02.020192.6003;--------

-Ke-2 (dua) nya pegawai Kantor saya, Notaris, yang saya,-------

Notaris kenal sebagai saksi-saksi;------------------------------------

-Segera setelah akta ini saya, Notaris bacakan kepada para-----

penghadap dan saksi-saksi, maka akta ini ditandatangani------

oleh para penghadap, saksi-saksi dan saya, Notaris--------------

serta untuk memenuhi ketentuan Pasal Ayat 1 huruf c----------

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2004----

tentang Jabatan Notaris yang telah diubah dengan---------------


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun-------------

2014, maka para penghadap membubuhkan sidik jari pada----

lembaran tersendiri untuk dilekatkan pada minuta akta ini. ---


-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------------------------------------------
-Dilangsungkan dengan tanpa perubahan.-------------------------

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA


Nichola
s Halberto
NICHOLAS HALBERTO
NICHOLAS HALBERTO

Rahma

RAHMA

SAKSI-SAKSI

Ardyanto Celine

ARDYANTO, S.H CELINE, S.H.

NOTARIS DI JAKARTA SELATAN

Maghfira Humaira

MAGHFIRA HUMAIRA, S.H., M.Kn.


PELEPASAN HAK ATAS TANAH

NOMOR : 88

-Pada hari ini, Senin, tanggal 10-03-2021 (sepuluh Maret dua

ribu dua puluh satu), pukul 10.00 WIB (sepuluh Waktu---------

Indonesia Bagian Barat);-----------------------------------------------

-Berhadapan dengan saya, LARASATI, Sarjana Hukum,---------

Magister Kenotariatan, Notaris berkedudukan di Jakarta--------

Selatan, dengan wilayah jabatan seluruh Daerah Khusus-------

Ibukota Jakarta, dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang----------

akan disebut pada bagian akhir akta ini dan telah----------------

dikenal oleh saya, Notaris :--------------------------------------------

1. Tuan HAMDI, lahir di Jakarta, pada tanggal----------------

08-02-1990 (delapan Februari seribu sembilan ratus-----

sembilan puluh), Wiraswasta, Warga Negara Indonesia,- -

bertempat tinggal di Jakarta Selatan, Apartemen----------

Pakubuwono Cottonwood 27 A, Rukun Tetangga 003,----

Rukun Warga 001, Kelurahan Gunung, Kecamatan-------

Kebayoran Baru, Pemegang Kartu Tanda Penduduk------

dengan Nomor Induk Kependudukan :----------------------


3174071010700009;--------------------------------------------

-Menurut keterangannya, objek perbuatan hukum yang------

disebut dalam akta ini merupakan harta bersama-------------

penghadap dengan istri penghadap dan untuk melakukan---

perbuatan hukum dalam akta ini, penghadap telah-----------

mendapat persetujuan dari istri satu-satunya penghadap,- - -

yaitu Nyonya SARAS, lahir di Jakarta, pada tanggal 10-05-

1990 (sepuluh Mei seribu sembilan ratus sembilan puluh),- -

Wiraswasta, Warga Negara Indonesia, bertempat tinggal------

bersama dengan penghadap selaku suaminya, Pemegang----

Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk-------------------


Kependudukan 317407100590004, yang turut hadir----------

di hadapan saya, Notaris, dan turut serta-----------------------

menandatangani akta ini sebagai tanda persetujuannya.-----

-Untuk selanjutnya dalam akta ini disebut:---------------------

-------------------------------PIHAK PERTAMA---------------------------

2. Tuan LALO PUTRA LALO, lahir di Kupang, pada tanggal------

01-03-1990 (satu Maret seribu sembilan ratus-----------------

sembilan puluh), Wiraswasta, Warga Negara Indonesia,------

bertempat tinggal di Jakarta Selatan, Apartemen--------------

The Pakubuwono View Lantai 11 C, Jalan Sultan--------------

Iskandar Muda Nomor 12, Rukun Tetangga 011,---------------

Rukun Warga 001, Kelurahan Kebayoran Lama,---------------

Kecamatan Kebayoran Lama, Pemegang Kartu Tanda---------

Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan :-------------

3174050103900003;-------------------------------------------------

- menurut keterangannya dalam hal ini bertindak dalam-----

jabatannya selaku Direktur Utama perseroan terbatas--------

yang akan disebut, demikian bertindak untuk dan atas------

nama serta sah mewakili perseroan terbatas PT. SOLUSI-----


BISNIS SEJAHTERA, berkedudukan di Jakarta Selatan,------

yang seluruh anggaran dasar dan pengubahannya-----------

diumumkan dan dimuat dalam :----------------------------------

-Berita Negara Republik Indonesia tanggal 08-02-2008-------

(delapan Februari dua ribu delapan) Nomor 12, Tambahan- -

Nomor 8107, dan Nomor 108; -------------------------------------

-Akta tanggal 25-06-2013 (dua puluh lima Juni dua ribu- - - -

tiga belas) Nomor 48, yang telah mendapat persetujuan------

dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik-------

Indonesia dengan Surat Keputusannya tanggal-----------------

08-07-2013 (delapan Juli dua ribu tiga belas) nomor ---------


AHU-39432.AH.01.02 TH 2013;-----------------------------------

-Akta tanggal 10-07-2016 (sepuluh Juli dua ribu enam----

Belas) Nomor 21, yang telah diberitahukan, diterima serta---

dicatat dalam Database Sistem Administrasi Badan-----------

Hukum, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia--------

Republik Indonesia, tanggal 07-08-2016 (tujuh Agustus------

dua ribu enam belas) nomor AHU-01.10-193688,--------------

-Akta tanggal 10-07-2016 (sepuluh Juli dua ribu enam----

Belas) Nomor 21, yang telah diberitahukan, diterima serta---

dicatat dalam Database Sistem Administrasi Badan-----------

Hukum, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia--------

Republik Indonesia, tanggal 07-08-2016 (tujuh Agustus------

dua ribu enam belas) nomor AHU-01.10-193688,--------------

-Akta-akta tersebut dibuat di hadapan Doktor AMRUL--------

PARLOMOAN LOHANS, Sarjana Hukum, Lex Legibus---------

Magister, Notaris di Jakarta Selatan. ----------------------------

-Sedangkan susunan terakhir anggota Direksi dan Dewan---

Komisaris perseroan terbatas tersebut dimuat dalam akta- - -

tanggal 12-06-2020 (dua belas Juni dua ribu dua puluh)----


nomor 22, yang dibuat di hadapan RINI YULIANA, Sarjana---

Hukum, Notaris di Jakarta, yang telah diberitahukan,--------

diterima, dan dicatat oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi----

Manusia Republik Indonesia pada tanggal 16-06-2020-------

(enam belas Juni dua ribu dua puluh) nomor-------------------

AHU-AH.01.03-0249051. -------------------------------------------

-Untuk selanjutnya dalam akta ini disebut: --------------------

--------------------------------PIHAK

KEDUA-------------------------------Para penghadap telah dikenal

oleh saya, Notaris ;---------------------------------------------------

-Para penghadap dalam kedudukannya tersebut diatas,------


menerangkan kepada saya, Notaris, bahwa:---------------------

-Penghadap Tuan HAMDI tersebut menerangkan bahwa------

dengan ini melepaskan semua hak tanpa pengecualian-------

yang Pihak Pertama punyai dan/atau dapat dijalankan------

atas 1 (satu) bidang tanah Hak Milik seluas 500 M2-----------

(lima ratus meter persegi), yang terletak di Propinsi-----------

Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Kota Administrasi-----------

Jakarta Selatan, Kecamatan Kebayoran Baru, Kelurahan- - - -

Cipete Utara, sesuai Surat Ukur tanggal 17-09-2017----------

(tujuh belas September dua ribu tujuh belas), Nomor---------

00721/Cipete Utara/2017, Pembukuan Sertipikat-------------

tanggal 28-09-2017 (dua puluh delapan September dua------

ribu tujuh belas), Penerbitan Sertipikat Hak Milik-------------

tanggal 12-10-2017 (dua belas Oktober dua ribu tujuh-------

belas), dengan bukti kepemilikan Sertipikat Hak Milik--------

Nomor 517/Cipete Utara, tercatat atas nama HAMDI,---------

setempat dikenal sebagai tanah di Jalan Pangeran------------

Antasari Nomor 154, yang sertipikat aslinya telah-------------

diperlihatkan kepada saya, Notaris dan fotokopinya-----------


akan dilekatkan pada minuta akta ini.---------------------------

-Berikut segala sesuatu yang ada, berdiri, tumbuh dan-------

tertanam diatas satu bidang tanah tersebut yang--------------

menurut sifat peruntukannya dan/atau ketentuan------------

hukum, dianggap sebagai benda tetap.---------------------------

-Para penghadap tetap dalam tindakan masing-masing-------

tersebut menerangkan bahwa pelepasan hak atas tanah-----

menurut akta ini dilakukan demi kepentingan Pihak----------

Kedua, agar Pihak Kedua dapat memperoleh dari--------------

instansi yang berwenang (pemerintah).---------------------------

-Pihak Pertama dengan ini menyatakan secara tegas----------


tanpa dapat ditarik kembali, MELEPASKAN HAK atas-------

tanah tersebut, kepada Negara untuk selanjutnya-------------

akan dimohon dengan sesuatu hak baru oleh Pihak-----------

Kedua, selaku pihak yang telah memberikan ganti------------

rugi/goodwill atas pelepasan tanah tersebut, kepada----------

Pihak Pertama. Jumlah uang mana telah Pihak Pertama-----

terima seluruhnya lunas sebelum surat ini----------------------

ditanda tangani dan untuk penerimaan uang itu telah--------

Pihak Pertama buat/berikan kwitansinya tersendiri.----------

-Selanjutnya para penghadap tetap dalam tindakan-----------

masing-masing tersebut menerangkan, bahwa pelepasan- - - -

hak atas tanah tersebut, telah dilakukan dan diterima-------

pada hari ini dengan memakai syarat-syarat dan--------------

ketentuan sebagai berikut:-----------------------------------------

------------------------------- Pasal 1 ---------------------------------

-Berhubungan dengan pelepasan hak tersebut, terhitung----

mulai hari ini Pihak Pertama menyerahkan secara fisik-------

nyata tanah tersebut kepada Pihak kedua, yang menerima- -

pelepasan serta penyerahan hak itu dalam keadaan-----------


sebagaimana ternyata sekarang;----------------------------------

-Dengan telah terjadinya pelepasan penyerahan tersebut,----

maka terhitung mulai hari ini pula semua keuntungan,------

pendapatan, kenikmatan, kerugian, beban/kewajiban,-------

demikian pula resiko mengenai tanah tersebut, kecuali-------

ketentuan tersebut dalam pasal 2 (dua) dibawah ini-----------

menjadi hak dan tanggungan Pihak Kedua.---------------------

------------------------------- Pasal 2 ---------------------------------

Pihak pertama menjamin pihak kedua bahwa:------------------

-Tanah tersebut adalah milik/kepunyaan Pihak Pertama-----

sendirian (tidak ada orang lain yang turut memilikinya)------


dan ia berhak sepenuhnya untuk melepaskan haknya,-------

dan tanah tersebut tidak dikenakan suatu sitaan atau -------

tersangkut sebagai tanggungan untuk suatu piutang---------

atau diberarti dengan/secara apapun, pula tidak dalam------

sengketa, Sehingga Pihak Kedua tidak akan mendapat-------

gugatan atau tuntutan dari siapapun mengenai tanah--------

tersebut.---------------------------------------------------------------

-Apabila kelak dikemudian hari Pihak Kedua mendapat------

kesulitan dalam menjalani pengurusan berikutnya baik------

Balik Nama dan sebagainya yang berhubungan dengan------

pengurusan tanah tersebut diatas, maka selanjutnya---------

akan menjadi beban dan tanggung jawab Pihak Kedua,------

dengan ini Pihak Pertama terlepas dari segala beban----------

tuntutan dan tanggung jawab tersebut baik secara------------

hukum mapun financial dari Pihak Kedua maupun pihak----

lainnya.----------------------------------------------------------------

-------------------------------- Pasal 3 --------------------------------

Pihak Pertama dengan ini memberi kuasa kepada Pihak -----

Kedua.------------------------------------------------------------------
------------------------------ K H U S U S ---------------------------

-Selama Pihak Kedua belum mendapat suatu hak tanah-----

tersebut dari instansi pemberi hak/izin yang berwajib--------

(berwenang), untuk mewakili Pihak Pertama pertama---------

seluas-luasnya dalam segala sesuatu yang berhubungan-----

dengan pengurusan-pengurusan penggunaan dan-------------

penguasaan atas tanah tersebut tanpa pengecualian. --------

-Apabila pihak kedua tidak mendapat izin dari pelepasan----

hak atas tanah tersebut dan/atau permohonannya------------

untuk memperoleh hak guna bangunan atau suatu hak------

lainnya atas tanah itu tidak dapat dikabulkan (ditolak)-------


oleh instansi termaksud, sehingga pelepasan hak--------------

menurut akta Ini batal dengan sendirinya (menurut-----------

peraturan hukum), untuk dan atas nama Pihak----------------

Pertama melepaskan hak atau dengan secara apapun--------

mengalihkan hak atas tanah tersebut, kepada pihak lain- - - -

atau seseorang yang disetujui oleh instansi yang---------------

berwajib (berwenang), dengan ketentuan bahwa apabila------

ada menerima uang ganti kerugian/harga/pendapatannya- -

yang akan menjadi hak sepenuhnya dari pihak kedua.-------

-Untuk memohon hak guna bangunan atau suatu hak-------

lainnya atas tanah tersebut kepada instansi yang--------------

berwajib (berwenang) dan apabila hak tersebut sudah--------

diperoleh untuk mendapatkan dan menerima------------------

pendaftarannya itu atas nama pihak kedua; dan---------------

-Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan atau---------------

mengadakan perubahan-perubahan dalam akta ini,-----------

yang menurut pendapatkan instansi yang berwajib------------

(berwenang), diperlukan.--------------------------------------------

-Untuk melaksanakan hal-hal tersebut, maka yang diberi----


kuasa boleh (berhak untuk) menghadap instansi dan---------

kepada pejabat-pejabat yang berwajib (berwenang) antara- - -

lain Notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah dan Badan---------

Pertanahan Nasional, Untuk mengajukan surat-surat--------

permohonan dan surat-surat lainnya. Menandatangani,------

menyelesaikan dan selanjutnya melakukan segala-------------

Tindakan yang dianggap baik dan perlu oleh yang diberi-----

kuasa tanpa Pengecualian.-----------------------------------------

-Semua kekuasaan tersebut adalah kekuasaan tetap---------

yang tidak dicabut kembali dan tidak akan berakhir oleh- - - -

sebab-sebab yang ditetapkan dalam undang-undang----------


atau menurut peraturan perundangan (hukum) serta---------

menjadi bagian yang penting dan tidak dapat-------------------

dipisahkan dari pelepasan hak (perjanjian menurut-----------

akta ini), yang tidak akan dibuat tanpa adanya-----------------

kekuasaan tersebut.-------------------------------------------------

-Dalam melakukan kekuasaan tersebut yang diberi-----------

kuasa dibebaskan dari pertanggungjawaban sebagai----------

kuasa.------------------------------------------------------------------

-------------------------------- Pasal 4 --------------------------------

Bahwa guna kepentingan PELEPASAN HAK ini Pihak--------

Pertama memberikan kuasa kepada Pihak Kedua untuk-----

mengambil/menerima dan mempergunakan Sertipikat-------

Asli atas nama Pihak Pertama dimanapun Sertipikat----------

Asli tersebut berada sesuai peraturan----------------------------

perundang-undangan yang berlaku dan pemberian-----------

kuasa ini tidak dapat dicabut kembali tanpa adanya----------

persetujuan dari Pihak Kedua selaku pemegang hak----------

atas tanah tersebut.-------------------------------------------------

----------------------------------- Pasal 5 -----------------------------


Pelepasan hak ini dilakukan dengan pernyataan dan---------

jaminan sebagai tersebut:-------------------------------------------

Bahwa Pihak Pertama melepaskan kembali tanah-------------

tersebut kepada negara untuk kepentingan Pihak-------------

Kedua, dengan demikian Pihak Kedua mempunyai hak-------

atas tanah tersebut.-------------------------------------------------

----------------------------------- Pasal 6 -----------------------------

Biaya untuk akta ini menjadi tanggungan dan akan-----------

dibayar oleh Pihak Kedua.------------------------------------------

----------------------------------- Pasal 7 -----------------------------

Untuk semua urusan mengenai pelepasan hak-----------------


(perjanjian) menurut akta Ini dengan segala akibat------------

kedua pihak memilih domisili yang tetap dan umum----------

di kantor panitera Pengadilan Negeri Jakarta Selatan---------

di Jakarta.-------------------------------------------------------------

------------------------ DEMIKIANLAH AKTA INI -----------------

-Dibuat sebagai minuta dan dilangsungkan di Jakarta,-------

pada hari, tanggal, bulan, tahun dan waktu sebagaimana----

tersebut pada awal akta ini, dengan dihadiri oleh :------------

1. Tuan ARDYANTO, Sarjana Hukum, lahir di Jakarta, ------

pada tanggal 20-07-1990 (dua puluh Juli seribu -----------

sembilan ratus sembilan puluh), Warga Negara ------------

Indonesia, bertempat tinggal di Jakarta Selatan, Jalan ---

Pelita Nomor 3, Rukun Tetangga 005, Rukun Warga ------

007, Kelurahan Cipete Selatan, Kecamatan Cilandak, -----

Pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor ----------

Induk Kependudukan 3173020079060001; -----------------

2. Nona CELINE, Sarjana Hukum, lahir di Jakarta, pada ----

tanggal 02-01-1992 (dua Januari seribu sembilan ratus --

sembilan puluh dua), Warga Negara Indonesia,


-------------bertempat tinggal di Jakarta Selatan, Jalan

Harapan ------

Nomor 10, Rukun Tetangga 005, Rukun Warga 007, ------

Kelurahan Cipete Selatan, Kecamatan Cilandak, -----------

Pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor ----------

Induk Kependudukan 3173002019260001; -----------------

-Ke-2 (dua) nya pegawai kantor saya, Notaris, yang saya, -----

Notaris kenal sebagai saksi-saksi;

----------------------------------Segera setelah akta ini saya,

Notaris bacakan kepada para --

penghadap dan saksi-saksi, maka akta ini ditandatangani ---


oleh para penghadap, saksi-saksi dan saya, Notaris; -----------

-Dilangsungkan dengan tanpa perubahan. -----------------------

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Hamdi LALOPL
HAMDI LALO PUTRA LALO

Saras
SARAS

SAKSI-SAKSI

Ardyanto Celine
ARDYANTO, S.H CELINE, S.H.

NOTARIS DI JAKARTA SELATAN

Larasati
LARASATI, S.H., M.Kn.
UNIVERSITAS INDONESIA

Tugas Kelompok Pembuatan Akta Aneka Perjanjian


Berita Acara Undian

Disusun oleh:
Stella Defany Muslim (2006550420)
Lisha Trie Caesarani (2006549923)
Ripandi (2006497472)
Shinta Octaviani (2006497535)
Siti Adlia Catur Putri (2006550396)
Yulinda Bur (1906328212)
Malvin Nugroho (1906327544)

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
2021
● MATERI BERITA ACARA UNDIAN
- Pengertian Undian Berhadiah
Pengertian undian berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor
12 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah yaitu tiap-tiap
kesempatan yang diadakan oleh suatu badan untuk mereka yang setelah memenuhi
syarat-syarat tertentu dapat ikut serta memperoleh hadiah berupa uang atau benda, yang
akan diberikan kepada peserta-peserta yang ditunjuk sebagai pemenang dengan jalan undi
atau dengan lain cara menentukan untung yang tidak terbanyak dapat dipengaruhi oleh
peserta sendiri.73 Pengaturan mengenai undian secara khusus tidak diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata. Bahkan istilah "undian" sendiri tidak dapat ditemukan
dalam seluruh pasal yang dimuat dalam KUHPer. Meskipun tidak terdapat istilah
"undian" di dalam pengaturan ketentuan tentang perjanjian, undian merupakan suatu
perbuatan hukum menurut hukum Perdata.
Berdasarkan buku Aneka Perjanjian Prof. R Subekti, menyebutkan: "Undian atau
lotre, menurut sifatnya, juga termasuk pengertian perjudian, tetapi undian-undian yang
diadakan oleh instansi-instansi resmi atau badan-badan amal dengan izin
Pemerintah,dianggap sudah hilang sifatnya melanggar kesusilaan dan tidak lagi tunduk
pada ketentuan-ketentuan yang telah dibicarakan disini."74 Berdasarkan pernyataan ini,
dapat ditarik kesimpulan bahwa ketentuan tentang perjudian berlaku bagi undian, karena
mempunyai pengertian sama. Dengan demikian, undian merupakan perikatan yang
bersumber pada perjanjian khusus tentang persetujuan-persetujuan untung-untungan dan
termasuk ke dalam hukum perdata tentang perikatan.
Undian sebagai bagian dari perjanjian untung-untungan sebagaimana telah
disinggung di atas, merupakan perjanjian khusus dari Buku III tentang perikatan.
Pengertian perjanjian untung-untungan tercantum pada pasal 1774 KUHPER: "Suatu
persetujuan untung-untungan adalah suatu perbuatan yang hasilnya, mengenai untung-
ruginya. baik bagi semua pihak, maupun sementara pihak, bergantung kepada suatu

73
Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Undian Gratis
Berhadiah
74
Prof. Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti), 2014
kejadian yang belum tentu."75 Berdasarkan pengertian diatas ada tiga hal yang perlu
diperhatikan:
1. Ada kemungkinan terdapat lebih dari dua pihak yang terlibat dalam
"perbuatan" tersebut.
2. Perbuatan tersebut hasilnya mengenai "untung-rugi"
3. Digantungkan pada suatu "kejadian yang belum tentu".
Undian adalah perilaku hukum yang timbul karena pacta sunt servanda
(kesepakatan) antara para pihak yang terlibat didalamnya dan atau karena undang-undang
yang memberikan izin untuk diadakannya undian tersebut. Tetapi para pihak yang ikut
dalam perjanjian belum dapat memastikan mengenai hasil dalam perjanjian yang
dibuatnya, artinya apakah pihaknya akan mendapatkan hasil dari perjanjian tersebut atau
tidak sama sekali. Apabila pihaknya mendapatkan hasil disebut dengan untung, sehingga
pihak yang untung tersebut berhak atas prestasi yang diperjanjikan sebelumnya dan
memiliki hak untuk menuntut itu. Sedangkan bila tidak mendapatkan hasil,disebut rugi
dan tidak berhak atas prestasi yang diperjanjikan sebelumnya dan tidak memiliki hak
untuk menuntut prestasi yang diperjanjikan.
Kemudian, untuk menentukan suatu pihak untung atau rugi, digantungkan pada
peristiwa yang belum mempunyai suatu kepastian sama sekali. Karena undian adalah
suatu perjudian, maka perjanjian undian tidak memenuhi pasal 1320 KUHPer yaitu
"sebab atau causa yang halal." Sebab atau causa yang halal merupakan syarat objektif
sahnya suatu perjanjian, sehingga bila syarat ini tidak terpenuhi, maka perjanjian yang
terjadi batal demi hukum. Apabila perjanjian telah batal, dengan sendirinya tidak
memberikan kewajiban bagi pihak yang dijadikan debitur untuk mewujudkan apa yang
telah dijanjikan. sebagai konsekuensinya, kreditur tidak mempunyai hak untuk
menggugat hak yang lahir berdasarkan perjanjian yang mereka buat. Selain itu kreditur
tidak dapat menggugat di depan pengadilan (hakim) apabila debitur melakukan
wanprestasi. Apabila undian adalah suatu perjudian, yang melanggar kesusilaan, maka
dengan demikian undian adalah perjanjian yang pada saat lahirnya telah batal demi
hukum. Maka, sudah seharusnya undian dilarang dan tidak diakui adanya suatu perjanjian
undian. Namun demikian, tidak selalu perjudian itu melanggar kesusilaan sebab bila ada

75
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
terlebih dahulu izin dari pihak yang berwenang untuk memberikan izin tersebut,
hilanglah sifat melanggar kesusilaannya". Dengan demikian, terdapat undian yang tidak
sah karena melanggar kesusilaan dan undian yang sah, yaitu yang telah memperoleh izin
dari Pemerintah. Bila undian yang tidak sah diatur pada KUHPer pasal 1788 KUHPer
sampai pasal 1791 KUHPer, maka Undian yang sah diatur oleh undang-undang No.22
Tahun 1954 Tentang Undian. Sejalan dengan pernyataan di atas, KUHPer tidak
mencantumkan istilah undian, sementara undang-undang No. 22 Tahun 1954 Tentang
Undian, hanya memuat istilah "undian" saja, dan tidak membahas mengenai perjudian
atau pertaruhan. Dalam undang-undang No. 22 Tahun 1954 diberikan batasan terhadap
76
Undian seperti yang termuat di dalam pasal 1 ayat 2.” Yang diartikan dengan kata
undian dalam undang-undang ini ialah tiap-tiap kesempatan yang diadakan oleh suatu
badan untuk mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat tertentu dapat ikut serta
memperoleh hadiah berupa uang atau benda, yang akan diberikan kepada peserta-peserta
yang ditunjuk sebagai pemenang dengan jalan undi atau dengan lain cara menentukan
untung yang tidak terbanyak dapat dipengaruhi oleh peserta sendiri" Dari pengertian
diatas, dapat disimpulkan bahwa undian mengandung tiga unsur yaitu:
1. Membuka kesempatan untuk ikut serta memperoleh hadiah dengan memenuhi
syarat-syarat tertentu.
2. Penunjukan pemenang di antara para peserta tersebut didasarkan untung-
untungan.
3. Penunjukan para pemenang tersebut tidak terbanyak dapat dipengaruhi oleh
peserta sendiri.
Dari faktor-faktor di atas terlihat bahwa untuk menentukan peristiwa mengenai
hasil tentang untung-ruginya pihak dalam perjanjian undian yang digantungkan pada
peristiwa tersebut disyaratkan harus berdasarkan untung- untungan artinya digantungkan
dengan sengaja pada suatu kejadian yang belum tentu. Dari penjelasan di atas, maka
dapatlah disimpulkan bahwa perjanjian undian yang terdapat dalam undang-undang
No.22 Tahun 1954 merupakan bagian dari perjanjian untung-untungan sebagaimana
terdapat dalam pasal 1774 KUHPer. Dengan demikian, pengertian dari perjanjian undian

76
Undang-undang No. 22 Tahun 1954
termasuk ke dalam perjanjian khusus dari Buku III KUHPer khususnya perikatan yang
bersumber pada perjanjian.

- Beberapa Ketentuan Penyelenggaraan Undian Berhadiah, Antara Lain:


1. Undang-undang No. 22 Tahun 1954 tentang Undian
2. Undang-undang No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial
3. Undang-undang No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan
4. Peraturan Pemerintah No. 132 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan atas Hadiah
Undian
5. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2007 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak
6. Keputusan Presiden No. 48 Tahun 1973 tentang Penertiban Penyelenggaraan Undian
7. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 73/HUK/2002 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemberian Izin dan Penyelenggaraan Undian Gratis
8. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 13/HUK/2005 tentang Izin
Undian.
9. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah

- Subjek Dan Objek Dari Penyelenggara Undian Berhadiah


Subjek Undian merupakan pihak dalam undian. Dalam penje lasan umum
Undang-undang No. 22 tahun 1954 tentang Undian menentukan bahwa: “pada suatu
pihak penyelenggara undian dengan mudah dapat memperoleh uang yang diperlukannya
dan dilain pihak para peserta mempunyai harapan untuk memperoleh hadiah yang jauh
lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan jumlah uang yang dikeluarkannya untuk
menjadi peserta dalam undian”.77 Subjek hukum sebagai pendukung hukum perjanjian di
bidang harta kekayaan sekurang-kurangnya harus dua orang atau badan hukum dalam hal
ini sebagai pihak penyelenggara undian. Maka hesubyeknya antara lain:
1. Orang
2. Badan hukum (recht-persoon).
Objek perjanjian undian sendiri berupa uang maupun benda yang telah dijanjikan
oleh penyelenggara. Dalam penjelasan Pasal 1 ayat 2 Undang-undang No.22 Tahun 1954

77
Undang-undang No. 22 tahun 1954 tentang Undian
tentang Undian menyebutkan “dengan perkataan hadiah berupa uang atau benda diartikan
pula segala hadiah yang dapat dinilai dengan uang”.

- Tata Cara Permohonan Izin Dan Pengambilan Surat Keputusan Izin Menteri Sosial
Terkait Undian Adalah Sebagai Berikut:
Berdasarkan ketentuan Angka 3 Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No.
73/HUK/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Izin dan Penyelenggaraan
Undian Gratis, antara lain:78
1. Permohonan izin diajukan kepada Menteri Sosial Republik Indonesia up. Direktur
Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
sebelum penyelenggaraan undian
2. Permohonan izin dibuat secara tertulis diatas kertas kop surat resmi (asli),
bermaterai Rp. 6.000 (enam ribu), serta menyebutkan penanggung jawabnya
3. Permohonan izin harus ditandatangani langsung oleh penyelenggara dan tidak
boleh diwakilkan oleh agensi yang mengurusnya
4. Permohonan izin harus menyebutkan pokok-pokok kegiatan dari organisasi/badan
yang bersangkutan
5. Melampirkan surat rekomendasi dari Gubernur/Pemerintah Daerah setempat
6. Untuk penyelenggaraan undian yang berasal dari luar negeri harus diajukan oleh
organisasi/badan/perwakilan yang berkedudukan di Indonesia
7. Hadiah berupa barang harus mencantumkan harga menurut standar pasar dan
apabila ada perbedaan selisih harga sebanyak-banyaknya 5% (lima persen) dari
harga pasar yang berlaku
8. Hadiah-hadiah harus tersedia pada saat permohonan izin diajukan atau selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari sebelum penyegelan
9. Pada saat mengajukan permohonan izin undian, penyelenggara harus sudah
melampirkan bukti setor pajak sebesar 25% (dua puluh lima persen) terkait
dengan hadiah berupa uang tunai yang dimasukkan ke dalam kemasan produk.

78
Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 73/HUK/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Izin
dan Penyelenggaraan Undian Gratis
- Syarat-syarat Permohonan Izin Undian Berhadiah
Untuk mendapatkan izin penyelenggaraan undian, penyelenggara memenuhi
syarat-syarat, antara lain:79
1. Diajukan oleh suatu badan yang berbadan hukum atau yang tidak berbadan
hukum
2. Mempunyai akta pendirian atau akta notaris atau keputusan suatu pembentukan
panitia/organisasi
3. Mempunyai susunan pengurus/kepanitiaan
4. Mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
5. Menyebutkan pokok-pokok kegiatan dari organisasi/badan yang bersangkutan
6. Bagi badan yang akan menyelenggarakan undian gratis berhadiah sekurang-
kurangnya harus telah terdaftar pada instansi yang berwenang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
7. Bagi badan yang kegiatannya dibidang usaha perdagangan harus memiliki Surat
Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
8. Hadiah yang berupa barang harus mencantumkan harga sesuai dengan harga pasar
yang berlaku pada saat itu dan apabila ada perbedaan selisih harga atau sponsor
sebanyak-banyaknya 5% (lima persen) dari harga yang berlaku dengan disertai
surat pernyataan dari pihak sponsor yang bersangkutan
9. Hadiah harus tersedia pada saat permohonan izin diajukan atau sebelum jangka
waktu penyelenggaraan
10. Melampirkan surat kuasa bagi penyelenggara yang menggunakan agensi dan surat
tugas bagi penyelenggara yang menugaskan pegawainya untuk melakukan
pengurusan izin
11. Melampirkan contoh iklan/promosi pada saat mengajukan permohonan izin;
12. Untuk penyelenggaraan undian yang berasal dari luar negeri harus diajukan oleh
organisasi/badan/perwakilan yang berkedudukan hukum di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

79
Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 73/HUK/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Izin
dan Penyelenggaraan Undian Gratis
- Berita Acara Undian
Dalam pelaksanaan penarikan undian berhadiah atau kuis tentunya akan ada akta
otentik yang dihasilkan atau dibuat oleh Pejabat berwenang yang dalam hal ini adalah
Notaris yang menyaksikan jalannya penarikan undian berhadiah atau kuis, dalam hal ini
akta otentik yang dimaksud berupa Akta Relaas (akta pejabat) berbentuk berita acara
undian. Berita acara yang dimaksud merupakan pencatatan jalan pelaksanaan penarikan
undian atau kuis berhadiah, dimulai dari persiapan sampai penentuan pemenang dan
penyerahan hadiah kepada pihak yang memenangkan undian atau kuis berhadiah
tersebut. Berita acara tersebut merupakan suatu minuta yang akan disimpan oleh Notaris
yang ditunjuk untuk menyaksikan dan membuat berita acara pelaksanaan penarikan
undian atau kuis berhadiah. Dari minuta tersebut akan dibuat turunan berita acara
pelaksanaan penarikan undian atau kuis berhadiah yang akan diberikan kepada
penyelenggara, Dinas Sosial dan bila perlu pihak yang memenangkan dan memperoleh
hadiah. Apabila pelaksanaan undian berhadiah tanpa dibuatkan Berita Acara akan
berakibat hukum,sebagai berikut:
1. Secara hukum (legalitasnya) pelaksanaan undian berhadiah tersebut tidak
dilindungi oleh instansi terkait yang meliputi pejabat Departemen Sosial, Instansi
Sosial Provinsi setempat, Notaris, pihak penyelenggara dan Kepolisian setempat.
2. Pelaksanaannya undian tidak dilaksanakan secara transparan dan terbuka, jadi
dalam hal ini pihak yang memenangkan undian tidak diumumkan dalam surat
kabar/media massa.
3. Pihak pemenang tidak akan memperoleh kepastian hukum. Artinya apabila
pemenang tidak hadir di acara pelaksanaan penarikan undian, maka pihak
pemenang tidak dapat mengambil hadiah kepada pihak penyelenggara dalam
waktu telah yang ditentukan sebagaimana yang tertulis di dalam Berita Acara
pelaksanaan undian berhadiah tersebut.

- Peran Notaris dalam Penyelenggaraan Undian Berhadiah


Penyelenggaraan Undian wajib memenuhi ketentuan yang terdapat dalam undang-
undang No. 22 Tahun 1954 tentang Undian. Pemerintah Indonesia juga memiliki aturan
khusus mengenai penyelenggaraan undian gratis berhadiah (UGB). Hal ini diatur dalam
Peraturan Menteri Sosial (Permensos) Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah. Dalam peraturan tertulis bahwa pihak
penyelenggara diharuskan membayar sejumlah biaya serta harus menyertakan
kelengkapan seperti akta notaris atau berita acara notaris.
Perlu diketahui juga bahwa Undian Gratis Berhadiah yang selanjutnya disingkat
UGB adalah suatu Undian yang diselenggarakan secara cuma-cuma dan
digabungkan/dikaitkan dengan perbuatan lain.
Setiap undian gratis berhadiah harus seizin Menteri Sosial. Disebutkan bahwa
setiap penyelenggaraan undian gratis berhadiah harus mendapatkan izin terlebih dahulu
dari Kementerian Sosial dan permohonan izin UGB dilakukan dilakukan dengan
menggunakan sistem daring. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam pasal
12 Permensos Nomor 12 Tahun 201980. Bentuk izin tersebut dibuat dalam bentuk surat
keputusan Menteri Sosial. (Pasal 15 Permensos Nomor 12 Tahun 2019)
Penyelenggaraan Undian dilaksanakan melalui beberapa tahapan salah satunya
adalah tahapan penyegelan. Pelaksanaan penyegelan tersebut dilakukan terhadap sarana
dan prasarana yang akan digunakan untuk menentukan pemenang undian langsung dan
tidak langsung. Pelaksanaan penyegelan tersebut harus dilakukan di depan pejabat yang
berwenang salah satunya adalah notaris. Sesuai dengan ketentuan pasal 19 Permensos
Nomor 12 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Undian Gratis Berhadiah. Disebutkan
dalam peraturan bahwa pelaksanaan penarikan undian berhadiah harus disaksikan dan
dihadiri oleh pejabat yang berwenang yaitu kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang sosial, dinas sosial daerah provinsi, dan/atau dinas sosial daerah
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya dan juga Notaris.
Notaris berperan dalam proses pelaksanaan undian dari awal sampai akhir yaitu
dari proses penyegelan sampai dengan penentuan pemenang. Notaris bertugas melakukan
penyegelan terhadap lembar surat/kupon/sarana undian yang digunakan dalam
penyelenggaraan undian dengan melampirkan dokumen administrasi penyegelan yang
terdiri atas berita acara Penyegelan, surat pernyataan bermaterai mengenai jumlah media,
stiker segel dan dokumentasi. Berita acara terkait pelaksanaan penarikan undian
berhadiah tersebut harus dibuat sesuai dengan format yang terlampir dalam Permensos

80
Permensos Nomor 12 Tahun 2019
Nomor 12 Tahun 2019. Ketentuan ini berdasarkan pasal 19 Permensos Nomor 12 Tahun
2019.
Selain terhadap proses penyegelan notaris juga berperan pada proses penentuan
pemenang. Proses penentuan Pemenang undian dibagi menjadi dua yaitu secara secara
terbuka dan tertutup. Terhadap proses penentuan pemenang secara terbuka harus
disaksikan oleh petugas dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang sosial, dinas sosial daerah provinsi, dan/atau dinas sosial daerah kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangannya, serta notaris dan kepolisian (pasal 34 ayat (2) Permensos
Nomor 12 Tahun 2019, sedangkan terhadap penentuan pemenang undian secara tertutup
tidak perlu disaksikan oleh kepolisian hanya disaksikan oleh petugas kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial, dinas sosial daerah provinsi,
dan/atau dinas sosial daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya serta notaris.
Pada akhir penyelenggaraan undian notaris berperan dalam pengesahan dan
penetapan pemenang yang dibuat dalam bentuk berita acara pemenang dan akta berita
acara pemenang, yang disaksikan oleh petugas dari kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang sosial, dinas sosial daerah provinsi, dan/atau dinas sosial
daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya, serta notaris dan kepolisian sesuai
dengan tugas dan fungsinya. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada pasal
38 Permensos Nomor 12 Tahun 2019.
UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS
RINGKASAN MATERI PERJANJIAN KREDIT BANK

PA Aneka Perjanjian
Kelas A
Kelompok 6

1. Aldian Kukuh Trisetyadi (2006496753)


2. Ali Said Hilabi (2006496772)
3. Faiza Dianti (2006496993)
4. Indah Nur Avianty (2006497150)
5. Savitri Ramadhita (2006497503)
6. Rizky Ramadhany (2006550295)
Wihardjo

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
2021
Perjanjian kredit bank merupakan bentuk perjanjian yang tidak diatur dalam
KUHPerdata, untuk memahami perjanjian kredit bank menelusuri dulu tentang dasar dari
perjanjian kredit. Perjanjian dalam KUH Perdata diatur dalam Buku III tentang perikatan bab
kedua bagian kesatu sampai dengan bagian keempat. Pasal 133 KUHPerdata memberikan
rumusan tentang perjanjian sebagai berikut :
“suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.
Sistem Common Law dipahami perjanjian sebagai suatu nalar yang lebih merupakan
perjumpaan pendapat atau ketetapan maksud. Perjanjian adalah perjumpaan dari dua atau lebih
nalar tentang suatu hal yang telah dilakukan atau yang akan dilakukan. 81 Ciri kontrak yang utama
adalah bajwa kontrak merupakan suatu tulisan yang membuat janji dari para pihak secara
lengkap dan ketentuan-ketentuan dan persyaratan serta berfungsi sebagai alat bukti tentang
adanya kewajiban.
Suatu kontrak atau perjanjian dengan demikian memiliki unsur-unsur, yaitu :
a. Pihak pihak yang kompeten;
b. Pokok yang disetujui;
c. Pertimbangan hukum;
d. Perjanjian timbal balik;
e. Serta hak dan kewajiban timbal balik.
Syarat sahnya perjanjian secara umum diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, terdapatnya
4 syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya perjanjian, syarat-syaratnya tersebut, adalah :
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
b. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian;
c. Suatu hal tertentu;
d. Suatu sebab hal yang halal.
Syarat pertama dan kedua dinamakan syarat subjektif, apabila salah satu dari kedua
syarat tersebut tidak dapat dipenuhi, maka perjanjian dapat dibatalkan, sedangkan syarat ketiga
dan keempat merupakan syarat objektif, yakni jika salah satu dari kedua syarat tidak dipenuhi,
maka perjanjian menjadi batal demi hukum. Jika syaratnya terpenuhi maka berdasarkan Pasal

81
Budiono Kusumohamidjojo, Panduan untuk Merancang Kontrak, (Jakarta: Grasindo, 2001) , Hlm. 6
1338 KUHPerdata perjanjian telah mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan kekuatan
suatu Undang-Undang.
Rumusan dan pengertian tentang perjanjian kredit belum diatur dalam Peraturan
Perundang-Undangan. Walaupun demikian dalam Pasal 1 butir 11 Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
ditentukan bahwa kredit diberikan berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dan pihak lain, namun Undang-Undang tidak mengatur menentukan lebih lanjut
mengenai bagaimana bentuknya.
Hukum perjanjian tidak lepas dari paham individualisme sebagai ciri khas hukum
perjanjian dalam hak keabsahan, kesetaraan dan keterkaitan kontekstual. Sejumlah prinsip atau
asas hukum merupakan dasar bagi hukum perjanjian dalam perihal perbankan dicurahkan kepada
3 prinsip atau asas utama, yaitu :
a. Prinsip atau asas konsensualitas dimana persetujuan-persetujuan dapat terjadi karena
kehendak (konsensus) para pihak. Pada umumnya persetujuan dapat dibuat secara
bebas bentuk dan dibuat tidak secara formal melainkan konsensual (mengikat
mengenai persetujuan);
b. Prinsip atau asas kekuatan mengikat persetujuan menegaskan bahwa para pihak harus
memenuhi apa yang mereka setujui satu sama lain (mengikat menyangkut akibat
perjanjiannya);
c. Prinsip atau asas kebebasan berkontrak yang di mana para pihak diperkenankan
membuat suatu perjanjian sesuai dengan pilihan bebas mereka sendiri selama tidak
bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan (mengikat mengenai isi
perjanjian).
Subekti berpendapat bahwa pengertian tentang perjanjian kredit dirumuskan sebagai berikut,
bahwa :
“Dalam bentuk apapun juga pemberian kredit itu diadakan, dalam semuanya itu pada
hakikatnya yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam meminjam sebagaimana diatur
oleh KUHPerdata Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769”.82

82
Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992), Hlm. 5
Perjanjian kredit tidak tepat dikuasai oleh ketentuan BAB XIII buku III KUHPerdata
sebab antara “pinjam meminjam” dan “perjanjian kredit” memiliki perbedaan, antara lain :

PERJANJIAN KREDIT PINJAM MEMINJAM

Berkaitan dengan program pembangunan, Debitur dapat menggunakan uangnya secara


biasanya dalam pemberian kredit sudah bebas.
ditentukan tujuan penggunaan uang yang akan
diterima.

Pemberi kredit adalah Bank atau Lembaga Pemberi pinjaman bisa individu.
Pembiayaan (Pasal 1 Ayat (12) Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan).

Berlaku ketentuan dalam UUD 1945, ketentuan Berlaku ketentuan umum dari Bab XIII
bidang ekonomi dalam GBHN, Ketentuan Buku III KUHPerdata.
Umum KUHPerdata, Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 Tentang perbankan, Surat Edaran
Bank Indonesia (SEBI).

Pengembalian uang kredit disertai Bunga, Pengembalian uangnya hanya berupa bunga
imbalan, atau pembagian hasil. yang diperjanjikan saja.

Pada perjanjian kredit bank harus melihat Perjanjian pinjam meminjam merupakan
kemampuan debitur untuk pengembalian kredit pengamanan bagi kepastian pelunasan
yang dirumuskan dalam bentuk jaminan baik utang dan baru ada apabila diperjanjikan.
material maupun immaterial.

Perjanjian kredit perlu mendapatkan perhatian secara khusus baik oleh bank selaku
kreditur maupun debitur, disebabkan perjanjian kredit merupakan dasar hubungan kontraktual
antara pihak antara para pihak. perjanjian kredit mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut :
a. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok, artinya perjanjian kredit merupakan
sesuatu yang menentukan batal atau tidaknya perjanjian lain yang mengikutinya;
b. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan
kewajiban di antara kreditur dan debitur;
c. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.83
Di dalam praktik perbankan, setiap bank sudah menyediakan blanko perjanjian kredit yang
isinya telah disiapkan terlebih dahulu (standaardform). Blanko perjanjian kredit ini diserahkan
kepada debitur untuk di setujui dan tanpa memberikan kebebasan sama sekali untuk melakukan
negosiasi atas syarat-syarat yang diberikan. Perjanjian seperti ini dikenal sebagai perjanjian
adhesi atau perjanjian baku. Perjanjian baku bila suatu akta yang dibuat oleh notaris dengan
klausula-klausula yang hanya mengambil alih saja klausal-klausal yang diberikan oleh salah satu
pihak, sedangkan pihak yang lain tidak mempunyai peluang untuk meminta perubahan atas
klausal itu.
A. Akta Otentik dan Kedudukan Notaris dalam Pengikatan Perjanjian Kredit
1. Akta Otentik dan Kedudukan Notaris
Akta otentik dibuat oleh pejabat umum yang dapat disebut sebagai Notaris. Jabatan
seorang Notaris memiliki tugas untuk memberikan pelayanan kepastian hukum dalam bentuk
pembuatan akta otentik maupun pembuatan akta tanah di dalam tugasnya 2 (dua) fungsi pokok,
yaitu yang pertama Notaris memiliki tanggung jawab kepastian hukum kepada masyarakat atas
setiap pengesahan atas pengikatan-pengikatan hukum, dan yang kedua notaris memiliki
kewenangan yang diberikan oleh undang-undang sebagai pejabat negara untuk memberikan
penguatan hukum atas pengikatan-pengikatan hukum. Yang pada akhirnya memberikan
ketentraman dan rasa aman kepada masyarakat. Karena itu, berkaitan dengan tanggung jawab
seorang notaris dapat digambarkan secara teoritis, yaitu : secara etimologi (tata bahasa) tanggung
jawab berasal dari bahasa Inggris yaitu “Responsibility” yang artinya tanggung jawab,
bertanggungjawab atau yang memiliki tanggung jawab.84
Notaris sebagai pejabat negara yang menjalankan profesi pelayanan hukum kepada
masyarakat, yang dalam melaksanakan tugasnya perlu mendapatkan perlindungan dan jaminan
demi tercapainya kepastian hukum,85 selain itu Notaris sebagai pejabat negara mampu memberi
jaminan kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum dibutuhkan alat bukti tertulis yang

83
Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2001).
Hlm. 264-265
84
John M. Echols, Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia (An English-Indonesian Dictionary). Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta 2005. Hlm. 481
85
Konsideran sub c UU No. 30 Tahun 2004
bersifat otentik mengenai keadaan, peristiwa, atau perbuatan hukum yang diselenggarakan
melalui jabatan tertentu.86 Tugas-tugas yang dilakukan oleh notaris diantaranya membuat akta
otentik. Akta dimaksud, Adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan notaris menurut
bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam undang-undang ini.87
Sebuah akta dapat dikatakan sebagai akta otentik jika sesuai dengan Pasal 1868 Kitab
Undang-undang Hukum Perdata, yaitu :
a. Akta tersebut harus dibuat oleh dan/atau dihadapan pejabat umum, dalam hal ini Notaris
sebagai Pejabat Umum;
b. Akta tersebut harus dibuat di dalam wilayah kerja Pejabat umum tersebut, dalam hal ini
sesuai dengan Pasal 17 huruf a Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 jo. Undang-
undang Nomor 2 Tahun 2014, bahwa Notaris dilarang melaksanakan jabatannya diluar
wilayah kerjanya;
c. Akta tersebut dibuat dengan bentuk yang telah diatur dalam undang-undang, begitu pula
dengan Notaris akta yang dibuat harus sesuai dengan Pasal 38 Undang-undang Jabatan
Notaris.
Selain itu bentuk-bentuk akta yang bersifat administratif diatur dalam Peraturan Pemerintah dan
Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI yang menjelaskan tata laksana teknis di lapangan.
Berkenaan dengan bentuk-bentuk akta otentik yang dibuat dan merupakan kewenangan notaris
dapat dilihat dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris
menjelaskan bahwa :
a. Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan
ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang
dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin
kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan
kutipan akta, semua itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang;
b. Notaris juga berwenang mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal
surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus serta membukukan surat-
surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus.

86
Konsideran sub b UU No. 30 Tahun 2004
87
Pasal 1 Ayat 7 UU No. 30 Tahun 2004
2. Kedudukan Notaris dalam Pengikatan Perjanjian Kredit
Dalam membuat sebuah akta perjanjian kredit, seorang Notaris diharuskan bersikap
netral dengan tidak memihak di antara pihak bank maupun pihak nasabah. Hal ini dikarenakan
Notaris merupakan seorang pejabat umum yang aktanya memiliki kekuatan pembuktian hukum
yang sempurna sepanjang tidak dapat dibuktikan lain oleh pihak yang menyangkal, sehingga
apabila terjadi kekeliruan atau berisikan keterangan yang tidak benar, hal tersebut dapat
mempengaruhi fungsi dari jabatan Notaris dalam masyarakat yang membutuhkan perlindungan
hukum supaya terhindar dari ketidakpastian hukum. Notaris tentunya memiliki peranan penting
dalam pembuatan akta pemberian fasilitas kredit dari pihak bank kepada pihak nasabah. Peranan
yang dimiliki oleh notaris dalam akta perjanjian kredit tersebut adalah sebagai penyuluhan
hukum bagi para penghadap yang membutuhkan jasa notaris tersebut dan sebagai pembuat akta
otentik yang memiliki kekuatan pembuktian hukum yang dapat menjamin kepastian hukum serta
kepentingan para penghadap.
Notaris sebagai pejabat umum yang tidak memihak pada salah satu pihak membuat akta
tersebut benar-benar mampu melindungi para penghadap dengan kepastian hukum. Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris yang selanjutnya dapat disingkat dengan
UUJN menyatakan bahwa isi akta adalah gambaran dari kehendak dan keinginan dari para pihak
penghadap yang menghadap kepada Notaris, oleh karena itu akta yang dibuat Notaris tersebut
haruslah berkaitan dengan kehendak atau keinginan para penghadap itu sendiri, bukan keinginan
dari Notaris melainkan Notaris yang merangkainya dalam bentuk akta Notaris sesuai dengan
UUJN.88 Dari pemaparan tersebut, jelas bahwa Notaris dalam membuat akta perjanjian kredit
meski semua telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan akan tetap selalu terbawa ke
dalam suatu gugatan di Pengadilan. Hal seperti ini tidak dapat dihindari karena setiap masalah
bisa saja muncul meski yang kita lakukan sudah sesuai prosedur.
Perjanjian Kredit dengan jaminan yang dibebani Hak Tanggungan memiliki akibat
hukum, peranan Notaris penting disini karena akibat hukum dari sebuah perjanjian yang sah
adalah perjanjian tersebut berlaku seperti undang-undang bagi para pihak yang membuatnya,
artinya kesepakatan yang telah dibuat oleh para pihak yang membuatnya tidak boleh diingkari
dan dilanggar kecuali dengan alasan yang menurut undang-undang kesepakatan tersebut boleh

88
Habib Adjie, Merajut Pemikiran Dalam Dunia Notaris & PPAT, (Surabaya: Citra Aditya Bakti, 2010), hlm. 30
diingkari.89 Kepastian hukum, perlindungan para pihak, serta kekuatan pembuktian dijamin oleh
akta notariil dengan Jabatannya sebagai Pejabat Umum yang berwenang dalam hal tersebut.
Bisa disimpulkan dari pemaparan diatas, kelebihan Perjanjian Kredit yang dibuat dalam
akta notaril yaitu mengenai kepastian hukum dari perjanjian kredit itu sendiri dan kekuatan
pembuktian dari akta notaris tersebut. Notaris menjamin kepastian tanggal dan isi dari akta yang
dibuatnya serta pembuktian akta terebut sempurna dihadapan para pihak, pihak ketiga maupun
dihadapan hukum. Akan tetapi tidak semua perjanjian kredit dibuat dalam akta notaril, biasanya
Notaris membuat akta perjanjian kredit yang didalamnya terdapat sebuah hak kebendaan yang
dijaminkan guna pelunasan hutang tersebut.90 Selain terdapat jaminan, Perjanjian Kredit dibuat
dalam bentuk bawah tangan guna menghemat biaya yang dikeluarkan oleh nasabah.
Adapun akta perjanjian kredit yang dibuat oleh notaris adalah untuk menjamin kebenaran
dan memberikan kepastian hukum terhadap :
a. Perbuatan hukum pengikatan diri para pihak baik kreditur maupun debitur ke dalam suatu
pelaksanaan pemberian kredit oleh bank selaku kreditur kepada nasabah peminjam selaku
debitur, dengan jaminan kebendaan;
b. Adanya hak dan kewajiban kreditur dan debitur yang dinyatakan para pihak dalam
klausula akta yang harus dipatuhi dan dilaksanakan dengan itikad baik;
c. Kebenaran tentang kehadiran para penghadap (para pihak) dihadapan Notaris di tempat
dan pada waktu (tanggal) tertentu;
d. Benar para penghadap memberikan keterangan sebagaimana tercantum dalam akta
perjanjian kredit atau benar telah terjadi perbuatan hukum perjanjian kredit antara bank
selaku kreditur dan nasabah peminjam selaku debitur, sebagaimana disebutkan dalam
akta perjanjian kredit tersebut;
e. Benar telah terjadi pembacaan akta perjanjian kredit tersebut oleh Notaris dihadapan para
penghadap sebagaimana diterangkan pada bagian akhir akta perjanjian kredit tersebut;

89
Davit R. Kaawoan, TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM MEMBUAT PERJANJIAN KREDIT BANK
MENURUT KETENTUAN UU NO. 30 TAHUN 2004 JO UU NO. 2 TAHUN 2014, Lex Privatum Vol. VI/No.
7/Sept/2018, hlm. 144
90
Erprastiyaningrum, Siti Hajati Hoesin, Kewenangan dan Peran Notaris Dalam Rangka Pemberian Fasilitas Kredit
dari Bank (Studi Kasus Putusan Pengadilan Tinggi Bandung Nomor 459/PDT/2017/PT.BDG), hlm. 22
f. Benar telah terjadi penandatanganan akta perjanjian kredit tersebut oleh para penghadap
dihadapan Notaris sebagaimana telah diterangkan pada bagian akhir akta perjanjian kredit
tersebut.
Pasal 44 Ayat (2) UUJN mensyaratkan bahwa akta partij Notaris berupa akta perjanjian kredit
tersebut harus ditandatangani oleh para pihak yang berkepentingan dihadapan/disaksikan oleh
notaris yang bersangkutan secara langsung dengan kehadiran notaris tersebut secara fisik di
hadapan para pihak. Pembubuhan tanda tangan mempunyai beberapa fungsi, antara lain sebagai
identifikasi dan penyataan kehendak. Tanda tangan dalam akta bertujuan agar para pihak tidak
dapat memungkiri fakta yang dinyatakan.
Sebelum dilaksanakan penandatanganan akta perjanjian kredit tersebut, Notaris harus
terlebih dahulu membacakan akta perjanjian kredit tersebut kepada para pihak. Setelah para
pihak mengerti dan memahami isi dari perjanjian kredit yang dibuat oleh Notaris tersebut, para
pihak kemudian menandatanganinya, yang kemudian disusul tanda tangan saksi-saksi dan
terakhir adalah tanda tangan Notaris. Lalu kemudian Notaris mengeluarkan salinan akta
perjanjian kredit tersebut kepada masing-masing pihak. Sedangkan minuta akta perjanjian kredit
tersebut disimpan oleh notaris di dalam protokol Notaris.
Penandatanganan akta otentik perjanjian kredit yang dibuat oleh Notaris oleh para
penghadap, saksi saksi dihadapan notaris secara fisik merupakan suatu kewajiban dan merupakan
salah satu syarat yang harus dipenuhi Notaris agar akta yang dibuatnya dapat dinilai sebagai akta
otentik secara hukum. Hal ini termuat dalam ketentuan Pasal 16 Ayat 1 Huruf m UUJN Nomor
30 Tahun 2004 jo UUJN Nomor 2 Tahun 2014. Tidak terpenuhinya syarat yang ditentukan
dalam Pasal 16 Ayat 1 Huruf m mengakibatkan akta perjanjian kredit tersebut terdegradasi
menjadi akta di bawah tangan yang tidak lagi memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna
bagi para pihak.
Akta perjanjian kredit tersebut hanya memiliki kekuatan pembuktian sebagai akta di
bawah tangan yang sangat tergantung dari pengakuan dari orang-orang yang
menandatanganinya, ahli warisnya serta orang-orang yang mendapat hak dari mereka. Hal ini
dipertegas oleh Pasal 44 UUJN Nomor 30 Tahun 2004 jo UUJN Nomor 2 Tahun 2014 yang
menyebutkan bahwa, “Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
Ayat 1 Huruf m, mengakibatkan akta hanya mempunyai kekuatan pembuktian sebagai akta di
bawah tangan.” Terdegradasinya akta otentik Notaris perjanjian kredit menjadi akta di bawah
tangan merupakan suatu kesalahan/kelalaian dari Notaris sebagai pejabat umum.
Kesalahan atau kelalaian dari Notaris tersebut mengakibatkan timbulnya kerugian bagi
para pihak yang memiliki kepentingan terhadap akta perjanjian kredit tersebut. Akibat hukum
yang timbul adalah sesuai ketentuan yang termuat dalam Pasal 84 UUJN Nomor 30 Tahun 2004
jo UUJN Nomor 2 Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa, para pihak dapat menuntut biaya,
kerugian berikut bunganya kepada Notaris yang telah melakukan kesalahan atau kelalaian
tersebut.
B. Tanggung Jawab Hukum Sebagai Pejabat Umum dalam Merumuskan Akta
Perjanjian Kredit
Notaris sebagai pejabat umum yang berwenang membuat Akta Otentik dapat dibebani
tanggung jawab atas perbuatannya sehubungan dengan pekerjaannya dalam membuat akta
tersebut. Ruang lingkup pertanggungjawaban Notaris meliputi kebenaran materil atas Akta yang
dibuatnya, yaitu :
a. Tanggung jawab Notaris secara Perdata terhadap kebenaran materiil terhadap Akta yang
dibuatnya;
b. Tanggung jawab Notaris secara Pidana terhadap kebenaran materiil dalam Akta yang
dibuatnya;
c. Tanggung jawab Notaris berdasarkan Peraturan Jabatan Notaris terhadap kebenaran
materiil dalam Akta yang dibuatnya;
d. Tanggung jawab Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan kode etik
Notaris.
Notaris bertanggungjawab terhadap akta yang dibuat di hadapannya yang mengandung cacat
hukum, atau tidak memenuhi syarat formal. Hal ini tampak dalam Putusan Mahkamah Agung
dalam Perkara Nomor 1440.K/Pdt/1996. Bahwasannya seorang notaris mempunyai tanggung
jawab moral serta dapat dituntut untuk memberi ganti rugi terhadap pihak yang dirugikan karena
kelalaian notaris dalam akta yang dibuatnya.
Tanggung jawab Notaris sebagai pejabat umum meliputi tanggung jawab profesi Notaris
itu sendiri yang berhubungan dengan akta, adalah :
“Tanggung jawab Notaris secara perdata atas akta yang dibuatnya, dalam hal ini
adalah tanggung jawab terhadap kebenaran materiil akta, dalam konstruksi perbuatan
melawan hukum. Perbuatan melawan hukum disini dalam sifat aktif maupun pasif. Aktif
dalam artian melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan kerugian pada pihak lain.
Sedangkan pasif, dalam artian tidak melakukan perbuatan yang merupakan keharusan,
sehingga pihak lain menderita kerugian. Jadi unsur dari perbuatan melawan hukum
disini yaitu adanya perbuatan melawan hukum, adanya kesalahan dan adanya kerugian
yang ditimbulkan”.
Perbuatan melawan hukum disini diartikan luas, yaitu suatu perbuatan tidak saja melanggar
Undang-Undang, tetapi juga melanggar kepatutan, kesusilaan atau hak orang lain menimbulkan
kerugian. Suatu perbuatan dikategorikan perbuatan melawan hukum apabila perbuatan tersebut :
a. Melanggar hak orang lain;
b. Bertentangan dengan aturan hukum;
c. Bertentangan dengan kesusilaan;
d. Bertentangan dengan kepatutan dalam memperhatikan kepentingan diri dan harta orang
lain dalam pergaulan hidup sehari-hari.
Akibat hukum lainnya terhadap Notaris yang membuat akta perjanjian kredit, selain telah
terpenuhinya Pasal 1320 KUHPerdata, juga sudah sesuai dengan kewajiban notaris dan tidak
melanggar Pasal 16 tentang kewajiban Notaris, serta telah memenuhi Pasal 38, Pasal 39, Pasal
40, dan Pasal 44 Ayat (1 ), Ayat (2), Ayat (3) dan Ayat (4), Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 30 Tahun 2004 jo. Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris. Kewajiban seorang
Notaris sebagai pejabat publik yang bisa memberikan kepastian hukum bagi pengguna jasanya
telah jelas dijabarkan dalam Undang-undang Jabatan Notaris. Tentunya jika seorang Notaris
tidak menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, dan melanggar ketentuan tersebut
di atas, Notaris tersebut dapat dikenakan sanksi.
Sanksi terhadap Notaris diatur dalam Pasal 84 dan Pasal 85 Undang-Undang Jabatan
Notaris, ada 2 (dua) macam sanksi, yaitu :
a. Sebagaimana yang tersebut dalam Pasal 84 Undang-undang Jabatan Notaris, yaitu jika
Notaris melanggar ketentuan dalam Pasal 16 ayat (1) huruf I, Pasal 41, Pasal 44, Pasal
48, Pasal 49, Pasal 50, Pasal 51, dan Pasal 52. Jika ketentuan sebagaimana dalam pasal
tersebut diatas tidak terpenuhi, maka akta yang bersangkutan hanya mempunyai kekuatan
pembuktian sebagai akta dibawah tangan atau akta batal demi hukum, dan hal tersebut
dapat dijadikan alasan bagi para pihak yang tercantum dalam akta yang menderita
kerugian untuk menuntut penggantian biaya, ganti rugi dan bunga kepada Notaris;
b. Sebagaimana yang tersebut dalam Pasal 85 Undang-undang Jabatan Notaris, yaitu jika
notaris melanggar ketentuan Pasal 7, Pasal 16 Ayat (1) huruf a sampai dengan k, Pasal
17, Pasal 20, Pasal 27, Pasal 32, Pasal 37 Pasal 54, Pasal 58, Pasal 59 dan/atau Pasal 63,
maka Notaris akan dijatuhi sanksi berupa :
1) Teguran lisan;
2) Teguran tertulis;
3) Pemberhentian sementara;
4) Pemberhentian dengan hormat; dan
5) Pemberhentian tidak hormat.
Selain sanksi tersebut di atas, dikatakan pula oleh Soegianto bagi Notaris yang melanggar kode
etik maka akan dikenakan sanksi sebagai berikut :
a. Teguran;
b. Peringatan;
c. Schorsing (pemecatan sementara) dari keanggotaan Perkumpulan;
d. Onzetting (pemecatan) dari keanggotaan Perkumpulan;
e. Pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan Perkumpulan.
Sedangkan berkaitan dengan Perjanjian kredit yang dibuat Notaris dengan jaminan hak
tanggungan membawa akibat hukum, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa
perjanjian bukanlah perikatan moral tetapi perikatan hukum yang memiliki akibat hukum, akibat
hukum dari perjanjian yang sah adalah berlakunya perjanjian sebagai Undang-Undang bagi
mereka yang membuatnya. Yang dimaksud dengan berlaku sebagai Undang-Undang bagi
mereka yang membuatnya mengandung pengertian bahwa kesepakatan para pihak yang
dituangkan dalam perjanjian tidak boleh diingkari dan mengikat para pihak, kecuali adanya
kesepakatan para pihak dengan alasan Undang-Undang dinyatakan cukup untuk itu.
Lebih tepatnya hal tersebut sudah diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang berbunyi :
(1) “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya”.
(2) “Suatu perjanjian tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah
pihak, atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk
itu”.
Akibat hukum bagi notaris berkaitan dengan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat
sahnya kontrak ada 4 unsur yang berbunyi :
a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya (Penjelasan Pasal 1320 KUHPerdata);
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c. Suatu hal tertentu/pokok/objek suatu kontrak;
d. Suatu sebab halal.
Kewajiban seorang Notaris sebagai pejabat publik yang bisa memberikan kepastian hukum bagi
pengguna jasanya telah jelas dijabarkan dalam Undang-undang Jabatan Notaris. Tentunya jika
seorang notaris tidak menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, dan melanggar
ketentuan tersebut di atas, notaris dapat dikenakan sanksi. Sanksi terhadap notaris diatur dalam
Pasal 84 dan Pasal 85 Undang-undang Jabatan Notaris.
Kewenangan dan tanggung jawab Notaris sebagai pejabat umum dalam pelaksanaan
pembuatan akta perjanjian kredit didasarkan kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku
dalam pembuatan akta otentik diantaranya adalah ketentuan Pasal 1868 KUHPerdata yang
menyebutkan bahwa “Suatu akta autentik adalah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang
ditentukan oleh undang-undang oleh/dihadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu
ditempat akta itu dibuat”, dan Pasal 1 angka 1 UUJN Nomor 30 Tahun 2004 jo UUJN Nomor 2
Tahun 2014 yang menyebutkan bahwa, “Notaris memiliki kewenangan dalam pembuatan akta
otentik perjanjian kredit dan akta otentik lainnya, serta kewenangan lainnya sesuai ketentuan
UUJN sepanjang pembuatan akta otentik tersebut tidak merupakan kewenangan pejabat lainnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan lainnya”. Kewenangan notaris dalam pembuatan
akta perjanjian kredit pada bank tersebut di dasarkan kepada ketentuan tersebut di atas.
Pertanggungjawaban Notaris dalam pembuatan akta perjanjian kredit pada bank yang
mengandung unsur perbuatan melawan hukum adalah bahwa notaris wajib bertanggung jawab
secara perdata yakni dengan melakukan ganti rugi kepada para pihak yang dirugikan berdasarkan
ketentuan Pasal 84 UUJN Nomor 30 Tahun 2004 jo UUJN Nomor 2 Tahun 2014 yang
menyebutkan bahwa, “Tindakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh notaris yang
mengakibatkan akta otentik tersebut terdegradasi menjadi akta di bawah tangan atau menjadi
batal demi hukum menjadi alasan bagi para pihak yang menderita kerugian untuk menuntut
penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada notaris”. Secara pidana Notaris juga dapat
dilaporkan ke pihak yang berwajib dengan tuduhan memasukkan keterangan palsu kedalam akta
otentik (Pasal 266 KUHPidana).
Akibat hukum dari penandatanganan akta otentik perjanjian kredit oleh para pihak yang
dibuat oleh Notaris yang tidak dihadiri/disaksikan oleh Notaris adalah akta otentik tersebut
menjadi terdegradasi sebagai akta di bawah tangan yang tidak lagi memiliki kekuatan
pembuktian yang sempurna bagi para pihak apabila terjadi sengketa di pengadilan di kemudian
hari.
Dalam melaksanakan kewenangannya membuat akta perjanjian kredit pada bank wajib
mematuhi seluruh prosedur dan tatacara yang termuat dalam UUJN, sehingga otentisitas akta
perjanjian kredit tersebut memiliki legalitas dan kekuatan hukum serta dapat
dipertanggungjawabkan otentisitasnya secara hukum. Pelaksanaan pembuatan akta perjanjian
kredit secara otentik, karena apabila Notaris melakukan kesalahan/kelalaian dalam prosedur
pembuatannya, maka Notaris wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh para
pihak atas terdegradasinya akta otentik perjanjian kredit pada bank tersebut menjadi akta di
bawah tangan, yang akan merugikan Notaris, serta Notaris juga dapat diadukan ke pihak
berwajib karena diduga melakukan tindak pidana memasukkan keterangan palsu kedalam akta
otentik sebagaimana diatur dalam Pasal 266 KUHPidana.
LAMPIRAN
 CONTOH AKTA PERJANJIAN KREDIT 1 :

PERJANJIAN KREDIT

Nomor : 07.-

-Pada hari ini, Senin, tanggal lima, bulan


April, tahun duaribu duapuluh satu (05-04-
2021).----------------------------------------
-Pukul 13.00 WIB (tigabelas Waktu Indonesia
bagian
Barat).---------------------------------
-Hadir dihadapan saya, AMBIATI, Sarjana Hukum,
Notaris Kota Bekasi, dengan dihadiri oleh
saksi-saksi yang telah dikenal oleh saya,
Notaris, dan nama-namanya akan disebut pada
bagian akhir akta ini :
-----------------------------------------
I. Tuan ACHMAD ZULFANA, lahir di Jakarta, pada
tanggal lima April seribu Sembilan ratus
tujuhpuluh delapan (05-04-1978), Warga Negara
Indonesia, bertempat tinggal di Jakarta Timur,
Kecamatan Makasar, Kelurahan Kebon Pala, Rukun
Warga 003, Rukun Tetangga 001, Cililitan
Besar, pemegang Nomor Induk Kependudukan :
3175080504780007.
–----------------------------
Selaku Pemimpin Cabang Pembantu PT.Bank DKI
Pondok Gede Tentang Penugasan Sdr. ACHMAD
ZULFANA NRIK. 13450504 Nomor : 635/KEP-
GSM/VII/2019, Tanggal 18 Juli 2019;
-----------
-Dalam hal ini bertindak dalam jabatannya
tersebut, mewakili Direksi dari dan oleh
karena itu untuk dan atas nama perseroan
terbatas PT BANK DKI, suatu perseroan terbatas
yang didirikan menurut dan berdasarkan Undang-
undang Negara Republik Indonesia, berkedudukan
dan berkantor pusat di Jakarta, yang Anggaran
Dasarnya telah disesuaikan dengan Undang
undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan
terbatas dengan Akta tanggal duabelas
September duaribu delapan (12-09-2008) Nomor
21, yang dibuat dihadapan Nyonya POERBANINGSIH
ADI WARSITO, Sarjana Hukum, Notaris di
Jakarta, dan telah mendapat persetujuan dari
Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia tertanggal duapuluh sembilan Oktober
duaribu delapan (29-10-2008) Nomor : AHU-
79636.AH.01.02.Tahun 2008, dengan perubahan
terakhir dimuat dalam akta Nomor 25, tanggal
sebelas Oktober duaribu sembilan belas (11-10-
2019) dibuat dihadapan ASHOYA RATAM, Sarjana
Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di
Jakarta Selatan, akta perubahan mana proses
pemberitahuan perubahan Direksi telah diterima
oleh Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia dengan suratnya tanggal
sebelas Oktober duaribu Sembilan belas (11-10-
2019) Nomor : AHU-AH.01.03-0344929.
-----------------------------
-(untuk selanjutnya “PT BANK DKI” berikut
pengganti atau penerima pengalihan hak dan
kewajiban darinya disebut sebagai
“BANK”).-----
II. Tuan MUCHLIS KHAERUDIN, lahir di Jakarta, pada
tanggal duapuluh satu Maret seribu
sembilanratus sembilanpuluh satu (21-03-1991),
Warga Negara Indonesia, Karyawan Swasta,
bertempat tinggal di Kota Tanggerang,
Perumahan Alam Indah Jl. Permata 3 B No. 80,
Rukun Tetangga 004, Rukun Warga 004, Kelurahan
Poris Plawad Indah, Kecamatan Cipondoh,
pemegang Nomor Induk Kependudukan :
3175082103910001;-----------------------------
-Dan untuk melakukan tindakan hukum dalam akta
ini telah mendapat persetujuan dari isterinya
Nyonya IZZA TUNNISA, lahir di Tanggerang, pada
tanggal duapuluh dua Januari seribu
sembilanratus sembilanpuluh satu (22-01-1991),
Warga Negara Indonesia, Mengurus Rumah Tangga,
bertempat tinggal sama dengan suaminya
tersebut diatas, pemegang Nomor Induk
kependudukan : 3671056201910001 , yang turut
pula hadir dan ikut menandatangani akta
ini.------------------
-Untuk selanjutnya dalam akta ini disebut
“DEBITUR“.------------------------------------
DEBITUR dan BANK selanjutnya secara bersama-
sama akan disebut sebagai “Para Pihak” dan
masing-masing sebagai
“Pihak”.------------------------
Para penghadap telah dikenal oleh saya,
Pengganti
Notaris.-----------------------------
Para penghadap yang bertindak dalam
kedudukannya sebagaimana tersebut di atas
menerangkan terlebih dahulu dalam akta ini
sebagai berikut:-
0. Bahwa DEBITUR telah mengajukan permohonan
kredit kepada BANK untuk
Investasi.-------------------
1. Bahwa BANK melalui Surat Pemberitahuan
Persetujuan Kredit Nomor :
109/SPPK/601/III/2021, tertanggal --tigapuluh
Maret duaribu duapuluh satu (30-03-2021),
(selanjutnya disebut “SPPK”) telah menyetujui
memberikan fasilitas kredit Kl Monas 500
(Program PEN PRO06) tersebut kepada DEBITUR
dengan Plafond Kredit sebesar Rp.500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah) untuk tujuan
Investasi.------------------------------------
3. Bahwa DEBITUR telah menikah, sehingga untuk
melakukan tindakan hukum dalam akta ini
memerlukan persetujuan dari Suami atau Spousal
Consent (“Persetujuan
Pasangan”).--------------
4. Bahwa DEBITUR dan BANK sekarang hendak
menyatakan dan mengatur syarat-syarat dan
ketentuan-ketentuan pemberian Fasilitas Kredit
tersebut.-------------------------------------
Sehubungan dengan apa yang telah diuraikan
tersebut diatas, para penghadap yang bertindak
dalam kedudukannya sebagaimana tersebut di
atas, menerangkan bahwa Para Pihak sepakat
untuk mengadakan Perjanjian Kredit Pemilikan
Properti (selanjutnya disebut “Perjanjian”),
dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
sebagai
berikut :-------------------------------------
-
-----------------------PASAL 0-----------------
----------DEFINISI DAN INTERPRETASI-----------
1.1 Definisi.------------------------------
Dalam Perjanjian ini, kecuali jika dinyatakan
lain:-----------------------------------------
(000) “Agunan” berarti setiap hak tanggungan,
hipotik, gadai, penitipan, hak jaminan,
jaminan fidusia, pengalihan (cessie)
sebagai jaminan, perjanjian hak retensi,
penjualan disertai penyewaan kembali,
penjualan disertai pembelian kembali atau
perjanjian pemberian opsi dan setiap hak,
kepentingan, kekuasaan atau perjanjian
lainnya yang bersifat apapun dengan
maksud atau yang bertujuan memberikan
jaminan atas pembayaran kembali utang
seseorang kepada BANK/pemberi fasilitas
kreditnya, atau dengan cara lain
memberikan jaminan terhadap kelalaian
atas kewajiban dari
seseorang.-------------------------------
(001) ”Angsuran” berarti kewajiban berupa
pokok dan bunga pinjaman yang dibayarkan
oleh DEBITUR kepada BANK setiap bulannya
sesuai Jadwal Angsuran sebagaimana
terlampir pada Perjanjian
ini;---------------------------
(002) ”Akta Pemberian Hak Tanggungan”
selanjutnya disebut ”APHT” adalah Akta
Pemberian Hak Tanggungan yang dibuat
dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) antara DEBITUR selaku pemberi hak
tanggungan dan BANK selaku penerima hak
tanggungan, sesuai dengan syarat dan
ketentuan berdasarkan peraturan perundang
-undangan.
-------------------------------
(003) ”Biaya Administrasi” memiliki arti
sebagaimana didefinisikan di Pasal
9.2.---
(004) ”Biaya Asuransi” memiliki arti
sebagaimana didefinisikan di Pasal
9.4.---------------
(005) ”Bunga Pinjaman” memiliki arti
sebagaimana didefinisikan di Pasal
7.1.---------------
(006) “Cidera Janji” adalah suatu peristiwa
atau keadaan yang ditentukan dalam Pasal
17.---
(007) ”Denda Tunggakan” memiliki arti
sebagaimana didefinisikan di Pasal 7.2.
--
(008) ”Dokumen Jaminan” berarti seluruh
dokumen asli bukti kepemilikan DEBITUR
atas Harta Yang Dijaminkan dan dokumen
pengikatan atas Harta Yang Dijaminkan
baik secara notarial maupun di bawah
tangan yang ditandatangani oleh DEBITUR
untuk kepentingan BANK sesuai dengan
ketentuan dalam Perjanjian ini.----
(009) “Dokumen Transaksi” berarti setiap
Dokumen Jaminan, dan setiap dokumen lain
yang dimaksud demikian oleh DEBITUR dan
BANK berdasarkan Perjanjian ini.
--------------
(0010) ”Fasilitas Kredit” memiliki arti
sebagaimana dimaksud Pasal 2 Perjanjian
ini.-------------------------------------
(0011) “Hari Kalender” berarti semua hari dari
Senin hingga Minggu tanpa ada yang
dikecualikan.----------------------------
(0012) “Hari Kerja” berarti suatu hari (selain
hari Sabtu atau hari Minggu dan hari
libur nasional) dimana bank-bank
menjalankan kegiatan operasionalnya dan
Bank Indonesia beroperasi untuk
menjalankan kliring antar bank.
------------------------------------
(0013) “Harta Yang Dijaminkan” berarti Unit
Yang Dibiayai yang dijaminkan, dialihkan,
dibebani, atau dijadikan jaminan sebagai
Agunan dengan cara apapun kepada BANK
dalam rangka menjamin Jumlah Yang
Terutang DEBITUR berdasarkan Dokumen
Jaminan.------
(0014) ”Jangka Waktu Fasilitas Kredit” memiliki
arti sebagaimana didefinisikan di Pasal
4.1.-------------------------------------
(0015) ”Jangka Waktu Perjanjian” memiliki arti
sebagaimana didefinisikan di Pasal
4.2.---
(0016) “Jumlah Yang Terutang” berarti seluruh
jumlah uang yang terutang dan wajib
dibayar oleh DEBITUR kepada BANK pada
suatu waktu berdasarkan Perjanjian ini,
meliputi antara lain Pinjaman Pokok,
Bunga Pinjaman, Denda Tunggakan, biaya
administrasi keterlambatan dan/atau
biaya-biaya lain yang menjadi kewajiban
DEBITUR berdasarkan Dokumen Transaksi.
-----------------------
(0017) ”Kreditur Lain” adalah Kreditur selain
BANK yang sedang memiliki tagihan kepada
DEBITUR berdasarkan pemberian fasilitas
kredit lainnya kepada
DEBITUR.-------------------
(0018) ”Kredit Pemilikan Properti” yang
selanjutnya disebut ”KPP” adalah kredit
yang diberikan BANK untuk pembelian Rumah
Tapak, Rumah Susun, Rumah Toko atau Rumah
Kantor.----------------------------------
(0019) “Loan to Value Ratio” adalah
perbandingan antara maksimum Fasilitas
Kredit dengan nilai
Agunan;-----------------------------
(0020) “Pajak” adalah setiap pajak, iuran, bea,
cukai, royalti, atau beban, atau potongan
biaya lainnya yang memiliki sifat serupa
(termasuk setiap denda atau bunga yang
harus dibayar sehubungan dengan setiap
kelalaian untuk membayar atau setiap
keterlambatan untuk membayar pajak
tersebut).-------------------------------
(0021) “Perjanjian” adalah perjanjian yang
termuat dalam akta ini beserta semua
perubahan,pembaharuan-pembaharuan
dan/atau penambahan-
penambahannya.----------------
(0022) “Persetujuan Pasangan” adalah
sebagaimana yang diartikan dalam bagian
komparisi akta
ini.-------------------------------------
(00x) “Polis Asuransi” berarti masing-masing
polis yang diadakan oleh DEBITUR sesuai
dengan Pasal 13.2.
(c).--------------------
(00y) “Provisi” memiliki arti sebagaimana
didefinisikan di Pasal
9.1.---------------
(00z) “PKPU” berarti Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang sebagaimana yang diatur
didalam Undang-Undang Republik Indonesia
No. 37 tahun -2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang.-----
(00aa) “Rekening Tabungan Payroll” adalah
Rekening atas nama DEBITUR pada Bank,
cabang yang merupakan Rekening yang
dimiliki DEBITUR untuk menerima
gaji/penghasilan DEBITUR dari tempat
DEBITUR bekerja untuk setiap
bulannya.----
(bb) “Rekening Penjual” adalah Rekening atas
nama penjual atau pihak yang menjual Unit
Yang Dibiayai kepada
DEBITUR.-------------
(00cc) ”Rekening Tabungan” adalah rekening atas
nama DEBITUR pada BANK yang digunakan
untuk pencairan Fasilitas Kredit sesuai
dengan ketentuan Pasal 6 termasuk namun
tidak terbatas untuk menerima sejumlah
dana guna pembayaran kewajiban DEBITUR
kepada BANK.-
(00dd) “Rumah Tapak” adalah bangunan yang
berfungsi sebagai tempat tinggal yang
merupakan kesatuan antara tanah dan
bangunan dengan bukti kepemilikan berupa
surat keterangan, sertifikat, atau akta
yang dikeluarkan oleh lembaga atau
pejabat yang
berwenang.---------------------------
(ee) “Rumah Susun” berarti bangunan gedung
bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-
bagian yang distrukturkan secara
fungsional baik dalam arah horizontal
maupun vertical dan merupakan satuan-
satuan yang masing-masing dapat dimiliki
dan digunakan secara terpisah, antara
lain griya tawang, kondominium, apartemen
dan
flat.------------------------------------
(00ff) “Rumah Kantor” atau “Rumah Toko” adalah
tanah -berikut bangunan yang izin
pendiriannya sebagai rumah tinggal
sekaligus untuk tujuan komersial antara
lain perkantoran, pertokoan atau
gudang;--
(gg) “Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan”
selanjutnya disebut “SKMHT” adalah surat
kuasa untuk membebankan hak tanggungan
yang dibuat dihadapan Notaris antara
DEBITUR selaku pemberi hak tanggungan dan
BANK selaku penerima hak tanggungan
sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-
Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah dan Benda-Benda
yang berkaitan dengan Tanah dan peraturan
perundang-undangan lainnya yang
berlaku.---------------------
(00hh) “Unit Yang Dibiayai” berarti 1 (satu)
rumah tinggal, dengan luas 124 m2
(seratus duapuluh empat meter persegi),
yang terletak di Kelurahan Poris Plawad
Indah, Kecamatan Cipondoh, Kota
Tanggerang, Banten dengan alat bukti
berupa Sertipikat Hak Milik Nomor
2768/Poris Plawad Indah, diuraikan dalam
Surat Ukur tanggal 14 November 2017 nomor
: 1720/Poris Plawad/2017, seluas 124 m2
(seratus duapuluh empat empat meter
persegi), dengan Nomor Identifikasi
Bidang Tanah (NIB): 28.05.03.10.03590 dan
Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak
Bumi dan Bangunan (SPPTPBB) Nomor Objek
Pajak (NOP) : 36.75.720.021.004.0610.0,
tercatat atas nama Nyonya SAANIH, Selaku
Orang tua
Debitur.---------------------------------
1.2 Struktur
Perjanjian.----------------------
Di dalam Perjanjian ini, kecuali jika
dinyatakan lain, setiap acuan kepada : --
(000) “aset-aset” termasuk pemasukan, properti
dan --setiap hak, yang ada pada saat ini
atau di masa mendatang, baik yang nyata
(actual) maupun yang masih bersyarat
(contingent), baik yang berwujud maupun
yang tak berwujud (termasuk modal saham
yang belum
dikeluarkan);------------------
(001) “rekening” bank ditafsirkan dengan
mengacu kepada rekening tersebut termasuk
setiap rekening pengganti dan setiap sub
rekeningnya dari waktu ke waktu;
---------
(002) “Pendahuluan”, “Pasal-Pasal” dan
“Lampiran -Lampiran” ditafsirkan dengan
mengacu kepada Pendahuluan, Pasal-Pasal
dari dan Lampiran Lampiran Perjanjian
ini; --------
(003) “Dokumen Transaksi” atau perjanjian atau
instrumen lain adalah mengacu kepada Dokumen
Transaksi atau perjanjian atau instrumen lain
sebagaimana yang diubah, divariasi, dinovasi,
dinyatakan kembali, ditambah, atau diganti
dari waktu ke waktu;
-------------------------------
(004) kata-kata “termasuk” dan “khususnya” akan
diartikan sebagai cara menggambarkan atau
hanya sebagai penekanan, tidak akan diartikan,
tidak juga akan berdampak, sebagai pembatasan
arti umum dari setiap perkataan
sebelumnya;---------
(005) “utang” termasuk setiap kewajiban baik yang
timbul sebagai pokok ataupun sebagai jaminan
untuk pembayaran atau pembayaran kembali, baik
yang ada di saat ini maupun di masa yang akan
mendatang, baik yang nyata (actual) maupun
yang masih bersyarat (contingent), dan baik
terutang secara sendiri-sendiri maupun secara
tanggung -renteng, atau dalam setiap kapasitas
lainnya;--
(006) “kewajiban-kewajiban” termasuk setiap
kewajiban baik yang terjadi sebagai pokok
maupun sebagai jaminan, baik yang berhubungan
dengan utang maupun tidak, baik yang ada di
saat ini maupun di masa yang akan mendatang,
baik yang nyata (actual) maupun yang masih
bersyarat (contingent), dan baik terutang
secara sendiri-sendiri maupun secara tanggung
renteng, atau dalam setiap kapasitas lainnya;
---------------
(007) “orang” mencakup satu orang atau lebih yang
menerima pengalihan, penerima pemindahan,
penerus hak milik, penerima sub-delegasi, dan
pihak yang diangkat (dalam hal suatu Pihak,
sepanjang yang menerima pengalihan, yang
menerima pemindahan, penerus hak milik, yang
menerima sub-delegasi dan pihak yang diangkat
tersebut telah memperoleh izin yang
dipersyaratkan), dan setiap individu, firma,
perseroan, badan usaha, usaha patungan, badan
hukum, badan usaha yang tidak berbadan hukum,
pemerintah negara atau badan pemerintah, atau
setiap asosiasi, perwalian atau kemitraan
(baik yang memiliki sifat/karakter hukum yang
terpisah maupun yang
tidak);-------------------
(008) “peraturan” mencakup setiap peraturan,
aturan, pengarahan, permintaan ataupun garis
petunjuk resmi (baik yang memiliki kekuatan
hukum maupun yang tidak) dari setiap badan,
agen, departemen, atau institusi regulatoris,
institusi regulator mandiri, atau otoritas
atau organisasi lainnya;
(009) “undang-undang” atau “ketentuan perundang-
undangan” mencakup setiap undang-undang atau
ketentuan perundang-undangan yang merubah,
memperluas, mengkonsolidasikan atau
menggantikan, atau yang telah diubah,
diperluas, dikonsolidasikan atau digantikan
olehnya, dan setiap perintah, peraturan,
instrumen atau legislasi subordinasi lainnya
yang diadakan berdasarkan padanya;
--------------------------
(0010) suatu waktu dalam suatu hari merupakan acuan
kepada waktu di
[Jakarta].---------------------
1.3. Lain-lain.------------------------------------
(000) judul-judul bagian, Pasal, dan Lampiran hanya
digunakan secara terbatas sebagai acuan saja
dan harus diabaikan dalam menafsirkan
Perjanjian ini.
------------------------------------------
(001) Kecuali ditetapkan lain dalam wacana, kata-
kata yang menunjukkan kata tunggal akan
termasuk kata jamak dan
sebaliknya.--------------------------
-----------------------PASAL 1-----------------
-----------------JUMLAH FASILITAS ------------
-BANK dengan ini sepakat dan setuju untuk
memberikan Fasilitas Kredit Pemilikan Properti
kepada DEBITUR dengan tetap memperhatikan
ketentuan dan persyaratan Perjanjian ini,
dengan Plafond Kredit sebesar Rp.500.000.000,-
lima ratus juta rupiah)(“Fasilitas
Kredit”).--------
--------------------PASAL 2 ------------------
--------------------TUJUAN FASILITAS ---------
Fasilitas Kredit yang diberikan oleh Bank
kepada DEBITUR seluruhnya digunakan untuk
Investasi atas Unit Yang
Dibiayai.-----------------------
-----------------PASAL 3----------------------
---------------JANGKA WAKTU-------------------
3.0 Jangka Waktu Fasilitas
Kredit.-----------------
- Fasilitas Kredit diberikan untuk jangka waktu
5 (lima) tahun atau 60 (enampuluh) bulan
terhitung sejak tanggal ditandatanganinya
Perjanjian ini dan oleh karenanya berakhir
pada tanggal lima April duaribu duapuluh
duaenam (05-04-2026) (“Jangka Waktu Fasilitas
Kredit”);-------------
- Menyimpang dari ketentuan Pasal 30 Perjanjian
ini, dalam hal terjadi Pelunasan Sebagian
Kredit yang memperpendek Jangka Waktu
Fasilitas Kredit sebagaimana dimaksud Pasal
12.1 maka Para Pihak sepakat perubahan
demikian cukup dibuktikan dengan
diterbitkannya persetujuan tertulis dari BANK
yang merupakan satu kesatuan dan tidak
terpisahkan dengan Perjanjian
ini.-------------
3.1 Jangka Waktu
Perjanjian.-----------------------
Perjanjian ini berlaku terhitung sejak tanggal
ditandatangani sampai dengan Jumlah Yang
Terutang telah dibayar lunas kepada BANK
berdasarkan Perjanjian ini (“Jangka Waktu
Perjanjian”).---------------------------------
-------------------PASAL 4---------------------
---------------------PENGAKUAN UTANG----------
DEBITUR dengan ini menyatakan dengan tegas
bahwa DEBITUR mengaku berutang dan memiliki
kewajiban finansial berdasarkan Fasilitas
Kredit sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus
juta rupiah) berdasarkan ketentuan Perjanjian
ini, termasuk dengan segala bunga, denda,
biaya, serta pengeluaran-pengeluaran lainnya
sesuai dengan pencatatan dan pembukuan BANK,
yang mana seluruhnya dijamin pelunasannya
dengan Dokumen Jaminan sebagaimana diatur di
dalam Perjanjian ini dan Dokumen Transaksi
lainnya yang relevan.-
-------------------PASAL 5--------------------
---------------PENCAIRAN FASILITAS------------
DEBITUR menyetujui bahwa pada tanggal
penandatanganan Perjanjian, BANK akan
melakukan pencairan atas Fasilitas Kredit ke
Rekening
Tabungan.-------------------------------------

-----------------------PASAL 6-----------------
----BUNGA PINJAMAN DAN DENDA TUNGGAKAN--------
Untuk pemberian Fasilitas Kredit berdasarkan
Perjanjian ini, DEBITUR harus membayar kepada
BANK berupa bunga dan denda jika terjadi
keterlambatan pembayaran Angsuran dengan
ketentuan sebagai berikut:--------------------
6.1. Bunga Pinjaman.--------------------------

61DEBITUR wajib membayar Bunga kepada BANK


sebesar 7 % (tujuh persen) p.a efektif, fixed
6 (enam) bulan dan 13.5 % (tigabelas koma lima
persen), bulan ke 7 (tujuh)sampai ke 60
(enampuluh) (“Bunga Pinjaman”).
---------------------------
7.2. Denda Tunggakan.-------------------------
Atas keterlambatan pembayaran Angsuran pada
tanggal yang telah ditentukan, DEBITUR
dikenakan Denda Tunggakan atau denda
keterlambatan sebesar 150 % (seratus lima
puluh persen) pertahun dari Bunga Pinjaman
yang berlaku di BANK, jika DEBITUR menunggak
pembayaran Angsuran dan Bunga kepada BANK
dihitung dari jumlah angsuran
tertunggak.-----------------------------------
---------------------------------------
7.3. Ketentuan-ketentuan mengenai Bunga
Pinjaman dan Denda
Tunggakan.------------------
(610) Selama DEBITUR mempunyai Denda Tunggakan, maka

setiap setoran DEBITUR kepada BANK akan


diperhitungkan terlebih dahulu oleh BANK
sebagai pembayaran Bunga Pinjaman dan Denda
Tunggakan yang dimaksud.----------------------
(611)
---------------------------------------
Besarnya Bunga Pinjaman dan/atau Denda
Tunggakan sebagaimana yang telah ditentukan
dalam Perjanjian ini sewaktu-waktu dapat
diubah oleh BANK berdasarkan tarif suku bunga
yang berlaku pada BANK yang akan diberitahukan
secara tertulis kepada DEBITUR, dan
pemberitahuan tertulis mana merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini dan
karenanya mengikat
DEBITUR.------------------------------ -
---------------------PASAL 7------------------
--ANGSURAN DAN TATA CARA PEMBAYARAN ANGSURAN--
7.0. Angsuran.-------------------------------
(a) DEBITUR wajib melakukan pembayaran atas
Fasilitas Kredit dengan cara membayar secara
Angsuran setiap bulannya sesuai Jadwal
Angsuran sebagaimana terlampir pada Perjanjian
ini.-----------------------------------
(b) Dalam hal terjadi perubahan Bunga Pinjaman
yang berlaku di BANK sebagaimana dimaksud
Pasal 7.3
huruf (b) Perjanjian ini, maka dengan ini
DEBITUR menyatakan persetujuannya atas
perubahan besaran kewajiban DEBITUR kepada
BANK berupa Angsuran setiap bulannya untuk
selanjutnya atas perubahan tersebut BANK akan
memberikan pemberitahuan tertulis kepada
DEBITUR.--------------------------------------
(c) Selama kewajiban DEBITUR belum dinyatakan
lunas oleh BANK, DEBITUR wajib memastikan
berlangsungnya pembayaran Angsuran kepada
BANK.
(d) DEBITUR harus melunasi seluruh jumlah yang
terutang sehubungan dengan Fasilitas Kredit
pada akhir Jangka Waktu Fasilitas Kredit
sesuai dengan ketentuan Pasal 4.1 Perjanjian
ini.-----------------------------------
8.2. Tata Cara Pembayaran.--------------------
(a) DEBITUR wajib menyediakan dana pada Rekening
Tabungan guna pembayaran Angsuran setiap
bulannya sebelum tanggal jatuh tempo angsuran.

(b) Tanggal Jatuh Tempo Angsuran setiap bulannya


mengacu pada Jadwal Angsuran sebagaimana
terlampir pada Perjanjian ini.-----------------
(c) Jika pembayaran Angsuran jatuh tempo bukan
pada Hari Kerja maka jumlah tersebut akan
jatuh tempo pada Hari Kerja yang
sebelumnya.---------------
(d) Jika DEBITUR gagal untuk melakukan pembayaran
pada tanggal sebagaimana dimaksud pada huruf
(b) di atas, maka DEBITUR dianggap telah
melakukan Cidera Janji dan oleh karenanya,
BANK dapat melakukan tindakan-tindakan
sebagaimana yang diatur dalam Perjanjian
ini.-------------------
(e) Pembayaran Angsuran dilakukan dengan cara
mendebet Rekening atas nama DEBITUR pada BANK.
DEBITUR dengan ini memberi kuasa kepada BANK
untuk melakukan pendebetan Rekening atas nama
DEBITUR tersebut dengan memperhatikan
ketentuan Pasal 17 Perjanjian ini. Selama
masih terdapat Jumlah Yang Terutang baik
berupa bunga, denda ataupun biaya biaya
lainnya, maka setiap setoran DEBITUR kepada
BANK akan diperhitungkan terlebih dahulu oleh
BANK sebagai pembayaran Bunga Pinjaman dan
tidak sebagai pelunasan jumlah pokok Fasilitas
Kredit, denda ataupun biaya-biaya
lainnya.---------------------------------
(f) Untuk menjaga ketertiban pembayaran kewajiban
DEBITUR sesuai Jadwal Angsuran sebagaimana
terlampir pada Perjanjian ini, DEBITUR wajib
memerintahkan kepada Bank untuk melakukan
transfer dana secara otomatis setiap bulannya
kepada BANK sesuai dengan besaran Angsuran
sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Perjanjian ini, yang mana bukti
penerimaan/acknowledgement tertulis dari Bank
penyelenggara Rekening Tabungan Payroll wajib
diberikan kepada BANK
selambat-lambatnya pada saat penandatanganan
Perjanjian.-----------------------------------
-------------------PASAL
9---------------------
----------------------BIAYA-------------------
9.1 Provisi.--------------------------------------
DEBITUR harus membayar Provisi sebesar Rp.
5.000.000,- (lima juta rupiah) dari Maksimum
Kredit yang harus dibayar seketika dan
sekaligus pada hari dan Tanggal
Penandatanganan Perjanjian.------------
9.2 Biaya Administrasi.--------------------
DEBITUR harus membayar biaya administrasi
sebesar Rp.250.000,- (duaratus limapuluh ribu)
sesuai dengan ketentuan BANK yang harus
dibayar seketika dan sekaligus pada hari dan
tanggal Penandatanganan Perjanjian ini dengan
tunai.---
9.3 Biaya Jaminan.-------------------------
Segala biaya yang dikeluarkan oleh BANK yang
---------------------------------------
berkenaan dengan Perjanjian ini dan/atau
Dokumen
Jaminan beserta segala pelaksanaannya menjadi
---------------------------------------
tanggung jawab dan beban DEBITUR, yang
termasuk
tetapi tidak terbatas pada:-------------------
(700)---------------------------------------Biaya
dalam rangka pemeriksaan Harta Yang- - - -
Dijaminkan;---------------------------------
(701)---------------------------------------Biaya
pendaftaran, pajak dan pungutan lain- - -
berupa apapun juga yang harus dikeluarkan atau

dibayar berkenaan dengan persiapan


pelaksanaan, tindakan penyelenggaraan dari
Perjanjian ini
beserta segala dokumen hukum yang berkaitan
---------------------------------------
dengan Perjanjian ini, termasuk Dokumen
Jaminan;
(702)---------------------------------------Biaya
dan pengeluaran yang dibuat sehubungan dengan
pengamanan, pengambilalihan, perbaikan,
pemulihan, penyimpanan, pengawasan,
pengangkutan ke tempat penjualan dan/atau
eksekusi Jaminan Transaksi atau sebagian dari
padanya, termasuk biaya pengadilan dan biaya
lelang;--------------------------------
9.4 Biaya Asuransi Jiwa.-------------------
DEBITUR wajib membayar biaya premi asuransi
jiwa sesuai dengan tarif perusahaan asuransi
rekanan BANK.--------------------------
9.5 Biaya Transaksi.-----------------------
DEBITUR setuju untuk membayar seluruh biaya
dan pengeluaran yang wajar timbul sehubungan
dengan pelaksanaan dan pemberian Fasilitas
Kredit, termasuk namun tidak terbatas pada
biaya dan pengeluaran yang timbul sehubungan
dengan perundingan, persiapan penandatanganan,
administrasi (jika perlu) dan pendaftaran dari
Perjanjian Kredit dan Dokumen Jaminan, setiap
pemeriksaan, perhitungan, persetujuan, atau
pengenyampingan yang akan dibuat atau
diberikan oleh BANK atau pihak ketiga yang
ditunjuk oleh DEBITUR, sesuai dengan atau
sehubungan dengan setiap ketentuan dari
Perjanjian Kredit ini dan pembayaran kepada
notaris, dan biaya profesional lainnya yang
diperlukan sewajarnya untuk pemberian
Fasilitas Kredit ini.----------------
9.6 Biaya Eksekusi dan Penagihan.----------
DEBITUR setuju untuk membayar atau mengganti
kepada Bank atau pihak lain yang ditunjuk oleh
Bank, seluruh biaya dan pengeluaran yang
dikeluarkan oleh Bank dalam upaya
mempersiapkan atau melaksanakan setiap hak,
kewenangan, atau kekuasaannya berdasarkan
Dokumen Transaksi atau dalam mengajukan
tuntutan untuk memperoleh setiap jumlah yang
jatuh tempo atau tindakan lain yang bertujuan
untuk menjaga atau melaksanakan hak-haknya
berdasarkan Dokumen Transaksi atau dalam upaya
membela diri atas tuntutan yang diajukan
kepadanya sehubungan dengan Dokumen
Transaksi.----------------------
9.7. Bea Meterai.----------------------
DEBITUR wajib membayar setiap bea materai,
biaya atas alat pembuktian lainnya dan pajak
yang disyaratkan atau timbul untuk Perjanjian
ini atau Dokumen Jaminan dan menjamin untuk
memberikan ganti rugi kepada BANK terhadap
setiap kerugian atau kewajiban yang mungkin
timbul sebagai akibat dari keterlambatan dan
kelalaian DEBITUR untuk membayar bea dan pajak
tersebut.------------------------------
9.8 Biaya Lain-lain.------------------
Dalam hal terjadi perubahan atas suatu
perundang-undangan, peraturan atau ketentuan
yang berlaku atau dalam tafsiran resmi dari
padanya
yang:----------------------------------
1. membebani BANK dengan sesuatu pajak yang
berkenaan dengan pembayaran Jumlah Yang
Terutang atau bunga berdasarkan Perjanjian ini
dan/atau;
2. mengubah dasar perpajakan dari pembayaran
Jumlah Yang Terutang dan Bunga Pinjaman
berdasarkan Perjanjian ini kepada BANK maka
biaya tambahan tersebut menjadi beban
DEBITUR.----------------
9.9 Biaya Tidak Dapat Dikembalikan.--------
Seluruh biaya yang telah dibayar oleh DEBITUR
---------------------------------------
berdasarkan ketentuan Pasal ini tidak dapat
---------------------------------------
dikembalikan.--------------------------
--------------------PASAL 8-----------------
--------------PAJAK DAN POTONGAN LAIN-------
10.1 Tidak Ada Potongan.--------------------
Seluruh jumlah yang harus dibayar oleh DEBITUR
---------------------------------------
berdasarkan Perjanjian dan Dokumen Jaminan
haru dibayar penuh tanpa potongan, pungutan,
perjumpaan utang atau pembatasan atau kondisi
apapun, termasuk pungutan pajak, iuran, bea
dan biaya apapun yang dikenakan instansi yang
berwenang atas jumlah yang wajib dibayar oleh
DEBITUR tersebut.----------------------
10.2 Kewajiban Pajak.-----------------------
Seluruh kewajiban pajak yang berhubungan
dengan Perjanjian ini ditanggung Para Pihak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Dalam hal dikemudian hari
terdapat suatu peraturan perundang-undangan
yang menyebabkan BANK harus menanggung suatu
kewajiban pajak atas pendapatan DEBITUR diluar
---------------------------------------
dari apa yang berlaku pada saat Perjanjian ini
---------------------------------------
ditandatangani, maka Para Pihak akan mengikuti
---------------------------------------
ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku pada saat itu atau praktek terbaik
yang berlaku di industri perbankan pada
saat peraturan baru tersebut berlaku.- --------
10.3 Pemberitahuan.-------------------------
DEBITUR segera setelah mengetahui bahwa suatu
pajak atau potongan sebagaimana disebut pada
Pasal 10.1 dan 10.2 di atas, wajib
memberitahukan BANK mengenai kewajiban
tersebut dan selanjutnya memberikan kepada
BANK bukti yang telah dibayarkannya pajak atau
potongan tersebut oleh DEBITUR atas nama BANK.
-------
-----------------PASAL 11-------------------
-------------------BUKTI UTANG--------------
11.1 Bukti Jumlah Yang Terutang.
------------
BANK akan membuat catatan di dalam
pembukuannya tentang jumlah yang dari waktu ke
waktu terutang oleh DEBITUR berdasarkan
Dokumen Transaksi. Catatan-catatan yang dibuat
dalam pembukuan tersebut jika diperlukan di
dalam proses pengadilan atau untuktujuan lain
dalam kaitan dengan Dokumen Transaksi adalah
final dan mengikat DEBITUR dan berlaku sebagai
bukti adanya kewajiban dan jumlah terutang
dari DEBITUR. sewaktu-waktu apabila dinilai
perlu oleh BANK, DEBITUR dapat diminta untuk
menerbitkan surat tanda terima pinjaman atau
dokumen lain yang dimintakan oleh BANK yang
menyebutkan jumlah pinjaman DEBITUR kepada
BANK.
11.2. Pernyataan Final dan Mengikat.- -
Jika suatu ketentuan di dalam Dokumen
Transaksi menyatakan bahwa BANK dapat
menentukan atau menyatakan suatu jumlah atau
tarif yang harus dibayarkan oleh DEBITUR
berdasarkan Dokumen Transaksi, DEBITUR dengan
ini menyatakan bahwa suatu pernyataan tertulis
dari BANK mengenai jumlah atau tarif tersebut
adalah final dan mengikat DEBITUR.---- -
----------------PASAL 12---------------
---------PELUNASAN SEBELUM JATUH TEMPO--------
Pelunasan sebelum jatuh tempo dapat dilakukan
oleh DEBITUR dengan ketentuan sebagai
berikut:-
12.1.Pelunasan Sebagian Kredit:------------
12.1.1. DEBITUR dapat melakukan pelunasan
sebagian kredit dengan tujuan
untuk memperpendek Jangka Waktu
Fasilitas Kredit sebagaimana
dimaksud Pasal 4.1 Perjanjian ini.
---------------------------
12.1.2. minimum Pelunasan Sebagian Kredit
adalah sebesar 30 % (tigapuluh
persen) dari Jumlah Yang Terutang.
---------------------------
12.1.3. Pelunasan sebagian sebelum jatuh
tempo akan dikenakan denda sebesar
2 (dua) kali angsuran dari Jumlah
Yang Terutang.-------------
12.1.4. Pelunasan sebagian apabila telah
melampaui masa jatuh tempo tidak
dikenakan denda ----sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 12.1.3 -di
atas.----------------------
12.2.Pelunasan Seluruh Kredit.-----
12.2.1 Pelunasan seluruh kredit sebelum
jatuh tempo akan dikenakan denda
sebesar 2 % (duapersen) dari
Jumlah Yang Terutang.------
12.1.2 Pelunasan seluruh kredit apabila
telah melampaui jatuh tempo tidak
dikenakan denda sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 12.2.1 di
atas.-----------------------------
-------------------PASAL 13------------------
-----------------JAMINAN---------------
13.1 Bentuk Jaminan.------------------------
Untuk lebih menjamin kepastian pembayaran
lunas, penuh, dan tertib atas seluruh Jumlah
Yang Terutang berdasarkan Perjanjian ini, baik
jumlah pokok, Bunga, biaya-biaya dan lain-lain
yang wajib dibayar oleh DEBITUR kepada BANK,
DEBITUR dengan ini memberikan jaminan-jaminan
atas Harta Yang Dijaminkan kepada BANK yang
diikat dengan Hak tanggungan dengan nilai
pengikatan sebesar Rp. 625.000.000,-
(enamratus duapuluh lima juta
rupiah).----------------------------------
13.2 Biaya Pengikatan Jaminan.--------------
Segala premi asuransi, biaya yang timbul
karena dan/atau berkaitan dengan pembuatan dan
pelaksanaan penutupan asuransi atas Harta Yang
Dijaminkan sepenuhnya menjadi beban DEBITUR.
---------------------------------------
13.3 Asuransi Harta Yang Dijaminkan.--------
13.2.1. 81Harta Yang Dijaminkan wajib
diasuransikan oleh DEBITUR, dengan
jenis asuransi berupa asuransi
kebakaran dan dengan nilai
pertanggungan sebesar sekurang-
kurangnya nilai wajar aset yang
bersangkutan, kepada perusahaan
asuransi yang ditunjuk/disetujui BANK
terhadap resiko kerugian yang macam
resiko, nilai dan jangka waktunya
ditentukan oleh
BANK;----------------------------------

13.2.2. Premi asuransi atas Harta Yang


Dijaminkan yang diasuransikan menjadi
tanggungan DEBITUR; -------------------
13.2.3. Di dalam Polis Asuransi harus
dicantumkan Banker’s Clause dengan nama
BANK sebagai tertanggung. Jika ada
pembayaran ganti rugi tunai dari pihak
perusahaan asuransi terkait atas Tanah
Yang Dijaminkan, maka [sepanjang uang
ganti rugi tunai tersebut tidak
digunakan untuk mengganti biaya yang
sudah dikeluarkan oleh DEBITUR untuk
mengganti Yang Dijaminkan yang sama,]
BANK berhak untuk menerima pembayaran
ganti rugi dari pihak perusahaan
asuransi terkait dan memperhitungkan
hasil pembayaran ganti rugi tersebut
dengan seluruh atau sebagian kewajiban
DEBITUR kepada BANK;-------------------
13.2.4. Bila BANK memandang perlu untuk menutup
asuransi atas Harta Yang Dijaminkan
yang dapat diasuransikan, BANK berhak
menentukan macam risiko asuransi yang
harus ditutup, nilai asuransinya serta
jangka waktunya, dengan ketentuan bahwa
pemberitahuan sebelumnya kepada DEBITUR
telah dilakukan dan BANK berhak
menyampaikan usulan yang tidak mengikat
sehubungan dengan nama perusahaan
asuransi yang dapat dipergunakan.
Sehubungan dengan hal tersebut, DEBITUR

memberikan kuasa kepada BANK untuk


menutup asuransi atas Harta Yang
Dijaminkan yang dapat diasuransikan
secara langsung, kuasa mana merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari
Perjanjian ini dan oleh karenanya kuasa
ini tidak akan berakhir karena sebab-
sebab yang ditentukan dalam Pasal 1813,
Pasal 1814 dan Pasal 1816 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata.-----------
13.4. Asuransi Jiwa.-------------------
Untuk lebih menjamin pengembalian Jumlah Yang
---------------------------------------
Terutang, maka DEBITUR dijamin dengan asuransi
jiwa dengan premi yang akan dibayarkan sesuai
dengan ketentuan Pasal 9.4 untuk 60
(enampuluh) bulan dengan Banker’s Clause
kepada BANK.-----
13.5 Nilai Penjaminan.----------------------
Nilai penjaminan atas Harta Yang Dijamin dari
waktu ke waktu adalah tidak kurang dari 100 %
(serratus persen) dari Plafond Fasilitas
Kredit berdasarkan Perjanjian ini.---- -
13.6 Kesepakatan DEBITUR.-------------------
DEBITUR setuju untuk melakukan segala tindakan
yang diperlukan dan/atau disyaratkan oleh BANK
untuk kesempurnaan Dokumen Jaminan termasuk
menyerahkan bukti-bukti kepemilikan atas Harta
Yang Dijaminkan yang telah ada dan yang akan
ada di kemudian hari kepada BANK.------
13.7 Jaminan dan pengikatannya sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.----------
Pengikatan atas Harta Yang Dijaminkan harus
disempurnakan dalam waktu paling lambat 7
(tujuh) hari sejak penandatanganan perjanjian
jaminan terkait dengan cara pendaftaran di
kantor pendaftaran yang terkait dengan masing-
masing jenis jaminan.------------------
13.8 Jaminan Tambahan dan Pengganti.--------
Apabila Harta Yang Dijaminkan yang diserahkan
tidak dapat diikat atau disempurnakan oleh
sebab apapun, dan/atau apabila nilai
penjaminan atas Harta Yang Dijaminkan menjadi
berkurang nilainya karena sebab apapun,
dan/atau Dokumen Jaminan tidak berlaku atau
tidak dapat dilaksanakan, maka DEBITUR atas
permintaan BANK wajib menyerahkan jaminan
tambahan atau jaminan pengganti yang nilainya
ditetapkan oleh BANK dan jaminan tersebut
harus diikat serta disempurnakan menurut
ketentuan yang berlaku.----------------
13.9 Pengambilan Agunan.--------------------
(810)
-------------------------------------
81Apabila Fasilitas Kredit telah dinyatakan
lunas oleh BANK, maka DEBITUR wajib
mengambil Harta Yang Dijaminkan pada BANK.
Apabila dalam kurun waktu 30 (tiga puluh)
hari kalender terhitung sejak tanggal
pelunasan Fasilitas Kredit, DEBITUR tidak
mengambil Harta Yang Dijaminkan, maka
DEBITUR akan dikenakan biaya dengan besaran
sesuai biaya penitipan Save Deposit Box yang
berlaku di Bank.---------------------
(811)Apabila terjadi penebusan atau penjualan
dibawah tangan, BANK berhak menyerahkan
Harta Yang Dijaminkan tersebut kepada
pemilik yang baru.-------------------
(812) Apabila DEBITUR meninggal dunia dan ahli
waris melunasi kredit tersebut, maka Harta
Yang Dijaminkan milik DEBITUR diserahkan
kepada ahli warisnya.----------------
------------------------PASAL 14------------
-----------------PERNYATAAN DAN JAMINAN---- -
DEBITUR menyatakan dan memberi jaminan kepada
BANK bahwa saat penandatanganan Perjanjian ini
dan pada setiap saat selama seluruh Jumlah
Yang Terutang masih belum dilunasi secara
penuh olehnya:-------------------------
14.1. DEBITUR mempunyai kekuasaan dan wewenang penuh
---------------------------------------
untuk menandatangani Perjanjian ini, menerima
kewajibannya sebagaimana diuraikan dalam
Perjanjian dan/atau Dokumen Transaksi dan oleh
karenanya DEBITUR terikat sepenuhnya atas
Perjanjian dan/atau Dokumen Transaksi;-
14.2. Penandatanganan, penyerahan dan pelaksanaan
oleh DEBITUR atas kewajiban-kewajibannya
berdasarkan Dokumen Transaksi, tidak dan tidak
akan melanggar undang-undang, peraturan,
ketetapan atau keputusan dari Negara Republik
Indonesia, dan juga tidak bertentangan dengan
atau mengakibatkan pelanggaran terhadap setiap
perjanjian atau instrumen yang mengikat
DEBITUR, ataupun atas setiap perintah, putusan
atau penetapan suatu lembaga pemerintahan yang
mana DEBITUR adalah pihak dan dimana ia
terikat;-------------------------------
14.3. Segala persetujuan, konsesi, pemberian
kewenangan dan perintah, peraturan pemerintah,
perjanjian atau lainnya, yang dibutuhkan untuk
penandatanganan dan penyerahan Dokumen
Transaksi ini dan pelaksanaan kewajiban-
kewajibannya berdasarkan Dokumen Transaksi ini
dan untuk kelanjutan transaksi-transaksi
berdasarkan Dokumen Transaksi ini, baik
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku dan perjanjian yang mengikat DEBITUR
ataupun putusan pengadilan yang berlaku bagi
DEBITUR, telah diperoleh, dianggap telah
diterima dan telah berlaku sepenuhnya;- -------
14.4. DEBITUR tidak cidera janji terhadap perjanjian
atau instrumen apapun yang mengikatnya, tidak
terjadi peristiwa dimana dengan surat
pemberitahuan atau dengan lewatnya waktu atau
kedua-keduanya yang dapat merupakan cedera
janji dan tidak ada kejadian atau kondisi yang
sedang terjadi yang dapat dianggap sebagai
pelanggaran atau kejadian pengakhiran
(bagaimanapun dideskripsikan) berdasarkan
suatu dokumen yang---------------------
mengikat DEBITUR atau aset-asetnya, sehingga
atau dengan cara yang akan atau dapat
diperkirakan untuk memberikan dampak material
dan merugikan kepada kewajiban-kewajiban
DEBITUR berdasarkan Dokumen Transaksi ini atau
hak dan kepentingan BANK berdasarkan Dokumen
Transaksi ini; --------------------------------
14.5. Tidak adanya proses kepailitan, likuidasi,
---------------------------------------
pengampuan (bagaimanapun dideskripsikan) yang
telah dimulai, dan/atau terancam dilakukan
terhadap DEBITUR ataupun aset-aset/kegiatan
usaha yang dijalankan oleh DEBITUR dan DEBITUR
mampu membayar utang-utangnya pada saat jatuh
tempo dan tidak ada perintah kepailitan yang
pernah diberikan kepada DEBITUR ataupun aset-
aset/ kegiatan usaha yang dijalankan oleh
DEBITUR, ataupun suatu petisi dan permohonan
atau hal lain yang serupa yang diberikan
kepada DEBITUR ataupun aset-aset/kegiatan
usaha yang dijalankan oleh DEBITUR, atau
suatu PKPU yang diajukannya dalam suatu
wilayah hukum manapun atau curator atau pihak
berwenang lain yang serupa yang ditunjuk oleh
DEBITUR atau atas seluruh atau bagian yang
substansial dari asetnya;--------------
14.6. tidak ada proses litigasi, arbitrase, ataupun
---------------------------------------
pengampuan di hadapan pengadilan, dewan maupun
---------------------------------------
badan manapun yang melibatkannya atau
dilakukan terhadapnya atau yang dapat
memberikan dampak negatif material atas
kegiatan usahanya;---------------------
14.7. tidak ada masalah, eksekusi atau proses lain
yang dilaksanakan atas atau digugatkan kepada
atau terancam kepada seluruh atau suatu bagian
dari kegiatan usahanya, janji-janjinya atau
aset-asetnya, yang dapat memberikan dampak
negative material bagi keadaan keuangannya
atau kegiatan usahanya atau pada kemampuannya
untuk melaksanakan setiap kewajiban-
kewajibannya sebagaimana disebutkan akan
dilakukan olehnya berdasarkan---------- setiap
perjanjian-perjanjian dimana ia merupakan
salah satu pihaknya;-------------------
14.8. segala informasi dan dokumen yang diberikan
---------------------------------------
olehnya atau atas namanya untuk BANK
sehubungan dengan Perjanjian adalah, dan akan
selalu benar, lengkap dan akurat di dalam
segala segi material dan ia tidak mengetahui
adanya suatu fakta atau keadaan material yang
tidak diberitahukan kepada BANK dan dan yang
akan, apabila diberitahukan, akan menyebabkan
informasi tersebut menjadi tidak benar, tidak
lengkap dan tidak akurat dalam segala segi
material;------------------------------
14.9. di bawah hukum Indonesia yang berlaku pada
tanggal Perjanjian, utang yang dimilikinya
berdasarkan Perjanjian ini akan memiliki
peringkat paling tidak pari passu (setara)
dengan utangnya yang lain yang tidak dijamin
dan tidak disubordinasi,---------------dengan
pengecualian utang-utang yang diistimewakan
berdasarkan hukum;---------------------
14.9. Kewajiban-kewajiban sebagaimana disebutkan
akan dilakukan olehnya dalam Dokumen Transaksi
ini adalah sah, berlaku dan mengikat dan dapat
dilaksanakan kepadanya sesuai dengan syarat
dan ketentuan Dokumen Transaksi ini dan
jaminan yang dibuat dan diakui berdasarkan
Dokumen Transaksi ini adalah sah dan berlaku;
---------------------------------------
14.10. DEBITUR belum pernah melanggar suatu hukum
atau peraturan yang mana pelanggaran tersebut
telah----------------------------------
atau dapat diduga akan memiliki dampak
material yang merugikan pada Dokumen Transaksi
ini atau-------------------------------
pelaksanaan kewajiban berdasarkan Dokumen
Transaksi ini;-------------------------
14.11. DEBITUR tidak memiliki pengetahuan atas adanya
---------------------------------------
fakta yang dapat menganggu keabsahan daripada
Dokumen Transaksi ini;-----------------
14.12. seluruh materai, pendaftaran dan pajak, biaya,
bea dan ketetapan lain sehubungan dengan
DEBITUR atau harta kekayaan yang dimilikinya
telah dilunasi dan setuju untuk membayar
secara tepat waktu setiap dan seluruh materai,
pendaftaran dan pajak, biaya, bea dan
ketetapan lain yang dapat dibebankan atau
terutang sehubungan dengan DEBITUR atau harta
kekayaannya di masa yang akan datang, dan
dalam hal BANK, dengan diskresinya sendiri,
memilih untuk membayar setiap pengeluaran
tersebut, maka Jumlah Yang Terutang akan
dianggap akan ditingkatkan sesuai pengeluaran
tersebut;
14.13. DEBITUR telah menyampaikan informasi dan
pernyataan yang benar mengenai fasilitas KPP
yang ia miliki baik dari BANK maupun dari
Kreditur Lain dalam rangka kepatuhan oleh
BANK atas ketentuan peraturan-peraturan
perundang-undangan termasuk dalam rangka
kepatuhan Loan to Value Ratio, termasuk
pernyataan bahwa DEBITUR tidak memiliki
fasilitas KPP lainnya pada BANK atau Kreditur
Lain yang masih berjalan, sehingga Fasilitas
yang diperoleh oleh DEBITUR dari BANK
berdasarkan Perjanjian ini, akan menjadi
fasilitas KPP urutan pertama yang diterima
oleh DEBITUR;--------------------------
14.14. DEBITUR telah mengetahui dengan baik dan
menyetujui semua ketentuan-ketentuan dan
persyaratan yang termaktub dalam Perjanjian
ini;
------------------------PASAL 15------------
-------------HAL-HAL YANG HARUS DILAKSANAKAN
(AFFIRMATIVE COVENANTS)----------------
DEBITUR dengan hal ini berjanji dan
mengikatkan diri terhadap BANK untuk
melaksanakan hal-hal yang meliputi antara
lain, selama Jumlah Yang Terutang belum
dilunasi, DEBITUR berkewajiban untuk:- -
15.1. Secara tepat waktu membayar setiap Jumlah Yang
Terutang olehnya dan melaksanakan kewajiban-
kewajibannya berdasarkan Perjanjian
ini;-------
15.2. DEBITUR wajib menyediakan dana sebesar 1
(satu) kali Angsuran, yang bersifat darurat
dan hanya digunakan untuk kepentingan
pemenuhan kewajiban pembayaran Angsuran saja.
DEBITUR wajib untuk mengganti setiap uang yang
terpakai untuk pembayaran Angsuran tersebut
dengan menyetorkan uang dalam jumlah yang
sama.------------------
15.3. Melaksanakan segala upaya dan memberikan
dokumen yang diperlukan oleh BANK untuk
pembuatan, penandatangan dan pelaksanaan
Perjanjian dan Dokumen Jaminan termasuk namun
tidak terbatas pada Dokumen Jaminan sehubungan
dengan pembebanan Hak Tanggungan Tingkat
Pertama pada Unit Yang Dibiayai;
15.4. Segera memberitahukan kepada BANK apabila
terjadi hal-hal yang mengakibatkan terjadinya
risiko kredit; --------------------------------
15.5. Mengijinkan pegawai-pegawai atau wakil-wakil
BANK pada waktu (waktu) yang layak
(sebagaimana akan ditetapkan oleh BANK) untuk
memeriksa kekayaan dan usaha DEBITUR serta
barang-barang agunan/jaminan dan
memeriksa/mengaudit pembukuan, catatan-catatan
dan administrasi DEBITUR dan membuat Salinan-
salinan atau catatan-catatan dari padanya.
DEBITUR memahami dan mengakui bahwa tindakan
tersebut bukan merupakan suatu tindakan
memasuki tempat secara tidak sah atau termasuk
dalam perbuatan melawan hukum dan BANK tidak
bertanggung jawab atas setiap kerugian yang
disebabkan oleh tindakan-tindakan mereka
tersebut. -------
15.6. DEBITUR harus tepat pada waktunya dan atas
permintaan BANK membuat, menandatangani,
mengakui, memenuhi, memohonkan dan
mendaftarkan atas biaya yang harus dipikulnya
sendiri semua perjanjian, dokumen, sertifikat
tanah DEBITUR dan surat tambahan yang harus
dibuat selanjutnya, serta melakukan tindakan
seperti itu sebagaimana yang harus atau wajar
dilakukan guna melaksanakan Dokumen
Transaksi.----------
15.7. Memberitahu dengan segera selambatnya 7
(tujuh) Hari Kalender kepada BANK dalam hal
adanya kejadian berikut
ini :------------------------
(810)--------------------------------------terjadi
semua tuntutan perkara terhadap DEBITUR yang
secara material dapat mempengaruhi usaha yang
sedang dijalankan dan aset-aset DEBITUR;--
(811) timbul suatu perkara atau tuntutan hukum
yang terjadi antara DEBITUR dan suatu badan
pemerintah; -----------------------------------
(812)--------------------------------------ada
suatu kejadian yang dengan lewatnya waktu atau
karena pemberitahuan atau kedua-duanya akan
menjadi kejadian kelalaian.------------
15.8. Dalam hal DEBITUR menyampaikan pernyataan yang
tidak benar maka DEBITUR atau nasabah bersedia
melaksanakan langkah-langkah yang ditetapkan
oleh BANK untuk memperbaiki akibat dari
kesalahan pernyataan tersebut termasuk namun
tidak terbatas pada langkah-langkah yang perlu
dilakukan dalam rangka pemenuhan ketentuan
peraturan-peraturan perundang-undangan
mengenai pemenuhan Loan to Value
Ratio.-----------------
15.9. DEBITUR dengan ini berjanji dan mengikat diri
kepada BANK untuk saat ini atau nanti secara
periodik atau sewaktu-waktu apabila diperlukan
oleh BANK sanggup membuat dan/atau
menandatangani surat utang secara Notariil
berkenaan dengan pemberian Fasilitas
berdasarkan Perjanjian ini maupun perjanjian
kredit lainnya termasuk perpanjangan,
perubahan, pembaharuan, maupun tambahan kredit
yang akan dibuat dikemudian hari, untuk jumlah
yang secara pasti ternyata dalam Rekening
Pinjaman atas nama DEBITUR serta dokumen-
dokumen lainnya yang dikeluarkan oleh Bank
ataupun pihak lain yang dapat menunjukkan
Jumlah Yang
Terutang.-------------------------------------
------------------------PASAL 16------------
----------HAL-HAL YANG TIDAK BOLEH
DILAKSANAKAN (NEGATIVE COVENANTS)---------
Selama Jumlah Yang Terutang belum dilunasi,
tanpa persetujuan BANK terlebih dahulu DEBITUR
tidak diperkenankan untuk:-------------
16.1. Mengikatkan diri sebagai penjamin utang;
------
16.2. Menjaminkan harta kekayaan DEBITUR yang sudah
dijaminkan ke BANK kepada pihak lain.
---------
16.3. Meletakan perikatan lain atas sebagian/seluruh
Agunan.---------------------------------------
------------------------PASAL 17------------
----------------CIDERA JANJI ----------
17.1 Peristiwa Cidera Janji.----------
Satu atau lebih dari kejadian atau keadaan
dalam Pasal ini merupakan Cidera Janji:
(810)---------------------------------------Gagal
Bayar.---------------------------------
Bilamana kewajiban manapun Debitur berdasarkan

Perjanjian ini dan/atau Dokumen Transaksi


lainnya telah jatuh tempo tidak dibayar pada
---------------------------------------
waktunya dan/atau kurang dan/atau tidak
dilakukan dengan cara yang ditentukan.-
(811)
---------------------------------------
Penyitaan Aset.------------------------
Atas Harta Yang Dijaminkan dilakukan sita
eksekusi atau sita jaminan atau
dipermasalahkan oleh pihak lain yang akan
mengganggu kelancaran dan pemenuhan kewajiban
DEBITUR kepada BANK;-------------------
(c) Kepailitan dan Pengampuan.-------------
Debitur menyatakan diri pailit dan/atau
dinyatakan pailit oleh pengadilan yang
berwenang (baik yang diputuskan atas dasar
Debitur menyatakan diri pailit atau atas dasar
diajukan pailit oleh pihak lain), dibawah
pengampuan atau karena apapun juga tidak
berhak lagi mengurus atau menguasai
kekayaannya.---------------------------
(81d)
---------------------------------------
Pernyataan yang Tidak Benar.-----------
Setiap pernyataan dan jaminan yang dinyatakan

atau diberikan oleh Debitur dalam Dokumen


Transaksi atau dokumen lainnya yang
disampaikan oleh atau atas namanya berdasarkan
atau sehubungan dengan Dokumen Transaksi
manapun salah atau terbukti salah atau
menyesatkan dalam hal yang material saat
dibuat atau dianggap telah dibuat.---- -
(81e)
---------------------------------------
Pelanggaran Atas Hal-Hal Yang Harus
Dilaksanakan (affirmative negative covenants).
---------------------------------------
Kewajban administratif sebagaimana tertuang
dalam affirmative negative covenants tidak
dilaksanakan dengan baik;--------------
(81f)Perubahan Bentuk atas Harta Yang
Dijaminkan.---
DEBITUR melakukan perubahan dalam bentuk
apapun terhadap agunan yang menyebabkan nilai
agunan menjadi turun atau berkurang
nilainya.---------
(81g)---------------------------------------Kondisi
atas Harta Yang Dijaminkan.------------
Harta Yang Dijaminkan musnah dan/atau rusak
berat dan/atau diblokir sehingga tidak
memiliki nilai seperti pada waktu Dokumen
Jaminan ditandatangani.----------------
(h) Pembatalan dan Penolakan Perjanjian.- - -
Debitur membatalkan atau bermaksud untuk
membatalkan setiap Dokumen Transaksi atau
membuktikan maksud untuk membatalkan atau
menolak Dokumen Transaksi.-------------
(i) Litigasi.------------------------------
Debitur terlibat dalam perkara di pengadilan
yang menurut penilaian Bank, dapat mempengaruh
secara material kemampuannya untuk memenuhi
kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini.------
---------------------------------------
(j) Kolektabilitas Menurun.----------------
(81110)
----------------------------------
81Adanya suatu ketentuan atau putusan
dari------------------------------
yang berwenang yang mengakibatkan
kolektabilitas kredit Debitur menurun;
----------------------------------
atau------------------------------
(1) 81Menurut pertimbangan Bank sendiri,
kekayaan Debitur sangat menurun atau
merosot nilainya atau usahanya mengalami
kemunduran sehingga tidak memungkinkan
untuk dapat membayar lunas utang kepada
Bank.-----------------------------
(81k)
---------------------------------------
Ketidakabsahan dan Ketidakberlakuan.- - -
(81110) 81pelaksanaan kewajiban Debitur
berdasarkan Dokumen Transaksi menjadi
tidak sesuai dengan hukum atau agunan
atas Harta Yang Dijaminkan yang timbul
atau dinyatakan telah timbul berdasarkan
atau dibuktikan oleh Dokumen Jaminan
tidak lagi dapat dieksekusi oleh Bank dan
hal tersebut secara sewajarnya mempunyai
kemungkinan Dampak Merugikan Secara
Material.---------
(1) 81setiap Dokumen Transaksi tidak lagi
berlaku dan sah sepenuhnya atau setiap
Dokumen Jaminan tidak lagi menjadi sah,
mengikat dan dapat diberlakukan atau
berlaku atau setiap dokumen tersebut
dituduhkan oleh Bank tidak berlaku dan
hal tersebut secara sewajarnya mempunyai
kemungkinan Dampak Merugikan Secara
Material.-------------------------
(l) Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang.----------
Debitur mengajukan permohonan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.------------
(81m)
---------------------------------------
Pelanggaran Hukum.---------------------
Debitur tidak mematuhi hukum, peraturan yang
berlaku terhadapnya atau usahanya dan hal
tersebut kemungkinan membawa Dampak Merugikan
---------------------------------------
Secara Material.-----------------------
(n) Cross Default.-------------------------
DEBITUR dinyatakan lalai atau wanprestasi
terhadap fasilitas kredit lainnya yang
diterimanya atau berdasarkan perjanjian
material DEBITUR lainnya (cross-
default);------
(o) DEBITUR telah dinyatakan wanprestasi (default)

atau DEBITUR tidak melaksanakan suatu


kewajiban atau melakukan pelanggaran terhadap
salah satu ketentuan sebagaimana dinyatakan
dalam Perjanjian
ini.--------------------------------
(p) DEBITUR melakukan perbuatan dan/atau
terjadinya peristiwa dalam bentuk dan dengan
nama apapun yang semata-mata atas pertimbangan
BANK dapat mengancam kemampuan DEBITUR
sehingga kewajiban
DEBITUR kepada BANK menjadi tidak terjamin
sebagaimana mestinya.------------------
17.2 Pemberitahuan Cidera Janji.------------
(810) Jika terjadi salah satu peristiwa Cidera Janji

di atas, maka BANK akan memberitahukan DEBITUR

telah terjadi peristiwa Cidera Janji dan


mengingatkan DEBITUR untuk memperbaiki
peristiwa Cidera Janji tersebut (jika
peristiwa tersebut dapat diperbaiki) sesuai
dengan ketentuan Perjanjian ini.-------
(811) DEBITUR memahami dan mengakui bahwa tidak ada
ketentuan dalam Perjanjian ini yang dapat
ditafsirkan bahwa BANK memiliki kewajiban
apapun untuk mengawasi dan memastikan
pemenuhan kewajiban DEBITUR berdasarkan
Perjanjian dan bahwa tidak terjadi Cidera
Janji dari waktu ke
waktu.----------------------------------------
17.2 0Jatuh Tempo Dipercepat.---------------
Jika suatu Cidera Janji telah terjadi dan
berlanjut, maka BANK berhak memberitahukan
secara tertulis kepada DEBITUR:--------
(820)
---------------------------------------
28menyatakan Jumlah Yang Terutang berdasarkan
Perjanjian ini dan Dokumen Transaksi lainnya,
seketika itu jatuh tempo dan harus dibayar
oleh DEBITUR tanpa pemberitahuan lebih lanjut;
dan/atau-------------------------------
(821) melaksanakan setiap hak yang dimilikinya
sesuai dengan Perjanjian ini dan Dokumen
Transaksi lainnya, termasuk untuk mengeksekusi
Agunan serta mengambil pelunasan atas Jumlah
Yang Terutang daripada tindakan eksekusi
tersebut.
------------------------PASAL 18-------------------
--------PERJUMPAAN UTANG DAN KUASA-KUASA-------
18.1. DEBITUR setuju dan memberi kuasa serta
wewenang-
penuh pada BANK untuk dari waktu ke waktu yang
---------------------------------------
ditetapkan oleh BANK, untuk memblokir, membuka
---------------------------------------
blokir, mendebet setiap rekening DEBITUR yang
---------------------------------------
dibuka di BANK tanpa memberikan pemberitahuan
---------------------------------------
terlebih dahulu kepada DEBITUR guna pelunasan
---------------------------------------
Jumlah Yang Terutang.------------------
18.2. Dalam hal terjadinya Cidera Janji, BANK
berhak, tanpa pemberitahuan kepada DEBITUR
atau pihak lain, memperjumpakan utang atau
menggunakan setiap baki kredit dalam suatu
rekening atau deposito milik DEBITUR (apapun
sifatnya dan terlepas apakah harus dengan
pemberitahuan atau sudah jatuh tempo atau
belum) yang dibuka pada BANK, untuk pelunasan
utang atau pemenuhan kewajiban DEBITUR yang
timbul berkaitan dengan Dokumen Transaksi
kepada BANK.-----------------
----------------------PASAL 19-------------------
-------------PENGELOLAAN REKENING------
19.1. Sebagai pelaksanaan Perjanjian ini, untuk
menerima pencairan Fasilitas, DEBITUR wajib
untuk membuka Rekening di BANK atas nama
DEBITUR. --------------------------------------
19.2. Dalam menggunakan Rekening tersebut di atas,
DEBITUR tunduk pada Ketentuan-Ketentuan Umum
pada
BANK.-------------------------------------
------------------------PASAL 20------------
--------AKSES DAN TINDAKAN LAIN OLEH BANK-----
20.1 Jika terjadi suatu Cidera Janji atau Bank
secara sewajarnya mencurigai adanya atau dapat
terjadinya suatu Cidera Janji, Bank berhak
untuk, dan Debitur berjanji untuk mengizinkan
Bank mengakses sepenuhnya kepada, atas resiko
dan biaya Debitur (a) Usaha, aset, pembukuan
dan catatan masing-masing Debitur; dan (b)
bertemu dan membahas persoalan dengan keluarga
Debitur.
20.2 Jika terjadi suatu Cidera Janji, BANK dan/atau
setiap perwakilannya berhak untuk dan DEBITUR
berjanji untuk mengizinkan BANK dan/atau
setiap perwakilannya untuk mengumumkan nama
DEBITUR bermasalah di media massa dan media
lainnya yang ditentukan BANK dan/atau
melakukan perbuatan lain yang diperlukan
termasuk tindakan memasuki pekarangan/tanah
tempat Harta Yang Dijaminkan dan tindakan
memasang pengumuman pada Harta Yang
Dijaminkan, pengumuman mana tidak boleh
dicabut ataupun diubah oleh DEBITUR sampai
Jumlah Yang----------------------------
Terutang terbayar lunas. Tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh BANK dan/atau setiap
perwakilannya berdasarkan Pasal ini tidak
merupakan suatu perbuatan melawan hukum dan
DEBITUR melepaskan haknya untuk mengajukan
keberatan, gugatan, tuntutan, atau perlawanan
dalam bentuk apapun atas tindakan-tindakan
BANK dan/atau setiap perwakilannya
tersebut.------------------------------
------------------------PASAL 21--------------
--------------------KUASA--------------
1) Seluruh kuasa dan wewenang yang diberikan
dalam Perjanjian ini merupakan suatu bagian
yang integral dan tidak terpisahkan dari
Perjanjian serta tidak dapat ditarik kembali
dan atau tidak dapat berakhir oleh karena
alasan apapun, termasuk berakhir karena hal-
hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1813,
1814 atau 1816 Kitab Undang-undang Hukum
Perdata. Kuasa dan wewenang yang diberikan
berdasarkan Perjanjian  ini dapat dialihkan
kepada pihak lain untuk melaksanakan sebagian
atau seluruh hak-hak yang dimiliki oleh pihak
yang menerima kuasa dan wewenang  berdasarkan
Perjanjian ini.
2) Apabila dipandang perlu, BANK dapat meminta
DEBITUR untuk dapat memberikan suatu surat
kuasa tertulis secara terpisah sehubungan
dengan salah satu atau beberapa kuasa-kuasa
yang telah diberikan oleh--------------
DEBITUR di dalam Perjanjian maupun Dokumen
Transaksi.
------------------------PASAL 22------------
----------PENGALIHAN HAK DAN KEWAJIBAN------
22.1. DEBITUR.--------------------------------------
DEBITUR tidak berhak mengalihkan semua atau
setiap hak, manfaat dan kewajiban berdasarkan
Perjanjian atau Dokumen Transaksi lainnya
tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu
dari BANK.
22.2. BANK.-----------------------------------------
BANK berhak mengalihkan semua atau setiap hak,
manfaat dan kewajiban berdasarkan Perjanjian
atau Dokumen Transaksi lainnya tanpa
persetujuan tertulis terlebih dahulu dari
DEBITUR atau pemberitahuan kepada DEBITUR.
---------------------------------------
------------------------PASAL 23------------
------------------------PERUBAHAN-----------
Ketentuan-ketentuan dalam Dokumen Transaksi
tidak dapat diubah, dikesampingkan,
dilepaskan, atau diakhiri secara lisan,
demikian juga Cidera Janji apapun menurut
Dokumen Transaksi, tidak dapat dikesampingkan
atau dilepaskan secara lisan kecuali dengan
dokumen tertulis yang ditandatangani oleh atau
atas nama pihak yang berhak memberlakukan
suatu perubahan pengesampingan, pelepasan atau
pengakhiran itu.
------------------------PASAL 24------------
------PELEPASAN DAN KEABSAHAN SEBAGIAN------
24.1. Pelepasan.------------------------------------
Kelalaian atau penundaan pelaksanaan atas hak,
---------------------------------------
kuasa, hak istimewa atau diskresi apapun
berdasarkan Perjanjian oleh BANK, tidak dapat
ditafsirkan sebagai pelepasan atau
pengesampingan atas hak tersebut.------
Demikian juga setiap pelaksanaan atas sebagian
dari hak, kekuasaan, hak istimewa atau
diskresi yang dimiliki oleh BANK tidak
berarti menutup------------------------
pelaksanaan lebih lanjut atas suatu hak,
kekuasaan, hak istimewa atau diskresi lainnya
yang dimiliki BANK. Setiap hak dan upaya hukum
lain yang menjadi hak BANK berdasarkan
Perjanjian ini bersifat kumulatif dan tidak
membatasi setiap hak dan upaya hukum yang
diberikan oleh Undang-Undang.----------
24.2. Keabsahan
Sebagian.----------------------------Jika pada
suatu saat, salah satu ketentuan Perjanjian
ini ternyata menjadi tidak sah, tidak berlaku
atau tidak dapat diberlakukan menurut hukum
yang berlaku, maka keabsahan, keberlakuan
ketentuan-ketentuan lainnya dari Perjanjian,
tidak akan terpengaruh atau menjadi lemah
karenanya.------------------------------------
------------------------PASAL 25------------
---------KESELURUHAN PERJANJIAN--------
Perjanjian ini menggantikan semua perjanjian
sebelumnya antara para Pihak mengenai masalah
pokoknya. DEBITUR tidak bergantung pada setiap
pernyataan atau jaminan secara lisan atau
tertulis yang dibuat, atau dimaksudkan untuk
dibuat, oleh atau atas nama BANK kecuali
sebagaimana diatur dalam Perjanjian
ini.-------
------------------------PASAL 26------------
----------------------0PEMBERITAHUAN--------
26.1.Cara Pemberitahuan.
----------------------------Setiap
pemberitahuan, penagihan atau komunikasi
lainnya yang diberikan atau dibuat berdasarkan
---------------------------------------
Perjanjian ini harus dilakukan secara tertulis
atau dikirim kepada Pihak yang bersangkutan
pada alamat atau nomor fax yang diuraikan di
bawah atau alamat atau nomor fax lain yang
dimiliki pihak penerima dengan pemberitahuan
tertulis 5 (lima) Hari Kerja sebelumnya kepada
pihak
lainnya).--------------------------------------
Kepada BANK:---------------------------
PT Bank DKI.---------------------------
Cabang Otista.-------------------------
Jalan Otista Raya Nomor 111, Kelurahan
Bidaracina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta
Timur.-----------------------------------------
Kepada DEBITUR:------------------------
Nyonya ALSINATUN.----------------------
Jalan Dakota Blok D1 Nomor 28 BDP, Rukun
Tetangga 006, Rukun Warga 008, Kelurahan
Jatisari, Kecamatan Jatiasih, Kota
Bekasi.-----
26.2.Penerimaan pemberitahuan.----------------------
Setiap pemberitahuan, penagihan atau komunikasi

lainnya yang dialamatkan demikian kepada Pihak


---------------------------------------
terkait harus dianggap telah disampaikan: (i)
jika melalui faks, pada saat ditunjukkan pada
laporan pengiriman telah berhasil dikirim; (ii)
jika diserahkan secara langsung, pada saat
penyerahan; dan (iii) jika dikirim melalui pos,
Hari Kerja setelah pengeposan.----------
26.3.Bahasa.----------------------------------------
Setiap pemberitahuan, penagihan atau komunikasi

lainnya berdasarkan Perjanjian ini dan setiap


dokumen lain yang diharuskan untuk disampaikan
menurut Perjanjian ini harus dilakukan dalam
Bahasa
Indonesia.------------------------------
------------------------PASAL 27------------
---PENGESAMPINGAN PASAL 1266 KITAB UNDANG-
UNDANG HUKUM PERDATA-------------------
Sehubungan dengan Perjanjian ini, Para Pihak
setuju dan sepakat untuk mengesampingkan
keberlakukan Pasal 1266 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata sejauh mengenai diperlukannya
persetujuan pengadilan untuk pembatalan
Perjanjian ini atau pengakhiran Perjanjian
sebelum waktunya.-----------------------------

------------------------PASAL 28------------
---HUKUM YANG BERLAKU, YURISDIKSI DAN PENYELESAIAN
PERSELISIHAN---------------------------
28.1. Hukum yang
Berlaku.----------------------------Hak dan
Kewajiban para pihak dalam Perjanjian ini
tunduk pada dan ditafsirkan sesuai dengan
undang-undang negara Republik Indonesia.------

28.2. Yurisdiksi dan Penyelesaian


Perselisihan.------Untuk pelaksanaan
Perjanjian ini dan semua akibatnya, Para Pihak
dengan ini memilih tempat kedudukan yang umum
dan tetap pada Kantor Panitera Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat. Tanpa membatasi hal-hal
tersebut di atas, Para Pihak setuju bahwa
BANK, atas pilihannya sendiri, dapat
menyerahkan setiap perselisihan yang mungkin
timbul berkenaan dengan Perjanjian ini kepada
setiap pengadilan di Indonesia.--------
28.3. Persetujuan.----------------------------------
DEBITUR dengan ini setuju untuk tidak
melakukan bantahan atas dipilihnya pengadilan
yang dimaksud dalam 28.2 di atas sebagai
tempat penyelesaian perselisihan yang
berkaitan dengan Perjanjian ini.-------
-----------------------PASAL 29------------
---------KETENTUAN LAIN-LAIN-----------
Segala sesuatu yang belum atau tidak diatur
dalam Perjanjian ini atau terjadi perubahan
atas materi Perjanjian ini baik pengurangan
atau penambahan termasuk perubahan-perubahan
yang dipandang perlu oleh Para Pihak kecuali
perubahan Jangka Waktu Fasilitas Kredit
sebagaimana dimaksud Pasal 4.2.2 Perjanjian
ini, maka atas kesepakatan Para Pihak akan
ditetapkan dan dituangkan kemudian ke dalam
suatu Addendum Perjanjian yang merupakan satu
kesatuan dan tidak terpisahkan dari Perjanjian
ini.---------
------------- Demikianlah Akta ini
------------
-Dibuat dan diselesaikan di Kota Bekasi, pada
hari dan tanggal tersebut pada bagian awal
akta ini, dengan dihadiri oleh :
--------------------Nyonya DIYAN ARDINI, lahir
di Kediri, pada tanggal dua puluh tiga
September seribu sembilan ratus enam puluh
delapan (23-09-1968), bertempat tinggal di
Bekasi, Permata Regensi Blok I.1 nomor 12 A,
Rukun Tetangga 007, Rukun Warga 011, Kelurahan
wanasari, Kecamatan Cibitung, pemegang Kartu
Tanda penduduk Nomor : 3216076309680002, Warga
Negara Indonesia, dan --Nona MEYLI, lahir di
Plaju Ulu, pada tanggal tiga belas Mei seribu
sembilanratus delapanpuluh (13-05-1980),
bertempat tinggal di Depok, Griya Pancoran Mas
Blok C2 Nomor 2, Rukun Tetangga 004, Rukun
Warga 014, Kelurahan -Rangkapan Jaya Baru,
Kecamatan Pancoran Mas, pemegang Nomor Induk
Kependudukan : 3276015305800001, Warga Negara
Indonesia ; ----------------------------
keduanya pegawai kantor Notaris, saya, Notaris
kenal sebagai saksi-saksi.
---------------------Segera setelah akta ini
saya, Notaris, bacakan kepada para penghadap
dan saksi-saksi, maka seketika
ditandatanganilah akta ini oleh para
penghadap, saksi-saksi dan saya,
Notaris.------
-Bahwa penghadap selain menandatangani akta
juga telah membubuhkan cap jempol tangan kiri
pada minuta akta ini.—------------------------
-Dilangsungkan dengan tiada perubahan apapun.-
-Asli akta ini telah ditandatangani
secukupnya.-----------------------------------
-Diberikan salinan yang sama bunyinya.--------
UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS PEMBUATAN AKTA ANEKA PERJANJIAN KELAS A

JAMINAN FIDUSIA

KELOMPOK 7

Disusun oleh:
Lulu Fitriani (1906327506)
Abdul Reza Prima (1906410331)
Aisyah Rukmi Widowati (2006496734)
Aimee Thaliasya (2006496721)
Adinda Indah Rahayu (2006496665)
Syania Ubaidi (2006497573)

MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

2021
A. HUKUM JAMINAN
Istilah jaminan merupakan terjemahan dari istilah Zekerheid atau cautie, yang
berarti kemampuan debitur untuk melunasi hutangnya kepada kreditur, dimana hal ini
dilakukan dengan cara menahan benda tertentu yang memiliki nilai ekonomis sebagai
tanggungan atas utang yang diterima debitur terhadap krediturnya.91
M. Bahsan berpendapat bahwa yang dimaksud dengan jaminan adalah “segala
sesuatu yang diterima oleh kreditur dan diserahkan debitur untuk menjamin sesuatu utang
piutang dalam masyarakat”92
Kemudian mengenai jaminan, diatur di dalam KUHPerdata Pasal 1131 yang
berbunyi sebagai berikut:
“segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik
yang sudah ada maupun yang baru aka nada dikemdian hari, menjadi tanggungan untuk
segala perikatan perorangan”.
Yang kemudian dilanjutkan dengan ketentuan dalam Pasal 1132 KUHPerdata
sebagai berikut:
“kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang
menghutangkan padanya; pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut
keseimbangannya, yaitu menurut besar-kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila
di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan”.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimbulkan bahwa yang
dimaksud dengan jaminan adalah suatu benda baik bergerak maupun tidak bergerak yang
diberikan oleh debitur kepada kreditur untuk memberikan kepastian atas pelunasan utang
debitur tersebut. Jaminan merupakan upaya perlindungan terhadap kepentingan kreditur
agar kreditur menerima haknya kembali.

91
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 66.
92
M. Bahsan, Giro dan Bilyet Giro Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.
227

1
B. JENIS-JENIS JAMINAN
Gunawan Wijaya berpendapat bahwa jaminan terbagi menjadi beberapa jenis
yaitu sebagai berikut:93
1. Menurut cara terjadinya
(a) Jaminan yang lahir karena Undang-undang
Jaminan yang lahir karena undang-undang merupakan jaminan yang diatur
dalam ketentuan Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata.
(b) Jaminan yang lahir karena diperjanjikan
Jaminan yang lahir karena diperjanjikan merupakan perwujudan dari asas
konsensualitas dalam perjanjian. Perjanjian tersebut merupakan perjanjian
assesoir dimana ia melekat pada perjanjian pokok yang menerbitkan utang
piutang antara debitur dan kreditur. Contoh dari jenis jaminan ini adalah hipotek,
hak tanggungan, gadai, dan lain-lain.
2. Menurut objeknya
(a) Jaminan yang berobjek benda bergerak
Dalam hal ini, yang dijadikan jaminan adalah benda bergerak, dimana
yang dimaksud benda bergerak adalah benda yang baik isfat dan menurut undang-
undang ditetapkan sebagai benda bergerak.
(b) Jaminan yang berobjek benda tidak bergerak atau benda tetap
Dalam hal ini, yang dijadikan objek jaminan adalah benda yang tidak
bergerak.
(c) Jaminan yang berobjek benda berupa tanah
Dalam hal ini yang dijadikan objek jaminan adalah berupa tanah.
3. Menurut sifatnya
(a) Jaminan bersifat umum
Jaminan ini diberikan untuk kepentingan seluruh kreditur sehubungan
dengan semua harga debitur. Jaminan bersifat umum ini adalah jaminan yang
sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata.

93
Gunawan Wijaya, Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 74-
78.

2
(b) Jaminan bersifat khusus
Jaminan ini adalah jaminan yang diberikan atau ditujukan untuk pelunasan
hutang debitur terhadap suatu kreditur tertentu, dimana jaminan tersebut hanya
berlaku untuk kreditur yang ditunjuk tersebut, baik secara kebendaan maupun
perorangan.
(c) Jaminan yang bersifat kebendaan
Jaminan ini dilembagakan dalam bentuk hipotik, hak tanggungan, fidusia
dan gadai. Jaminan kebendaan ini merupakan hak kebendaan yang diberikan atas
dasar jura in re aliena, dan karenanya wajib memenuhi asas pencatatan dan
publisitas agar dapat melahirkan hak mutlak atas kebendaan yang dijaminkan
tersebut.
(d) Jaminan yang bersifat perorangan
Pada jenis jaminan ini, tuntutan guna memenuhi pelunasan utang yang
dijamin hanya dapat dilakukan secara pribadi oleh kreditur sebagai pemilik
piutang dengan penjamin, dan tidak dapat dipergunakan untuk merugikan
pihak lainnya dengan alasan apapun juga.
4. Jaminan menurut kewenangan menguasai benda jaminannya
(a) Yang menguasai benda jaminannya
Dalam hal ini, penguasaan atas objek jaminan beralih kepada kreditur
sehingga, objek jaminan akan lebih aman, terutama untuk benda bergerak yang
mudah dipindah tangankan dan berubah nilainya.
(b) Tanpa menguasai benda jaminannya
Dalam hal ini tidak terjadi peralihan penguasaan atas objek jaminan.
Debitur lebih diuntungkan karena dapat memanfaatkan objek jaminan.

C. JAMINAN FIDUSIA
Fidusia berasal dari kata fiduciair atau fides, yang artinya kepercayaan,yaitu
penyerahan hak milik atas benda secara kepercayaan sebagai jaminan (agunan) bagi
pelunasan piutang Kreditor. Fidusia sering disebut dengan istilah FEO, yang merupakan
singkatan dari Fiduciare Eigendom Overdracht. Penyerahan hak milik atas benda ini

3
dimaksudkan hanya sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, di mana memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada penerima fidusia (kreditor) terhadap kreditor-
kreditor lainnya.94
Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan
dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam
penguasaan pemilik benda.95
Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak
dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4
Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi
Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan
yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor lainnya.96
Jaminan Fidusia merupakan perjanjian ikutan dan suatu perjanjian pokok yang
menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi.97

D. OBJEK JAMINAN FIDUSIA


Lembaga Jaminan Fidusia memungkinkan kepada para Pemberi Fidusia untuk
menguasai Benda yang dijaminkan, untuk melakukan kegiatan usaha yang dibiayai dari
pinjaman dengan menggunakan Jaminan Fidusia. Pada awalnya, Benda yang menjadi
objek fidusia terbatas pada kekayaan benda bergerak yang berwujud dalam bentuk
peralatan. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, Benda yang menjadi objek
fidusia termasuk juga kekayaan benda bergerak yang tak berwujud, maupun benda tak
bergerak.98
Sebelum Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
dibentuk, pada umumnya Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia adalah benda
94
Rachmadi Usman, Hukum Kebendaan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 283, diakses pada
http://repository.uin-suska.ac.id/7190/4/BAB%20III.pdf, pada tanggal 1 Juni 2021 Pukul 23.15.
95
Indonesia, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia,
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 168 Tahun 1999, Pasal 1 Nomor 1 .
96
Ibid.,Pasal 1 Nomor 2.
97
Ibid.,Pasal 4.
98
Ibid.,Penjelasan.

4
bergerak yang terdiri dari benda dalam persediaan (inventory), benda dagangan, piutang,
peralatan mesin, dan kendaraan bermotor. Oleh karena itu, guna memenuhi kebutuhan
masyarakat yang terus berkembang, maka menurut Undang-undang ini objek Jaminan
Fidusia diberikan pengertian yang luas yaitu benda bergerak yang berwujud maupun tak
berwujud, dan benda tak bergerak yang tidak dapat dibebani dengan hak tanggungan
sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan.99
Dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, diatur
tentang pendaftaran Jaminan Fidusia guna memberikan kepastian hukum kepada para
pihak yang berkepentingan dan pendaftaran Jaminan Fidusia memberikan hak yang
didahulukan (preferen) kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor lain. Karena Jaminan
Fidusia memberikan hak kepada pihak Pemberi Fidusia untuk tetap menguasai Benda
yang menjadi objek Jaminan Fidusia berdasarkan kepercayaan, maka diharapkan sistem
pendaftaran yang diatur dalam Undang-undang ini dapat memberikan Jaminan kepada
pihak Penerima Fidusia dan pihak yang mempunyai kepentingan terhadap Benda
tersebut.100

E. PERATURAN-PERATURAN TENTANG FIDUSIA


Peraturan mengenai fidusia yaitu :
- Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
- Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun, (Lembaran
Negara Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3318); b.
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 168, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3889);
- Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1999, LN.58, TLN.3837, jo. Peraturan
Pemerintah Nomor 87 Tahun 2000 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak Yang Berlaku pada Departemen Kehakiman (Lembaran Negara
Tahun 2000, Nomor 171, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4006);

99
Ibid.,
100
Ibid.,

5
- Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran
Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia. (Lembaran Negara
Tahun 2000, Nomor 170, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4005);
- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015 tentang Tata
Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fidusia
- Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 2013 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia Secara Elektronik
- Keputusan Presiden Nomor 139 Tahun 2000 tanggal 30 September 2000 tentang
Pembentukan Kantor Pendaftaran Fidusia di Setiap Ibukota Provinsi di Wilayah
Negara Republik Indonesia;
- Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor M.01.UM.01.06 Tahun 2000 tanggal 30 Oktober 2000 tentang Bentuk
Formulir dan Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fidusia;
- Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor M.08.UM.07.01 Tahun 2000 tanggal 30 Oktober 2000 tentang Pembukaan
Kantor Pendaftaran Fidusia;
- Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Nomor M.03-PR.07.10 Tahun 2001 tanggal 30 Maret 2001 tentang Pembukaan
Kantor Pendaftaran Fidusia di Seluruh Kantor Wilayah Departemen Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;
- Surat Edaran Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor C.UM.01.10-11
tanggal 19 Januari 2001 tentang Penghitungan Penetapan Jangka Waktu
Penyesuaian dan Pendaftaran Perjanjian Jaminan Fidusia.

F. TUJUAN FIDUSIA
Tujuan Fidusia menurut Pasal 2 Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia, mengatakan bahwa perjanjian fidusia ini bertujuan untuk memberikan
perlindungan untuk kepentingan kreditur karena memberikan penerima fidusia
kedudukan yang diutamakan terhadap kreditur lainnya.101

101
Ibid.,Pasal 2.

6
Tujuan dari pendaftaran fidusia adalah untuk memberikan kepastian hukum
kepada penerima fidusia dan pemberi fidusia serta pihak ketiga yang berkepentingan.
Segala keterangan mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia terbuka untuk
umum. Kecuali terhadap barang persediaan, melalui sistem pendaftaran ini diatur ciri-ciri
yang sempurna dari jaminan fidusia sehingga memperoleh sifat sebagai hak kebendaan
(right in reni).

G. PEMBERI DAN PENERIMA JAMINAN FIDUSIA


Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Jaminan Fidusia menyatakan bahwa pemberi
fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi pemilik benda yang menjadi objek
Jaminan Fidusia, sedangkan Penerima Fidusia adalah orang perseorangan atau korporasi
yang mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan Jaminan Fidusia sesuai
dengan Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Selain itu, yang bertindak
sebagai pemberi fidusia adalah debitur (pihak yang mempunyai utang) maupun pihak
ketiga. Sedangkan penerima fidusia adalah kreditur (pihak yang mempunyai piutang)
yang bisa lebih dari satu dalam rangka pembayaran kredit konsorsium sebagaimana
dalam Penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Jaminan Fidusia. Pemberi fidusia dilarang
melakukan fidusia ulang terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang sudah
terdaftar.
Asas bahwa pemberi jaminan fidusia harus orang yang memiliki kewenangan
hukum atas objek jaminan fidusia. Kewenangan hukum tersebut harus ada pada saat
jaminan fidusia didaftarkan ke kantor pendaftaran fidusia. Berbeda dari peraturan hak
tanggungan yang mencantumkan dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 42 tahun 1999
tentang jaminan fidusia belum mencantumkan asas ini secara jelas.

H. BADAN HUKUM SEBAGAI PEMBERI JAMINAN FIDUSIA


Badan hukum adalah Lembaga yang memberikan fasilitas kredit dapat berupa
Lembaga perbankan dan atau Lembaga keuangan non bank. Badan Hukum di Indonesia
yang dikenal ada 3 yaitu Perseroan Terbatas (PT), Koperasi dan Yayasan. Sedangkan
Firma dan CV pada hakikatnya bukan badan hukum, melainkan badan usaha. RUPS

7
(untuk PT), RAT (untuk Koperasi), Pembina (untuk yayasan), Dewan Komisaris (untuk
PT), Pengawas (untuk Koperasi), Pengawas (untuk yayasan), Direksi (untuk PT),
Pengurus (untuk Koperasi), Pengurus (untuk yayasan).
Pengajuan kredit pada hakikatnya diajukan oleh organ yang bertugas mengurus.
Dalam hal PT dilakukan oleh Direksi, sedangkan Koperasi dan yayasan dilakukan oleh
Pengurus. Dalam mengajukan kredit, selalu perhatikan Anggaran Dasar, pasal terkait
kewenangan Direksi dan juga pasal yang terkait apabila Perusahaan mengajukan
kredit/pinjaman memerlukan persetujuan dari siapa, ada yang memerlukan persetujuan
Dewan Komisaris dan Pengawas, namun ada juga yang memerlukan persetujuan
RUPS/RAT/Pembina. Contoh salah satu kasus yaitu PT X, dalam mengajukan kredit
memerlukan persetujuan dari Dewan Komisaris, maka kita sebagai Finance harus
meminta Surat Persetujuan dari Dewan Komisaris. Tanpa ada persetujuan dari Dewan
Komisaris maka Direksi tidak berwenang mewakili PT tersebut dan jika ditemukan hal
seperti itu maka pihak Finance dapat menolaknya. Hal yang sama berlaku juga untuk
Koperasi dan Yayasan, dalam koperasi dan Yayasan harus selalu meminta Anggaran
Dasar dari awal (pendirian) sampai perubahan terakhir. Surat Persetujuan Dewan
Komisaris PT ini yaitu membuat persetujuan kepada Direksi PT untuk meminjam uang
dari lembaga keuangan (umumnya Bank) untuk memenuhi ketentuan Pasal 12 Anggaran
Dasar Perseroan Terbatas sesuai dengan Ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 Tentang Perseroan Terbatas. Sekalipun di dalam suatu Perseroan Terbatas hanya
memiliki 1 (satu) orang Komisaris sesuai, namun berdasarkan pada ketentuan Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas bahwa tindakan Komisaris
adalah bukan tindakan perorangan namun secara bersama-sama yang sering dikenal
dengan sebutan Dewan Komisaris, artinya bahwa segala tindakan membutuhkan
persetujuan dari komisaris perseroan dan tindakan tersebut hanya bisa dilakukan oleh
seluruh komisaris di dalam suatu perseroan terbatas (baik terdiri dari 1 orang atau lebih).
Bentuk Surat Persetujuan Dewan Komisaris dapat dibuat dibawah tangan atau
dalam bentuk akta notariil. Namun apabila dibuat dibawah tangan maka umumnya surat
persetujuan tersebut harus dilegalisasi oleh seorang pejabat notaris.

8
I. PENDAFTARAN FIDUSIA
Undang-Undang Jaminan Fidusia menganut prinsip pendaftaran jaminan fidusia,
sekalipun dalam Pasal 11 Undang-undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia
disebutkan bahwa benda yang didaftarkan tersebut adalah benda yang dibebani jaminan
fidusia. Tujuan pendaftaran dimaksudkan untuk memenuhi asas publisitas dengan
maksud masyarakat dapat mengakses informasi dan mengetahui adanya dan keadaan
benda yang merupakan objek fidusia juga untuk memberikan kepastian hukum terhadap
kreditur lainnya mengenai benda yang telah dibebani dengan jaminan fidusia, hal ini
berfungsi untuk mencegah terjadinya fidusia ulang sebagaimana yang dilarang oleh Pasal
17 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.
Adapun pendaftaran benda yang dibebani dengan jaminan fidusia dilaksanakan di
tempat kedudukan pemberi fidusia dan pendaftarannya berupa benda, baik yang berada
didalam maupun diluar wilayah negara Republik Indonesia untuk memenuhi asas
publisitas, sekaligus menjamin kepastian terhadap kreditur lainnya mengenai benda yang
telah dibebani jaminan fidusia. Pendaftaran Jaminan fidusia dilakukan pada kantor
pendaftaran fidusia.
Kemudian, sebagaimana disebutkan dalam pasal 14 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, kantor pendaftaran fidusia menerbitkan
dan menyerahkan kepada penerima fidusia sertifikat jaminan fidusia pada tanggal yang
sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Sertifikat jaminan fidusia
yang merupakan salinan dari buku daftar fidusia memuat catatan tentang hal-hal
sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (2) diatas. Jaminan fidusia lahir pada tanggal
yang sama dengan tanggal dicatatnya jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia Adapun
dalam sertifikat jaminan fidusia dicantumkan kata-kata ”DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Sertifikat jaminan fidusia ini
mempunyai kekuatan eksekutorial yang 40 sama dengan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap. Oleh karena itu pula, apabila debitur cidera janji,

9
penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan
fidusia atas kekuasaannya sendiri.

J. ALUR PELAKSANAAN PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA


Jaminan fidusia merupakan salah satu jaminan kebendaan yang dikenal dalam
hukum positif. Bentuk jaminan fidusia sebagai suatu bentuk jaminan yang dapat
digunakan secara luas dan fleksibel dalam transaksi pinjam meminjam dengan memiliki
ciri sederhana, mudah, cepat, dan memiliki kepastian hukum. Fidusia merupakan jaminan
yang bersifat kebendaan, yaitu jaminan yang objeknya berupa barang bergerak maupun
tidak bergerak yang khusus diperuntukkan untuk menjamin hutang debitur kepada
kreditur apabila di kemudian hari utang tersebut tidak dapat dibayar oleh debitur. Barang
dalam jaminan fidusia diserahkan secara constitutum possessorium, artinya barang
diserahkan sebagai jaminan kredit tetap berada dalam kuasa pihak debitur karena yang
diserahkan adalah hak miliknya saja . Bagi pihak debitur bentuk jaminan yang baik
adalah bentuk jaminan yang tidak akan melumpuhkan kegiatan usahanya sehari-hari,
sedangkan bagi kreditur jaminan yang baik adalah jaminan yang dapat memberikan rasa
aman dan kepastian hukum bahwa kredit yang diberikan dapat diperoleh kembali tepat
pada waktunya.
Dengan adanya Surat Edaran Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum No.
AHU-06.OT.03.01 Tahun 2013 tentang pemberlakuan Sistem Administrasi Pendaftaran
Jaminan Fidusia dilakukan secara Elektronik (Online System). Adapun Proses pemberian
Fidusia dapat dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu:
1. Melalui Lembaga Pembiayaan (Penerima Fidusia).
Dalam alur fidusia Lembaga Pembiayaan berperan sebagai Penerima fidusia
dimana lembaga ini dapat berupa Bank dan Perusahaan multi finance lainnya.
Hubungan hukum antara perusahaan pembiayaan dengan konsumen sebagai
nasabahnya adalah hubungan hukum perjanjian atau hukum kontrak, yang
mempunyai kesamaan prinsip-prinsipnya dengan perjanjian kredit bank, yaitu
mencakup jaminan utama, jaminan pokok, jaminan tambahan.

10
Jaminan utamanya adalah kepercayaan dari perusahaan pembiayaan kreditur
kepada debitur, bahwa pihak konsumen dapat dipercaya dan sanggup membayar
secara berkala atau angsuran sampai lunas atas pembiayaan yang telah diterimanya.
Jaminan pokok adalah jaminan yang berfungsi mengamankan dana yang
telah diberikan kepada konsumen, perusahaan pembiayaan konsumen biasanya
meminta jaminan pokok, yaitu berupa barang yang dibeli dengan dana dari
perusahaan pembiayaan tersebut. Jika dana dari perusahaan pembiayaan oleh
konsumen digunakan untuk membeli mobil, maka mobil yang bersangkutan
menjadi jaminan pokoknya.
Jaminan tambahan atas transaksi pembiayaan konsumen. Biasanya berupa
pengakuan utang (promissory notes), atau kuasa menjual barang, dan assignment of
proceed (cessie) dari asuransi.
Pada tahap ini pemberi fidusia mengajukan permohonan kepada penerima
fidusia yang berisikan identitas lengkap pemohon, jumlah permohonan pinjaman,
jangka waktu pinjaman, penggunaan dan cara pengembalian pinjaman, jangka
waktu pinjaman, identitas keluarga, jaminan atas pinjaman, lampiran berupa
fotokopi identitas dan dokumen dokumen penting lainnya.

2. Membuat Perjanjian Pokok.

Sebelum diterbitkannya akta fidusia, antara penerima dan pemberi fidusia


terlebih dahulu mempuat perjanjian pokok diabawah tangan. Adapun sifat dari
jaminan fidusia berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia, jaminan
fidusia merupakan perjanjian ikutan (accessoire) dari suatu perjanjian pokok yang
menimbulkan kewajiban bagi para pihak di dalam memenuhi suatu prestasi untuk
memberikan suatu atau tidak berbuat sesuatu yang dapat dinilai dengan uang
sehingga akibatnya jaminan fidusia hapus demi hukum apabila perjanjian pokok
yang dijamin dengan fidusia hapus.
Sebagai suatu perjanjian accessoir, perjanjian fidusia memiliki sifat
sebagai berikut:
(a) Ketergantungan terhadap perjanjian pokok;
(b)Keabsahannya semata-mata ditentukan oleh sah tidaknya perjanjian pokok;

11
(c) Sebagai perjanjian bersyarat, maka hanya dapat dilaksanakan jika ketentuan
yang disyaratkan dalam perjanjian pokok telah atau tidak dipenuhi. Karena
perjanjian fidusianya merupakan perjanjian yang bersifat accessoir, sesuai dengan
sifatnya tersebut, perjanjian pemberian jaminan fidusia merupakan suatu
perjanjian bersyarat, dengan syarat pembatalan sebagaimana diatur dalam Pasal
1253 Jo Pasal 1265 KUHperdata, dengan konsekuensinya, pemberian jaminan
fidusia itu dengan sendirinya berakhir atau hapus, kalau perjanjian pokoknya
untuk mana diberikan jaminan fidusia hapus, antara lain karena pelunasan.

3. Membuat Akta Fidusia Oleh Notaris.

Setelah dibuat perjanjian pokok maka tahap selanjutnya adalah pembuatan


akta fidusia oleh notaris. Peran notaris dalam pembuatan akta jaminan
kebendaaan (fidusia) dalam wewenangnya pada Pasal 15 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang jabatan notaris yaitu membuat akta otentik
mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh
peraturan perundang-undangan dan atau yang dikehendaki oleh yang
berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian
pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta,
semuanya itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga ditugaskan atau
dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-
undang.

4. Pendaftaran Online di Website AHU

Melalui Surat Edaran Dirjen AHU tertanggal 5 Maret 2013, nomor AHU
06.OT.03.01 Tahun 2013 mengenai Pemberlakuan Sistem Administrasi
Pendaftaran Jaminan Fidusia secara Elektronik (Online System) maka terhitung
sejak tanggal 5 Maret 2013, maka Kantor Pendaftaran Fidusia di seluruh
Indonesia dalam menjalankan tugas dan fungsinya dilakukan oleh notaris secara
online. Oleh karena itu maka Pendaftaran Akta Jaminan Fidusia akan diserahkan
ke kantor Notaris untuk didaftarkan dalam website AHU yang dapat diakses oleh
notaris. Kemudian Dalam hal ini, notaris wajib meneliti setiap data yang sudah

12
didapatkan agar tidak terjadi suatu kesalahan dalam proses pendaftaran. Obyek
dan nilai Fidusia harus jelas. Setelah semua dirasa sudah benar, maka notaris
segera mendaftarkan Fidusia secara online. Disini notaris mempunyai account
atau wewenang untuk menginput data yang akan segera diproses oleh Dirjen
AHU. Notaris menginput data tersebut di website atau di alamat
http://fidusia.ahu.web.id. Setelah proses pengisian dalam website AHU
diselesaikan oleh notaris maka akan terbit Sertifikat Fidusia yang mempunyai
kekuatan hukum.

Biaya notaris jaminan fidusia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor


10 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun
2014 Tentang Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang
Berlaku Pada Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia antara lain:

NILAI PENJAMINAN PER AKTA TARIF

Sampai dengan Rp50.000.000,00 (Lima Puluh Rp. 50.000


Juta Rupiah)

Di Atas Rp50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rp. 100.000


Rupiah) sampai dengan Rp100.000.000,00
(Seratus Juta Rupiah)

Di Atas Rp100.000.000,00 (Seratus Juta Rupiah) Rp. 200.000


sampai dengan Rp250.000.000,00 (Dua Ratus
Lima Puluh Juta Rupiah)

Di Atas Rp250.000.000,00 (Dua Ratus Lima Rp. 400.000


Puluh Juta Rupiah) sampai dengan
Rp500.000.000,00 (Lima Ratus Juta Rupiah) n
Rp500.000.000,00 (Lima Ratus Juta Rupiah)

Di Atas Rp500.000.000,00 (Lima Ratus Juta Rp. 800.000


Rupiah) sampai dengan Rp1.000.000.000,00
(Satu Miliar Rupiah)

Di Atas Rp1.000.000.000,00 (Satu Milyar Rp. 1.600.000


Rupiah) sampai dengan
Rp100.000.000.000,00(Seratus Miliar Rupiah)

13
Di Atas Rp100.000.000.000,00 (Seratus Miliar Rp. 3.200.000
Rupiah) sampai dengan Rp500.000.000.000,00
(Lima Ratus Miliar Rupiah).

Di Atas Rp500.000.000.000,00 (Lima Ratus Rp. 6.400.000


Miliar Rupiah) sampai dengan
Rp1.000.000.000.000,00 (Satu Triliun Rupiah)

Di Atas Rp1.000.000.000.000,00 (Satu Triliun Rp. 12.800.000


Rupiah)

K. SYARAT-SYARAT PENDAFTARAN FIDUSIA


Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia diajukan dalam jangka waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pembuatan akta Jaminan Fidusia.
Permohonan pendaftaran Jaminan Fidusia yang telah memenuhi ketentuan atau
memenuhi syarat-syarat memperoleh bukti pendaftaran. Permohonan pendaftaran
jaminan fidusia dilakukan oleh penerima fidusia, kuasa atau wakilnya dengan
melampirkan pernyataan pendaftaran jaminan fidusia. Pernyataan pendaftaran memuat :
(a) Identitas pihak Pemberi dan Penerima Fidusia (b) Tanggal,nomor akta jaminan
Fidusia, nama, tempat kedudukan notaris yang membuat akta Jaminan Fidusia (c) Data
perjanjian pokok yang dijamin fidusia (d) Uraian mengenai Benda yang menjadi objek
Jaminan Fidusia (e) Nilai penjaminan (f) Nilai benda yang menjadi objek Jaminan
Fidusia.
Persyaratan pendaftaran fidusia bagi orang pribadi setidaknya berisikan data
sesuai Kartu Tanda Penduduk yakni: Nama Pemberi, Jenis Kelamin, Jenis Penggunaan
(produktif atau konsumtif), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Nomor Kartu Tanda
Penduduk (KTP), Alamat Lengkap, dan nama debitur (jika debitur bukan pemberi
fidusia.
Selain itu syarat apabila pemberi fidusia adalah suatu badan hukum setidaknya
mengisi data sesuai legalitas perusahaan. Pastikan Direksi memperoleh persetujuan dari
organ Lainnya (Dewan Komisaris/RUPS, tergantung anggaran dasarnya), Jenis Usaha :
Usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha lainnya, Nama pemberi Fidusia,
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)/nomor SK, dan alamat sesuai dengan domisili
perusahaan.

14
Kemudian Pembebanan benda dengan jaminan fidusia dibuat dengan akta notaris
dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta jaminan fidusia Akta jaminan fidusia
kurangnya memuat : (a) Identitas pihak Pemberi dan Penerima fidusia (b) Data perjanjian
pokok yang dijamin fidusia (c) Uraian mengenai Benda yang menjadi objek Jaminan
Fidusia (d) Nilai penjaminan (e) Nilai Benda yang menjadi objek Jaminan Fidusia.
L. BERAKHIRNYA (HAPUSNYA) JAMINAN FIDUSIA
Jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan (assesoir) dari perjanjian pokoknya.
Sehingga hapusnya jaminan fidusia tentunya tidak terlepas dari faktor-faktor yang
menghapuskan perikatan dalam perjanjian pokoknya. Sebagaimana dalam Pasal 25 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (untuk selanjutnya
disebut Undang-Undang Jaminan Fidusia) menyebutkan bahwa jaminan fidusia hapus
karena hal-hal sebagai berikut102:
1. Hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia;
2. Sebagai konsekuensi dari sifat accesoir dalam jaminan fidusia maka hapusnya
utang dalam perjanjian pokok yang dijamin dengan fidusia akan menimbulkan
hapusnya jaminan fidusia. Hal ini memberikan konsekuensi bahwa jaminan
fidusia tidak mungkin berdiri sendiri tanpa ada perjanjian pokok yang diikutinya.
Hapusnya utang dapat terjadi karena pembayaran dan tindakan-tindakan lain
sebagaimana diatur dalam Pasal 1381 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.;
3. Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia;
4. Perjanjian jaminan dibuat semata-mata untuk kepentingan kreditor, agar memiliki
kepastian bahwa jika debitor wanprestasi/tidak melaksanakan prestasinya,
kreditor tetap dapat mengambil pelunasan atas tagihan utangnya melalui benda
jaminan. Oleh karena jaminan dibuat untuk kepentingan kreditor, maka tidak
dapat dihalangi jika ternyata kreditor atas kehendaknya sendiri melepaskan hak
atas benda jaminan yang diberikan dengan risiko ia akan kembali menjadi
kreditor konkuren yang hanya dijamin dengan kebendaan milik debitor secara
umum;
5. Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia;

102
D.Y.Witanto, Hukum Jaminan Fidusia Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Aspek Perikatan,
Pendaftaran dan Eksekusi), (Bandung: CV.Mandar Maju, 2015), hlm. 141.

15
6. Dalam rentang waktu pelaksanaan perjanjian adakalanya benda jaminan musnah
baik karena kesalahan pihak debitor maupun karena keadaan di luar kemampuan
si debitor (force majeure). Jika benda fidusia itu musnah karena kesalahan
debitor, maka debitor berkewajiban untuk menanggung kerugian kreditor atas
musnahnya benda jaminan tersebut, namun jika musnahnya benda jaminan itu
karena keadaan di luar kemampuan debitor untuk menyelamatkannya, misalnya
karena terjadi bencana alam, maka kreditor akan kehilangan hak kedudukannya
sebagai kreditor separatis.
Hapusnya fidusia akibat musnahnya barang jaminan fidusia tertentunya
juga wajar, mengingat tidak mungkin ada manfaat lagi fidusia itu dipertahankan
jika barang objek jaminan fidusia tersebut sudah tidak ada. Hanya saja dalam hal
ini, jika ada pembayaran asuransi atas musnahnya barang tersebut (misalnya
asuransi kebakaran, maka pembayaran asuransi tersebut menjadi haknya pihak
penerima fidusia. (Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Fidusia Nomor 42 Tahun
1999). Adapun prosedur tertentu yang harus ditempuh manakala suatu jaminan
fidusia hapus. Yakni harus dicoret pencatatan jaminan fidusia di kantor
pendaftaran fidusia. Selajutnya, kantor pendaftaran fidusia menerbitkan surat
keterangan yang menyatakan bahwa sertifikat jaminan fidusia yang bersangkutan
dinyatakan tidak berlaku lagi. Dalam hal ini jaminan fidusia tersebut dicoret dari
buku daftar fidusia yang ada pada kantor pendaftaran fidusia.103
Hapusnya jaminan fidusia karena perjanjian pokoknya hapus terjadi secara
otomatis tanpa perlu adanya tindakan hukum apapun, kecuali untuk tindakan
pencoretan dalam Buku Daftar Fidusia, hal ini sebagai bukti bahwa tidak mungkin
perjanjian jaminan dapat berdiri sendiri tanpa adanya perjanjian pokok. Adapun
penjelasan dari Pasal 25 ayat (1) undang-undang jaminan fidusia menyebutkan
“sesuai dengan sifat ikatan dari jaminan fidusia, maka adanya jaminan fidusia
tergantung pada adanya piutang yang dijamin pelunasannya. Apabila piutang
tersebut hapus karena hapusnya utang atau karena pelepasan maka dengan

103
H.Zaeni Asyhadie dan Rahma Kusumawati, Hukum Jaminan Di Indonesia : Kajian Berdasarkan
Hukum Nasional dan Prinsip Ekonomi Syariah, (Depok: PT. Raja Grafindo Persada, 2018), hlm. 183.

16
sendirinya jaminan fidusia yang bersangkutan menjadi hapus.” maka dengan
sendirinya dan secara otomatis hak kepemilikan akan kembali kepada pihak
pemberi fidusia, karena telah terpenuhinya syarat batal (onder ontbindende
voorwaarder), sehingga tidak diperlukan adanya tindakan pengalihan kembali
(retro-overdracht) atas hak kepemilikan benda dari penerima fidusia kepada
pemberi fidusia. 104
Dengan hapusnya jaminan fidusia maka pejabat pendaftaran fidusia akan
mencoret dari Buku Daftar Fidusia, meskipun tindakan ini hanya sebatas tindakan
administratif, tindakan roya itu akan sangat bermanfaat bagi si pemilik barang ketika
hapusnya jaminan fidusia itu terjadi karena pelunasan utang pokoknya, sehingga jika
suatu saat pemilik barang akan menjaminkan kembali dengan utang yang lain tidak akan
terkendala pada proses pendaftarannya. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 26 ayat (2)
Undang-Undang Fidusia dengan dicoretnya jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia,
maka kantor pendaftaran fidusia akan menerbitkan surat yang menyatakan bahwa
sertifikat fidusia tidak berlaku lagi, ketentuan pasal tersebut harus dimaknai bahwa jika
pada kenyataannya penerima fidusia tidak mengembalikan sertifikat fidusia kepada
kantor pendaftaran fidusia, maka sertifikat fidusia tersebut tidak memiliki kekuatan apa-
apa. Hal ini menguatkan pendapat bahwa jika penerima fidusia lalai atau tidak melakukan
pemberitahuan tentang hapusnya jaminan fidusia, maka pemberitahuan itu dapat
digantikan oleh pihak pemberi fidusia. 105
Surat keterangan yang dikeluarkan oleh Kantor Pendaftaran Fidusia yang
menyatakan bahwa sertifikat fidusia tidak berlaku sebagaimana diatur dalam Pasal 16
ayat (2) Undang-Undang Fidusia akan menjadi dasar bagi pemberi fidusia untuk menolak
permohonan eksekusi jika setelah lunasnya utang yang dijamin dengan benda milik
pemberi fidusia pihak kreditor tetap mengajukan permohonan eksekusi, atau setidaknya
dapat menjadi bukti yang akan menggugurkan kekuatan eksekutorial dari sertifikat
fidusia. Ketentuan tentang penerbitan surat keterangan yang menyatakan sertifikat fidusia
tidak berlaku memberikan asumsi bahwa kreditor tidak diwajibkan untuk menyerahkan
kembali sertifikat fidusia kepada Kantor Pendaftaran Fidusia sebagai syarat bagi

104
D.Y.Witanto, ….., hlm.143.
105
Ibid.,

17
pencoretan (roya) dalam buku daftar fidusia sedangkan yang menjadi syarat bagi
pencoretan tersebut adalah keterangan tentang hapusnya utang, keterangan tentang
pelepasan hak dari kreditor (penerima fidusia) dan keterangan tentang hapusnya objek
fidusia.106

M. EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA


Eksekusi jaminan fidusia diatur dalam Pasal 29 sampai dengan Pasal 34 UU
Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (untuk selanjutnya disebut Undang-
Undang Jaminan Fidusia). Yang dimaksud dengan eksekusi jaminan fidusia adalah
penyitaan dan penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Yang menjadi
penyebab timbulnya eksekusi jaminan fidusia adalah karena debitur atau pemberi fidusia
cedera janji atau tidak memenuhi presentasinya tepat pada waktunya kepada penerima
fidusia walaupun mereka telah diberikan somasi (teguran untuk membayar). Ada tiga
cara eksekusi benda jaminan fidusia107:
a. Pelaksanaan titel eksekutorial (alas hak eksekusi) oleh penerima fidusia. Maksudnya
adalah pembuatan tulisan yang mengandung pelaksanaan putusan pengadilan yang
memberikan dasar untuk penyitaan dan lelang sita tanpa perantara hakim.
b. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia sendiri melalui pelelangan
umum serta penjualan. mengambil pelunasan piutangnya dari hasil
c. Penjualan dibawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan
penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang
menguntungkan para pihak. Penjualan ini dilakukan lewat waktu 1 bulan sejak
diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan penerima fidusia kepada pihak yang
berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam dua surat kabar yang beredar di
daerah yang bersangkutan. (Pasal 29 UU Nomor 42 Tahun 1999).

106
Ibid.,hlm.145.
107
Indonesia, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia,
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 168 Tahun 1999, Pasal 29.

18
Untuk melakukan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia mak pemberi fidusia
wajib menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Ada dua kemungkinan
dari hasil pelelangan atau penjualan barang jaminan fidusia, yaitu108:
1. Hasil eksekusi melebihi nilai penjaminan, penerima fidusia wajib mengembalikan
kelebihan tersebut kepada pemberi fidusia.
2. Hasil eksekusi tidak mencakupi untuk pelunasan utang, debitur atau pemberi fidusia
tetap bertanggung jawab atas utang yang belum dibayar.
Ada dua janji yang dilarang dalam pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia
yaitu109:
1. Janji melaksanakan eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan
fidusia dengan cara yang bertentangan dengan Pasal 29 UU No. 42 Tahun
1999. Pasal tersebut berbunyi sebagai berikut:
(1) Apabila debitur atau pemberi fidusia cedera janji, eksekusi
terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia dapat
dilakukan dengan cara:
a. pelaksanaan titel eksekutorial sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (2) oleh Penerima Fidusia;
b. penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas
kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelelangan
umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil
penjualan;
c. penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan
kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara
demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang
menguntungkan para pihak.
(2) Pelaksanaan penjualan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf c dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak
diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan penerima fidusia
kepada pihak-pibak yang berkepentingan dan diumumkan

108
H.Zaeni Asyhadie dan Rahma Kusumawati,........, hlm.184.
109
Ibid., hlm.185.

19
sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di daerah yang
bersangkutan.
2. Janji yang memberikan kewenangan kepada penerima fidusia untuk
memiliki benda yang menjadi objek jaminan fidusia apabila debitur cidera
janji.

20
T1’19/FID-MSN(JTT)
GA/FG/xo
AKTA PERJANJIAN PEMBERIAN FIDUSIA

(MESIN DAN PERALATAN)

Nomor 31.

Pada hari ini, Rabu, tanggal tiga puluh Januari

---- dua ribu sembilan belas (30-1-2019), pukul

12.10 WIB (dua belas lewat sepuluh menit Waktu ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- - Indonesia Barat), berhadapan dengan

saya, CINTA, LAURA, Sarjana Hukum, Notaris di

Kota ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- - Administrasi Jakarta Selatan,

para penghadap yang akan disebut berikut ini,

dengan dihadiri saksi----- saksi yang namanya akan

disebut dalam akhir akta ini.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---

I. a. Tuan LARS SCHAUMANN, lahir di

Hamburg,------

pada tanggal 27 (dua puluh tujuh)

September 1972 (seribu sembilan ratus

tujuh puluh dua), Presiden Direktur dari

perseroan terbatas yang akan disebut

dibawah ini, beralamat di Jakarta, Jalan

Timor Raya Nomor 2, Tanjung Priok,

Jakarta Utara, pemegang Paspor Jerman

Nomor C4JN50CR2, Warga Negara Jerman;----

---- ---- -----------------------------------------------------------------------------------

b. Tuan IRAWAN, lahir di Cimahi, pada ---- ----

---- ---- ----------------

tanggal 6 (enam) Maret 1955 (seribu

--------sembilan ratus lima puluh lima),

21
----------Direktur dari perseroan

terbatas yang ---- ---- akan disebut di bawah

ini, bertempat ---- ---- ---- tinggal di Jakarta,

Gang Arus, Rukun ---- ---- ---- Tetangga

001/Rukun Warga 012, Kelurahan ---

Cawang, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta

---- Timur, pemegang Kartu Tanda Penduduk

------dengan Nomor Induk Kependudukan

(NIK) -----3175040603550002, Warga

Negara Indonesia;---- ---- -

- Menurut keterangan mereka dalam hal ini ----

---- bertindak masing-masing dalam menjalani ----

---- ---- ---- jabatannya tersebut diatas dan oleh

karena itu - sah mewakili Direksi dari dan

selaku ----------- demikian untuk dan atas

nama “PT JAKARTA TANK -- TERMINAL”, suatu

perseroan terbatas ------------

yang didirikan menurut dan berdasarkan

--------- Undang-Undang Negara Republik

Indonesia,-------- khususnya dalam rangka

Undang-Undang Nomor 25 -- Tahun 2007 (dua

ribu tujuh) tentang ------------Penanaman

Modal, berkedudukan di Jakarta -------Utara

dan beralamat di Jalan Timor Raya --------

Nomor 2, Tanjung Priok, Jakarta Utara, yang

---- - anggaran dasarnya sebagaimana dimuat

dalam -----akta tanggal 24 (dua puluh empat)

Juni 2005 ---- (dua ribu lima) Nomor 35,

dibuat di hadapan ----Doktor AMRUL PARTOMUAN

22
POHAN, Sarjana Hukum, ---Lex Legibus

Magister, Notaris di Jakarta, ------yang

telah memperolah pengesahan Menteri

-------Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

---- ---- ---- ---- ---- ---- --- Indonesia sesuai dengan Surat

Keputusan ---- ---- ---- ---- tanggal 27 (dua puluh

tujuh) September 2005 ----(dua ribu lima)

Nomor -------------------------- C-26682

HT.01.01.TH.2005;-----------------------

- anggaran dasar tersebut kemudian diubah

------seluruhnya untuk disesuaikan dengan

Undang -----Undang Nomor 40 Tahun 2007 (dua

ribu tujuh)-----tentang Perseroan Terbatas

sebagaimana --------- dimuat dalam akta

tanggal 8 (delapan) ----------Oktober 2007

(dua ribu tujuh) Nomor 10, --------dibuat

oleh Notaris Doktor AMRUL PARTOMUAN

-----POHAN, Sarjana Hukum, Lex Legibus

Magister -----tersebut, yang telah

mendapatkan persetujuan --- Menteri Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik --- Indonesia

sesuai dengan Surat Keputusan

--------tanggal 5 (lima) Nopember 2007 (dua

ribu -------tujuh) Nomor C-02171 HT.01.04-

TH.2007 dan ------telah diumumkan dalam

Berita Negara Republik Indonesia tanggal 26

(dua puluh enam) ----------Agustus 2008 (dua

ribu delapan) Nomor 69, ------Tambahan Nomor

16074;--------------------------- anggaran

23
dasar tersebut kemudian diubah lagi ---

berturut-turut

dengan:--------------------------

- akta tanggal 10 (sepuluh) Desember 2007

------(dua ribu tujuh) Nomor 13, dibuat oleh

---------Notaris Doktor AMRUL PARTOMUAN

POHAN, ---- ---- ---- ---- ---- --- Sarjana Hukum, Lex Legibus

Magister ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- tersebut, yang

Penerimaan Pemberitahuan ---- ---- ---- ---- Perubahan

Anggaran Dasarnya telah diterima ---- ----------------- dan

dicatat pada Departemen Hukum dan Hak

------Asasi Manusia Republik Indonesia

tanggal 29 ----dua puluh sembilan) Januari

2008 (dua ribu -----delapan) Nomor AHU-AH-

01.10-2283;---------------

- akta tanggal 11 (sebelas) Maret 2009 (dua

----ribu sembilan) Nomor 7, dibuat di

hadapan ------ Notaris Doktor AMRUL

PARTOMUAN POHAN, ---- ---- ---- ---- ---- --- Sarjana Hukum,

Lex Legibus Magister ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- tersebut,

yang telah mendapatkan persetujuan ---

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

--- Indonesia sesuai dengan Surat Keputusan

---- ---- ---- ---- tanggal 22 (dua puluh dua) April

2009 ---- ---- ---- ---- ---- --- (dua ribu sembilan) Nomor ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ------------

AHU-14499.AH.01.02.Tahun 2009;---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ----------

- akta tanggal 16 (enam belas) Juni 2009 ----

24
---- ---- (dua ribu sembilan) Nomor 144, dibuat di

---- ---- ---- hadapan saya, Notaris, pada waktu itu

---- ---- ---- ---- ---- --- pengganti SUTJIPTO, Sarjana Hukum,

Notaris ---- -----------------di Jakarta, yang telah

mendapatkan ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- persetujuan

Menteri Hukum dan Hak Asasi ---- ---- ---- ---- Manusia

Republik Indonesia sesuai dengan ---- ---- ---- Surat

Keputusan tanggal 16 (enam belas) Juli ---

2009 (dua ribu sembilan) Nomor---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ----------

AHU-33331.AH.01.02.Tahun 2009;---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ----------

- akta tanggal 24 (dua puluh empat) Agustus

----2010 (dua ribu sepuluh) Nomor 138,

dibuat di --- hadapan saya, Notaris, pada

waktu itu pengganti Notaris SUTJIPTO,

Sarjana Hukum tersebut,------- yang telah

mendapatkan persetujuan Menteri -----Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia -

sesuai dengan Surat Keputusan tanggal 1

(satu)-- September 2010 (dua ribu sepuluh)

Nomor -------- AHU-43055.AH.01.02.Tahun 2010

------------------- akta tanggal 16 (enam

belas) Desember 2015 --- (dua ribu lima

belas) Nomor 48, dibuat di ---- ---- hadapan

ARYANTI ARTISARI, Sarjana Hukum, ---- ---- ----

Magister Kenotariatan, Notaris di Jakarta,

---- - yang telah mendapatkan persetujuan Menteri

---- - Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik ---- ----

25
---- ---- ---- ---- --- Indonesia sesuai dengan Surat

Keputusan ---- ---- ---- ---- tanggal 17 (tujuh belas)

Desember 2015 (dua ribu lima belas) Nomor ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ------------------------------

AHU-0948171.AH.01.02.Tahun 2015 dan ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- -- pemberitahuannya telah diterima dan

dicatat -di dalam database Sistem

Administrasi Badan -Hukum Kementerian Hukum

dan Hak Asasi ---- ---- ---- ---- ----

------------------------------------------ Manusia Republik Indonesia

sebagaimana ---- ------------------ ---- ---- ---- ternyata dari

Surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan

Anggaran Dasar tanggal 17 (tujuh

---------------------- belas) Desember 2015 (dua ribu lima

belas) ---------------------- Nomor AHU-AH.01.03-0988673;----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -------------

- akta tanggal 29 (dua puluh sembilan) Juni

2018 (dua ribu delapan belas) Nomor 23,

dibuat di hadapan ARYANTI ARTISARI, Sarjana

-Hukum, Magister Kenotariatan tersebut, yang

-penerimaan pemberitahuan perubahan Anggaran

-Dasarnya telah diterima dan dicatat di

dalam Sistem Administrasi Badan Hukum

Kementerian -Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia sesuai dengan Surat

Keputusan tanggal 12 (dua belas) Juli 2018

(dua ribu delapan belas) Nomor AHU-AH.01.03-

0221322;---- ----

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

26
- akta saya, Notaris tanggal 17 (tujuh ---- ---- ----

---- ---- belas) Oktober 2018 (dua ribu delapan

belas) Nomor 22, dibuat di hadapan saya,

Notaris, ---- - yang penerimaan pemberitahuan

perubahan ---- ---- ---- ---- Anggaran Dasarnya telah

diterima dan dicatat di dalam Sistem

Administrasi Badan Hukum ---- ---- ---- Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia ---- ---- ---- ---- Republik

Indonesia sesuai dengan Surat ---- ---- ---- ---- ----

Keputusan tanggal 19 (sembilan belas) ---- ---- ----

---- ---- --- Oktober 2018 (dua ribu delapan belas)

Nomor -AHU-AH.01.03-0254965; ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -----------------------

- perubahan anggaran dasar terakhir dan ---- ----

---- ---- susunan pemegang saham terakhir

sebagaimana ---- dimuat dalam akta saya,

Notaris tanggal 15 ---- - (lima belas) Januari

2019 (dua ribu sembilan belas) Nomor 6, yang

penerimaan ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- pemberitahuan

perubahan Anggaran Dasarnya ---- ---- ---- telah

diterima dan dicatat di dalam Sistem ----

-Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia ----

---- ---- sebagaimana ternyata dari Surat

Penerimaan ---- - Pemberitahuan Perubahan

Anggaran Dasar ---- ---- ---- ---- ---- -- tanggal 17 (tujuh

belas) Januari 2019 (dua ---- ---- ribu sembilan

belas) Nomor ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -

AHU-AH.01.03-0030774; ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

27
---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

- perubahan susunan anggota Direksi dan ---- ----

---- ---- Dewan Komisaris terakhir sebagaimana

dimuat -dalam akta saya, Notaris tanggal 17

(tujuh ---- - belas) Oktober 2018 (dua ribu

delapan belas) Nomor 21, yang

pemberitahuannya telah ---- ---- ---- ---- ---- --- diterima

dan dicatat di dalam database ---- ---- ---- ---- ----

Sistem Administrasi Badan Hukum Kementerian

-Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik ---- ---- ----

---- ---- ---- --- Indonesia sebagaimana ternyata dari

Surat ---- --------------------- Penerimaan Pemberitahuan

Perubahan Data ---- ---- ---- ---- Perseroan tanggal 19

(sembilan belas) ---- ---- ---- ---- ---- --- Oktober 2018 (dua

ribu delapan belas) Nomor -AHU-AH.01.03-

0254945;---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

----------------------------- ----

- yang untuk melakukan tindakan hukum dalam

--- akta ini telah mendapat persetujuan

dari:---- ---- ---- ---------------

a. Pemegang saham berdasarkan akta --- ---- ---- ----

---- ---- ---- --------------

Pernyataan Keputusan Pemegang Saham PT

---- JAKARTA TANK TERMINAL tertanggal 25

(dua puluh lima) Oktober 2018 (dua ribu

---- ---- ---- ---- --- delapan belas) Nomor 33, yang

dibuat di hadapan saya, Notaris;---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- -- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ------------

b. Dewan Komisaris Perseroan berdasarkan-

28
---------------- ---- ----

akta Pernyataan Keputusan Dewan ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- -- Komisaris PT JAKARTA TANK

TERMINAL --- ---- -------- --- tertanggal 25 (dua

puluh lima) Oktober ---- 2018 (dua ribu

delapan belas) Nomor 34, yang dibuat di

hadapan saya, Notaris;---- --- ----

(selanjutnya perseroan terbatas tersebut ----

---- ----

disebut “PEMBERI FIDUSIA” atau “NASABAH”);----

---- dan---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

II. Tuan MARSHAL GAUTAMA GUNARSO, lahir di ---- ---- ----

---- ----

Jakarta, pada tanggal 31 (tiga puluh satu)

------ Maret 1973 (seribu sembilan ratus tujuh ----

---- ---- ---- puluh tiga), Division Head, Corporate

---- ---- ---- ---- ---- --- Banking I, Wholesale Banking dari

perseroan - terbatas yang akan disebut

dibawah ini, ---- ---- ---- ---- bertempat tinggal di

Jakarta, Jalan Buni ---- ---- ---- Blok H-4 Kalibata

Indah, Rukun Tetangga ---- ---- ---- ---- 006/Rukun

Warga 006, Kelurahan Rawajati,---- ---- ---- ----

Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, ---- ---- ---- ----

---- ---- --- pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan

Nomor ---- - Induk Kependudukan (NIK):

3174083103730005,----- Warga Negara Indonesia;----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -

- Menurut keterangannya dalam hal ini ---- ---- ----

29
---- ---- --- bertindak berdasarkan Surat Kuasa

tertanggal ---

25 (dua puluh lima) Juli 2017 (dua ribu ---- ----

---- ---- tujuh belas) Nomor 015/PE/2017 yang

fotokopi sesuai aslinya bermeterai cukup

dilekatkan ---- - pada minuta akta saya, Notaris,

tanggal hari ini Nomor 29, selaku kuasa dari

2 (dua) orang Direktur dan oleh karena itu

sah mewakili Direksi dari dan selaku

demikian untuk dan atas nama PT BANK PERMATA

Tbk, suatu perseroan terbatas terbuka yang

didirikan menurut dan berdasarkan Undang-

undang Negara Republik Indonesia,

-berkedudukan di Jakarta Selatan dan ----

-beralamat di Gedung World Trade Center II ----

---- Lantai 1, 2, 21-30, Jalan Jenderal

Sudirman -----Kaveling 29-31, Jakarta

Selatan, yang ---- ---- ---- ---- ---- --- anggaran dasarnya

sebagaimana dimuat dalam ---- - akta tanggal 17

(tujuh belas) Desember 1954 -----(seribu

sembilan ratus lima puluh empat) Nomor 228,

dibuat di hadapan ELIZA PONDAAG, -pada waktu

itu pengganti dari Raden MAS SOEROJO, pada

waktu itu Notaris di Jakarta, -yang telah

mendapatkan pengesahan Menteri Kehakiman

Republik Indonesia sesuai dengan Surat

Keputusan tanggal 4 (empat) Januari 1955

(seribu sembilan ratus lima puluh lima)

Nomor J.A.5/2/2 dan telah diumumkan dalam

30
-- Berita Negara Republik Indonesia tanggal 18

-(delapan belas) Maret 1955 (seribu sembilan

-ratus lima puluh lima) Nomor 22, Tambahan ----

---- Nomor 292; ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

- anggaran dasar tersebut telah beberapa ----

---- ---- kali mengalami perubahan dan kemudian

diubah seluruhnya sesuai dengan Undang-

undang Nomor 40 Tahun 2007 (dua ribu tujuh)

tentang ---- ---- ---- ---- ---- Perseroan Terbatas

sebagaimana dimuat dalam - akta tanggal 9

(sembilan) Mei 2008 (dua ribu delapan) Nomor

12, dibuat di hadapan Doktor -AMRUL

PARTOMUAN POHAN, Sarjana Hukum, Lex Legibus

Magister, pada waktu itu Notaris di

-Jakarta, yang telah mendapatkan persetujuan

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia sesuai dengan Surat Keputusan

tanggal 21 (dua puluh satu) Mei 2008 (dua

ribu delapan) Nomor AHU-26973.AH.01.02.Tahun

2008 dan telah diumumkan dalam Berita Negara

Republik Indonesia tanggal 2 (dua) Januari

2009 (dua ribu sembilan) Nomor 1, Tambahan

Nomor 172;---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ----

- perubahan anggaran dasar selanjutnya ---- ---- ----

---- ---- sebagaimana dimuat dalam : ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---

- akta tanggal 22 (dua puluh dua) Mei 2009

31
---- - (dua ribu sembilan) Nomor 41, dibuat di ----

---- ---- ---- hadapan BENNY KRISTIANTO, Sarjana

Hukum, ---- ---- ---- Notaris di Jakarta, yang

pemberitahuan ---- ---- ---- ---- ---- perubahan anggaran

dasarnya telah diterima dan dicatat dalam

database Sistem ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

-Administrasi Badan Hukum Departemen Hukum ----

---- ---------------- dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia ---- ---- ---- sesuai dengan suratnya

tanggal 15 (lima ---- ---- ---- ---- belas) Juni 2009

(dua ribu sembilan) Nomor ---- - AHU-AH.01.10-

07950 dan telah diumumkan dalam Berita

Negara Republik Indonesia tanggal 18 -

(delapan belas) Agustus 2009 (dua ribu ---- ---- ----

---- ---- sembilan) Nomor 66, Tambahan Nomor 676;

---- ---- ---- ---- --------------

- akta tanggal 1 (satu) Desember 2010 (dua

---- - ribu sepuluh) Nomor 3, dibuat di hadapan

---- ---- ---- FATHIAH HELMI, Sarjana Hukum, Notaris

di ---- ---- ---- Jakarta, yang telah mendapatkan

persetujuan -Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia sebagaimana

ternyata dalam Surat ---- - Keputusan tanggal 6

(enam) Desember 2010 ---- ---- ---- (dua ribu

sepuluh) Nomor ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- --

AHU-57094.AH.01.02.Tahun 2010 dan telah ---- ----

---- ---- diumumkan dalam Berita Negara Republik ----

---- ---- ---- ---- Indonesia tanggal 10 (sepuluh) April

32
2012 ---- ---- (dua ribu dua belas) Nomor 29,

Tambahan ---- ---- ---- ---- Nomor 16261; ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -

- akta tanggal 22 (dua puluh dua) Nopember

---- - 2012 (dua ribu dua belas) Nomor 71, yang

---- ---- ---- dibuat di hadapan ARYANTI ARTISARI,

Sarjana---- - Hukum, Magister Kenotariatan,

Notaris di ---- ---- ---- Kota Administrasi Jakarta

Selatan, yang ---- ---- ---- ---- pemberitahuan

perubahan anggaran dasarnya ---- ---- telah

diterima dan dicatat di dalam database

Sistem Administrasi Badan Hukum Kementerian

-Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik ---- ---- ----

---- ---- ---- --- Indonesia sesuai dengan suratnya

tanggal 4 ---- - (empat) Desember 2012 (dua ribu

dua belas) ---- - Nomor AHU-AH.01.10-43109 dan

telah diumumkan dalam Berita Negara Republik

Indonesia ---- ---- ---- ---- ---- tanggal 13 (tiga belas)

Desember 2013 (dua ---- - ribu tiga belas) Nomor

100, Tambahan Nomor ---- - 10120/L;---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---

- akta tanggal 21 (dua puluh satu) Desember

-2012 (dua ribu dua belas) Nomor 87, yang

dibuat di hadapan Notaris ARYANTI ARTISARI,

Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan

tersebut, yang ----------- pemberitahuan

perubahan anggaran dasarnya telah diterima

dan dicatat di dalam database Sistem

33
Administrasi Badan -Hukum Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

sesuai dengan suratnya tanggal 4 (empat)

Januari 2013 (dua ribu tiga belas) Nomor

AHU-AH.01.10-00540 ---- ---- dan telah diumumkan

dalam Berita Negara ---- ---- ---- ---- Republik

Indonesia tanggal 25 (dua puluh ---- ---- ---- lima)

Maret 2014 (dua ribu empat belas) ---- ---- ---- ----

Nomor 24, Tambahan Nomor 67/L;---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ----------

- akta tanggal 17 (tujuh belas) Januari 2014

(dua ribu empat belas) Nomor 52, yang dibuat

di hadapan Notaris ARYANTI ARTISARI, Sarjana

-Hukum, Magister Kenotariatan tersebut, yang

-penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran

-dasarnya telah diterima dan dicatat di

dalam database Sistem Administrasi Badan

Hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia sesuai dengan

suratnya tanggal 6 (enam) Pebruari 2014 (dua

ribu empat belas) Nomor AHU-AH.01.10-03503;

- akta tanggal 23 (dua puluh tiga) April ----

---- ---- 2014 (dua ribu empat belas) Nomor 70,

yang ---- - dibuat di hadapan Notaris ARYANTI

ARTISARI,---- - Sarjana Hukum, Magister

Kenotariatan ---- ---- ---- ---- ---- ---- --- tersebut yang telah

mendapatkan persetujuan Menteri


- Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

sebagaimana ternyata dalam Surat ---- - Keputusan

34
tanggal 13 (tiga belas) Mei 2014 ---- - (dua ribu

empat belas) Nomor ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

AHU-02603.40.20.2014, dan telah diumumkan ----

---- --- dalam Berita Negara Republik Indonesia ----

---- ---- ---- ---- tanggal 30 (tiga puluh) Desember

2014 (dua ---- - ribu empat belas) Nomor 104,

Tambahan Nomor -76652; ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --

- akta tanggal 27 (dua puluh tujuh) Nopember

2014 (dua ribu empat belas) Nomor 123, yang

-dibuat di hadapan Notaris ARYANTI

ARTISARI,---- - Sarjana Hukum, Magister

Kenotariatan ---- ---- ---- ---- ---- ---- --- tersebut, yang

pemberitahuan perubahan ---- ---- ---- ---- ---- anggaran

dasarnya telah diterima dan dicatat di dalam

database Sistem Administrasi Badan -Hukum

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia sesuai dengan suratnya

tanggal 2 (dua) Desember 2014 (dua -ribu

empat belas) Nomor ---- ---- ---- ---- -

AHU-09124.40.21.2014 dan telah diumumkan ----

---- ---- dalam Berita Negara Republik Indonesia ----

---- ---- ---- ---- tanggal 24 (dua puluh empat)

Pebruari 2015 ---- - (dua ribu lima belas) Nomor

16, Tambahan ---- ---- ---- Nomor 57/L;; ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -

- akta tanggal 24 (dua puluh empat) April ----

---- 2015 (dua ribu lima belas) Nomor 80, yang

---- ---- dibuat di hadapan Notaris ARYANTI

35
ARTISARI,---- - Sarjana Hukum, Magister

Kenotariatan ---- ---- ---- ---- ---- ---- --- tersebut, yang

pemberitahuan perubahan ---- ---- ---- ---- ---- anggaran

dasarnya telah diterima dan dicatat di dalam

database Sistem Administrasi Badan -Hukum

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia sesuai dengan suratnya

tanggal 4 (empat) Mei 2015 (dua ribu lima

belas) Nomor AHU-AH.01.03-

0929311;---------------------------

- akta tanggal 15 (lima belas) Juni 2016 ----

---- ---- (dua ribu enam belas) Nomor 37, yang

dibuat –di hadapan Notaris ARYANTI ARTISARI,

Sarjana -Hukum, Magister Kenotariatan

tersebut, yang -pemberitahuan perubahan

anggaran dasarnya ---- ---- telah diterima dan

dicatat di dalam database Sistem

Administrasi Badan Hukum Kementerian -Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik ---- ---- ---- ---- ---- ----

--- Indonesia sesuai dengan suratnya tanggal 24

-(dua puluh empat) Juni 2016 (dua ribu enam

---- - belas) Nomor AHU-AH.01.03-0060673; ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- --------------------------------------------

- akta tanggal 29 (dua puluh sembilan) Maret

2017 (dua ribu tujuh belas) Nomor 78, yang

---- - dibuat di hadapan Notaris ARYANTI

ARTISARI,---- - Sarjana Hukum, Magister

Kenotariatan ---- ---- ---- ---- ---- ---- --- tersebut, yang

telah mendapatkan persetujuan Menteri Hukum

36
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

sebagaimana ternyata dalam Surat ---- - Keputusan

tanggal 3 (tiga) April 2017 (dua ---- - ribu

tujuh belas) Nomor ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ----------

AHU-0007712.AH.01.02 Tahun 2017; ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- -------------

- perubahan anggaran dasar terakhir ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- -- sebagaimana dimuat dalam akta tanggal

9 ---- ---- ---- ---- (sembilan) Juni 2017 (dua ribu

tujuh belas)-Nomor 23, yang dibuat di

hadapan Notaris ---- ----- ---- --------------------------------------- ARYANTI

ARTISARI, Sarjana Hukum, Magister ---- ----

Kenotariatan tersebut, yang pemberitahuan ----

---- perubahan anggaran dasarnya telah diterima

dan dicatat di dalam database Sistem

Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

sesuai dengan suratnya tanggal 13 (tiga

belas) Juni 2017 (dua ribu tujuh belas)Nomor

AHU-AH.01.03-0145208;---- ---- ---- ---

- susunan Direksi, Dewan Komisaris dan Dewan

Pengawas Syariah Perseroan terakhir ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- -- sebagaimana dimuat dalam akta saya,

Notaris - tanggal 17 (tujuh belas) Januari

2019 (dua ---- - ribu sembilan belas) Nomor 10,

yang ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- penerimaan pemberitahuan

perubahan datanya ---- - telah diterima dan

dicatat di dalam Sistem ---- - Administrasi Badan

37
Hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia sesuai dengan

suratnya tanggal 22 (dua puluh dua) Januari

2019 (dua ribu sembilan belas) Nomor AHU-

AH.01.03.0041586; --- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ----------------------------------

(selanjutnya perseroan terbatas tersebut ----

---- ---- disebut "PENERIMA FIDUSIA" atau

“BANK”).---- ---- ---- ----

(selanjutnya PEMBERI FIDUSIA dan PENERIMA FIDUSIA

secara bersama-sama disebut ”PARA PIHAK” dan ---- ----

---- --- masing-masing disebut ”PIHAK”).---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -

Para penghadap sebagaimana tersebut di atas ---- ----

---- ---- --

menerangkan terlebih dahulu kepada saya, Notaris:

A. bahwa oleh dan antara PEMBERI FIDUSIA selaku

----

pihak yang menerima fasilitas kredit dan ---- ----

---- --- PENERIMA FIDUSIA selaku pihak yang

memberikan fasilitas kredit telah dibuat dan

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ditandatangani:---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

- Syarat dan Ketentuan Umum Pemberian ---- ---- ---- ----

------

Fasilitas Perbankan, tertanggal 30

(tiga----- puluh) Oktober 2018 (dua ribu

delapan ---- ---- ---- belas) Nomor:

SKU/18/1577/N/WB yang ---- ---- ---- ---- --- dibuat di

38
bawah tangan, bermeterai cukup, yang

telah dilegalisasi oleh saya, ---- ---- ---- ---- ----

--- Notaris, pada tanggal 30 (tiga puluh) ----

---- ---- Oktober 2018 (dua ribu delapan belas)

---- ---- ---- Nomor: Leg.52/2018 yang fotokopi

sesuai ---- aslinya dilekatkan pada minuta

akta ini ---- (selanjutnya disebut “SKU”);----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

- Akta Perjanjian Pemberian Fasilitas ---- ---- ----

---- ---

Perbankan (Ketentuan Khusus) Nomor 39---- ----

---- ---- yang dibuat di hadapan saya, Notaris

---- ----- ---- --- tertanggal 30 (tiga puluh) Oktober

2018 ---- (dua ribu delapan belas)

(selanjutnya ---- ---- ---- disebut ”Ketentuan

Khusus”); dan---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -

- International Swaps and Derivatives---- ---- ----

---- ---- ---- -

Association (ISDA) 2002 Master Agreement

--- yang dibuat di bawah tangan dan ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- --- bermeterai cukup, tertanggal 30

(tiga ---- ---- ---- - puluh) Oktober 2018 (dua ribu

delapan ---- ---- ---- - belas), yang telah

dilegalisasi oleh ---- ---- ---- ---- - saya, Notaris,

pada tanggal 30 (tiga ---- ---- ---- ---- - puluh)

Oktober 2018 (dua ribu delapan ---- ---- ----

-belas) Nomor: Leg.53/2018 dan Nomor:--- ---- ----

---- ---- - Leg.54/2018 (selanjutnya perjanjian ----

---- ---- ---- ---- tersebut beserta lampiran dan ---- ----

39
---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- konfirmasinya disebut

"Perjanjian ISDA"),---

(selanjutnya SKU, Ketentuan Khusus, dan ---- ----

---- ---- -- Perjanjian ISDA bersama-sama tersebut

berikut semua perubahan dan/atau penambahan

dan/atau pembaharuan dan/atau

perpanjangannya, baik ---- ---- yang telah dan akan

dibuat dengan akta ---- ---- ---- ---- ---- -- notaris maupun

di bawah tangan, disebut juga "Perjanjian

Kredit"); ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- -----------

B. bahwa, untuk lebih menjamin terbayarnya ---- ----

---------------------------

dengan baik dan dengan sebagaimana mestinya

---- atas segala sesuatu yang terutang dan wajib

---- dibayar oleh NASABAH kepada BANK

berdasarkan Perjanjian Kredit, NASABAH akan

memberikan ---- ---- jaminan fidusia atas peralatan

dan fasilitas tangki penyimpanan yang

dimiliki NASABAH ---- ---- ---- --- sebagaimana diuraikan

dibawah ini;---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

C. bahwa, untuk memenuhi ketentuan tentang ---- ----

---- -------

pemberian jaminan yang ditentukan dalam ---- ----

---- ------- Perjanjian Kredit, maka BANK dan NASABAH

---- ---- ---- --- telah setuju dan mufakat, untuk

mengadakan ---- ---- perjanjian sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 (seribu

40
sembilan ratus sembilan puluh ---- ---- ---- ---- ---- ----

-sembilan) tentang Jaminan Fidusia dan dalam

---- Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 21 Tahun 2015 (dua ribu lima belas)

tentang ---- Tata Cara Pendaftaran Jaminan

Fidusia dan ---- ---- --- Biaya Pembuatan Akta Jaminan

Fidusia ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- - (selanjutnya Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999

(seribu sembilan ratus ---- ---- sembilan puluh

sembilan) dan Peraturan ---- ---- ---- ---- ---- -- Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2015 (dua

ribu lima belas) berikut semua ---- ---- ----

--- ketentuan-ketentuan peralihannya yang

mungkin ada dikemudian hari, disebut juga

"Undang----- ---- ---Undang Fidusia"). ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -

Maka sehubungan dengan apa yang diuraikan di ---- ----

---- --- atas, para penghadap masing-masing bertindak

---- ---- ---- --- sebagaimana tersebut di atas dengan ini ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- - menyatakan telah setuju dan mufakat

untuk membuat perjanjian ini (“Akta”) dengan

syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai

berikut : ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --- Pasal 1 ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- OBYEK FIDUSIA ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

Untuk menjamin terbayarnya dengan baik dan dengan

cara sebagaimana mestinya atas segala sesuatu

41
yang terutang dan harus dibayar oleh NASABAH

kepada BANK berdasarkan Perjanjian Kredit hingga

jumlah pokok seluruhnya tidak melebihi

USD49,500,000.00 (empat puluh sembilan juta lima

ratus ribu Dolar Amerika Serikat) atau sejumlah

uang yang akan ditentukan dikemudian hari

berdasarkan Perjanjian Kredit ditambah bunga,

provisi, denda dan/atau biaya-biaya lainnya yang

wajib dibayar oleh NASABAH berdasarkan Perjanjian

Kredit, perjanjian-perjanjian jaminan dan

-- perjanjian dan/atau dokumen/surat yang ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- berhubungan dengan Perjanjian Kredit dan

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- - perjanjian-perjanjian jaminan

(selanjutnya ---- ---- ---- ---- ---- -- Perjanjian Kredit,

perjanjian-perjanjian jaminan dan perjanjian

dan/atau dokumen/surat yang ---- ---- ---- ---- ---- -- berhubungan

dengan Perjanjian Kredit dan ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

-perjanjian-perjanjian jaminan disebut juga ---- ---- ----

---- ---- -- "Dokumen Transaksi" dan seluruh utang

NASABAH ---- ---- ---- kepada BANK berdasarkan Dokumen

Transaksi disebut juga "Utang"), maka NASABAH

menyatakan dengan ini mengalihkan dan menyerahkan

secara fidusia kepada BANK dan BANK menyatakan

dengan ini menerima ---- ---- ---- --- pengalihan dan

penyerahan secara fidusia dari ---- ---- ---- NASABAH

sampai dengan nilai penjaminan sebesar ---- ---- USD

85,473,733.73 (delapan puluh lima juta empat

ratus tujuh puluh tiga ribu tujuh ratus tiga

puluh tiga Dolar Amerika Serikat tujuh puluh tiga

42
sen) atas jaminan fidusia berupa : peralatan dan

fasilitas tangki penyimpanan (storage tank

equipment and facilities)(selanjutnya disebut

”Obyek Fidusia”) dengan nilai Obyek Fidusia

sebesar USD 85,473,733.73 (delapan puluh lima

juta empat ratus tujuh puluh tiga ribu tujuh

-ratus tiga puluh tiga Dolar Amerika Serikat

tujuh puluh tiga sen);---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- --

Sebagaimana ternyata dalam ”DAFTAR MESIN DAN ---- ----

---- --- PERALATAN YANG DIJAMINKAN PADA PT BANK

PERMATA, TBK” dan ”PERNYATAAN KEPEMILIKAN (MESIN

DAN ---- ---- ---- ---- --- PERALATAN)” keduanya tertanggal 30

(tiga puluh) ---- Januari 2019 (dua ribu sembilan

belas) yang ---- ---- ---- ---- --- dibuat di bawah tangan dan

bermeterai cukup, yang aslinya dilekatkan pada

minuta Akta ini, ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- - berikut dengan

segala dan setiap perubahan, ---- ---- ---- ---- --- penambahan

dan/atau penggantiannya yang mungkin ---- dibuat

dikemudian hari yang telah diketahui oleh PARA

PIHAK sehingga tidak perlu diuraikan lebih ----

lanjut dalam Akta ini.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---------------------------------------

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --- Pasal 2 ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- PENYERAHAN HAK MILIK SECARA FIDUSIA ----

---- ---- ---- ---- ---- -

Penyerahan hak milik secara fidusia atas Obyek ----

---- Fidusia ini dilangsungkan dan diterima oleh

43
PARA PIHAK dengan syarat-syarat dan ketentuan-----

---- ---- ---- ---- ---- ---- - ketentuan sebagai berikut : ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---

2.1. Untuk hak milik atas Obyek Fidusia yang akan

---

dialihkan kepada BANK mulai berlaku semenjak

pencatatan Akta ini dalam Buku Daftar ---- ---- ----

---- ---- -- Fidusia dan diterbitkannya Sertifikat ----

---- ---- ---- ---- -- Jaminan Fidusia.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -------

2.2. Untuk hak milik atas benda yang dapat ---- ---- ----

---- ---- -----------------

dijadikan sebagai tambahan atas Obyek ---- ---- ----

---- ---- -- Fidusia di kemudian hari, akan

dialihkan ---- ---- ---- kepada BANK dan mulai

berlaku semenjak ---- ---- ---- ---- --- dicatatkan dalam

Buku Daftar Fidusia dan ---- ---- ---- diterbitkannya

Sertifikat Jaminan Fidusia.---- ---- ---------------

2.3. Sepanjang diperlukan, NASABAH dengan ini ----

---- ---- ----------------

memberikan kuasa dengan hak substitusi ---- ---- ----

---- --- kepada BANK, atau wakil atau kuasanya,

akan mendaftarkan Akta ini (termasuk

lampiran,---- ---- ---- tambahan dan/atau

perubahannya) pada Kantor Pendaftaran

Fidusia sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku termasuk ---- ---- ---- untuk

keperluan tersebut berhak menghadap ---- ----

--------------- di hadapan Pejabat atau instansi yang

44
---- ---- ---- ---- ------- berwenang (termasuk Kantor

Pendaftaran ---- ---- ---- ---- --- Fidusia), memberikan

keterangan,---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -----

--- menandatangani surat/formulir,

mendaftarkan jaminan fidusia atas Obyek

Fidusia tersebut dengan melampirkan

pernyataan pendaftaran ---- ---- jaminan fidusia,

serta untuk mengajukan ---- ---- ---- --- permohonan

pendaftaran atas pengubahan ---- ---- ---- ---- --- dalam

hal terjadi pengubahan atas data yang

tercantum dalam Sertifikat Jaminan Fidusia,

selanjutnya menerima Sertifikat Jaminan ---- ----

---- --- Fidusia dan atau pernyataan pengubahan,----

---- ---- ------- serta dokumen-dokumen lain yang

berkaitan ---- ---- untuk keperluan itu, membayar

semua biaya dan menerima kuitansi segala

pembayaran -serta selanjutnya melakukan

segala tindakan yang perlu dan berguna untuk

melaksanakan ketentuan dari Akta ini, di

mana seluruh biaya dan pengeluaran yang

wajar sehubungan dengan pendaftaran dan

penyempurnaan jaminan fidusia berdasarkan

Akta ini akan ditanggung oleh NASABAH.---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --

2.4. Mulai saat berlakunya penyerahan hak milik

---- ------------------

Secara fidusia ini, Obyek Fidusia tetap ---- ----

---- - dalam penguasaan NASABAH dan digunakan ----

---- ---- ---- --- sesuai dengan sifat dan

45
peruntukannya, dan BANK semata-mata hanya

memegang Obyek Fidusia sebagai pemegang

jaminan saja.---- ---- ---- ---- ------

---------------------------------------------------------------------------------

2.5. Selama Akta ini berlaku, maka NASABAH sama

---- ------------------

sekali tidak berhak dan dilarang untuk ---- ---- ----

---- --- melakukan fidusia ulang atas Obyek

Fidusia ---- termasuk menjual atau menjaminkan

Obyek ---- ---- ---- --- Fidusia sebagian atau

seluruhnya, dengan ---- ---- ---- cara bagaimanapun

juga kepada orang atau ---- ---- ---- pihak ketiga,

tanpa persetujuan dari BANK.---- ---- ---------------

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --- Pasal 3 ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- PENYERAHAN OBYEK FIDUSIA ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -

3.1. NASABAH wajib dalam waktu paling lambat 14

---- ------------------

(empat belas) hari kerja setelah menerima ----

---- Bukti Kelalaian dari BANK, untuk dan atas

---- ---- biaya-biaya dari PARA PIHAK menyerahkan

---- ---- ---- --- Obyek Fidusia kepada BANK dalam

keadaan ---- ---- ---- --- terawat baik, apabila terjadi

hal-hal ---- ---- ---- ---- ---- -- sebagai berikut: ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -----------

3.1.1. Jumlah yang terutang dan wajib ---- ---- ----

---- ----

dibayar oleh NASABAH kepada BANK ---- ----

46
---- - sebagaimana diuraikan di atas, ---- ----

---- ---- ---- karena sebab-sebab atau

peristiwa ---- ---- -- apapun juga, menjadi

dapat ditagih ---- -- atau dituntut

pembayarannya seketika dan sekaligus

oleh BANK, terutama (tetapi tidak

terbatas) bilamana NASABAH tidak

membayar atau lalai untuk membayar

lunas dan dengan secara sebagaimana

mestinya suatu jumlah uang yang

terutang dan wajib dibayar oleh

NASABAH kepada BANK ---- - berdasarkan

Perjanjian Kredit;---- ---- ---- ---- ---- ----

dan/atau---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

3.1.2. NASABAH melanggar suatu ketentuan ----

---- -------------

atau lalai melaksanakan apa yang ---- ----

---- menjadi kewajibannya kepada BANK

---- ---- ---- yang termaktub dalam Akta

ini.---- ---- ---- ---- ---- ---------------

3.2. BANK, atau orang atau pihak yang ---- ----

---- --------------

ditunjuk atau diberi kuasa oleh ---- ----

---- ---- - BANK, berhak dan sepanjang ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- --- diperlukan dengan ini

diberi kuasa dan wewenang penuh oleh

BANK, ---- ---- ---- ---- ---- ---- sehingga tidak

diperlukan surat ---- ---- ---- ---- - teguran

47
juru sita atau surat lain ---- ---- -- yang

serupa dengan itu, di dalam hal

NASABAH tidak menyerahkan atau lalai

untuk menyerahkan Obyek Fidusia ---- ----

---- ---- - kepada BANK, sebagaimana diatur

pada Pasal 3.1. Akta ini, untuk

masuk dan berada di tempat (tempat)

atau ---- ---- ---- ---- ---- bangunan (bangunan)

dimana Obyek ---- ---- ---- - Fidusia disimpan

atau berada, untuk --- mengambil atau

menguasai sendiri ---- ---- ---- ---- - Obyek

Fidusia dari siapapun juga ---- ---- ----

-yang menguasainya dan bilamana ---- ---- ----

---- diperlukan untuk melaksanakan

hal-------- ---- hal tersebut BANK atau

orang atau ---- ---- ---- pihak yang ditunjuk

atau diberi ---- ---- ---- ---- - kuasa oleh BANK,

berhak dan ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- berwenang

untuk mempergunakan ---- ---- ---- ---- ---- ----

bantuan dari aparat keamanan

negara,---terutama (tetapi tidak

terbatas) ---- ---- ---- - aparat Kepolisian

Negara.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ------- ---------

3.3. NASABAH berjanji dan mengikat diri kepada

------

atau terhadap BANK untuk tidak melakukan ----

---- ---- bantahan atau perlawanan berupa apapun

juga yang merintangi atau menghalang-halangi

tindakan dari BANK untuk mengambil Obyek

48
Fidusia dengan cara yang diuraikan di

atas.---- ---------------------------------------------------------------------------------------------------

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --- Pasal 4 ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- - PENGGUNAAN HASIL PENJUALAN ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -

4.1. BANK berhak (dan sepanjang perlu dengan ini

----

pula diberi kuasa dengan hak subtitusi dan

---- -- wewenang penuh oleh NASABAH) yakni

setelah ---- Obyek Fidusia diserahkan oleh

NASABAH kepada BANK atau setelah Obyek

Fidusia diambil oleh BANK sebagaimana

ditetapkan dalam Pasal 3---- ------- - Akta ini, dan

karenanya tidak diperlukan ---- ---- ---- lagi surat

teguran juru sita atau surat lain yang

serupa dengan itu, untuk menjual Obyek

-Fidusia tersebut atas dasar titel ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- - eksekutorial kepada siapapun juga,

baik ---- ---- ---- ---- secara dimuka umum atau lelang

atau secara di bawah tangan (sesuai dengan

peraturan ---- ---- ---- perundang-undangan yang

berlaku), dengan ---- ---- ---- harga dan syarat-

syarat yang dipandang baik oleh PARA PIHAK,

dan sehubungan dengan itu BANK berhak untuk

menghadap, membuat atau suruh membuat,

menandatangani dokumen, akta -serta dokumen

lain yang diperlukan, menerima atau

mengambil hasil penjualan Obyek Fidusia dan

49
memberikan tanda penerimaan untuk itu,

---------- menyerahkan apa yang dijual kepada

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- - pembelinya, memperhitungkan

uang hasil ---- ---- ---- ---- --- penjualan dan memberikan

tanda pelunasan ---- ---- ---- atau kuitansinya yang

sah kepada NASABAH, ---- ---- dalam urutan

sebagaimana tercantum dalam ---- ---- ---- Pasal 6

ayat 5 SKU.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ----------

4.2. Dalam hal hasil penjualan melebihi nilai ----

---- ---- ----------------

penjaminan Obyek Fidusia, maka BANK wajib

---- segera mengembalikan kelebihan hasil ---- ----

---- ---- ---- -- penjualan tersebut kepada NASABAH

melalui ---- rekening bank yang ditunjuk

secara tertulis oleh NASABAH kepada BANK,

setelah BANK ---- ---- ---- --- menerima hasil

penjualan Obyek Fidusia ---- ---- ---- --- dalam waktu

paling lambat 7 (tujuh) hari ---- ---- kerja

sejak BANK menerima hasil penjualan ---- atas

Obyek Fidusia tersebut, dengan tidak ---- ada

kewajiban bagi BANK untuk membayar bunga

atau ganti kerugian berupa apapun juga

kepada NASABAH mengenai kelebihan hasil

penjualan. ---- ---- --

4.3. Dalam hal BANK tidak mengembalikan kelebihan

---

hasil penjualan dalam jangka waktu ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- - sebagaimana disebutkan pada Pasal 4.2

50
Akta ini maka BANK wajib membayar ganti rugi

ebesar 1% (satu persen) dari kelebihan hasil

penjualan setiap hari keterlambatan sampai

kelebihan hasil penjualan dikembalikan

seluruhnya. ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

4.4. Apabila pembayaran atas hasil penjualan ---- ----

---- ---

Obyek Fidusia yang diterima oleh BANK tidak

cukup untuk melunasi Utang NASABAH kepada ----

---- BANK, maka NASABAH tetap bertanggung jawab

---- untuk membayar kepada BANK sampai seluruh

---- ---- Utang NASABAH kepada BANK telah

dilunasi ---- ---- seluruhnya.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --- Pasal 5 ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- PEMELIHARAAN DAN PEMERIKSAAN OBYEK FIDUSIA

---- ---- ----

5.1. NASABAH wajib menjaga dan memelihara Obyek

----

Fidusia dengan sebaik-baiknya atas biaya ----

---- ---- NASABAH sendiri dan NASABAH wajib

menjaga ---- ---- agar Obyek Fidusia senantiasa

dalam keadaan baik;---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -

5.2. Bilamana ada bagian dari Obyek Fidusia yang

----

hilang, rusak, atau tidak dapat dipergunakan

lagi, maka bagian-bagian itu wajib diganti

51
oleh NASABAH atas biaya NASABAH sendiri. ----

---- ---- Penambahan dan/atau Penggantian bagian

---- ---- ---- pada Obyek Fidusia tersebut merupakan

---- ---- ---- ---- ---- -- bagian-bagian yang tidak

terpisahkan dari ---- ---- Obyek Fidusia dan oleh

karena itu termasuk ---- dalam Obyek Fidusia

yang dimaksud dalam Akta ini dan karenanya

tunduk pada syarat-syarat dan ketentuan

dalam Akta ini.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

------------------------------

5.3. BANK memberi izin dan kuasa kepada NASABAH

---- ------------------

untuk mempergunakan Obyek Fidusia sesuai ----

---- ---- dengan syarat-syarat dan ketentuan dalam

---- ---- ---- Akta ini untuk menjalankan usahanya

tetapi atas risiko dan biaya NASABAH. -- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----- ---- --------------------------------

5.4. BANK, atau orang atau pihak yang diberi ---- ----

---- ------------------

kuasa oleh BANK, dengan permohonan tertulis

terlebih dahulu dalam waktu paling lambat 3

(tiga) hari kerja sebelumnya kepada NASABAH,

berhak dan sepanjang diperlukan dengan ini

pula diberi kuasa oleh NASABAH, untuk masuk

dan berada di dalam gedung atau tempat

dimana Obyek Fidusia disimpan untuk

memeriksa keberadaan fisik dari Obyek

Fidusia, tindakan mana dinyatakan tidak

merupakan tindakan memasuki tempat atau

52
bangunan tanpa izin ----------------

(”huisvredebreuk”).---- ---- ---- ----

----------------------------------------------------------------------------------------------------

5.5. BANK berhak untuk dan atas biaya-biaya ---- ---- ----

---- ------------------

NASABAH melakukan segala tindakan apapun ----

---- ---- juga untuk menjaga dan merawat Obyek

Fidusia bilamana NASABAH lalai untuk

memelihara dan mempertahankan Obyek Fidusia

dalam keadaan ---- baik.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --- Pasal 6 ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- PAJAK DAN BIAYA ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -

Semua pajak, ongkos-ongkos dan pungutan-pungutan

yang dipungut oleh instansi yang berwenang

mengenai Obyek Fidusia serta seluruh biaya-biaya

lain yang timbul berdasarkan Akta ini dalam

jumlah yang wajar, ditanggung dan wajib dibayar

oleh NASABAH yang besarnya akan diberitahukan

sebelumnya oleh BANK kepada NASABAH.---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---------------------------------------------------------------------------------------------------

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --- Pasal 7 ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- TANDA OBYEK FIDUSIA ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --

Dalam hal NASABAH tidak menyerahkan atau lalai ----

---- untuk menyerahkan Obyek Fidusia kepada BANK, ----

53
---- ---- --- sebagaimana diatur pada Pasal 3.1. Akta ini,

maka BANK, dengan persetujuan NASABAH, berhak

(dan ---- ---- ---- dengan ini diberi kuasa dengan hak

substitusi oleh NASABAH) untuk memasang atau

menyuruh untuk dipasang tanda-tanda pada Obyek

Fidusia atau sebagian dari Obyek Fidusia atau di

tempat-tempat dimana Obyek Fidusia disimpan yang

menyatakan bahwa Obyek Fidusia adalah dalam

penjaminan kepada BANK. NASABAH dilarang dan

tidak diperkenankan untuk menghilangkan atau ---- ----

---- --- merusak tanda-tanda tersebut.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -----------

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --- Pasal 8 ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- PERNYATAAN DAN JAMINAN ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

8.1. NASABAH dengan ini menjamin BANK dalam hal

----

sebagai berikut: ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --

8.1.1. Bahwa Obyek Fidusia adalah milik atau

--

hak NASABAH sendiri dan tidak ada ----

---- ---- orang atau pihak ketiga yang

turut ---- ---- memiliki atau mempunyai hak

apapun ---- ---- atas Obyek Fidusia

tersebut.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -----------

8.1.2. Bahwa NASABAH berhak untuk---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ------------

54
menjaminkan secara fidusia atas ----

---- ---- ---- Obyek Fidusia kepada BANK. -- ---- ----

---- ---- ---- ---- ----- ---- ------------

8.1.3. Bahwa Obyek Fidusia sebelumnya belum

---------------

pernah dijual atau dipindahkan hak,

----dialihkan, atau sedang dijaminkan

---- ---- ---- dengan cara bagaimanapun dan

kepada ---- - siapapun juga. -- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ------- ----

8.1.4. Bahwa NASABAH tidak pernah dan tidak

---

akan melalaikan suatu kewajibannya ----

---- untuk membayar pajak atau pungutan

---- ---- berupa apapun juga dan untuk

memenuhi segala kewajibannya terhadap

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- - Pemerintah Republik

Indonesia ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- sehubungan

dengan Obyek Fidusia.---- ---- ---- ---- ---

8.1.5. Bahwa Obyek Fidusia tidak tersangkut

----

dalam suatu perkara atau sengketa dan

tidak berada dalam suatu sitaan.---- ---- ----

---- ---------------

8.1.6. Bahwa Obyek Fidusia tidak pernah dan

----

tidak akan diberikan sebagai

jaminan secara bagaimanapun juga

kepada pihak ketiga, kecuali dengan

55
persetujuan ---- ---- BANK.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

8.1.7. Bahwa NASABAH dari waktu ke waktu ----

---- ---- --------------

akan bekerjasama dengan BANK guna ----

---- ---- menjamin bahwa BANK dapat ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- melaksanakan hak-haknya,

termasuk ---- ---- ---- menandatangani setiap

surat kuasa ---- ---- ---- khusus, surat kuasa

tambahan dan/atau dokumen-dokumen

lain yang diperlukan oleh BANK

berdasarkan Akta ini.---------

8.2. PARA PIHAK dengan ini menyatakan diri tunduk

---

dan dengan demikian terikat pada

ketentuan----- ketentuan yang tercantum dalam

Dokumen ---- ---- ---- ---- --- Transaksi berikut

perpanjangan dan/atau ---- ---- ---- --- perubahan

dan/atau penggantiannya.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

-------------

8.3. BANK tidak akan memberikan ganti rugi ---- ---- ----

---- ------- ----------------

dan/atau pertanggungjawaban dalam bentuk ----

---- apapun kepada NASABAH dan kepada pihak ----

---- ---- ---- --- manapun atas semua tuntutan/gugatan

yang ---- ---- ---- diajukan oleh NASABAH sendiri

atau--- ---- ---- ---- ---- ---- ------ ---- ---- orang/pihak siapapun

juga mengenai atau yang berhubungan dengan

hal-hal yang dijamin oleh NASABAH yang

56
diuraikan dalam Pasal 8 Akta ini dan atas

permintaan pertama dari BANK, NASABAH wajib

mengurus, menyelesaikan dan membayar

tuntutan, gugatan atau tagihan -tersebut

atas biaya dan tanggung jawab NASABAH

sendiri.---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --- Pasal 9 ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- PENYERAHAN DOKUMEN OBYEK FIDUSIA ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---

9.1. NASABAH, atas permintaan secara tertulis ----

---- ----

dari BANK, wajib menyerahkan kepada BANK ----

---- ---- semua surat atau dokumen-dokumen

mengenai ---- ---- Obyek Fidusia untuk disimpan

oleh BANK.---- ---- ---- ---- ------------------

9.2. Dalam hal NASABAH telah melakukan pelunasan

----

Utang kepada BANK berdasarkan Perjanjian ----

---- ---- Kredit, maka BANK wajib menyerahkan

kembali semua surat atau dokumen-dokumen

sehubungan Obyek Fidusia kepada NASABAH.

--------------- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- Pasal 10 ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- ASURANSI ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --

10.1. Dalam hal NASABAH belum melakukan pelunasan

Utang kepada BANK berdasarkan Perjanjian ----

57
---- Kredit, maka Obyek Fidusia wajib ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- diasuransikan oleh NASABAH

terhadap bahaya kebakaran, pencurian,

kehilangan dan ---- ---- ---- ---- ---- -- bahaya-bahaya

lainnya pada perusahaan ---- ---- ---- ---- --- asuransi

yang memiliki reputasi baik dengan nilai

asuransi yang disetujui oleh BANK ---- ---- ----

dengan memerhatikan dan tidak melebihi ---- ----

---- --- nilai penjaminan serta dengan syarat-

syarat asuransi yang disetujui oleh PARA

PIHAK, ---- ---- dengan ketentuan bahwa semua

premi dan ---- ---- ---- --- biaya-biaya yang wajib

dibayar sehubungan ---- dengan asuransi

tersebut menjadi tanggungan dan bebannya

NASABAH. ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---

10.2. Apabila NASABAH lalai untuk mengasuransikan

---

Obyek Fidusia sebagaimana ditentukan dalam

-Pasal 10.1 Akta ini, maka BANK berhak ---- ----

---- ---- --- (namun tidak berkewajiban) dan dengan

ini ---- diberikan kuasa oleh NASABAH untuk ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- -- mengasuransikan Obyek Fidusia

dengan ---- ---- ---- ---- ---- --- ketentuan premi

asuransinya tetap ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- - dibayarkan

oleh NASABAH.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ----------

10.3. Dalam polis asuransi ditentukan bahwa yang

----

berhak menerima pembayaran ganti rugi atau

58
klaim asuransi adalah BANK, dengan ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- - ketentuan bahwa (i) BANK wajib segera

---- ---- ---- ---- --- meneruskan klaim terhadap

perusahaan ---- ---- ---- ---- ---- -- asuransi yang

bersangkutan dalam waktu ---- ---- ---- --- paling

lambat 3 (tiga) hari kerja sejak ---- ---- ----

disampaikannya klaim oleh NASABAH kepada ----

---- BANK; dan (ii) BANK wajib segera ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- menyerahkan kepada NASABAH uang

ganti rugi asuransi yang dibayarkan oleh

perusahaan ---- ---- asuransi yang bersangkutan

dalam waktu ---- ---- ---- --- paling lambat 7 (tujuh)

hari kerja sejak ---- ---- diterimanya uang ganti

rugi asuransi untuk dipergunakan oleh

NASABAH guna memperbaiki kerusakan terhadap

Obyek Fidusia.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -------------

10.4. NASABAH wajib menyerahkan asli polis ---- ---- ----

---- ---- -------------------

asuransi dan fotokopi kuitansi pembayaran

---- premi asuransi kepada BANK selambat

------------------ ---- ---- ---- ---- ---- -- lambatnya 7 (tujuh) hari

setelah tanggal ---- ---- pembayaran premi

asuransi.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -------------- ---- ---- --

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- Pasal 11 ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- BUKTI KELALAIAN ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -

Pada saat NASABAH terbukti telah lalai dalam ---- ----

---- --- melaksanakan suatu kewajibannya kepada BANK ----

59
---- ---- ---- ---- berdasarkan Perjanjian Kredit dengan

lewatnya ---- ---- ---- jangka waktu yang ditetapkan untuk

melakukan ---- ---- ---- --- kewajiban tersebut, BANK akan

memberikan ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- - pemberitahuan tertulis

beserta bukti pendukung ---- ---- (”Bukti Kelalaian”)

kepada NASABAH maksimal 7 ---- ---- ---- (tujuh) hari

kerja setelah terjadinya kelalaian ---- NASABAH

tersebut.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- Pasal 12 ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- PEMBERIAN KUASA ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -

Akta ini merupakan bagian yang penting dan tidak

terpisahkan dari Perjanjian Kredit, dan kuasa-----

---- ---- kuasa yang diberikan dalam Akta ini merupakan

---- ---- ---- bagian yang penting dan tidak terpisahkan

dari Akta ini, yang tanpa adanya kuasa-kuasa

tersebut maka Akta ini tidak akan diterima dan

dilangsungkan diantara PARA PIHAK, dan karenanya

kuasa-kuasa tersebut tidak dapat ditarik kembali

atau dibatalkan/diakhiri selama Perjanjian Kredit

masih berlaku atau selama Utang belum dilunasi

seluruhnya secara penuh oleh NASABAH dan juga

tidak akan batal atau berakhir karena sebab-sebab

yang disebutkan dalam pasal 1813, 1814 dan 1816

---- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Indonesia. ----

---- ---- ---------------

PARA PIHAK dengan ini secara tegas ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

60
---- ---- ---- ---- ---- --- mengesampingkan berlakunya pasal 1813,

1814 dan 1816 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- Indonesia.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- Pasal 13 ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ALAMAT PEMBERITAHUAN ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

13.1. Semua pemberitahuan atau surat menyurat ----

---- -------------------

yang dilakukan oleh PARA PIHAK sehubungan

---- dengan Akta ini harus dikirimkan ke

alamat-alamat berikut ini :---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ------- ---- -

BANK : PT BANK PERMATA Tbk -- ---- ----

---- ------ --

Alamat : Jalan Jenderal Sudirman ----

---- ---- Kaveling 29-31, Jakarta

--- 12920.----

---------------------------------------------------------------------------------------------------

Telepon : (021) 5237788---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---

Faksimili : (021) 2500680---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---

NASABAH : PT JAKARTA TANK TERMINAL----

---- ----

Alamat : Jalan Timor Raya Nomor

2,Tanjung Priok, Jakarta

Utara 14310. ----------------

61
Telepon : (021) 43904002---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ----

Faksimili : (021) 43904017---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ----

13.2. Pemberitahuan oleh salah satu dari PARA ----

---- ------------------

PIHAK kepada PIHAK lainnya dianggap ---- ---- ----

---- ---- ---- - diterima: ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

13.2.1. Jika dikirim secara pribadi, pada

---- -----------------

tanggal penerimaan;---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ----------

13.2.2. Jika dikirim melalui pos tercatat,

----

7 (tujuh) hari kerja setelah ---- ---- ----

---- ---- -- tanggal pengirimannya;

dan/atau ---- -------------

13.2.3. Jika dikirim melalui telex atau ----

---- ---- --------------

faksimile (ketika diterima dalam ----

---- bentuk yang dapat dibaca), pada

---- ---- ---- hari kerja pengirimannya

(dengan ---- ---- konfirmasi

penerimanya). ------------------ ---- ---- ---- ---- ---- ---- ------

13.3. Salah satu dari PARA PIHAK dapat mengganti

----

alamatnya dengan memberitahukan secara ---- ----

---- --- tertulis kepada PIHAK lainnya, kecuali

62
jika ditetapkan lain dalam Akta ini.---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- Pasal 14 ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --- PERUBAHAN AKTA ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---

14.1. Akta ini tidak akan diganti, diubah atau ----

---- ---------------

ditambah baik untuk seluruhnya maupun untuk

sebagian, kecuali disetujui bersama oleh ----

---- PARA PIHAK dan dinyatakan dalam suatu

akta perubahan dan/atau akta tambahan yang

---- ---- ---- ---- --- ditandatangani oleh PARA PIHAK atau

wakil----- atau kuasa mereka yang

sah.------------------------------------------- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

14.2. Akta ini berlaku dan mengikat bagi PARA ----

------------------- ----

PIHAK, termasuk pihak ketiga yang ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- - mendapatkan suatu hak daripadanya,

dengan ---- ketentuan bahwa salah satu PIHAK

tidak ---- ---- ---- --- boleh memindahkan hak dan

kewajibannya ---- ---- ---- --- tanpa persetujuan

tertulis terlebih dahulu dari PIHAK

lainnya. ---- ---- ---- ---- ---- ---------------------------- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- Pasal 15 ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --- KEBERLAKUAN DAN PENGAKHIRAN ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

63
15.1. Akta ini akan tetap sah, mengikat dan ---- ---- ----

---- -------------------

berlaku penuh bagi PARA PIHAK terhitung ----

---- sejak tanggal Akta ini hingga seluruh ----

---- ---- ---- Utang telah dibayar lunas kepada

BANK.---- ---- ---- ------------------

15.2. Dengan pembayaran lunas atas seluruh Utang

----

dari NASABAH kepada BANK serta dengan ---- ----

---- ---- memperhatikan Undang-undang Fidusia

dan ---- ---- Akta ini, maka Akta ini secara

otomatis ---- ---- berakhir sepenuhnya dan tidak

lagi ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- mengikat atau memiliki

pengaruh lebih ---- ---- ---- ---- lanjut bagi PARA

PIHAK dan hak kepemilikan atas Obyek

Fidusia akan beralih kembali ---- ----

sepenuhnya kepada NASABAH, sebagaimana ----

---- ---- diatur dalam Undang-undang Fidusia.---- ----

---- ---- ---- ---- ---------------

15.3. Pada saat berakhirnya jaminan fidusia ---- ----

---- ------------------

sebagaimana diatur dalam Akta ini, BANK ----

---- atau kuasanya, dalam waktu 7 (tujuh)

hari -kerja wajib melakukan pencoretan ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- - pendaftaran atas seluruh

jaminan fidusia ---- dari Buku Daftar Fidusia

dan menyerahkan ---- surat keterangan yang

menyatakan bahwa ---- ---- ---- Sertifikat Jaminan

Fidusia tidak berlaku ---- lagi yang

64
diterbitkan Kantor Pendaftaran ---- Fidusia,

kepada NASABAH.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

------------- --

15.4. Adapun seluruh biaya dan pengeluaran yang

---- ------------------

wajar sehubungan dengan pencoretan ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- -- pendaftaran jaminan fidusia

berdasarkan ---- ---- ---- Akta ini akan ditanggung

oleh NASABAH.---- ---- ---- ---- ------------------

15.5. Dengan pembayaran lunas atas seluruh Utang

----

dari NASABAH kepada BANK serta dengan ---- ---- ----

---- --- memperhatikan Undang-undang Fidusia dan

---- ---- ---- Akta ini, maka seluruh kuasa atau

wewenang -yang diberikan atau termaktub

dalam Akta ini secara otomatis akan

berakhir memiliki --------kekuatan atau

pengaruh lebih lanjut, tanpa-----

diperlukannya suatu tindakan atau akta apa-

pun juga.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -------------------

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- Pasal 16 ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --- PENGESAMPINGAN ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---

16.1. Jika pada suatu waktu suatu ketentuan dalam

---

Akta ini menjadi tidak sah, tidak berlaku ----

-- atau tidak dapat dilaksanakan berdasarkan

65
---- -- suatu peraturan hukum dari yurisdiksi

mana -- pun, maka hal tersebut tidak

memengaruhi atau mengurangi sahnya serta

mengikatnya atau memengaruhi keabsahan,

keberlakuan dan pelaksanaan ketentuan

tersebut berdasarkan -- hukum dari yurisdiksi

yang lain, maupun ---- ---- ---- - ketentuan lain

dalam Akta ini. PARA PIHAK ---- -- akan membuat

dokumen-dokumen tambahan yang -- diperlukan

untuk memberlakukan ketentuan ---- ---- - tersebut

yang dinyatakan sebagai tidak sah, tidak

berlaku atau tidak dapat ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- - diberlakukan.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --

16.2 Untuk tujuan pengakhiran dan pembatalan Akta

---

ini, PARA PIHAK dengan ini secara tidak ----

---- ---- dapat ditarik kembali dan tanpa syarat

---- ---- ---- --- mengenyampingkan ketentuan Pasal

1266 dan ---- Pasal 1267 Kitab Undang-undang

Hukum ---- ---- ---- ---- ---- -- Perdata Indonesia sejauh

bahwa diperlukan ---- putusan pengadilan

sebagai prasyarat untuk mengakhiri Akta

ini.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- Pasal 17 ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- - PILIHAN HUKUM DAN DOMISILI ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -

17.1 Akta ini berikut dengan seluruh ---- ---- ---- ---- ---- ----

66
---- ---- ---- ---- --------------

perubahannya atau penambahannya dan atau ----

---- - pembaharuannya dibuat, ditafsirkan dan ----

---- ---- ---- dilaksanakan berdasarkan hukum Negara

---- ---- ---- ---- ---- Republik Indonesia.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----- ------

17.2 Setiap sengketa yang timbul menurut atau ----

---- ----

berdasarkan Akta ini, akan diselesaikan --- ----

---- - dengan cara sebagai berikut: ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---

1. PARA PIHAK setuju bahwa setiap ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- -------------

perselisihan atau perbedaan pendapat ----

---- yang timbul dari dan/atau berkenaan

---- ---- ---- dengan pelaksanaan Akta ini,

sepanjang memungkinkan, diselesaikan

dengan cara musyawarah. ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --

2. Setiap perselisihan atau perbedaan ---- ----

------------------ ---

pendapat yang tidak dapat diselesaikan

secara musyawarah oleh PARA PIHAK, maka

perselisihan atau perbedaan pendapat ----

---- tersebut harus diselesaikan melalui

---- ---- ---- mediasi di bidang perbankan.--- ---- ----

---- ---- ---- ---- ----- ---- ---- ----------

3. Setiap perselisihan atau perbedaan ---- ----

---- -----------------

67
pendapat yang tidak dapat diselesaikan

baik secara musyawarah dan/atau mediasi

di bidang perbankan, akan diselesaikan

melalui Pengadilan Negeri Jakarta ---- ---- ----

---- --- Selatan.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- Pasal 18 ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- --

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- - LAMPIRAN-LAMPIRAN ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -

Seluruh lampiran dari Akta ini merupakan satu ----

---- ---- kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan

dari Akta ini.---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ------------------------

- Setiap perubahan atas lampiran harus ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ditandatangani oleh PARA PIHAK dan

merupakan ---- ---- ---- --- bagian yang tidak terpisahkan

dari Akta ini.---- ---- ---- ---- -------------------

- Akta ini diselesaikan pada pukul 12.14 WIB (dua

belas lewat empat belas menit Waktu Indonesia

Barat).---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

----- ---- ---- ---- ---- --

- Akhirnya para penghadap menyatakan dengan ini

---- menjaminakan kebenaran identitas masing-masing

--- sesuai tanda pengenal yang disampaikan kepada

saya, Notaris dan menyatakan bertanggung jawab

sepenuhnya atas hal tersebut dan selanjutnya para

penghadap juga menyatakan telah mengerti dan

memahami isi Akta ini sehingga sehubungan dengan

68
hal tersebut maka para penghadap dengan ini

menyatakan bertanggung jawab sepenuhnya atas hal

tersebut serta membebaskan Notaris dan para saksi

atas setiap tuntutan hukum dari para penghadap

dan pihak ketiga dari segala dan setiap akibat

yang timbul dari pembuatan dan pelaksanaan Akta

ini. ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---

Para penghadap saya, Notaris kenal.---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- -----------------

---- ---- ------------- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- DEMIKIANLAH AKTA INI ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

Dibuat sebagai minuta dan dilangsungkan di ---- ---- ----

---- ---- -- Jakarta, pada hari dan tanggal tersebut

dalam ---- ---- ---- kepala akta ini, dengan dihadiri

oleh:---- ---- ---- ---- ------- ---- ---- ---- ---- ----------------

1. Tuan BOY SETIAWAN WELYUS, Sarjana Hukum, ----

---- -------------------

lahir di Padang, pada tanggal 13 (tiga ---- ---- ----

---- --- belas) Juli 1992 (seribu sembilan ratus

---- ---- ---- --- sembilan puluh dua), Asisten Notaris,

---- ---- ---- ---- ---- -- bertempat tinggal di Padang,

Taruko I Blok PP Nomor 12, Rukun Tetangga

004/Rukun Warga 010, Kelurahan Korong

Gadang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang,

pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor

Induk Kependudukan (NIK) 1371091307920006,

untuk sementara berada di Jakarta; ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ----

69
2. Tuan DARMA PUTRA, Sarjana Hukum, Lahir di ----

---- -----------------

Banda Aceh, pada tanggal 5 (lima) Juni

1990----- (seribu sembilan ratus sembilan

puluh), ---- ---- ---- ---- Asisten Notaris, bertempat

tinggal di Banda -----Aceh, Jalan Tengku

Muda Rayeuk Nomor 20, ---- ---- ---- Rukun Tetangga

000/Rukun Warga 000, ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -- Kelurahan

Pineung, Kecamatan Syiah Kuala, ---- ---- Kota

Banda Aceh, pemegang Kartu Tanda ---- ---- ---- ---- ----

--- Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan ----

---- ---- (NIK) 1171040506900002, untuk sementara

---- ---- ---- ---- berada di Jakarta; ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ------

- keduanya saya, Notaris, kenal sebagai saksi. ----

----

Setelah akta ini saya, Notaris bacakan kepada ----

---- - penghadap, saksi-saksi dan seberapa perlu oleh

saya, Notaris jelaskan dalam bahasa Inggris

kepada penghadap Tuan LARS SCHAUMANN tersebut

yang menurut keterangannya kurang paham bahasa

Indonesia, akta ini ditandatangani oleh

penghadap, saksi-saksi dan saya, notaris.---- ---- ---- ----

---- ---- ----

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

------------------

- Dilangsungkan dengan tanpa perubahan.

-------------

- Minuta akta ini telah ditandatangani dengan ---- ----

70
sempurna. ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

--- Diberikan untuk salinan yang sama bunyinya.---- ----

--

Notaris di Kota Jakarta Selatan,

(CINTA LAURA, S.H.)

71
PEMBUATAN AKTA ANEKA PERJANJIAN

Dosen Pengajar :
Mohamad Fajri Mekka Puta, S.H., M.Kn

Jual Beli Kapal :

Fidela Faustina 2006497024


Sheila Erika Suredja 2006497522
Christin Novalia Simanjuntak 2006496904
Chrisya Nadine Immanuela 2006496910
Rahmawati Herdian 2006497421
Fitriana Maghfirah 2006549715

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
2021
A. Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan, di mana 2/3 wilayahnya berupa
lautan. Pelayaran merupakan tatanan transportasi laut yang mempunyai karakteristik
sebagai penghubung wilayah baik antara daerah satu dengan daerah yang lainnya,
maupun Negara satu dengan Negara yang lainnya dalam lalu lintas perdagangan
internasional.
Adapunn jenis alat transportasi air yang ada di Indonesia yaitu seperti kapal
barang, kapal penumpang, kapal perang, kapal feri, kapal layer, kapal laut dan lain
sebagainya. Transaksi jual beli kapal dan pengadaan kapal di Indonesia semakim
meningkat dan berkembang pesat. Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, saat
ini terdapat 250 (dua ratus lima puluh) galangan kapal di Indonesia. Maka dari itu
armada laut menjadi salah dstu tansportasi yang sangat penting, tidak hanya untuk
mengangkut barang namun juga menjadi salah satu transportasi yang dapat digunakan
untuk menyebrang ke antar pulau, menjadikan peluang usaha besar bagi para
pengusaha pelayaran.
Namun, untuk pembangunan dan pengembangan armada laut tentu
membutuhkan modal atau dana yang tidak sedikit. Dana atau modal tersebut dapat
diperoleh salah satunya dengan kredit. Pengertian Hipotik dalam Pasal 1162
KUHPerdata adalah “suatu hak kebendaan atas barang tak beregerak yang dijadikan
jaminan pelunasan suatu perikatan.” Kapal laut dapat menjadi objek jaminan
kebendaan, apabila ukuran isi kotor sekurang-kurangnya 20 m3 sebagaimana disebut
dalam Pasa314 ayat (1) dan ayat (3 KUHD. Dimana kedudukan kapal laut sebagai
jaminan hipotik dalam perjanjian kredit diatur pada Pasal 1162 sampai dengan Pasal
1232 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-Undang Pelayaran Nomor
12 Tahun 2008.
B. Pembahasan
a. Definisi Kapal Laut
 Menurut Pasal 310 KUHD:
“Kapal laut adalah semua kapal yang dipakai untuk pelayaran di laut atau
yang diperuntukkan untuk itu.”
 Menurut Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Pelayaran:
“Kebendaan air dengan bentuk dan jenis tertentu, yang mana digerakkan
dengan tenaga angin, tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda,
termasuk kebendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah
permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak
berpindah-pindah.”
 Menurut Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008:
“Hipotek Kapal adalah hak agunan kebendaan atas kapal yang terdaftar
untuk menjamin pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan
yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor lain.”
b. Jenis-Jenis Kapal
 Kapal Pesiar
 Kapal Penumpang
 Kapal Ro-Ro
 Kapal Barang atau Cargo Vessel
 Kapal Tanker
 Kapal Tunda
 Peti Kemas atau Container Ship
 Kapal Keruk
c. Tujuan Pendaftaran Kapal
Pendaftaran dilaksanakan oleh Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik Nama Kapal
dibantu oleh Pegawai Pembantu Pendaftaran dan Balik Nama Kapal yang
ditentukan oleh Direktur Jenderal. Pemilik kapas diperbolehkan memilih salah
satu dari tempat pendaftaran kapal untuk mendaftarkan kapalnya, namun
pendaftaran kapal tersebut tidak dapat dipindahkan ke tempat pendaftaran lain.
Adapun tujuan dari pendaftaran kapal adalah:
 Untuk memperoleh surat tanda kebangsaan kapal (STKP)
 Status hukum kepemilikan menjadi jelas
 Dapat dipasang atau dibebabni hipotik
Pendaftaran kapal diatur dalam Pasal 2 ayat (1) PERMEN Perhubungan RI
No. PM 13 Tahun 2012, disebutkan bahwa pendaftaran kapal meliputi:
1. Pendaftaran Hak Milik
2. Pembebanan hipotik
3. Pendaftaram hak kebendaan lainnya atas kapal
d. Jual Beli Kapal
Akta Jual Beli Kapal Laut dapat dibuatkan dengan akta Notaris sebagaimana
ketentuan Pasal 18 ayat (3) huruf a Permenhub Pendaftaran Kapal.
Adapun syarat Jual Beli Kapal, yaitu:
1. Kapal tersebut terdaftar di Indonesia
2. Adanya pemeriksaan kapal tersebut laik jalan (tanggung jawab para pihak)
3. Kesepakatan pembayaran
Alur Jual Beli Kapal:

Setelah syarat-syarat tersebut diatas terpenuhi tahap berikutnya ada proses balik
nama kapal. Pada dasarnya untuk setiap peralihan hak milik atas kapal yang telah
didaftar, pemegang hak yang baru harus mengajukan permohonan pembuatan
akta dan pencatatan balik nama kepada Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik
Nama Kapal di tempat kapal terdaftar, paling lama 3 (tiga) bulan semenjak
peralihan. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 30 ayat (1) Peraturan
Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan.
Dokume-dokumen untuk proses permohonan balik nama diatur dalam Pasal 30
ayat (2) PP Perkapalan, meliputi:
1. Bukti kepemilikan
2. Identitas pemilik
3. Grosse akta pendaftaran balik nama
4. Surat ukur (dalam hal kapal telah memperoleh surat ukur baru)
Balik nama kepemilikan kapal berdasarkan Peraturan Pemenhub Pendaftaran
dan Kebangsaan Kapal:
1. Bukti pengalihan Hak Milik atas kapal
2. Identitas pemilik berupa kartu tanda penduduk bagi perorangan dan
anggaran dasar pendirian perusahaan bagi badan hukum Indonesia
3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
4. Surat ukur
5. Grosse akta pendaftaran atau grosse akta balik nama kapal
6. Bukti pelunasan bea balik nama sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
e. Syarat-syarat kapal laut dapat dibebankan hipotik, yaitu:
1. Hak kebendaan
Di mana, kapal tersebut sudah ada dan terdaftar sehingga haknya sudah
lahir. Kapal-kapal yang masih dalam proses pembangunnya dan belum
memiliki grosse akta pendaftaran kapalnya belum dapat dibebani dengan
hipotik. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1175 BW.
2. Berat Objek
Objeknya adalah kapal yang beratnya sama dengan atau diatas 20 m3 ,
sedangkan untuk kapal yang dibawah 20 m3 dibebankan dengan jaminan
fidusian. Sebagaiamana diatur dalam Pasal 1167 BW.
3. Didaftarkan di Indonesia
Kapal harus dibukukan atau didaftarkan di Indonesia yaitu pada Kantor
Pelabuhan setempat.
4. Dibuat dengan Akta Otentik
Pemberian jaminan berupa hipotik atas kapal tersebut harus dibuat secara
otentik dihadapan pejabat umum yang berwenang. Akta hipotik kapal
dibuat oleh Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik Nama Kapal
(P3BK/Syahbandar) dimana kapal tersebut terdaftar, sedangkan Notaris
berperan dalam membuat akta kuasa untuk memasangkan hipotik kapal
(SKMH). Sebagaimana diatur dalam Pasal 1171 BW.
5. Menjamin tagihan utang
Dalam pemberian hipotik pada kapal harus ada hutang yang dijaminkan
pembebanan hipotik tersebut ,yang dicantumkan dalam Akta Hipotik
adalah:
a. Identitas kapal
b. Besarnya hutang
c. Nilai Penjaminan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan hipotik kapal laut
adalah:
a. Kapal yang dibebani hipotik harus jelas tercantum dalam akta
hipotik
b. Perjanjian antara kreditur dengan debitur ditunjukan dengan
perjanjian kredit (yang merupakan syarat pembuatan akta hipotik)
c. Nilai kredit yang merupakan nilai keseluruhan yang diterima
berdasarkan barang yang dijaminkan.
d. Nilai hipotik dikhusukan pada nilai kapal
e. Pemasangan hipotik seyogyanya sesuai dengan nilai kapal dan
dapat dilakukan dengan mata uang apa saja sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
f. Tahapan Pembebanan Hipotik Kapal
Terdapat 3 (tiga) tahapan yang perlu dilakukan untuk pembebanan hipotik kapal,
meliputi:
1. Tahapan I
Perjanjian kredit (utang piutang) dengan menyatakan membebankan kapal
dengan hipotik sebagai jaminan pelunasan hutang. Dalam hal ini perjanjian
dibuat secara tertulis dan berdasarkan konsensual dan obligator.
2. Tahapan II
Perjanjian pemberian (pembebanan) hipotil. Kreditur bersama debitur atau
bank sendiri berdasarkan SKMH menghadap Pejabat Pendaftar Kapal dan
minta dibuatkan akta hipotik kapal. Tahapan ini memerlukan dokumen-
dokumen sebagai berikut:
 Surat permohonan dengan menyebutkan data kapal dan nilai
penjamin
 Grosse Akta Pendaftaran Kapal
 Surat Kuasa Memasang Hipotik
 Pejabat pendaftaran kapal membuat akta Hipotik yang selanjutnya
dibawa ke INSPEKSI PAJAK untuk memperoleh SKUM Bea
Materai dan BM di bayar ke kas Negara.
3. Tahapan III
Pendaftaran Akta Hipotik dalam buku daftar.

g. Akta Kuasa Memasang Hipotik Kapal Laut


Akta kuasa memasang hipotik kapal laut mempunya komposisi sebagai berikut:
1. Judul Akta
Dalam hal ini judul akta tertulis “Akta Kuasa Memasang Hipotik Kapal”
2. Nomor Akta
3. Awal Akta
Awal akta kuasa memasang hipotik kapal laut sama dengan awal akta pada
umumnya dimana pencatumannya meliputi: hari, tanggal, pukul, nama dan
tempat kedudukan Notaris.
4. Komparisi
Komparisi akta kuasa memasang hipotik kapal laut terdiri dari 2 (dua)
pihak, yaitu Pihak Pertama selaku Debitur atau Pemberi Kuasa dan Pihak
Kedua selaku Kreditur atau Penerima Kuasa.
5. Premis Akta
Premis akta kuasa memasang hipotik kapal laut berisi tentang pemberi
kuasa bertindak sesuai dengan kedudukannya tersebut diatas dan
menjelaskan bahwa SKMH ini merupakan perjanjian tambahan atau
accecoir yang mengikuti perjanjian pokok berupa perjanjian kredit
dibawah tangan yang telah ditanda tangani oleh Debitur dan Kreditur.
Dengan adanya perjanjian ini, Debitur memberika suatu kuasa dan
kewenangan yang tidak dapat ditarik kembali hak penggantian kepada
Kreditur.
6. Isi Akta
Dalam pembuatan akta SKMH harus memperhatikan:
1. Nilai Jaminan Hipotik dan Objek Hipotik
Keterangan nilai jaminan hipotik yang mana nilai tersebut mengikuti
perjanjian pokok, selain itu memuat keterangan objek hioptik atas
kapal berisikan identitas kapal.
2. Kewenangan Penerima Kuasa
Pemberi kuasa memberikan kuasa kepada penerima kuasa untuk
menerima pemasangan hipotik dengan perjanjian. SKMH ini berisi
beberapa kuasa yang terdiri dari:
 Kuasa untuk pengahadap memperlihatkan dan menyerahkan
surat yang diminta.
 Memberikan keterangan penandantangan akta dan surat-surat
lain kepada pihak yang berwenang, termasuk akta-akta
dihadapan syahbandar memilih domisili.
 Memberikan pernyataan tentang kebenaran pemilikan kapal
tidak tersangkut sengketa, bebas dari sitaan dan bentuk apapun.
 Mendaftarkan hipotik atas kapal, menyetujui janji-janji yang
akan disebut dalam akta ini.
 Kuasa untuk melakukan apapun yang dianggap perlu
sehubungan pelaksaan akta ini.
 Janji-janji dalam Akta SKHW, meliputi:
a. Janji untuk menjual atas kemauan sendiri
Berisi suatu janji dimana pemegang hipotik pertama diberi
kekuasaan untuk melakukan penjualan di muka umum atas
barang yang di jadikan objek jaminan tanpa harus melalui
perantara peradilan. Bilamana penerima kredit atau debitur
tidak memenuhi kewajiban dalam perjanjian kredit.
b. Janji sewa
Berisi mengenai janji yang menyatakan bahwa pemilik
barang yang dijaminkan harus meminta persetujuan terlebih
dahulu kepada kreditur jika akan menyewakan barang
jaminan kepada pihak lain.
c. Janji asuransi
Berisi mengenai kreditur yang nantinya akan menerima
uang dari hasil pembayaran klaim asuransi yang kemudian
untuk ddiperhitungkan dengan utang debitur kepada
kreditur jika terjadi resiko kerugian terhadap kapal laut
yang dibebani hipotik. Dan pembayaran premi asuransinya
tetap menjadi beban penerima atau debitur.
d. Janji untuk tidak dibersihkan
Berisi mengenai pemberian perlindungan pada pemegang
hipotik untuk tidak melakukan pencoretan hipotik atas
barang jaminan kredit yang telah dibebani hipotik. Yaitu
dalam hal kapal di jual secara sukarela dengan harga
dibawah nilai hipotik, sedangkan pinjaman belum
sepenuhnya terlunasi dengan harga kapal tersebut diatas.
e. Janji Pengosongan
Janji pengosongan ini berisi ketentuan bahwa pemilik kapal
dengan biaya sendiri akan mengosongkan kapal yang
dijaminkan tersebut. Jika kreditor memandang perlu untuk
menjual kapal tersebut dalam rangka penyelesaian kredit.
f. Janji Hipotik Berlanjut
Merupakan janji yang berisi bahwa hipotik berlaku atas
hutang yang timbul karena perjanjian kredit yang sudah ada
beserta perubahan dan atau perpanjangannya maupun
hutang yang timbul karena perjanjian kredit kemudian.
g. Klausula Tentang Penyimpan Grosse Akta Pendaftaran
Kapal Laut Asli
Janji ini berisi pernyataan bahwa pemberi hipotik menerima
kuasa dengan hak subsitusi pada kreditor untuk menerima
dan menyimpan asli grosse tersebut. Setelah dilakukan
pencatatan dalam daftar hipotik pada daftar induk
pendaftaran kapal sampai kredit yang dijamin dengan
hipotik tersebut dinyatakan lunas oleh bank ataubila sudah
tidak dijadikan kembali sebagai jaminan kredit .
h. Klausula Perlekatan
Klausula ini berisi pernyataan bahwa hipotik itu meliputi
kapal dengan segala peralatannya yaitu navigasi, elektronik
dan lain-lainnya. Baik yang sudah ada maupun yang akan
ditempatkan atau diletakkan yang menurut sifat dan
peruntukkanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari kapal tersebut.
i. Janji Tidak Mengubah Bentuk
Janji ini berisi mengenai pernyataan bahwa jika pemberi
hipotik akan mengubah tatan susunan objek hipotik yang
meliputi keseluruhan objek seperti tambahan susunan kabin
dan lain-lain yang diharuskan mendaptkan persetujuan
tertulis terlebih dahulu dari penerima hipotik.
 Biaya Pembuatan Kapal
Biaya-biaya pembuatan kapal ini juga harus berada di isi akta
SKMH dimana biaya-biaya dalam akta ini akan dibayar
sepenuhnya oleh debitur atau yang memberi kuasa.
 Kediaman Hukum atau Domisili Hukum dan Jaminan
Mengenai Kebenaran Identitas Para Penghadap
7. Akhir Akta
Akhir akta SKHW sama seperti akta-akta pada umumnya yang memuat
identitas para saksi kemudian uraian pembacaan dan penandatangan akta.
h. Roya Hipotik Kapal (Pencoretan)
 Jika pinjaman telah dibayar lunas maka yang berkepentingan atau debitur
mengajukan permohonan roya secara tertulis kepada Pejabat Pendaftaran
Kapal dengan memperlihatkan Salinan pertama surat pengakuan utang
dengan hipotik atas kapal yang ditandatangani kreditur yang menyatakan
telah lunas hipotik atas kapal yang ditandatangani krditur yang
menyatakan telah lunas atau keterangan pemegang hipotik kapal bahwa
pencoretan telah disetuji.
Dokumen-dokumen yang perlu dilengkapi dalam Royal Hipotik Kapal
meliputi:
a. Surat permohonan roya
b. Surat tanda lunas dari kreditur
c. Grosse akta pendaftaran hipotik
d. Grosse akta pendaftaran kapal
 Dalam hal permintaan atau permohonan diajukan oleh pemberi hipotik,
maka harus dilampirkan dengan surat persetujuan roya dari pemegang
hipotik. Roya hipotik juga dapat dilakukan berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
 Roya hipotik dicatat dalam asli Grosse Akta Hipotik dan dalam Daftar
Induk Akta Hipotik yang telah dicantumkan catatan roya dikembalikan
kepada pemilik kapal.
i. Hapusnya Hipotik
Hipotik hapus apabila:
a. Hapusnya perikatan pokok
b. Pelepasan hipotik oleh si berpiutang, hal ini terjadi apabila barangnya
musnah
c. Karena pelepasan hakim.
JUAL BELI KAPAL
Nomor : 37
-Pada hari ini, Senin, tanggal 31 (tigapuluh satu) Mei 2021 (duaribu
duapuluh satu).-----------------------------------------------------------------------
-Dimulai pukul 13.00 WIB (tigabelas tepat Waktu Indonesia Barat).- - -
Hadir dihadapan saya, BEDU SURIMIN, Sarjana Hukum, Notaris
berkedudukan di Kota Jakarta Selatan, dengan wilayah jabatan
seluruh wilayah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dengan
dihadiri oleh saksi-saksi yang saya, Notaris, kenal dan akan disebut
nama-namanya pada bagian akhir akta ini:-----------------------------------
I. Nyonya TANIA AUDREY, lahir di Jakarta, pada tanggal 6---------
(enam) November 1980 (seribu sembilanratus delapanpuluh),
Warga Negara Indonesia, karyawan swasta, bertempat tinggal
di Jakarta Selatan, Jalan Duku Nomor 99, Rukun Tetangga
012, Rukun Warga 006, Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan
Jagakarsa, pemegang Kartu Tanda Penduduk Republik
Indonesia dengan Nomor Induk Kependudukan (N.I.K)
31.74.06.150182.0007;------------------------------------------------------
-menurut keterangannya dalam hal ini bertindak berdasarkan
Surat Kuasa Khusus yang dibuat dibawah tangan, bermeterai
cukup, tanggal 27 (duapuluh tujuh) Mei 2021 (duaribu duapuluh
satu), yang dilegalisasi oleh HASAN, Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, Notaris di Kota Jakarta Selatan, pada tanggal
yang sama, dibawah nomor 080/Leg/V/2021, yang telah saya,
Notaris sesuaikan dengan aslinya dan dilekatkan pada minuta
akta ini, selaku kuasa dari Direksi Perseroan, dengan demikian
berhak dan berwenang mewakili Direksi Perseroan dari dan
oleh karena itu untuk dan atas nama perseroan terbatas PT.
BAHARI UTAMA, Tbk., berkedudukan di Jakarta Selatan, yang
seluruh anggaran dasarnya telah diubah dalam rangka
penyesuaian dengan Undang-Undang nomor 40 Tahun 2007
(duaribu tujuh) tentang Perseroan Terbatas, sebagaimana
dimuat dalam akta tanggal 22 (duapuluh dua) Juli 2007
(duaribu tujuh), nomor 25, yang dibuat dihadapan INNU,
Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta, dan telah mendapatkan
persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia, sebagaimana ternyata dalam tanggal Surat
Keputusannya tanggal 23 (duapuluh tiga) September 2007
(duaribu tujuh), nomor AHU-00665.AH.01.02.Tahun 2007, dan
telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
tanggal 11 (sebelas) November 2007 (duaribu tujuh), nomor 31,
tambahan nomor 34526, yang kemudian diubah dengan:---------
- Akta tanggal 23 (duapuluh tiga) Maret 2018 (duaribu-------------
delapanbelas), nomor 10, yang dibuat dihadapan SINTA
KUNCORO, Sarjana Hukum, Notaris di Kota Jakarta Selatan,
dan telah mendapatkan telah mendapatkan persetujuan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,
sebagaimana ternyata dalam Surat Keputusannya tanggal 6
83
(enam) April 2018 (duaribu delapanbelas), nomor AHU-
0018522.AH.01.02.Tahun 2018;----------------------------------------
- Akta tanggal 2 (dua) Maret 2020 (duaribu duapuluh), nomor----
10, yang dibuat dihadapan MINA SUDIRJA, Sarjana Hukum,
Notaris di Kota Jakarta Selatan, dan telah mendapatkan telah
mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia, sebagaimana ternyata dalam
Surat Keputusannya tanggal 15 (limabelas) Maret 2020
(duaribu duapuluh), nomor AHU-0057988.AH.01.02.Tahun
2020, serta pemberitahuan perubahan anggaran dasar
perseroan mengenai perubahan pasal 4 ayat 4, pasal 4 ayat
5, pasal 4 ayat 6, pasal 4 ayat 7, pasal 4 ayat 8, pasal 5
sampai dengan pasal 22, telah diterima dan dicatat di dalam
database Sistem Administrasi Badan Hukum Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia tanggal 15
(limabelas) Maret 2020 (duaribu duapuluh) nomor AHU-
AH.01.03-0687602.---------------------------------------------------------
-Sedangkan susunan Direksi dan Dewan Komisaris perseroan
yang terakhir dimuat dalam Akta tanggal 21 (duapuluh satu)
Januari 2021 (duaribu duapuluh satu), nomor 25, yang dibuat
dihadapan LINDA SUBEKTI, Sarjana Hukum, Notaris di Kota
Jakarta Selatan, dan pemberitahuan perubahan Data
Perseroan mengenai perubahan Direksi dan Komisaris, telah
diterima dan dicatat di dalam Sistem Administrasi Badan
Hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia tanggal 30 (tigapuluh) Januari 2021 (duaribu
duapuluh satu), nomor AHU-AH.01.03-0222585;--------------------
-menurut keterangannya, untuk melakukan tindakan hukum
dalam akta ini, Direksi perseroan telah mendapatkan
persetujuan dari Dewan Komisaris sebagaimana ternyata
dalam Keputusan Edaran Dewan Komisaris Sebagai Pengganti
Rapat Dewan Komisaris, yang dibuat dibawah tangan
bermeterai cukup, tanggal 5 (lima) April 2021 (duaribu duapuluh
satu), yang aslinya dilekatkan pada minuta akta ini.-----------------
-menurut keterangan penghadap Nyonya TANIA AUDREY
tersebut diatas, tidak ada perubahan-perubahan lain dalam
anggaran dasar selain yang disebut diatas;---------------------------
-selanjutnya disebut juga “Pihak Pertama”.----------------------------
II. Tuan VINCENT, lahir di Jakarta, pada tanggal 22 (duapuluh------
dua) April 1970 (seribu sembilanratus tujuhpuluh), Warga
Negara Indonesia, Direktur Utama dari perseroan yang akan
disebut dibawah ini, bertempat tinggal di Jakarta Selatan, Jalan
Tebet Timur Dalam Nomor 14, Rukun Tetangga 001, Rukun
Warga 004, Kelurahan Tebet Timur, Kecamatan Tebet,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Republik Indonesia dengan
Nomor Induk Kependudukan (N.I.K) 32.75.01.678493.0001;-----
-menurut keterangannya dalam hal ini bertindak dalam
jabatannya tersebut diatas dengan demikian sah mewakili
Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama

84
Perseroan Terbatas PT. PELAYARAN SAMUDRA,
berkedudukan di Kota Jakarta Selatan, yang anggaran dasar
pendiriannya dimuat dalam akta tanggal 4 (empat) September
2017 (duaribu tujuhbelas), nomor 10, yang dibuat dihadapan
IKA PUTRI, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di
Kota Jakarta Selatan, dan telah mendapatkan pengesahan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,
sebagaimana ternyata dalam Surat Keputusannya tanggal 6
(enam) Oktober 2017 (duaribu tujuhbelas), nomor AHU-
42587.AH.01.01,Tahun 2017, yang kemudian diubah dengan:---
- Akta tanggal 1 (satu) Desember 2018 (duaribu delapanbelas),
nomor 10, yang dibuat dihadapan IKA PUTRI, Sarjana
Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di Kota Administrasi
Jakarta Selatan, dan telah mendapat persetujuan dari Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
sebagaimana ternyata dalam Surat Keputusannya tanggal 10
(sepuluh) Desember 2018 (duaribu delapanbelas), nomor
AHU-0052938.AH.01.02.Tahun 2018, dan pemberitahuan
perubahan Data Perseroan, mengenai peralihan saham telah
diterima dan dicatat di dalam Sistem Administrasi Badan
Hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia, sebagaimana ternyata dalam surat penerimaan
pemberitahuan mengenai perubahan tersebut tanggal 10
(sepuluh) Desember 2018 (duaribu duapuluh), nomor AHU-
AH.01.03-0315279.---------------------------------------------------------
-Sedangkan susunan Direksi dan Dewan Komisaris perseroan
yang terakhir dimuat dalam Akta tanggal 16 (enambelas)
Oktober 2020 (duaribu duapuluh), nomor 20, yang dibuat
dihadapan IKA PUTRI, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan,
Notaris di Kota Jakarta Selatan, dan pemberitahuan perubahan
data perseroan mengenai pengangkatan kembali, telah
diterima dan dicatat di dalam Sistem Administrasi Badan
Hukum Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia, sebagaimana ternyata dalam Surat Penerimaan
Pemberitahuan mengenai perubahan tersebut tanggal 23
(duapuluh tiga) Desember 2020 (duaribu duapuluh), nomor
AHU-AH.01.03-0153196.----------------------------------------------------
-menurut keterangannya, untuk melakukan tindakan hukum
dalam akta ini, Direksi perseroan tidak memerlukan persetujuan
dari Dewan Komisaris Perseroan, sesuai dengan ketentuan
pasal 12 anggaran dasar Perseroan;------------------------------------
-menurut keterangan penghadap Tuan VINCENT tersebut
diatas, tidak ada perubahan-perubahan lain dalam anggaran
dasar selain yang disebut diatas;-----------------------------------------
-selanjutnya disebut juga “Pihak Kedua”.-------------------------------
-Para penghadap telah dikenal oleh saya, Notaris.-------------------------
-Para penghadap masing-masing bertindak sebagaimana tersebut
diatas menerangkan terlebih dahulu dalam akta ini:------------------------

85
-Bahwa Pihak Pertama dan Pihak Kedua bersama-sama disebut
”Para Pihak”, termasuk didalamnya semua pihak yang secara hukum
menggantikan salah satu dari Para Pihak.------------------------------------
-Bahwa Pihak Pertama menerangkan dengan tidak mengurangi ijin
dari yang berwajib, telah menjual kepada Pihak Kedua, dan Pihak
Kedua menerangkan telah membeli dari Pihak Pertama, yaitu:---------
-Sebuah Kapal motor tunda bernama “Limo V”, seperti diuraikan
dalam Surat Ukur tertanggal Merak, 10 (sepuluh) Januari 2018
duaribu delapanbelas), nomor 372/Ab, dalam kondisi apa
adanya, dengan perincian sebagai berikut:------------------------------
-Panjang : 20,78 M (duapuluh koma tujuhpuluh
delapan meter);----------------------------
-Lebar : 7,00 M (tujuh koma nol nol meter);- - -
-Dalam : 3,00 M (tiga koma nol nol meter);-----
-Tonase Kotor (GT) : 115 (seratus limabelas);-----------------
-Tonase Bersih (NT) : 35 (tigapuluh lima);-----------------------
-Tanda Selar : GT. 115 nomor 372/Ab;------------------
-terdaftar atas nama : PT. BAHARI UTAMA, Tbk.,-------------
berkedudukan di Jakarta Selatan.----
Kapal dibuat di Cilegon pada tahun 2015 (duaribu limabelas)
terutama terbuat dari Baja dengan 1 (satu) geladak, yang
dilengkapi dengan 2 (dua) unit mesin merk YANMAR, type
HYN, Daya : 2 X 500 HP, dan dipergunakan dalam Pelayaran
di laut, yang telah terdaftar dalam daftar Kapal Indonesia di
Tanjung Perak, dengan akta Pendaftaran Kapal nomor 4892,
tanggal 16 (enambelas) Maret 2015 (duaribu limabelas).--------
-Selanjutnya jual beli ini menurut keterangan para penghadap
dilangsungkan dan diterima baik dengan ketentuan-ketentuan dan
perjanjian-perjanjian sebagai berikut:-------------------------------------------
---------------------------------------- Pasal 1-----------------------------------------
-Jual beli ini dilangsungkan dan diterima dengan harga
Rp.2.200.000.000,- (dua milyar duaratus juta Rupiah) sudah
termasuk PPN (Pajak Pertambahan Nilai) 10% (sepuluh persen);-----
-Jumlah uang mana menurut keterangannya telah diterima dari Pihak
Kedua dan untuk penerimaan mana akan dibuatkan dengan
menggunakan kuitansi tersendiri.------------------------------------------------
---------------------------------------- Pasal 2-----------------------------------------
-Pihak Pertama mewajibkan diri untuk menyerahkan kapal dimaksud
selambat-lambatnya pada tanggal, hari dan waktu yang telah
ditentukan itu dengan keadaannya sebagaimana adanya dan
diketahui oleh kedua belah pihak pada hari ini;-----------------------------
-Surat-surat yang berkenaan dengan kapal yang dimaksud langsung
diserahkan oleh Pihak Pertama kepada Pihak Kedua pada waktu
akta ini ditandatangani.-------------------------------------------------------------
----------------------------------------- Pasal 3----------------------------------------
Dalam jual beli ini termasuk juga segala barang-barang inventaris
dari kapal termaksud, yang jenis, jumlah serta keadaannya telah
diketahui oleh kedua belah pihak, sehingga tidak memerlukan uraian
lebih lanjut lagi dalam akta ini.----------------------------------------------------

86
---------------------------------------- Pasal 4-----------------------------------------
-Pihak Kedua dengan ini melepaskan segala haknya untuk menuntut
Pihak Pertama tentang segala kekurangan dan/atau kerusakan dari
kapal yang dibelinya tersebut.----------------------------------------------------
---------------------------------------- Pasal 5-----------------------------------------
-Terhitung mulai tanggal diterimanya kapal tersebut, Pihak Kedua
menerima milik dan hasil-hasil dari apa yang dibelinya tersebut dan
mulai hari ini juga, segala pajak-pajak, beban-beban serta biaya-
biaya yang berkenaan dengan apa yang dibelinya tersebut menjadi
tanggungan dari dan dipikul oleh Pihak Kedua sepenuhnya.------------
---------------------------------------- Pasal 6-----------------------------------------
-Pihak Pertama menjamin Pihak Kedua bahwa;-----------------------------
a. Hanya Pihak Pertama yang berhak mengalihkan hak atas apa------
yang dijualnya tersebut;--------------------------------------------------------
b. Hak Apa yang dijualnya tersebut belum pernah dijual kepada-------
pihak lain;---------------------------------------------------------------------------
c. Hak atas apa yang dijualnya tersebut tidak dijaminkan atau----------
dibebankan dengan beban-beban apapun juga;-------------------------
d. Hak atas apa yang dijualnya tersebut tidak dalam sengketa.---------
-Pihak Pertama baik sekarang maupun dikemudian hari menjamin
bahwa Pihak Kedua tidak akan mendapat tuntutan dari orang atau
pihak lain yang menyatakan mempunyai hak atas apa yang dijualnya
tersebut dan oleh karena itu Pihak Kedua dibebaskan oleh Pihak
Pertama dari segala tuntutan dari orang/pihak lain mengenai hal
tersebut.--------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------Pasal 7------------------------------------------
-Segala tunggakan-tunggakan kewajiban sehubungan dengan kapal
yang dijual tersebut sampai dengan tanggal diserahkannya kapal
tersebut tetap menjadi tanggung jawab dan harus diselesaikan Pihak
Pertama.-------------------------------------------------------------------------------
-----------------------------------------Pasal 8-----------------------------------------
-Pihak Kedua dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan
setelah tanggal Akta Jual Beli ini wajib mengganti nama Kapal
dengan nama lain selain dari nama kapal-kapal yang dimiliki Pihak
Pertama;-------------------------------------------------------------------------------
-Dan semua biaya penyerahan Kapal tersebut kepada Pihak Kedua
diantaranya biaya balik nama, pengurusan dokumen Kapal dan
denda keterlambatan pengurusan balik nama serta Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) (jika ada) serta pajak balik nama Kapal
dipikul dan dibayar oleh Pihak Kedua;-----------------------------------------
-Untuk keperluan tersebut dikuasakan menghadap dimana perlu,
memberi keterangan-keterangan serta memperlihatkan surat-surat
yang diminta, membuat/minta dibuatkan serta menandatangani
surat-surat yang diperlukan, mengajukan permohonan, memilih
tempat kediaman hukum dan umumnya melakukan segala sesuatu
yang perlu dan berguna untuk mencapai maksud tersebut diatas,
tidak ada tindakan yang dikecualikan.------------------------------------------
-----------------------------------------Pasal 9-----------------------------------------

87
-Kekuasaan-kekuasaan yang diberikan dalam akta ini merupakan
kuasa yang tidak dapat dicabut/ditarik kembali dan tidak akan
berakhir karena alasan-alasan yang tercantum dalam Pasal 1813
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, serta merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dari Perjanjian ini dan tidak akan
dilangsungkan tanpa adanya kuasa ini.----------------------------------------
-----------------------------------------Pasal 10---------------------------------------
-Segala biaya yang berkenaan dengan jual beli ini termasuk namun
tidak terbatas pada biaya Notaris, untuk pembuatan Akta Jual Beli
dan biaya kepengurusan dari pengecekan status hukum Kapal wajib
dipikul dan dibayar oleh Pihak Kedua.-----------------------------------------
-----------------------------------------Pasal 11---------------------------------------
-Para Pihak menyatakan dengan ini menjamin akan kebenaran
identitasnya sesuai dengan tanda pengenal yang diberikan kepada
saya, Notaris, dan menyatakan akan bertanggung jawab
sepenuhnya atas hal-hal tersebut dan selanjutnya Para Pihak
menyatakan telah mengerti dan memahami isi akta ini;-------------------
-Tentang akta ini dan dengan segala akibatnya kedua belah pihak
memilih tempat kediaman hukum yang tetap dan umumnya di Kantor
Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Utara di Jakarta.---------------------
-Akta ini diakhiri pukul 14.00 WIB (empatbelas tepat Waktu Indonesia
Barat).-----------------------------------------------------------------------------------
-Dari segala apa yang tersebut di atas, dibuatlah:--------------------------
----------------------------------A K T A – I N I--------------------------------------
-Dibuat sebagai minuta, dibacakan dan ditandatangani di Jakarta,
pada pukul, hari dan tanggal tersebut pada kepala akta ini, dengan
dihadiri oleh saksi-saksi, yaitu:---------------------------------------------------
1. Nona INDIRA, lahir di Jakarta, pada tanggal 24 (duapuluh empat)
Juni 1978 (seribu sembilanratus tujuhpuluh delapan), Warga
Negara Indonesia, pegawai Kantor Notaris, bertempat tinggal di
Jakarta, Jalan Bangka Raya Nomor 45A, Rukun Tetangga 001,
Rukun Warga 008, Kelurahan Bangka, Kecamatan Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan, pemegang Kartu Tanda Penduduk
Republik Indonesia dengan Nomor Induk Kependudukan (N.I.K)
31.23.01.030639.3038;-------------------------------------------------------
2. Tuan DIMAS, lahir di Padang, tanggal 10 (sepuluh) Agustus-------
1969 (seribu sembilanratus enampuluh sembilan), Warga
Negara Indonesia, pegawai Kantor Notaris, bertempat tinggal di
Jakarta, Jalan Kecapi Raya Nomor 18, Rukun Tetangga 003,
Rukun Warga 002, Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Jagakarsa,
Jakarta Selatan, pemegang Kartu Tanda Penduduk Republik
Indonesia dengan Nomor Induk Kependudukan (N.I.K)
32.87.39.383748.3332.-------------------------------------------------------
-Segera setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris, kepada para
penghadap dan saksi-saksi, maka akta ini ditandatangani oleh para
penghadap, saksi-saksi dan saya, Notaris serta para penghadap
membubuhkan pula cap sidik jari dari ibu jari tangan kanan pada
lampiran yang aslinya dilekatkan pada minuta akta ini.--------------------
-Dilangsungkan dengan tanpa perubahan.------------------------------------

88
-Minuta akta ini telah ditandatangani dengan sempurna.------------------
-DIBERIKAN SEBAGAI MINUTA YANG SAMA BUNYINYA.------------
------- Notaris di Jakarta Selatan-----

BEDU SURIMIN, S.H.

89
UNIVERSITAS INDONESIA
TUGAS AKHIR MATA KULIAH ANEKA PERJANJIAN

Surat Kuasa Memasang Hipotik Kapal Laut (Kelas A)

Ully Elizabeth Saragi (2006550452)

Reynika Ashfahani (2006550263)

Sabrina Oktaviani (2006550313)

Adriesti Hannadwita Maritza (2006496702)

Dita Aqila Salsabila (2006549614)

Dewi Cahya Hapsari (2006549570)

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
DEPOK
2021

1
Hipotik Secara Umum
Ketentuan hukum positif yang memberikan pengaturan mengenai jaminan di Indonesia
dapat ditemukan mulai dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (untuk selanjutnya disebut
sebagai KUHPerdata), sampai dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur secara
khusus tiap-tiap jenis jaminan, seperti Undang-Undang Jaminan Fidusia, Undang-Undang Hak
Tanggungan, dan lain sebagainya. KUHPerdata mengatur dua macam bentuk jaminan, yaitu
jaminan perorangan dan jaminan kebendaan. Jaminan perorangan adalah jaminan yang
menimbulkan hubungan langsung pada orang tertentu dan hanya dapat dipertahankan terhadap
kreditur tertentu terhadap harta kekayaan debitur, sedangkan jaminan kebendaan adalah jaminan
yang berupa hak mutlak atas suatu benda yang memberikan hubungan langsung atas benda
tertentu, dapat dipertahankan terhadap siapapun, dan selalu mengikuti bendanya serta dapat
dialihkan.110 Salah satu bentuk jaminan kebendaan yang secara murni masih dapat ditemukan
pengaturannya dalam KUHPerdata adalah mengenai hipotik, dalam Pasal 1162 sampai dengan
1232 KUHPerdata. Pengaturan mengenai hipotek, meskipun pada perkembangannya lingkupnya
semakin kecil, hingga kini masih berlaku untuk kapal. Ini menunjukkan bahwa jaminan terhadap
kapal masih relevan dan dibutuhkan di Indonesia hingga saat ini.
Menurut Pasal 1162 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut
KUHPer), Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas suatu benda yang tak bergerak dan bertujuan
untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut. Jaminan hipotik memiliki beberapa unsur yang
harus dipenuhi yaitu harus ada benda yang dijaminkan dimana benda tersebut adalah benda yang
tidak bergerak, jaminan tersebut dilakukan oleh orang yang berhak memindahtangankan benda
jaminan, ada sejumlah uang tertentu dalam perjanjian pokok yang ditetapkan dalam suatu akta,
dan benda objek jaminan hanya sebagai jaminan hutang saja bukan maksud untuk dimiliki.
Hipotik juga mempunyai sifat dari hak kebendaan pada umumnya antara lain:111
1. Absolut, yaitu hak yang dapat dipertahankan terhadap tuntutan siapapun
2. Droit de suite atau zaaksgevolg, artinya hak itu senantiasa mengikuti bedanya di tangan
siapapun benda tersebut berada, sebagaimana diatur dalam Pasal 1163 ayat (2) dan Pasal
1198 KUH Perdata

110
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata: Hukum Benda, (Yogyakarta:Liberty, 2000), hlm. 47.
111
Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata Hak-Hak yang Memberi Jaminan Jilid 2, Cet. 3,
(Jakarta : Penerbit CV Indhill Co, 2009), hlm. 95.

2
3. Droit de Preference, yaitu seseorang mempunyai hak untuk didahulukan pemenuhan
piutangnya diantara orang berpiutang lainnya, sebagaimana diatur dalam Pasal 1133 dan
1134 ayat (2) KUH Perdata
Selain sifat hak kebendaan pada umumnya, hipotik sebagai hak kebendaan yang memberikan
jaminan memiliki ciri khas tersendiri antara lain sebagai berikut:
1. Acessoir, artinya Hipotik merupakan perjanjian tambahan yang keberadaannya
tergantung pada perjanjian pokoknya yaitu hutang-piutang
2. Ondeelbaar, yaitu Hipotik tidak dapat dibagi-bagi karena Hipotik terletak diatas seluruh
benda yang menjadi objeknya, artinya sebagian Hak Hipotik tidak menjadi hapus dengan
dibayarnya sebagian dari hutang, sebagaimana diatur dalam Pasal 1163 ayat (1) KUH
Perdata
3. Mengandung hak untuk pelunasan hutang atau verhaalsrecht saja, sehingga tidak
mengandung hak untuk memiliki bendanya. Namun jika diperjanjikan, kreditur berhak
menjual benda jaminan yang bersangkutan atas kekuasaan sendiri atau
eigenmachtigeverkop/parateexecusi, jikalau debitur lalai atau wanprestasi, sebagaimana
diatur dalam Pasal 1178 ayat (1) dan (2) KUH Perdata

Salah satu objek hipotik adalah kapal laut yang berukuran 20 meter kubik ke atas
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 314 Ayat 1 dan Ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (yang selanjutnya disebut KUHD). Sementara pengertian dari kapal laut itu sendiri
disebutkan di dalam Pasal 310 KUHD, yaitu kapal laut adalah semua kapal yang dipergunakan
untuk pelayaran di laut atau diperuntukan untuk itu. Hipotek Kapal juga diberikan pengaturannya
dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, bahwa yang dimaksud dengan
hipotek kapal adalah hak agunan kebendaan atas kapal yang terdaftar untuk menjamin pelunasan
utang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap
kreditor lain. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh kapal laut agar dapat dibebankan jaminan
hipotik adalah sebagai berikut:
1. Harus sudah memenuhi Hak Kebendaan, dalam artian, kapal tersebut sudah ada dan
terdaftar sehingga haknya sudah lahir. Kapal-kapal yang masih dalam proses
pembangunan dan belum memiliki grosse akta pendaftaran berarti belum dapat dibebani
jaminan hipotik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1175 KUHPerdata.

3
2. Pembebanan jaminan hipotik dapat diberikan kepada kapal yang beratnya sama dengan
atau di atas 20 meter kubik. Sedangkan bagi kapal yang bebannya di bawah dari 20 meter
kubik dibebankan dengan jaminan fidusia (Pasal 1167 KUHPer).
3. Kapal tersebut harus yang dibukukan atau didaftarkan di Indonesia yaitu pada Kantor
Pelabuhan setempat.
4. Pemberian jaminan hipotik tersebut harus dibuat secara autentik di hadapan pejabat
umum yang berwenang. Akta Hipotik Kapal dibuat oleh Pejabat Pendaftar dan Pencatat
Balik Nama Kapal (P3BK atau Syahbandar) yang berada di kantor pendaftaran dan
pencatatan balik nama kapal di mana kapal tersebut terdaftar. Sedangkan Notaris
berperan dalam membuat Akta Kuasa untuk memasang hipotik kapal atau disebut dengan
Surat Kuasa Memasang Hipotik (SKMH) berdasarkan Pasal 1171 KUHPer. Lalu,
pemberian hipotik tersebut tidak boleh dibuat berdasarkan suatu perjanjian pembebanan
yang dibuat di luar negeri, jika kapal tersebut secara hukum terdaftar di Indonesia kecuali
ada traktat atau konvensi internasional yang memperbolehkan mengenai hal tersebut
(Pasal 1173 KUHPer). Sehingga, perjanjian tentang pembebanan hipotik atas kapal di
Indonesia harus dibuat di Indonesia itu sendiri meskipun kreditur dan debitur berada di
luar negeri.
5. Menjamin tagihan hutang. Dalam pemberian hipotik pada kapal, harus terdapat hutang
yang dijamin dengan pembebanan hipotik tersebut. Dengan demikian, dalam akta hipotik
harus dicantumkan mengenai identitas kapal, besarnya hutang, dan nilai penjaminan. Hal
ini bertujuan untuk memberikan kepastian hukum pada saat dilaksanakannya eksekusi
atas kapal yang dimaksud.

Tahapan Pembebanan Hipotik Kapal


KUH Dagang dalam Pasal 314 ayat (3) memberikan pengaturan bahwa kapal-kapal yang
dibukukan dalam register kapal dapat dibebankan dengan hipotik. Bagaimana proses terjadinya
Hipotik Kapal menurut Mariam Darus Badrulzaman dilakukan dalam tiga fase atau tiga tahapan
sebagai berikut:112

112
Mariam Darus Badrulzaman, Bab-Bab tentang Hipotik (Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 1991),
hlm.101.

4
1. Fase pertama, yaitu dilakukan perjanjian kredit dengan jaminan hipotik antara
Bank pemberi kredit dengan calon penerima kredit yang dapat dilakukan dalam
bentuk akta notaris ataupun dibawah tangan. Dalam tahap ini perjanjian masih
bersifat konselual dan obligatoir, sedangkan janji hipotik yang dicantumkan
didalamnya bersifat acessoir terhadap perjanjian kreditnya. Perjanjian kredit disini
merupakan perjanjian pendahuluan atau voorevereenkonst.
2. Fase kedua, yaitu perjanjian pemberian atau pembebanan hipotik. Dalam tahap ini
Bank bersama-sama dengan penerima kredit atau dapat juga Bank sendiri
berdasarkan Surat Kuasa Memasang Hipotik, menghadap kepada pejabat
pendaftar kapal dan meminta dibuatkan akta pembebanan hipotik kapal. Pemberi
kredit wajib membawa grosse pendaftaran kapal, kemudian pejabat pendaftar
kapal membuat akta hipotik yang selanjutnya dibawa ke Inspeksi Pajak untuk
memperoleh SKUM (Surat Kuasa Untuk Membayar) bea materai. Bea materai
dibayar ke Kas Negara sebesar 1% (satu persen) dari besarnya nilai hipotik juga
dengan pembayaran uang leges.
3. Fase ketiga merupakan fase pendaftaran, yaitu Akta Hipotik didaftarkan dalam
buku daftar hipotik sebagaimana ketentuan Pasal 315 KUH Dagang. Setelah
pendaftaran selesai dilakukan, barulah hipotik lahir. Dengan lahirnya hipotik,
maka pemegang hipotik dapat melaksanakan haknya atas kapal atau andil dalam
kapal itu, di tangan siapapun kapal tersebut berada sebagaimana diatur dalam
Pasal 315b KUH Dagang. Fase kedua berupa pemberian hipotik bersama-sama
dengan fase ketiga yaitu pendaftaran, adalah merupakan perjanjian kebendaan
atau zakelijke overeenkomst. Selain itu dengan pendaftaran, maka tingkat-tingkat
hipotik ditentukan menurut hari pembukuan. Hipotik yang dibukukan pada hari
yang sama, mempunyai tingkat yang sama.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam pembebanan hipotik kapal terdapat 3
tahapan, pada tahapan yang pertama, adanya perjanjian kredit dalam bentuk tertulis dengan
menyatakan membebankan kapal dengan hipotik sebagai jaminan pelunasan hutang. Lalu, pada
tahapan kedua adalah pembuatan perjanjian pemberian pembebanan hipotik, dimana kreditur
bersama debitur atau bank sendiri berdasarkan Surat Kuasa Memasang Hipotik menghadap
kepada Pejabat Pendaftar Kapal dan meminta untuk dibuatkan Akta Hipotik Kapal dengan

5
menyerahkan (1) surat permohonan yang menyebutkan data kapal dan nilai penjaminan; (2)
Grosse Akta Pendaftaran Kapal; dan (3) Surat Kuasa Memasang Hipotik. Selanjutnya pada tahap
ini, pejabat pendaftaran kapal membuat akta Hipotik yang selanjutnya dibawa ke Inspeksi pajak
untuk memperoleh SKUM Bea Materai dan dibayar ke Kas Negara. Pada tahap terakhir yaitu
tahap ketiga, dilakukanya pendaftaran Akta Hipotik dalam buku daftar.

Akta Surat Kuasa Memasang Hipotik Kapal Laut (SKMH)


Surat Kuasa Memasang Hipotek Kapal Laut (untuk selanjutnya disebut sebagai “SKMH
Kapal Laut”) merupakan salah satu langkah dalam rangka pembebanan jaminan dalam bentuk
hipotek terhadap kapal laut. Pembebanan hipotek sendiri sebagaimana diatur dalam Pasal 60 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (untuk selanjutnya disebut sebagai
“UU Pelayaran'') dibuat dengan akta hipotek oleh Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik Nama
Kapal (untuk selanjutnya disebut sebagai “P3BK”) di tempat kapal didaftarkan. Sedangkan Pasal
1171 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (untuk selanjutnya disebut sebagai “KUHPerdata'')
mengatur kuasa pemberian hipotek sebagai berikut: “.... Juga pemberian kuasa untuk
memberikan hipotek harus dibuat dengan akta otentik.”
Akta hipotek yang dimiliki oleh Pejabat Pendaftar dan Pencatat Balik Nama Kapal hanya
berisi hal-hal yang bersifat umum saja, antara lain hanya mencantumkan identitas kapal, jumlah
penjaminan, status pendaftaran, lama penjaminan, dan pernyataan tidak adanya duplikasi
penjaminan.113 Adapun fungsi dan peranan yang dimiliki oleh SKMH Kapal Laut yang dibuat
oleh Notaris ialah sebagai bagian dari proses pembebanan hipotek kapal laut dengan tujuan agar
akta hipotek memiliki kekuatan mengikat dan memberikan kepastian atau perlindungan hukum
kepada pemegangnya (khususnya kreditor). SKMH Kapal Laut lebih sebagai jembatan yang
merealisasikan keinginan debitor dan kreditor yang tidak terpenuhi oleh akta buatan P3BK.
Selanjutnya, fungsi yang dimiliki oleh SKMH ialah sebagai pelengkap akta pejabat terkait dan
digunakan untuk menghindari tidak hadirnya atau sulitnya menghadirkan kembali debitur pada
saat penandatanganan akta pembebanan hipotek. Sehingga berdasarkan SKMH Kapal Laut
tersebut debitur memberikan kuasa pada kreditor untuk pemasangan hipoteknya pada Pejabat
Pendaftar dan Pencatat Balik Nama Kapal, dengan adanya hal ini dapat lebih menghemat waktu.

113
Fani Martiawan Kumara Putra, “Surat Kuasa Memasang Hipotek dalam Jaminan Hipotek Kapal Laut”,
Jurnal Perspektif Vol. XVII No.2 (Mei 2012), hlm. 104.

6
Selain itu, SKMH Kapal Laut berperan sebagai pelengkap akta hipotek yang dibuat oleh
P3BK, tentunya tidak dapat berdiri sendiri. Setelah dibuat SKMH Kapal Laut, selanjutnya
pejabat pendaftar cukup mencantumkan ke dalam akta hipotek yang dibuatnya, kemudian
dianggap apa yang termuat dalam SKMH Kapal Laut juga termuat dalam akta hipotek yang
dimaksud. Dalam akta hipotek akan dicantumkan bahwa dalam pembuatan akta hipotek,
perbuatan hukum tersebut berdasarkan pada akta SKMH Kapal Laut, nama notaris yang
membuatnya, nomor, tanggal, dan nilai hutang yang tercantum dalam perjanjian kredit yang
dimuat juga dalam SKMH Kapal Laut, serta syarat-syarat yang ditetapkan sendiri oleh kreditor,
kemudian terbitlah yang dinamakan grosse akta hipotek. Grosse akta berisi dokumen-dokumen
termasuk nomor registrasi SKMH Kapal Laut, dan grosse akta tersebut untuk disimpan kreditor.
Judul akta pada SKMH Kapal Laut yang dibuat oleh Notaris adalah Akta Kuasa
Memasang Hipotik Kapal Laut dan diikuti dengan nomor akta. Awal akta pada akta ini sama
seperti pada umumnya yang mencantumkan hari, tanggal, pukul, nama dan tempat kedudukan
Notaris. Masuk ke dalam bagian komparisi yang terdiri dari 2 pihak, pihak pertama yakni
Debitur (selaku pemberi kuasa) dan pihak kedua yaitu Kreditur (selaku penerima kuasa).
Kemudian, bagian premise berisikan tentang pemberi kuasa bertindak sesuai dengan
kedudukannya dan menjelaskan bahwa SKMH Kapal Laut tersebut merupakan perjanjian
tambahan (accesoir) yang mengikuti perjanjian pokok berupa perjanjian kredit di bawah tangan
yang telah ditandatangani kedua belah pihak. Dengan adanya perjanjian ini, debitur memberikan
suatu kuasa dan kewenangan yang tidak dapat ditarik kembali dengan hak penggantian kepada
kreditur. Dalam pembuatan SKMH Kapal Laut, akta tersebut sekurang-kurangnya harus
berisikan:
1. Keterangan Nilai Jaminan Hipotik dan Objek Hipotik. Keterangan nilai jaminan hipotik
pada akta ini nilainya harus mengikuti perjanjian pokok. Sementara Keterangan objek
hipotik berisikan tentang identitas kapal.
2. Kewenangan Penerima Kuasa. Pemberi kuasa memberikan kuasa kepada Penerima kuasa
untuk menerima pemasangan hipotik dengan perjanjian. SKMH berisi beberapa kuasa,
yang terdiri dari:
a. Kuasa untuk menghadap, memperlihatkan, dan menyerahkan surat-surat yang
diminta

7
b. Memberikan kuasa penandatangan akta dan surat-surat lain kepada pihak yang
berwenang termasuk akta-akta di hadapan Syahbandar
c. Memberikan pernyataan tentang kebenaran kepemilikan kapal, tidak tersangkut
dalam sengketa, bebas dari sitaan dan beban apapun.
d. Mendaftarkan hipotik atas kapal
e. Menyetujui janji-janji yang disebut akan disebut dalam SKMH Kapal Laut
f. Melaksanakan kuasa untuk melakukan tindakan apapun yang dianggap perlu
sehubungan dengan pelaksanaan SKMH Kapal Laut.

Akta SKMH meliputi janji-janji sebagai berikut:114


1. Janji untuk menjual atas kemauan sendiri. Berisi tentang suatu janji di mana pemegang
hipotik pertama diberi kekuasaan untuk melakukan penjualan di muka umum atas barang
yang dijadikan objek jaminan tanpa harus melalui perantara peradilan bilamana penerima
kredit atau debitur tidak memenuhi kewajiban dalam perjanjian kredit.
2. Janji sewa. Berisi tentang suatu janji yang menyatakan bahwa pemilik barang yang
dijaminkan harus meminta persetujuan terlebih dahulu kepada kreditor jika akan
menyewakan barang jaminan kepada pihak lain.
3. Janji asuransi. Berisi mengenai kreditor yang nantinya akan menerima uang dari hasil
pembayaran klaim asuransi yang kemudian untuk diperhitungkan dengan utang debitor
kepada kreditor jika terjadi resiko kerugian terhadap kapal laut yang dibebani hipotik dan
pembayaran premi asuransinya tetap menjadi beban penerima kredit atau debitor.
4. Janji untuk tidak dibersihkan. Berisikan mengenai pemberian perlindungan kepada
pemegang hipotik untuk tidak melakukan pencoretan hipotik atas barang jaminan kredit
yang telah dibebani hipotik yaitu dalam hal kapal dijual secara sukarela dengan harga
dibawah nilai hipotik sedangkan pinjaman belum terlunasi dengan harga kapal tersebut.
5. Janji pengosongan. Berisi tentang ketentuan bahwa pemilik kapal dengan biaya sendiri
akan mengosongkan kapal yang dijaminkan tersebut jika kreditor memandang perlu
untuk menjual kapal tersebut dalam rangka penyelesaian kredit.
6. Janji hipotik berlanjut. Hipotik berlaku atas hutang yang timbul karena perjanjian kredit
yang sudah ada beserta perubahannya dan atau perpanjangannya maupun utang yang
timbul karena perjanjian kredit yang dibuat kemudian.
114
Ibid., hlm. 103.

8
7. Klausula tentang penyimpanan Grosse Akta Pendaftaran Kapal Laut asli. Janji ini berisi
pernyataan bahwa pemberi hipotik memberi kuasa dengan hak substitusi pada kreditor
untuk menerima dan menyimpan asli grosse tersebut setelah dilakukan pencatatan dalam
Daftar Hipotek pada Daftar Induk Pendaftaran Kapal sampai kredit yang dijamin dengan
hipotik tersebut dinyatakan lunas oleh bank, atau bila sudah tidak dijadikan sebagai
jaminan kredit.
8. Klausula perlekatan. Klausula ini berisi pernyataan bahwa hipotek itu meliputi kapal
dengan segala peralatan (navigasi, elektronik, dan lainnya) baik yang sudah ada maupun
yang akan ditempatkan atau diletakkan yang menurut sifat dan peruntukannya merupakan
bagian yang tidak terpisah dari kapal tersebut.
9. Janji tidak mengubah bentuk. Janji ini berisi mengenai pernyataan bahwa jika pemberi
hipotik akan mengubah tata susunan objek hipotik (yang meliputi keseluruhan objek
seperti tambahan susunan kabin, dll) diharuskan mendapat persetujuan tertulis lebih
dahulu dari penerima hipotek.

9
KUASA UNTUK MEMASANG DAN MENDAFTARKAN
HIPOTIK ATAS KAPAL DECK BARGE
Nomor : 28
- Pada hari ini, Rabu, tanggal dua puluh satu Februari dua
ribu dua puluh satu (21-01-
2021).---------------------------------
- Pukul 14.00 (empat belas nol nol) Waktu Indonesia
Barat.-----
- Hadir dihadapan saya, DEWI HAPSARI, Sarjana Hukum,
Magister Kenotariatan, Notaris di Jakarta Utara, dengan
dihadiri oleh saksi-saksi yang saya, Notaris, kenal dan
nama-namanya akan disebutkan pada akhir akta
ini:------------------------------
- Tuan MARIO, Warga Negara Indonesia, lahir di
Pontianak, pada tanggal 15-05-1980 (lima belas Mei
seribu sembilan ratus delapan puluh), Direktur
Utama perseroan terbatas yang akan disebut,
bertempat tinggal di Jalan Elang Nomor 15, Rukun
Tetangga 001, Rukun Warga 005, Kecamatan Pondok
Aren, Kelurahan Jurangmangu Barat, Kota Tangerang
Selatan, pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor
Induk Kependudukan
3678928394020867;--------------------------
- Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak
dalam jabatannya tersebut diatas, dengan
demikian sah mewakili Direksi dari dan oleh
karena itu untuk dan atas nama perseroan
terbatas PT KARUNIA JAYA, berkedudukan di
Jakarta Utara, yang anggaran dasarnya telah
dirubah dan disesuaikan dengan Undang-Undang
nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas, sebagaimana ternyata dalam akta
Risalah Rapat PT KARUNIA JAYA, tertanggal

1
enambelas Januari duaribu sembilan (16-01-
2009) Nomor 30, dibuat oleh EDISON JINGGA,
Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta Utara, yang
telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum
Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, satu
dan lain sebagaimana ternyata dalam Surat
Keputusannya tertanggal sembilan belas Maret
duaribu sembilan (19-03-2009) Nomor
AHU.07969.AH.01.02 Tahun 2009 ; yang susunan
pengurus terakhírnya tercantum dalam akta
Pernyataan Keputusan Rapat Umum Para Pemegang
Saham Luar Biasa Perseroan terbatas PT KARUNIA
JAYA tertangga1 delapanbelas April duaribu
tígabelas (18-04-2013) Nomor l05, dibuat
dihadapan Notaris EDISON JINGGA, Sarjana Hukum
tersebut, yang pemberitahuannya telah diterima
dan dicatat di dalam database Sistem
Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,
tertanggal duapuluh tiga Mei duaribu tigabelas
(23-05-2013) Nomor AHU-AH, 01.10.19983; dan
susunan pemegang saham terakhirnya tercantum
dalam akta Risalah Rapat PT KARUNIA JAYA
tertanggal duapuluh enam September duaribu
tujuhbelas (26-09-2017) Nomor 79 dibuat oleh
saya, Notaris, yang pemberitahuannya telah
diterima dan dicatat di dalam Sistem
Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia Republik Indonesia,
tertanggal sepuluh Oktober duaribu tujuhbelas
(10-10-2017) Nomor AHU-
AH.01.03.0178819;-----------------------------
Dan sampai saat ini tidak ada akta perubahan

2
lainnya, selain akta akta tersebut
diatas.--------
- dan untuk melakukan tindakan hukum dalam akta
ini Direksi telah mendapat persetujuan dari
Dewan Komisaris perseroan, sebagaimana akan
disebutkan dibawah
ini :-------------------------------------
- Tuan JORDAN, warga Negara Indonesia,
lahir di Medan, pada tanggal 10-01-1975
(sepuluh Jaanuari seribu sembilanratus
tujuhpuluh lima) Komisaris Utama
perseroan terbatas PT KARUNIA JAYA
tersebut diatas, bertempat tinggal di
Jalan Merpati Nomor 26 Rukun Tetangga 009
Rukun Warga 002 Kelurahan Cilincing,
Kecamatan Cilincing, Kota Administrasi
Jakarta Utara, pemegang Kartu Tanda
Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan
384920382948109; satu dan lain
sebagaimana ternyata dalam Surat
Persetujuan yang dibuat dibawah tangan,
tertanggal sembilan Agustus duaribu
sepuluh (09-08-2010), bermeterai cukup,
yang telah dilegalisasí oleh SUWANTO,
Sarjana Hukum, Notaris di Kota Pontianak,
pada tanggal sembilan Agustus duaribu
sepuluh (09-08-2010) Nomor 630/LEG/2010
(Mono), yang fotocopynya dilekatkan pada
minuta akta ini.-------------
- Tuan DAVID, Warga Negara ndonesia, lahir
di Makassar pada tanggal 06-06-1970 (enam
Juni seribu sembilanratus tujuhpuluh)
Komisaris perseroan terbatas tersebut

3
diatas, bertempat tinggal Jalan Kudus
nomor 08, Rukun Tetangga 007 Rukun Warga
001 Kelurahan Koja, Kecamatan Koja, Kota
Administrasi Jakarta Utara, pemegang
Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk
Kependudukan 3749102938172839; satu dan
lain sebagaimana ternyata dalam Surat
Persetujuan- yang dibuat dibawah tangan,
tertanggal sembilan Agustus duaribu
sepuluh (09-08-2010), bermaterai cukup,
yang telah dilegalisasi oleh SUWANTO,
Sarjana Hukum, Notaris di Kota Pontianak,
pada tanggal sembilan Agustus duaribu
sepuluh (09-08-2010) Nomor 631/LEG/2010
(Mono), yang fotocopynya- dilekatkan pada
minuta akta ini. akan tetapi tidak
memerlukan persetujuan dari Rapat Umum
Pemegang Saham dikarenakan jaminan yang
akan diuraikan dalam akta ini merupakan
sebagian kecil dari aset perseroan,
sebagaimana ternyata dalam Surat
Pernyataan, yang dibuat dibawah tangan,
tertanggal duapuluh satu Februari duaribu
delapanbelas (21-02-2018), bermeterai
cukup yang aslinya dilekatkan pada minuta
akta saya, Notaris, tertanggal duapuluh
satu Februari duaribu delapanbelas (21-
02-2018) Nomor
44;------------------------------
- (selanjutnya disebut
Perseroan);------------------------

4
- Para penghadap yang bertindak dalam kedudukan tersebut
di atas menerangkan terlebih dahulu sebagai
berikut :----------------
a. Perseroan adalah pemilik/yang mempunyai hak atas
Kapal Deck Barge (sebagaimana didefinisikan di
bawah ini);----
b. berdasarkan :
------------------------------------------
- Perubahan dan Pernyataan Kembali Syarat
Ketentuan Umum Pemberian Fasilitas Perbankan
yang dibuat dibawah tangan, tertanggal tigabelas
Juli duaribu lima belas (13-07-2015) Nomor
SKU/15/1567/SME, bermeterai cukup,-
- Perubahan Ketujuhbelas Perjanjian Pemberian
Fasilitas Perbankan yang dibuat dibawah tangan,
tertanggal tígabelas Juli duaribu limabelas (13-
07-2015) Nomor KK/15/1568/AMD/SME, bermeterai
cukup, dan telah mengalamỉ beberapa kali
perubahan dan terakhir dirubah dengan akta
Perubahan Keduapuluh Tiga Perjanjian Pemberian
Fasilitas Perbankan tertanggal duapuluh satu
Februari duaribu delapan belas (21-02-2018)
Nomor 43, dibuat di hadapan saya,
Notaris,----------------
berikut semua perubahannya dan/atau
penambahannya, dan/atau pembaharuannya, dan/atau
perpanjangannya baik yang sudah ada maupun yang
akan dibuat di kemudian hari, baík dengan akta
notaris atau dibawah tangan, (selanjutnya akan
disebut "Perjanjian Fasilitas Kredit"),
Perseroan dan PT BANK RAKYAT INDONESIA,
(PERSERO), TBK. suatu perseroan terbatas yang
didirikan berdasarkan hukum Republik Indonesia,

5
berkedudukan di Jakarta Selatan (selanjutnya
disebut "Bank") telah membuat perjanjian menurut
dan berdasarkan perjanjian tersebut Bank telah
menyetujui memberikan Fasilitas Kredit
(sebagaimana didefinisikan dalam Perjanjian
Fasilitas - Kredit) kepada Perseroan
tersebut,---------------------------------------
-----
c. Perjanjian Fasilitas Kredit mensyaratkan bahwa
Perseroan tersebut, wajib memberikan jaminan/agunan
berupa hipotik atas Kapal Deck Barge (sebagaimana
didefinisikan di kepada Bank, untuk menjamin
pembayaran dan pembayaran kembali yang 1unas,
penuh, tertib dan sebagaimana mestinya semua dan
setiap jumlah uang hingga jumlah berapapun yang
sekarang telah dan/atau di kemudian harí akan
terhutang dan wajib dibayar oleh Perseroan
tersebut, kepada Bank berdasarkan Dokumen Transaksi
(sebagaimana didefinisikan dalam Perjanjian
Fasilitas Kredit), baik berupa hutang/pinjaman
pokok yaitu berupa Term Loan (TL2) sebesar
Rp.16.400.000. 000,- (enambelas milyar empatratus
juta rupiah) berikut bunga, bunga denda, biaya,
upah, pajak dan lain jumlah uang yang wajib dibayar
berdasarkan Dokumen Transaksi (selanjutnya semua
jumlah uang yang sekarang telah dan di kemudian
hari terhutang dan wajib dibayar oleh Perseroan
kepada Bank berdasarkan Dokumen Transaksi
sebagaimana diuraikan di atas disebut "Jumlah Yang
Terhutang";----------------------------------------
d. untuk melaksanakan apa yang ditetapkan dalam ayat
(C) di atas ini, Perseroan menyetujui untuk
memberikan kewenangan dan kuasa kepada Bank untuk

6
mewakili dan bertindak untuk dan atas nama
Perseroan dalam membebankan, memasang dan
mendaftarkan hipotik atas Kapal Deck Barge untuk
kepentingan Bank ;---------------------
e. setiap istilah yang menggunakan huruf besar yang
digunakan dalam akta ini mempunyai arti yang sama
sebagaimana istilah tersebut didefinisikan dalam
Perjanjian Fasilitas Kredit, kecuali Perjanjian ini
memberikan definisi sendiri terhadap istilah
tersebut.--
- Maka berhubung dengan apa yang diuraikan di atas, para
penghadap bertindak dalam kedudukan tersebut di atas,
menerangkan kepada saya, Notaris, bahwa untuk menjamin
pembayaran dan pembayaran kembali sampai lunas dan
dengan sebagaimana mestinya semua dan setiap Jumlah Yang
Terhutang oleh Perseroan kepada Bank, termasuk (tetapi
tidak terbatas) biaya dan ongkos yang wajib dibayar
untuk penagihan pembayaran Jumlah Yang Terhutang,
termasuk pula upah dan biaya kuasa Bank yang ditugaskan
melakukan penagihan Jumlah Yang Terhutang, maka
Perseroan dengan ini memberi kuasa dan kewenangan kepada
:---
- PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) TBK tersebut di atas
(Bank),- dengan diberi hak memindahkan atau
mensubstitusikan kuasa ini, sebagian atau seluruhnya,
kepada orang/pihak lain;-
-------------------------------
KHUSUS-----------------------------
- Untuk mewakili dan sebagai demikian bertindak untuk dan
atas nama Perseroan pada setiap waktu dan dari waktu ke
waktu yang akan ditetapkan oleh Bank memasang dan
mendaftarkan HIPOTIK PERTAMA, HIPOTIK KEDUA dan Hipotik-

7
hipotik selanjutnya, untuk kepentingan Bank
atas :--------------------------------------
- sebuah Kapal Deck Barge, bernama KAPUAS JAYA 3653
seperti diuraikan dalam Surat Ukur tertanggal Jakarta,
enambelas Oktober duaribu tujuh (16-10-2017) Nomor
5638/Pst, dengan ukuran-ukuran sebagai berikut:
------------------------------
- Panjang 111,25 M (seratus sebelas koma duapuluh
1ima meter), Lebar 28,04 M (dua puluh delapan koma
nol empat meter), Dalam 6,93 M (enam koma
sembilanpuluh tiga meter), LOA 116.00 (seratus
enambelas koma nol nol meter), Tonase Kotor (GT)
5261 (limaribu duaratus enampuluh satu), Tonase
Bersih (NT) 1576 (seribu limaratus tujuhpuluh
delapan), Tanda Selar GT.5261 Nomor 5638/Pst, Kapal
dibuat di China, dalam tahun 2016 (duaribu
enambelas), terutama dari baja, dan dipergunakan
dalam pelayaran di laut, lebih lanjut diuraikan
dalam Akta Pendaftaran Kapal tertanggal sebelas
Desember duaribu tujuhbelas (11-12-2017) Nomor 4201
yang dikeluarkan oleh Pegawai Pembantu Pendaftaran
Dan Balỉk nama Kapal Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan Kantor
Kesyahbandaran Dan Otoritas Pelabuhan Kelas II
Pontianak, tertulis atas nama PT. KARUNIA JAYA
berkedudukan di Jakarta Utara, berikut dengan
peralatannya yang dipasang atau berada dalam kapal
Deck Barge tersebut, berikut pula dengan barang-
barang dan segala sesuatu yang menurut sifat,
peruntukan atau peraturan hukum yang berlaku dapat
dianggap bagian tidak terpisah dari Kapal Deck
Barge yang diuraikan di atas (selanjutnya semua
disebut "Kapal Deck

8
Barge");-------------------------------------------
-----
- demikian itu dengan nilai hipotik sebesar
Rp.16.400.000.000,- (enambelas milyar empatratus juta
rupiah);-------------------
- Selanjutnya para penghadap bertindak dalam kedudukan
tersebut di atas menerangkan bahwa hipotik atas Kapal
Deck Barge akan dipasang dan didaftar oleh Bank dengan
memuat syarat serta ketentuan hipotik yang biasa dan
lazim digunakan dalam pembebanan hipotik atas kapal Deck
Barge serta syarat lainnya yang akan ditetapkan sendiri
oleh Bank, antara lain (tetapi tidak terbatas) syarat
serta ketentuan tersebut di bawah ỉni:-
1. Biaya Pemasangan Dan Pendaftaran
Hipotik------------------
Semua biaya, ongkos, upah (fees), pajak, pungutan
serta bea meterai yang perlu/wajib dibayar untuk dan
dalam rangka pemasangan dan pendaftaran hipotik atas
Kapal Deck Barge adalah tanggungan atau beban dan
akan dibayar oleh
Perseroan;-------------------------------------------
-----
2. Syarat
Hipotik--------------------------------------------
Syarat dan ketentuan hipotik yang biasa dan lazim
dipergunakan di Indonesia dalam pemasangan dan
pendaftaran hipotik atas kapal motor serta syarat,
antara lain (tetapi tidak terbatas) syarat HIPOTIK
PERTAMA yang termuat dalam pasal 1178 ayat 2, 1185
dan pasal 1210 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
serta pasal 297 dan 298 Kitab Undang-undang Hukum
Dagang;---------------------------------------------

9
3. Pernyataan dan
Jaminan------------------------------------
Perseroan menyatakan dan menjamin Bank sebagai
beríkut;---
a. bahwa Kapal Deck Barge milik/hak penuh Perseroan
sendiri, tidak ada orang/pihak lain yang turut
memiliki atau mempunyai hak apapun terhadap Kapal
Deck Barge;---------
b. Kapal Deck Barge sebelumnya belum pernah
dijual/dipindahkan hak atau dioperkan/diserahkan
dengan cara bagaimanapun kepada orang/pihak
lain;--------------
c. Kapal Deck Barge tidak berada dalam keadaan
dijaminkan atau diagunkan dengan cara bagaimanapun
kepada orang/pihak
lain;---------------------------------------
d. Kapal Deck Barge tidak tersangkut perkara/sengketa
apapun dan juga tidak berada dalam keadaan disita
oleh instansi yang
berwenang;-----------------------------------------
e. Kapal Deck Barge telah terdaftar pada instansi yang
berwenang di Indonesia dan dalam keadaan layak
untuk
berlayar.------------------------------------------
-----
Perseroan, sekarang dan untuk seterusnya di kemudian
hari, membebaskan dan melepaskan Bank dari semua dan
setiap gugatan, tuntutan atau tagihan berupa apapun
dan dari siapapun yang langsung atau tidak langsung
mengenai atau berhubungan dengan hal yang dijamin
tersebut di atas, semua tuntutan/gugatan mana
tanggungan dan tanggung jawab Perseroan
sendiri;----------------------------------------

10
4. Wewenang Menetapkan
Tagihan-------------------------------
Bank berhak dan sepanjang diperlukan juga diberi
kuasa oleh Perseroan menetapkan sendiri Jumlah Yang
Terhutang oleh Perseroan tersebut kepada Bank
berdasarkan Dokumen Transaksi, ditambah bunga, upah,
biaya serta jumlah uang, lain yang wajib dibayar oleh
Perseroan kepada Bank berdasarkan Dokumen Transaksi,
menurut buku, catatan dan administrasi yang dipegang
dan dipelihara oleh Bank berdasarkan Perjanjian
Fasilitas Kredit.------------------
5. Penjualan Kapal Deck
Barge--------------------------------
Jika terjadi atau timbul atau berlangsung suatu
Peristiwa Kelalaian berdasarkan Perjanjian Fasilitas
Kredit, maka Bank berhak dan berwenang (dan sepanjang
perlu diberi kuasa dan wewenang penuh oleh Perseroan)
untuk menjual/memindahkan hak dan menyerahkan, atau
suruh dijual/dipindahkan hak dan menyerahkan, Kapal
Deck Barge, seluruhnya secara sekaligus atau sebagian
sebagian, secara di muka umum atau lelang atau secara
lain sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku,
kepada orang/pihak lain, dengan harga jual beli
berapapun serta dengan syarat, ketentuan dan
perjanjian bagaimanapun yang dianggap baik dan akan
ditetapkan sendiri oleh Bank dan sehubungan dengan
itu Bank berhak dan berwenang menerima pembayaran
harganya dan memberikan tanda penerimaan uang atau
kwitansi dan sehubungan dengan hal tersebut melakukan
semua dan setiap tỉndakan dan perbuatan apapun yang
diperlukan atau diwajibkan untuk dan dalam rangka
menjual, memindahkan hak dan menyerahkan Kapal
Tongkang sebagaimana diuraikan di

11
atas;------------------------------------------------
-----
6. Perhitungan------------------------------------------
-----
Bank juga berhak (dan sepanjang perlu diberi kuasa
dan wewenang penuh oleh Perseroan)untuk mengambil
pembayaran semua dan setiap Jumlah Yang Terhutang
yang wajib dibayar oleh Perseroan kepada Bank dari
hasil penjualan Kapal Deck Barge berdasarkan
Perjanjian Fasilitas Kredit.------------
Jika semua dan setiap Jumlah Yang Terhutang telah
lunas terbayar sama sekali dan ternyata dari hasil
penjualan Kapal Deck Barge masih ada uang
kelebihannya, maka Bank wajib membayarkan uang
kelebihan itu kepada Perseroan, tetapi tanpa Bank
wajib membayar bunga atau ganti kerugian berupa
apapun kepada Perseroan mengenai sisa uang kelebihan
tersebut.--------------------------------------------
-----
Jika hasil penjualan Kapal Deck Barge setelah
dikurangi dengan biaya penjualan dan biaya lain
ternyata tidak cukup membayar Jumlah Yang Terhutang
oleh Perseroan kepada Bank sebagaimana diuraikan di
atas, maka Perseroan tetap bertanggung jawab dan
wajib membayar sisa hutangnya kepada
Bank;------------------------------------------------
-----
7. Penyerahan Kapal Deck
Berge-------------------------------
Jika terjadi atau timbul atau berlangsung suatu
Peristiwa Kelalaian, untuk menyerahkan Kapal Deck
Barge kepada Bank dalam waktu 30 (tiga puluh) hari
setelah hal tersebut diminta atau ditegur oleh Bank,

12
tanpa Bank wajib membayar uang ganti kerugian
berapapun atau memberikan/menyediakan penggantian
lain berupa apapun kepada orang/pihak siapapun yang
memakai atau menguasai Kapal Deck Barge, demikian itu
agar Bank dapat menjual Kapal Deck Barge kepada
orang/pihak lain menurut tata cara yang ditetapkan
oleh peraturan hukum yang
berlaku.---------------------------------------------
- Perseroan memberi kuasa dan wewenang penuh kepada
Bank, dengan diberi hak untuk memindahkan kuasa dan
wewenang ini kepada orang/pihak lain, untuk dan atas
biaya Perseroan, mengambil sendiri atau suruh diambil
Kapal Deck Barge dari orang/pihak yang memakai atau
menguasainya dan jika dipandang perlu untuk
melaksanakan pengambilan Kapal Deck Barge tersebut
Bank berhak dan diberikan wewenang penuh oleh
Perseroan untuk menggunakan bantuan Alat Kekuasaan
Negara, termasuk Alat Kepolisian
Negara;--------------------------
8. Pembatasan-------------------------------------------
-----
Tanpa persetujuan tertulis Bank lebih dahulu,
terhitung mulai tanggal akta ini Perseroan tidak
berhak mengangkat orang/pihak lain sebagai kuasa atau
wakilnya untuk menjual/memindahkan hak, mengoperkan,
menjaminkan atau mengagunkan atau menyewakan atau
menyerahkan pemakaian/penguasaan Kapal Deck Barge
dengan cara bagaimanapun kepada orang/pihak lain dan
juga Perseroan dengan tegas melepaskan semua haknya
untuk sendiri menjual atau memindahkan hak,
mengoperkan, menjaminkan atau mengagunkan atau
menyewakan atau menyerahkan pemakaian/penguasaan

13
Kapal Motor dengan cara bagaimanapun kepada orang/
pihak lain siapapun;------------------------
9. Asuransi---------------------------------------------
-----
Terhitung sejak tanggal akta ini dan selama Jumlah
Yang Terhutang belum dibayar lunas oleh Perseroan
kepada Bank, Kapal Deck Barge wajib diasuransikan
oleh Perseroan terhadap bahaya kebakaran, kecelakaan
dan bahaya lain yang lazim dipasang dalam asuransi
Kapal Deck Barge dan yang dapat ditentukan oleh Bank
pada perusahaan (perusahaan) asuransi serta dengan
syarat dan hingga nilai asuransi yang disetujuí Bank,
antara lain syarat bahwa Bank adalah satu-satunya
yang berhak menuntut dan menerima uang ganti rugi
asuransi dari perusahaan asuransi.-------------------
- PREMI dan biaya pemasangan asuransi tersebut
ditanggung dan akan dibayar oleh
Perseroan.------------------------
- POLIS asuransi dan lain surat mengenai atau yang
berhubungan dengan asuransi tersebut wajib
diserahkan kepada dan untuk disimpan oleh
Bank.--------------------
- Semua dan setiap tagihan atau piutang yang sekarang
telah dan/atau di kemudian hari dimiliki/dipunyai
atau diperoleh Perseroan berdasarkan atau
sehubungan dengan perjanjian asuransi dan
perjanjian reasuransi yang dibuat mengenai atau
sehubungan dengan Kapal Motor yang diuraikan di
atas demi hukum telah diserahkan/dialihkan secara
fidusia oleh Perseroan kepada Bank;--------------
10. Penyimpanan
Surat--------------------------------------

14
Selama Perseroan berdasarkan Dokumen Transaksi
masih mempunyai hutang kepada Bank maka semua asli
surat mengenai atau yang berhubungan dengan Kapal
Deck Barge, antara lain dokumen kepemilikan, akan
disimpan untuk digunakan di mana perlu oleh Bank,
Perseroan dengan ini memberi kuasa kepada Bank
untuk menerima dari instansi yang berwenang, asli
akta hipotik mengenai Kapal Deck Barge sehubungan
dengan dan dalam rangka pemasangan dan pendaftaran
hipotik atas Kapal Deck Barge;--------------
11. Pemeliharaan---------------------------------------
----
Selama tidak terjadi atau berlangsung suatu
Peristiwa Kelalaian, Perseroan tetap berhak dan
berwenang untuk menguasai dan mengoperasikan Kapal
Deck Barge dalam rangka menjalankan usaha sehari-
hari Perseroan. Perseroan bertanggung jawab dan
sehubungan dengan itu wajib melakukan semua
tindakan yang diperlukan atau disyaratkan untuk
mempertahankan bahwa Kapal Deck Barge senantiasa
terdaftar pada instansi yang berwenang di Indonesia
dan untuk merawat, memelihara dan mempertahankan
Kapal Deck Barge dalam keadaan baik dan terawat
serta layak terbang, termasuk (tetapi tidak
terbatas) dari waktu ke waktu melakukah atau suruh
dilakukan "overhaul" dan perbaikan-perbaikan
terhadap Kapal Deck Barge.--------------------
Semua bíaya, ongkos dan upah untuk memelíhara dan
mempertahankan pendaftaran Kapal Deck Barge pada
instansi yang berwenang di Indonesia dan untuk
melakukan perawatan, pemeliharaan dan perbaikan
Kapal Deck Barge sebagaimana diuraikan dalam Pasal

15
11 ini adalah tanggungan, beban dan wajib dibayar
oleh Perseroan;-----
12. Risiko Kapal Deck
Barge---------------------------------
Perseroan bertanggung jawab terhadap kerusakan,
kehilangan, penyusutan nilai/harga atau kerugian
lain yang dialami terhadap atau oleh Kapal Deck
Barge.-------
Perseroan juga bertanggung jawab terhadap kerugian,
kecelakaan atau kematian yang dialami oleh para
pegawai/karyawan Perseroan (termasuk awak kapal
Deck Barge) atau orang/pihak lain (termasuk
penumpang kapal motor) yang disebabkan karena
penggunaan/pemakaian Kapal Deck Barge atau karena
sebab apapun yang mengenai atau berhubungan dengan
Kapal Deck Barge, semua tuntutan/gugatan atau
kerugian yang timbul atau terjadi sehubungan atau
sebagai akibat hal yang diuraikan di atas
tanggungan dan beban
Perseroan.-------------------------
Perseroan dengan ini pula membebaskan dan
melepaskan Bank dari semua dan setiap tuntutan,
gugatan atau tagihan berupa apapun- dan dari
siapapun yang mungkin dialami atau - diterima oleh
Bank mengenai atau yang berhubungan dengan hal yang
diuraikan di atas;-----------------------------
13. Perpajakan-----------------------------------------
-----
Semua pajak, pungutan atau iuran berupa dan dengan
nama apapun yang sekarang telah dan/atau di
kemudian hari akan dipungut atau ditetapkan oleh
instansi yang berwenang atas Kapal Deck Barge tetap
tanggungan, beban dan wajib dibayar oleh Perseroan.

16
Perseroan wajib menyerahkan fotocopy bukti
pembayaran pajak, pungutan dan iuran tersebut
kepada Bank seketika menerima bukti pembayaran
tersebut dari instansi yang
berwajib;-------------------
14. Pemberitahuan--------------------------------------
-----
Semua dan setiap pemberitahuan yang wajib atau
perlu dikirim untuk melaksanakan akta ini oleh
pihak yang satu kepada pihak yang lain harus
dilakukan menurut cara dan ke alamat yang
ditetapkan dalam Perjanjian Fasilitas
Kredit;--------------------------------------------
-----
Kemudian para penghadap bertindak dalam kedudukan
tersebut di atas menerangkan bahwa untuk urusan
mengenai pemasangan dan pendaftaran Hipotik atas
Kapal Deck Barge tersebut di atas,
Bank :--------------------------------
a. berhak menghadap instansi, pejabat atau
orang/pihak siapapun yang diperlukan, terutama
(tetapi tidak terbatas) dihadapan pejabat
Pendaftar Dan Pencatat Kapal Deck Barge dan/atau
Notaris;------------------
b. membuat, menandatangani dan menyerahkan segala
surat, akta, permohonan, formulir dan surat
lain, terutama (tetapi tidak terbatas) akta
pembebanan hipotik, dengan syarat dan ketentuan
yang akan ditentukan oleh Bank, antara lain
syarat dan ketentuan hipotik yang diuraikan
dalam butir 1 sampai dengan 16 di atas ini;-
c. memberikan segala
keterangan;-----------------------

17
d. memilih dan menetapkan tempat tinggal
(domisili);---
e. membayar semua biaya, upah dan ongkos dan
menerima tanda pembayarannya, SINGKATNYA
melakukan dan mengerjakan semua dan setiap
tindakan dan perbuatan berupa apapun yang
diperlukan atau diwajibkan untuk keperluan
pemasangan dan pendaftaran hipotik atas Kapal
Deck Barge sebagaímana diuraikan di atas, tidak
ada tindakan atau perbuatan apapun yang
dikecualikan.-
- Akhirnya penghadap bertindak dalam kedudukan tersebut di
atas menerangkan kuasa untuk memasang dan mendaftarkan
Hipotik-hipotik atas Kapal Deck Barge yang termuat dalam
akta ini diberikan dengan syarat dan ketentuan sebagai
berikut:-------
a. Berlakunya Pemberian
Kuasa.-----------------------------
Kuasa yang diberikan oleh Perseroan kepada Bank
yang termuat dalam akta ini mulai berlaku terhitung
sejak tanggal dan hari
ini;-----------------------------------
b. Kuasa Tidak Dapat Ditarik
Kembali-----------------------
Pemberian kuasa dan kewenangan yang termuat dalam
akta ini merupakan bagian terpenting dan tidak
terpisah dari Perjanjian Fasilitas Kredit. Sebagai
demikian, selama Jumlah Yang Terhutang belum
terbayar lunas sama sekali dan sebagaimana mestinya
kepada Bank maka pemberian kuasa dan kewenangan
yang termuat dalam akta ini tetap berlaku dan
mengikat terhadap Perseroan dan dengan cara
bagaimanapun tidak dapat ditarik/dicabut kembali

18
oleh Perseroan dan juga pemberian kuasa ini tidak
menjadi hapus atau berakhir jika Perseroan
dibubarkan atau dilikuidasi atau karena terjadi
atau timbul sebab atau peristiwa apapun dan
Perseroan dengan ini pula melepaskan dan menyatakan
tidak berlaku dalam akta ini ketentuan yang termuat
dalam pasal 1813, 1814 dan 1816 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata;-----------------------------------
c. Hukum Yang
Berlaku--------------------------------------
Terhadap akta pemberian kuasa dan wewenang ini dan
akta pembebanan hipotik yang akan dibuat atas Kapal
Tongkang berlaku hukum Republik
Indonesia;-----------------------
d. Pemilihan
Domisili--------------------------------------
Mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan
pemberian kuasa dan wewenang yang termuat dalam
akta ini dan pemasangan dan pendaftaran hipotik-
hipotik atas Kapal Tongkang dan segala akibatnya,
Perseroan memilih domisili tetap dan seumumnya di
kantor Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Utara di
Jakarta, Pemilihan domisili yang diuraikan di atas,
sekali-kali tidak mengurangí hak Bank mengajukan
tuntutan hukum terhadap Perseroan berdasarkan akta
ini dan akta pembebanan hipotik atas Kapal Tongkang
di hadapan Pengadilan lain di
manapun.------------------
- Sekarang turut hadir dihadapan saya, Notaris, dengan
dihadiri saksi-saksi yang
sama:---------------------------------------
Tuan ADRIAN, Warga Negara Indonesia, lahir di Jakarta,
pada tanggal duapuluh tiga Maret seribu sembilan ratus
19
delapan puluh tujuh (23-03-1987), selaku kuasa dari
perseroan terbatas yang akan disebut, bertempat tỉnggal
di Jakarta, Muara Karang Jalan Kasuari Nomor 45, Rukun
Tetangga 008, Rukun Warga 008, Kelurahan Pluit,
Kecamatan Penjaringan, Kota Adminístrasi Jakarta Utara,
pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk
Kependudukan 3608922303870867;
------------------------------
- menurut keterangannya dalam hal ini bertindak
berdasarkan Surat Kuasa yang dibuat secara dibawah
tangan, tertanggal duapuluh November duaribu
tujuhbelas (20-11-2017) Nomor 002-2014/SUB-3/2017,
bermeterai cukup, demikian selaku kuasa dari Tuan
SAMUEL dalam jabatannya selaku Head, SME Banking -
Retail Banking PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO)
TBK dan berdasarkan Surat Kuasa yang dibuat secara
dibawah tangan, tertanggal enam Januari duaribu
empat belas (06-01-2014) Nomor 002/2014, bermaterai
cukup, Tuan SAMUEL tersebut, dalam hal ini diwakili
selaku kuasa Direksi dari dan oleh karena itu untuk
dan atas nama perseroan terbatas PT BANK RAKYAT
INDONESIA (PERSERO) TBK suatu perusahaan perbankan
yang telah terdaftar dan diawasi oleh otoritas Jasa
Keuangan, berkedudukan di kaaantor cabang Koja
dalam hal ini bertindak melalui kantor pusatnya di
Jalan Soediatmo Nomor 15 Kavling 44-46, Jakarta
Utara, yang anggaran dasar berikut perubahan-
perubahannya telah disesuaikan dengan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
sebagaimana termuat dalam akta tertanggal sembilan
Mei duaribu delapan (09-05-2008) Nomor 12, dibuat
dihadapan Doktor AMRUL PARTOMUAN POHAN, Sarjana
Hukum, Lex Legibus Magister, Notaris di Jakarta,

20
yang telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum
Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan
Surat Keputusannya tertanggal dua puluh satu Mei
dua ribu delapan (21-05-2008) Nomor AHU-
26973.AH.01.02.Tahun 2008 dan telah diumumkan dalam
Berita Negara Republik Indonesia tertanggal dua
Januari duaribu sembilan (02-01-2009) Nomor 1
Tambahan Nomor 172 :----------------------
- anggaran dasar mana telah mengalami beberapa
perubahan, yang selanjutnya termuat dalam akta
tertanggal dua puluh empat April duaribu limabelas
(24-04-2015) Nomor 80, yang dibuat dihadapan
ARYANTI ARTISARI, Sarjana Hukum, Magister
Kenotariatan, Notaris di Kota Administrasi Jakarta
Selatan, yang pemberitahuan perubahan Anggaran
Dasarnya telah diterima dan dicatat di dalam
database Sistem Administrasi Badan Hukum
Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia sebagaimana ternyata dalam suratnya
tertanggal empat Mei duaribu limabelas (04-05-2015)
Nomor AHU-AH.01.03.0929311; sedangkan susunan
Direksi, Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah
Perseroan terakhir dimuat dalam Akta tertanggal
empat Oktober duaribu tujuh belas (04-10-2017)
Nomor 10, dibuat dihadapan Notaris ARYANTI
ARTISARI, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan,
tersebut, yang pemberitahuan perubahan Anggaran
Dasarnya telah diterima dan dicatat di dalam Sistem
Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum Dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia sebagaimana
ternyata dalam suratnya tertanggal sembilan Oktober
duaribu tujuhbelas (09-10-2017) Nomor AHU-AH.01.03-

21
0178446;-------------------------------------------
-----
- Penghadap Tuan ADRIAN tersebut, bertindak dalam
kedudukan tersebut di atas menerangkan bahwa ia
telah mengetahui dan dengan ini menerima baik
pemberian kuasa yang termuat dalam akta ini untuk
dan atas nama Bank.----------------
- Para penghadap menyatakan dengan ini menjamin akan
kebenaran identitas para penghadap sesuai tanda pengenal
yang disampaikan kepada saya, Notaris, dan bertanggung
Jawab sepenuhnya atas hal tersebut dan selanjutnya para
penghadap juga menyatakan telah mengerti dan memahami
isi akta ini.--------------------------
- Dari segala sesuatu yang tersebut di atas, dibuatlah:
-----------------------------AKTA -
INI---------------------------
- Dibuat sebagai minuta dibacakan dan ditandatangani di
Jakarta, pada hari dan tanggal tersebut dalam kepala
akta ini dengan dihadiri
oleh :---------------------------------------
- Tuan KEVIN, Sarjana Hukum, lahir di Medan, pada
tanggal 09 (sembilan April seribu sembilan ratus
delapan puluh enam), Warga Negara I bertempat
tinggal di Jalan Kelapa Nomor 5, Rukun Tetangga
002, Rukun Wa Kelurahan Pondok Aren, Kecamatan
Pondok Mangga, Kota Administrasi T Selatan,
pemegang nomor Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor
Induk Kepend
1729394048049600;--------------------------
- Tuan STEPHAN, Sarjana Hukum, lahir di Makassar,
pada tanggal 01-01-1 Januari seribu sembilan ratus
delapan puluh enam), Warga Negara Indonesia,
tinggal di Jalan Ceri No. 07, Rukun Tetangga 001,

22
Rukun Warga 002, K Cilandak Barat, Kecamatan Tebet,
Kota Administrasi Jakarta Selatan, pemega Kartu
Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan:
3849388009067543--------------------
- keduanya pegawai kantor Notarís, sebagai saksi-
saksi.---
- Setelah akta ini dibacakan oleh saya, Notaris kepada
para penghadap dan saksi-saksi, maka akta ini
ditandatangani oleh para penghadap, saksi-saksi dan
saya, Notaris.---------------
- Dilangsungkan dengan dua perubahan, yaitu karena dua
coretan dengan
penggantian.------------------------------------------
- Asli akta ini telah ditanda tanganí
secukupnya.--------------
- Diberikan sebagai salinan yang sama
bunyinya.----------------

Notaris di Jakarta Utara

(Dewi Hapsari, S.H., M.Kn.)

23
UNIVERSITAS INDONESIA

Materi: Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

KELOMPOK
Agita Chici 2006496715
Ghazahra Vesti 2006549734
Andrian Aditya 2006549450
Subeto 1906411800
Mutiara Azura Mulyawan 2006550074
Ali Hadi Shahab 2006496766

FAKULTAS HUKUM
MAGISTER KENOTARIATAN
2021

1
SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT)

1. Pengertian
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) adalah surat kuasa yang
diberikan pemberi Hak Tanggungan kepada kreditur sebagai penerima Hak Tanggungan
untuk membebankan Hak Tanggungan atas objek Jaminan dimana wajib dibuat dengan
akta otentik yang memuat kuasa untuk membebankan hak tanggungan. Fungsi SKMHT
sendiri adalah sebagai surat atau akta yang berisikan pemberian kuasa yang oleh Pemberi
Agunan/Pemilik Hak atas Tanah (Pemberi Kuasa) diberikan kepada Pihak Penerima
Kuasa untuk mewakili Pemberi Kuasa guna membebankan Hak Tanggungan pada objek
tanah milik Pemberi Kuasa yang menjadi jaminan bagi Kreditor, dalam hal Pemberi
Kuasa tidak dapat menghadiri penandatanganan Akta Pemberian Hak Tanggungan.
SKMHT merupakan surat kuasa yang diberikan oleh pemberi jaminan kepada
pihak lain untuk membebankan hak tanggungan, pada prinsipnya kegunanaan SKMHT
adalah agar dikemudian hari sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh Bank/kreditur
dapat mewakili pemberi jaminan/pemberi kuasa untuk melaksanakan pembebanan hak
tanggungan dengan menandatangani Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT).
SKMHT diatur di dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan (UUHT).

2. Tujuan SKMHT
Baik berbentuk akta Notaris atau akta PPAT, kegunaan SKMHT sama, untuk
mengikat jaminan berbentuk hak tanggungan atas tanah yang akan dijadikan
jaminan/agunan. Adapun pembuatan dan penggunaan SKMHT tersebut dapat didasarkan
pada 2 (dua) alasan, sebagai berikut:
1. Alasan Subjektif:
a. Pemberi hak tanggungan (HT) tidak dapat hadir sendiri di hadapan PPAT untuk
membuat APHT;
b. prosedur pembebanan HT panjang atau lama;
c. biaya pembuatan HT cukup tinggi;
d. kredit yang diberikan jangka pendek;

2
e. kredit yang diberikan tidak besar/kecil;
f. debitur sangat dipercaya/bonafide.
2. Alasan Objektif:
a. Sertipikat belum diterbitkan;
b. balik nama atas tanah pemberi HT belum dilakukan;
c. pemecahan/penggabungan tanah belum selesai dilakukan atas nama pemberi HT;
d. roya/pencoretan belum dilakukan.

3. Bentuk SKMHT
UUHT menentukan bahwa SKMHT harus dibuat dalam bentuk akta otentik, bisa
dalam bentuk akta notaris maupun akta PPAT. Hal tersebut sesuai dalam Pasal 15 ayat 1
UUHT, yang merumuskan “Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan wajib dibuat
dengan akta Notaris atau akta PPAT .....”. Berarti, kewenangan membuat SKMHT tidak
hanya berada pada Notaris, melainkan juga berada pada PPAT dan SKMHT keduanya
berbentuk akta otentik.
SKMHT tidak dapat dibuat secara lisan maupun dibuat dengan menggunakan
surat kuasa dibawah tangan serta harus dibuat dalam bentuk surat kuasa khusus. Notaris
dan PPAT adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta yang memiliki
kekuatan pembuktian sempurna yang kemudian lebih dikenal dengan akta otentik
berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN) dan Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta
Tanah.
SKMHT yang dibuat oleh Notaris: menggunakan format akta Notaris
sebagaimana yang ditentukan dalam UUJN. Kewenangan Notaris membuat SKMHT
timbul/muncul ketika objek yang akan dibebankan dengan Hak Tanggungan tersebut
berada di luar tempat kedudukan PPAT, sehingga memerlukan Notaris untuk membuat
SKMHT yang bersangkutan.
SKMHT yang dibuat oleh PPAT: menggunakan format akta PPAT sebagaimana
tercantum dalam Lampiran 8 Peraturan Kepala BPN No. 8 tahun 2012 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

3
Kewenangan PPAT membuat SKMHT ketika objek yang akan dibebankan dengan Hak
Tanggungan tersebut berada di dalam wilayah kerja dan kedudukan PPAT tersebut.
Walaupun berbeda dalam bentuk pembuatannya, namun baik Notaris ataupun
PPAT haruslah tetap memuat hal-hal yang sesuai dengan yang dipersyaratkan. Di
samping Notaris, PPAT juga merupakan pejabat umum yang berwenang membuat akta
pengalihan hak atas tanah dan akta lain dalam rangka pembebanan hak atas tanah, yang
bentuk aktanya ditetapkan. Dalam kedudukan demikian, maka akta-akta yang dibuat
PPAT juga merupakan akta otentik.

4. Jangka Waktu
- Berdasarkan Pasal 15 ayat (3) UUHT, menyatakan bahwa SKMHT yang sudah
terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan
(APHT) selambat lambatnya 1 (satu) bulan sesudah diberikan.
- Berdasarkan Pasal 15 ayat (4) UUHT, menyatakan mengenai hak atas tanah yang
belum terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan APHT selambat-lambatnya 3
(tiga) bulan setelah diberikan.
- 3 (tiga) bulan untuk tanah yang sudah bersertipikat tetapi belum didaftarkan atas
nama pemberi Hak Tanggungan sebagai pemegang hak atas tanah yang baru,
yaitu tanah yang belum didaftar peralihan haknya, pemecahannya atau
penggabungannya.
Jangka waktu tertentu lainnya dalam hal SKMHT diberikan untuk menjamin
kredit tertentu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Persyaratan
SKMHT wajib dibuat dengan akta notaris atau akta PPAT dan memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Tidak memuat kuasa untuk melakukan perbuatan hukum lainnya dari pada
membebankan Hak Tanggungan;
Dalam hal ini tidak memuat kuasa untuk menjual, menyewakan objek Hak
Tanggungan, atau memperpanjang hak atas tanah. Berkenaan dengan larangan
tersebut, maka tidak termasuk larangan memberikan kuasa dengan memberikan

4
janji-janji fakultatif. Menurut Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Hak
Tanggungan, apabila syarat ini tidak dipenuhi mengakibatkan surat kuasa yang
bersangkutan tidak dapat digunakan sebagai dasar pembuatan Akta Pemberian
Hak Tanggungan (APHT), sehingga konsekuensi hukum yang ditetapkan berupa
batal demi hukum.
b. Tidak memuat kuasa substitusi;
Berkaitan dengan kepercayaan yang diberikan untuk mempertahankan hak dan
kepentingannya, pihak yang menerima kuasa tidak diperkenankan untuk
melimpahkan kuasa yang didapatnya kepada pihak lain. Bukan merupakan
substitusi, bila penerima kuasa memberikan kuasa kepada pihak lain dalam
rangka penugasan untuk mewakilinya, misalnya Direksi Bank menugaskan
pelaksana kuasa yang diterimanya kepada Kepala Cabang Bank.
c. Mencantumkan secara jelas obyek Hak Tanggungan, jumlah utang dan nama dan
identitas kreditur, serta nama dan identitas debitur apabila debitur bukan pemberi
Hak Tanggungan.
Kejelasan jumlah hutang yang harus sesuai dengan jumlah yang diperjanjikan
untuk melindungi pemberi hak tanggungan.
Dalam hal SKMHT telah memenuhi syarat formal dan syarat materiil, maka
sesuai Pasal 15 ayat (2) UUHT merumuskan bahwa, kuasa untuk membebankan Hak
Tanggungan tidak dapat ditarik kembali atau tidak dapat berakhir oleh sebab apapun juga
kecuali karena kuasa tersebut telah dilaksanakan atau karena telah habis jangka waktunya
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan (4).

5
6. Akta SKMHT
SURAT KUASA
MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN
Nomor: 12
-Pada hari ini, Selasa, tanggal 01-06-2021 (satu Juni dua ribu dua puluh satu);
-Pukul 09.00 WIB (sembilan Waktu Indonesia Barat);
-Hadir dihadapan saya, A, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di Kota
Tangerang, dengan dihadiri saksi-saksi yang telah dikenal saya, Notaris dan nama-
namanya akan disebut pada bagian akhir akta ini.
1. TUAN CAPUNG, lahir di Jakarta, pada tanggal 12-12-1967 (dua belas Desember
seribu sembilan ratus enam puluh tujuh), Warga Negara Indonesia, Swasta,
bertempat tinggal di Kota Tangerang, Jalan Alfa Raya Nomor 105, Rukun Tetangga
007, Rukun Warga 005, Kelurahan Cimone, Kecamatan Karawaci, Pemegang Kartu
Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan:
3671041212670001;-------------
-menurut keterangannya belum terikat perkawinan apapun, sehingga tidak
memerlukan persetujuan dari siapapun;
-selanjutnya disebut Pemberi Kuasa;----------------------
2. TUAN NAON, lahir di Tangerang, pada tanggal 14-10-1964 (empat belas Oktober
seribu sembilan ratus enam puluh empat), Warga Negara Indonesia, Swasta,
bertempat tinggal di Kota Tangerang, Jalan Gama 11 Nomor 11, Rukun Tetangga
001, Rukun Warga 002, Kelurahan Babakan, Kecamatan Babakan, Pemegang Kartu
Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan 367201410640001;
--------------------------
- menurut keterangannya dalam hal ini penghadap bertindak dalam jabatannya
selaku Ketua dan oleh karena itu untuk dan atas nama KOPERASI SIMPAN
PINJAM SETIA MULTI SARANA, berkedudukan di Kota Tangerang; yang
didirikan berdasarkan Pendirian Koperasi yang telah disahkan oleh Menteri
Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil dengan Surat Keputusan Nomor
049/BH/KWK.9/I/1996, tertanggal 29-01-1996 (dua puluh sembilan Januari
seribu sembilan ratus sembilan puluh enam), yang Anggaran Dasar Koperasi

6
terakhir diubah dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat Perubahan Anggaran
Dasar Koperasi Simpan Pinjam Setia Multi Sarana, Nomor 34, tanggal 30-05-
2017 (tiga puluh Mei dua ribu tujuh belas), dibuat di hadapan Iman, Sarjana
Hukum, Notaris di Kota Tangerang;
- Perubahan tersebut telah diterima dan dicatatkan dalam buku daftar umum
koperasi oleh Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia dengan Nomor: 000337/Lap PAD/Dep.1/VII/2017, tanggal 14-07-
2017 (empat belas Juli dua ribu tujuh belas), dan menurut keterangannya tidak
ada lagi perubahan selain yang disebutkan diatas.
- Selanjutnya disebut Penerima Kuasa;
- penghadap dikenal oleh saya, Notaris;
Pemberi kuasa menerangkan dengan ini memberi kuasa dengan Penerima Kuasa.
-----------------------K H U S U S--------------------------
Untuk membebankan Hak Tanggungan guna menjamin pelunasan utang Tuan CAPUNG
tersebut, selaku debitur, dengan uang sejumlah Rp.75.000.000,- (tujuh puluh lima juta
Rupiah) atau sejumlah yang yang dapat ditentukan dikemudian hari berdasarkan
perjanjian utang-piutang yang ditandatangani oleh Debitur atau Pemberi Kuasa dengan:
KOPERASI SIMPAN PINJAM SETIA MULTI SARANA, yang berkedudukan di Kota
Tangerang, selaku Kreditur dan dibuktikan dengan Perjanjian Kredit Nomor 024/KSP-
SMS/SPK/IX/20, tanggal 18-09-2020 (delapan belas September dua ribu dua puluh),
yang dibuat dibawah tangan, bermaterai cukup, dan penambahan perubahan.
Perpanjangan, serta pembaharuannya yang mungkin diadakan kemudian, sampai
sejumlah nilai Tanggungan sebesar Rp.115.500.000,- (seratus lima belas juta lima ratus
ribu Rupiah) atas obyek Hak Tanggungan berubah Hak Atas Tanah yang diuraikan
dibawah ini:
● Hak Milik Nomor 376/Karawaci, atas sebidang tanah sebagaimana diuraikan dalam
Gambar Situasi tanggal 26-09-1997 (dua puluh enam September seribu sembilan
ratus sembilan puluh tujuh) nomor 188, seluas 242 m2 (dua ratus empat puluh dua
meter persegi), dengan Nomor Identifikasi Bidang Tanah (NIB): 28.06.04.03.03153,
terdaftar atas nama CAPUNG dan Surat Pemberitahuan Pajak terhutang Pajak Bumi
dan Bangunan (SPPT PBB) Nomor Objek Pajak (NOP):36.72.080.007.006.0;

7
Terletak di:
-Provinsi :Banten;
-Kota :Tangerang;
-Kecamatan :Karawaci;
-Kelurahan :Cimone;
-Jalan :Jalan Papua Nomor 11;
Sertifikat dan bukti kepemilikan yang disebutkan diatas diperlihatkan kepada saya,
Notaris, untuk keperluan pembuatan Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan.
Objek Hak Tanggungan ini meliputi pula:
Segala sesuatu yang sekarang dan maupun dikemudian hari akan tumbuh, berdiri serta
tertanam diatasnya, yang menurut sifat guna dan peruntukannya, menurut undang-undang
dianggap sebagai benda tetap, tidak ada yang dikecualikan.
Kuasa untuk membebankan Hak Tanggungan ini meliputi kuasa untuk menghadap
dimana perlu, memberikan keterangan-keterangan serta memperlihatkan dan
menyerahkan surat-surat yang diminta, membuat/minta dibuatkan serta menandatangani
Akta Pemberian Hak Tanggungan serta surat-surat lain yang diperlukan, memilih
domisili, memberi pernyataan bahwa objek Hak Tanggungan betul milik Pemberi Kuasa,
tidak tersangkut dalam sengketa, bebas dari sitaan dan dari beban-beban apapun,
mendaftarkan Hak Tanggungan tersebut, memberikan dan menyetujui syarat-syarat atau
aturan-aturan serta janji-janji yang disetujui oleh Pemberi Kuasa dalam Akta Pemberian
Hak Tanggungan tersebut, sebagai berikut:
● Janji dalam Objek Hak Tanggungan kemudian dipecah sehingga Hak Tanggungan
membebani beberapa hak atas tanah, debitur dapat melakukan pelunasan utang yang
dijamin dengan Hak Tanggungan dengan cara angsuran yang besarnya sama dengan
nilai masing-masing hak atas tanah tersebut, yang akan dibebaskan dari Hak
Tanggungan, sehingga kemudian Hak Tanggungan itu hanya bebani sisa Objek Hak
Tanggungan untuk menjamin sisa hutang yang belum dilunasi. Nilai masing-masing
hak atas tanah tersebut akan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Pihak
Pertama dan Pihak kedua;
● Janji yang membatasi kewenangan pemberi Hak Tanggungan untuk menyewakan
Objek Hak Tanggungan dan/atau menentukan atau mengubah jangka waktu sewa

8
dan/atau menerima uang sewa dimuka, kecuali dengan persetujuan tertulis lebih
dahulu dari pemegang Hak Tanggungan;
● Janji yang membatasi kewenangan pemberi Hak Tanggungan untuk mengubah
bentuk atau tata susunan Objek Hak Tanggungan, kecuali dengan persetujuan tertulis
lebih dahulu dari pemegang Hak Tanggungan;
● Janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan untuk
mengelola Objek Hak Tanggungan berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan Negeri
yang daerah hukumnya meliputi letak Objek Hak Tanggungan apabila debitur
sungguh-sungguh cidera janji;
● Janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan untuk
menyelamatkan obyek Hak Tanggungan, jika hal itu diperlukan untuk pelaksanaan
eksekusi atau untuk mencegah menjadi hapusnya atau dibatalkannya hak yang
menjadi obyek Hak Tanggungan karena tidak dipenuhi atau dilanggarnya ketentuan
Undang-Undang, serta kewenangan untuk mengajukan permohonan memperpanjang
jangka waktu dan / atau memperbaharui Hak atas tanah yang menjadi obyek Hak
Tanggungan.
● Janji bahwa pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual atas
kekuasaan sendiri obyek Hak Tanggungan apabila Debitor cidera janji.
● Janji yang diberikan oleh pemegang Hak Tanggungan pertama bahwa obyek Hak
Tanggungan tidak akan dibersihkan dari Hak Tanggungan.
● Janji bahwa pemberi Hak Tanggungan tidak akan melepaskan haknya atas obyek
Hak Tanggungan tanpa persetujuan tertulis lebih dahulu dari pemegang Hak
Tanggungan.
● Janji bahwa pemegang Hak Tanggungan akan memperoleh seluruh atau sebagian
dari ganti rugi yang diterima pemberi Hak Tanggungan untuk pelunasan piutangnya
apabila obyek Hak Tanggungan dilepaskan haknya oleh pemberi Hak Tanggungan
atau dicabut haknya untuk kepentingan umum;
● Janji bahwa pemegang Hak Tanggungan akan memperoleh seluruh atau sebagian
dari uang asuransi yang diterima pemberi Hak Tanggungan untuk pelunasan
piutangnya, jika obyek Hak Tanggungan diasuransikan;

9
● Janji bahwa pemberi Hak Tanggungan akan mengosongkan Obyek Hak Tanggungan
pada waktu eksekusi Hak Tanggungan;
● Janji bahwa Sertipikat hak atas tanah yang telah dibubuhi catatan pembebanan Hak
Tanggungan diserahkan kepada dan untuk disimpan pemegang Hak Tanggungan;
dan untuk melaksanakan janji-janji tersebut memberikan kuasa yang diperlukan kepada
pemegang Hak Tanggungan di dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan. Kuasa yang
diberikan dengan akta ini tidak dapat ditarik kembali dan tidak berakhir karena sebab
apapun kecuali oleh karena telah dilaksanakan pembuatan Akta Pemberian Hak
Tanggungan selambat-lambatnya tanggal 01-06-2021 (satu Juni dua ribu dua puluh satu)
serta pendaftarannya atau karena tanggal tersebut telah terlampaui tanpa dilaksanakan
pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan.
-Para pihak menyatakan dengan ini menjamin akan kebenaran identitas para pihak sesuai
tanda pengenal yang disampaikan kepada saya, Notaris dan bertanggung jawab
sepenuhnya atas hal tersebut dan selanjutnya para pihak juga menyatakan telah mengerti
dan memahami isi akta ini.
Demikianlah akta ini dibuat dihadapan para pihak dan:
1. Nona CINTA, Lahir di Tangerang, pada tanggal 12-12-1993 (dua belas Desember
seribu sembilan ratus sembilan puluh tiga), Warga Negara Indonesia, Swasta,
bertempat tinggal di Kota Tangerang, Jalan Omega, Rukun Tetangga 007, Rukun
Warga 005, Kelurahan Cibodas, Kecamatan Cibodas, Pemegang Kartu Tanda
Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan: 3671041212930003;
2. Nona SYASYA, Lahir di Tangerang, pada tanggal 12-12-1994 (dua belas Desember
seribu sembilan ratus sembilan puluh empat), Warga Negara Indonesia, Swasta,
bertempat tinggal di Kota Tangerang, Jalan Delta, Rukun Tetangga 007, Rukun Warga
005, Kelurahan Cibodas, Kecamatan Cibodas, Pemegang Kartu Tanda Penduduk
dengan Nomor Induk Kependudukan: 3671041212940003;
-Keduanya pegawai kantor saya, Notaris;
-sebagai saksi-saksi dan setelah dibacakan serta dijelaskan, maka sebagai bukti kebenaran
pernyataan yang dikemukakan oleh Pemberi Kuasa dan Penerima Kuasa tersebut di atas,
maka pada seketika itu juga para penghadap, para saksi dan saya Notaris menandatangani
akta ini;

10
-buat tanpa perubahan.

PENGHADAP

Tuan CUPU Tuan NAON

Saksi-saksi

Nona CINTA Nona SYASYA

Notaris di Kota Tangerang

A,S.H.,M.Kn

11
TUGAS KELOMPOK
ANEKA PERJANJIAN KELAS A
MATERI: JAMINAN PRIBADI

Nama Anggota Kelompok:


Benavita Aprilia Kurnia 2006496860
Muhammad Emir Gifari 2006497296
Nadine Prasnya Paramitha 2005497352
Ghina Daifinah 2006549740
Giffari Yahya Muhammad 2006549753
Sekar Ayu Garindya 2006550345

Magister Kenotariatan
Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Depok
Juni 2021
A. Pengertian Jaminan Pribadi
Menurut Sri Soedewi M.S., mengartikan jaminan immateriil (perorangan)
adalah: “jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu,
hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan
debitur umumnya”. Menurut Subekti, yang dimaksud dengan jaminan perorangan
adalah suatu perjanjian antara seorang yang berpiutang atau kreditur dengan seorang
ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si berhutang atau
debitur115. Jaminan perorangan ini tidak memberikan hak untuk didahulukan pada
benda-benda tertentu, karena harta kekayaan pihak ketiga hanyalah merupakan
jaminan bagi terselenggaranya suatu perikatan seperti borgtocht.116
Dasar hukum dari jaminan perorangan atau penanggungan diatur dalam pasal
1820 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPerdata”) yang berbunyi:
Suatu perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga guna kepentingan si
berhutang mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si berhutang manakala orang
ini sendiri tidak memenuhinya”
Kemudian pada Pasal 1822 KUHPerdata menyatakan:

Seorang penanggung tidak dapat mengikatkan diri untuk lebih, maupun


dengan syarat-syarat yang lebih berat, daripada perikatan si berutang.

Adapun penanggungan boleh diadakan untuk hanya sebagian saja dari


hutangnya atau dengan syarat-syarat yang kurang. Jika penanggungan diadakan
untuk lebih dari hutangnya, atau dengan syarat-syarat yang kurang jika
penanggungan diadakan untuk lebih dari hutangnya, atau dengan syarat-syarat yang
lebih berat, maka perikatan itu tidak sama sekali batal, melainkan ia adalah hanya
untuk apa yang diliputi oleh perikatan pokoknya.
Jadi dalam perjanjian penanggungan, kewajiban dari penanggung kurang
ataupun sama dari perjanjian pokoknya, maka perjanjian penanggungan dapat
dilaksanakan. Namun, apabila kewajiban penanggung lebih besar daripada pejanjian
115
Subekti, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum
Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bhakti, 1989), hlm. 15.
116
Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata, Hak-Hak Yang
Memberikan Jaminan (Jilid 2), (Jakarta: Indo Hill-Co, 2005), hlm. 12.
penanggungan batal, akan tetapi kewajiban dari penanggung hanya sebatas pada
jumlah yang disyaratkan pada perjanjian pokok. Kedudukan dari perjanjian
penanggungan merupakan perjanjian yang bersifat accesoir, yang artinya jika
perjanjian pokok batal, maka perjanjian penanggungan juga akan batal. Akan tetapi
dalam Pasal 1821 KUHPerdata memberikan ruang untuk terjadinya pengecualian.
Pasal 1821 KUHPerdata menyatakan:

Tiada penanggungan jika tidak ada suatu perikatan pokok yang sah.
Namun dapatlah seorang mengajukan diri sebagai penanggung untuk suatu
perikatan, biarpun perikatan itu dapat dibatalkan dengan suatu tangkisan
yang hanya mengenai dirinya pribadi si berhutang, misalnya dalam hal
kebelumdewasaan.

Jadi dalam Pasal 1821 KUHPerdata menerangkan bahwa, dapatlah suatu


perjanjian penanggungan dapat tetap sah meskipun perjanjian pokoknya dibatalkan
jika berhubungan dengan diri pribadi seseorang misalnya dalam hal belum dewasa.
Adapun ciri-ciri dari jaminan perorangan adalah:

1. Mempunyai hubungan langsung dengan orang tetentu.


2. Hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu.
3. Seluruh harta kekayaan debitur menjadi jaminan pelunasan hutang misalnya
borgtocht.
4. Menimbulkan hak perseorangan yang mengandung hak kesamaan atau
keseimbangan (konkuren) artinya tidak membedakan mana piutang yang terjadi
kemudian. Dengan demikian tidak mengindahkan urutan terjadinya karena
semua kreditur mempunyai kedudukan yang sama terhadap harta kekayaan
debitur.
5. Jika suatu saat terjadi kepailitan, maka hasil penjualan dari benda-benda jaminan
dibagi antara para kreditur seimbang dengan besarnya piutang masing-masing.

B. Perjanjian Penanggungan sebagai Perjanjian Accesoir dari Perjanjian Kredit


1. Perjanjian Penanggungan sebagai Perjanjian Accessoir
Perjanjian Accessoir adalah adalah perjanjian yang menimbulkan hubungan
hukum utang piutang, yaitu bukan merupakan perjanjian yang berdiri sendiri,
akan tetapi mengikuti perjanjian yang terjadi sebelumnya yang disebut dengan
Perjanjian Pokok. Perjanjian Pokok yang terdapat pada Perjanjian Penanggungan
117
adalah perjanjian utang piutang yang menimbulkan utang yang dijamin .
Dengan demikian kedudukan Perjanjian Penanggungan yang dikonstruksikan
sebagai Perjanjian Accesoir mempunyai akibat hukum, yaitu118:
a. Eksistensinya tergantung pada Perjanjian Pokok;
b. Hapusnya tergantung Perjanjian Pokok;
c. Jika perjanjian pokok batal, Perjanjian Penanggungan ikut batal;
d. Jika perjanjian pokok beralih, maka ikut beralih juga Perjanjian
Penanggungan; dan
e. Jika perjanjian pokok beralih karena cessi, subrogasi maka ikut beralih juga
Perjanjian Penanggungan tanpa ada penyerahan khusus.
Dalam sistem hukum positif di Indonesia penanggungan hutang, diatur
dalam bab ketujuh belas Pasal 1820 – 1850 KUHPerdata. Adapun Perjanjian
Accessoir sebagaimana dijelaskan diatas diatur dalam Pasal 1821 ayat (1)
KUHPerdata yang mengatakan bahwa “Tiada Jaminan Pribadi, jika tidak ada
Perikatan Pokok yang sah.”119 Dapat disimpulkan bahwa Perjanjian Penanggungan
berupa Jaminan Pribadi termasuk kedalam kategori Perjanjian Accessoir.
Isi dari perjanjian atau disebut juga kausa perjanjian, yaitu objek perjanjian
yang berdasarkan Pasal 1333 KUHPerdata yang berbunyi:

Barang yang menjadi obyek suatu perjanjian ini haruslah tertentu,


setidaknya haruslah ditentukan jenisnya, sedangkan jumlahnya tidak perlu
ditentukan, asalkan saja kemudian dapat ditentukan atau diperhitungkan.120

Adapun kausa atau objek dari Perjanjian Penanggungan adalah untuk


menjamin pelaksanaan perikatan debitur terhadap kreditur yang ada dalam suatu

117
Hayuning Widiasari, “Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit
Dengan Jaminan Hak Taggungan,” Res Judicata 1, (Oktober 2018): 94.
118
Retno Gunarti, “Perjanjian Penanggungan (Borgtocht) sebagai Salah Satu Bentuk
Pengikatan Jaminan Kredit Bank Pada Kantor Pusat PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk.,”
(Tesis Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007), hlm. 41
119
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata [Burgelijk Wetboek], (selanjutnya KUHPER)
diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, (Bandung: Balai Pustaka, 1992), Ps. 1821.
120
Ibid, Ps. 1333.
Perjanjian lain. Perjanjian lain yang hendak dijamin pelaksanaannya adalah
Perjanjian Pokok, yaitu perjanjian yang melahirkan perikatan-perikatan pokok.
Dengan demikian kausa Perjanjian Penanggungan adalah untuk memperkuat dan
menangguhkan Perjanjian Pokoknya. Hal ini seperti yang telah disebutkan
sebelumnya bahwa Perjanjian Penanggungan adalah termasuk Perjanjian
Accessoir dari Perjanjian Pokok.
Pada Perjanjian Penanggungan terdapat suatu unsur formal tertentu, yaitu
bahwa Borg atau penjamin menjamin pelaksanaan prestasi orang lain.
Konsekuensinya ialah isi prestasinya bisa macam-macam, bergantung kepada apa
yang berdasarkan perikatan pokok yang dijamin ditinggalkan debitur, tidak
dipenuhi, atau berupa janji ganti rugi senilai itu.
Di dalam KUHPerdata, penanggungan atau borgtocht mempunyai
pengaturannya dalam Pasal 1820 KUHPerdata dan selanjutnya, Pasal 1820
KUHPerdata memberikan perumusan penanggungan sebagai berikut:

Penanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga,


guna kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi
perikatannya si berutang, manakala orang itu sendiri tidak memenuhinya.121

Dengan tegas dikatakan dalam Pasal 1820 KUHPerdata bahwa


penanggungan didasarkan atas suatu perjanjian, dan perjanjian yang dimaksud
adalah perjanjian antara kreditur dan Borg atau Penjamin.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa sifat accessoir dari
Perjanjian Penanggungan tersebut, mengakibatkan Perjanjian Penanggungan
tergantung dari hubungan hukum lain yaitu Perjanjian Pokok. Perjanjian Pokok
dapat menegaskan, memperkuat, mengubah atau menghapus Perjanjian
Penanggungan, hal tersebut dapat dilihat dari ketentuan Pasal 1822 dan 1847
KUHPerdata, yang pada dasarnya mengatur bahwa Borg atau Penjamin tidak
dapat bertanggung jawab untuk jumlah yang lebih banyak atau dengan syarat-
syarat yang lebih berat daripada debitur utama. Penanggungan dapat diadakan
untuk hanya sebagian dari utang yang diatur Perjanjian Pokok atau dengan syarat-
syarat yang tidak melebihi dari Perjanjian Pokok. Apabila Perjanjian
Penanggungan memiliki beban yang lebih berat dari Perjanjian Pokok atau dengan

121
Ibid, Ps. 1820.
syarat-syarat yang melebihi Perjanjian Pokok, maka Perjanjian Penanggungan
batal, akan tetapi Perjanjian Pokok tetap berlaku. Perikatan-perikatan yang
sifatnya mengikuti suati Perjanjian Pokok tidak dapat melebihi perikatan-
perikatan yang diterbitkan oleh Perjanjian Pokok tersebut122.
2. Ketergantungan Perjanjian Penanggungan terhadap Perjanjian Pokok
Penanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga,
guna kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya
si berutang, manakala orang itu sendiri tidak memenuhinya. Demikianlah definisi
yang diberikan oleh Pasal 1820 KUHPerdata tentang Penanggungan Utang, akan
diuraikan di bawah ini.
Beberapa unsur perumusan yang tampak dan perlu mendapatkan perhatian
adalah:
a. Penanggungan merupakan suatu perjanjian;
b. Borg adalah pihak ketiga:
c. Penanggungan diberikan demi kepentingan kreditur;
d. Borg mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan debitur, kalau debitur
e. Wanprestasi; dan
f. Ada perjanjian bersyarat.
Melihat unsur bahwa Perjanjian Penanggungan merupakan suatu perjanjian,
konsekuensinya ialah bahwa Perjanjian Penanggungan sebagai juga semua
perjanjian pada umumnya harus memenuhi unsur-unsur Pasal 1320 KUHPerdata
agar menjadi perjanjian yang sah; sah dalam arti bahwa hanya atas persetujuan
kedua belah pihak yang bersangkutan saja, Perjanjian Penanggungan dapat
dibatalkan sebagaimana Pasal 1338 KUHPerdata.
Penanggungan utang tidak dipersangkakan, tetapi harus diadakan dengan
pernyataan yang tegas: tidaklah diperbolehkan memperluas penanggungan hingga
melebihi ketentuan-ketentuan yang menjadi syarat sewaktu mengadakannya
sebagaimana Pasal 1824 KUHPerdata. Ketentuan pasal ini harus diadakan dengan
pernyataan tegas tidaklah mengandung arti bahwa penanggungan harus diadakan
secara tertulis. Ia boleh diadakan secara lisan, yaitu menjadi beban bagi kreditur
122
Djoko Triwibowo, “Perjanjian Penanggungan Utang (Borgtocht) Studi Kasus di PT. Bank
Negara Indonesia (Persero), Tbk.,” (Tesis Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
2007), hlm. 74.
untuk membuktikan sampai dimana kesanggupan si penanggung. Kewajiban si
penanggung tidak boleh diperluas hingga melebihi apa yang menjadi
kesanggupannya sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, penanggungan yang tidak
terbatas untuk suatu perikatan pokok, meliputi segala akibat utangnya, bahkan
terhitung biaya-biaya gugatan yang diajukan terhadap si berutang utama, dan
terhutang pula segala biaya yang dikeluarkan setelah si pananggung diperingatkan
tentang itu sebagaimana dalam Pasal KUHPerdata. Dalam pasal ini disebutkan
kewajiban yang secara maksimal dapat dipikulkan kepada seorang penanggung
utang, yaitu pembayaran seluruh jumlah utangnya si debitur ditambah, apabila
sampai jadi perkara dengan biaya perkara dan ditambah dengan biaya peringatan
si penanggung dan lain-lain biaya sampai saat si penanggung itu memenuhi semua
kewajibannya.
Adapun seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Perjanjian
Accessoir sifatnya mengabdi kepada suatu perjanjian pokok, tidak bisa melebihi
perikatan-perikatan yang diterbitkan oleh perjanjian pokok itu. Tangkisan-
tangkisan yang boleh dimajukan oleh debitur utama pada asasnya juga boleh
dimajukan oleh Borg. Memang mengenai seberapa eratnya hubungan antara
perjanjian pokok dengan perjanjian accessoir dan seberapa eratnya
ketergantungan perikatan accessoir dari perikatan pokoknya, tidak dapat diberikan
suatu ketentuan umum yang pasti yang satu mungkin lebih longgar dari yang lain.
Sesuai dengan sifat accessoir dari Perjanjian Penanggungan, ia memang
bukan perjanjian yang berdiri sendiri, meskipun tidak berarti bahwa ia selalu
harus tertuang dalam satu perjanjian yang sama dengan perjanjian pokoknya. Ia
bisa saja dan memang biasanya tertuang dalam suatu perjanjian tersendiri. Sesuai
dengan itu, Perjanjian Penanggungan tidak harus dibuat pada saat yang sama
dengan perjanjian pokoknya untuk diberikan tanggungan. Tidak tertutup
kemungkinan bahwa penanggungan baru diberikan, lama setelah perjanjian pokok
itu ada. Bisa saja ia merupakan jaminan yang ditambahkan kemudian.
Perjanjian Penangungan sebagai perjanjian bersyarat dapat dibuat lebih
dahulu dari perjanjian pokoknya, yang akan dijamin olehnya. Bahkan seperti juga
pada jaminan hak tanggungan ia dapat diberikan untuk suatu perikatan yang
belum diketahui secara persis bentuk peristiwanya yang akan melahirkan
perikatan yang bersangkutan. Sesuai dengan sifat accessoir dari penanggungan,
adanya ataupun lahirnya penanggungan tergantung pada adanya ataupun lahirnya
perikatan pokok yang bersangkutan. Dalam peristiwa penanggungan sudah
diberikan sebelum perikatan pokoknya, sabenarnya pada saat Perjanjian
Penanggungan dibuat belum dapat diketahui, apakah benar-benar akan ada
sesuatu yang terhutang oleh debitur. Dapat diketahui adalah bahwa ada
kemungkinan akan ada kewajiban perikatan dari pihak calon debitur utama
kepada calon kreditur. Apakah Perjanjian Penanggungan akan hidup dalam arti
mempunyai daya kerja bergantung dari lahirnya perikatan pokok yang hendak
dijamin. Atas dasar itu, dalam peristiwa penanggungan telah diberikan lebih
dahulu dari perjanjian pokok yang akan ditanggung ditinjau dari segi ini dapat
dikatakan bahwa Perjanjian Penanggungan merupakan perjanjian bersyarat.
Namun, tidak dapat diartikan bahwa Borg mengikatkan diri kepada kreditur secara
bersyarat, yaitu kalau debitur tidak membayar kewajibannya.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, sesuai sifat accessoir dari
Perjanjian Penanggungan, jaminan itu turut beralih kalau perjanjian pokoknya
untuk mana diberikan penanggungan beralih. Sesuai dengan prinsip accessoir
tersebut, masalah peralihan penanggungan baru mempunyai arti kalau ia disertai
dengan dan diberikan kepada orang yang juga mengoper perjanjian pokoknya.
Pengalihan hak-hak kreditur yang dipunyai olehnya berdasarkan
Perjanjian Penanggungan, seperti juga hak-hak lain yang timbul dari suatu
perjanjian tidak ada halangan, kecuali secara tegas telah disepakati lain.
Pengalihan hak tagih kreditur berdasarkan alas hak khusus kepada pihak ketiga,
sesuai dengan ketentuan Pasal 613 KUHPerdata harus dilakukan dengan cessie,
yaitu kreditur berkedudukan sebagai cedent, pihak ketiga yang mangoper tagihan
kreditur sebagai cessionaris dan debitur utama sebagai cessus dan cessie telah
selesai dengan ditandatanganinya akta cessie. Sekalipun berdasarkan sifat
accessoir-nya dengan telah ditandatanganinya akta cessie Borg selanjutnya demi
hukum tidak terikat lagi kepada cedent, tetapi sekarang terikat kepada cassionaris
adalah penting untuk memberitahukan cessie tersebut. Tidak hanya kepada cessus,
tetapi juga kepada Borg karena kalau Borg tidak tahu adanya cessie tersebut dan
dengan itikad baik memenuhi prastasi debitur utama kepada kreditur lama, ia
terbebaskan dari keterkaitannya kepada kreditur baru.

C. Akibat Penanggungan Utang antara Kreditur dan Penanggung Utang

Berdasarkan pasal 1820 KUHPerdata, Penanggungan merupakan suatu


persetujuan di mana pihak ketiga demi kepentingan kreditur, mengikatkan diri untuk
memenuhi perikatan debitur, bila debitur itu tidak memenuhi perikatannya.
Berdasarkan pasal tersebut, maka dapat kita ketahui bahwa menurut undang-undang,
pihak ketiga selaku penanggung hutang secara sukarela menanggung hutang debitur
yang tidak melaksanakan kewajibannya untuk memenuhi apa yang debitur janjikan
dalam suatu perikatan. Dalam prakteknya, tidak berlaku demikian karena
penanggung hutang hamper selalu menjadi subjek yang memiliki kepentingan dan
perikatan dengan perusahaan debitur. Selain itu, dengan adanya suatu penanggungan
hutang, maka akan tercipta suatu ikatan moral dari penanggung untuk melakukan
kebijakan dan tidakan yang dapat mendukung kemajuan debitur serta pengikatan
pihak-pihak yang berkepentigan sebagai penanggung hutang diharapkan dapat
mempunyai pengaruh terhadap track record debitur dalam memenuhi kewajiban
kepada bank.

Hubungan antara kreditur dan penanggung hutang (Borg) diatur dalam KUH
Perdata dalam bagian kedua dari Bab XVII. Tanggung jawab penanggung hutang
ialah bersifat subsidair yang mana suatu kewajiban debitur terhadap kreditur baru
berlaku apabila debitur wanprestasi. Berdasarkan Pasal 1831 KUHPerdata,
Penanggung tidak wajib membayar kepada kreditur kecuali debitur lalai membayar
utangnya, dalam hal itu pun barang kepunyaan debitur harus disita dan dijual terlebih
dahulu untuk melunasi utangnya. Berdasarkan Pasal 1831 ini, maka diketahui
tanggungjawab penanggung atau Borg adalah cadangan dalam hal harta benda si
debitur tidak mencukupi untuk melunasi hutangnya atau dalam hal debitur itu sama
sekali tidak mempunyai harta benda yang dapat disita, ataupun apabila telah
dilakukan pelelangan terhadap harta benda debitur yang telah disita hanya saja tetap
tidak mencukupi untuk melunasi hutang debitur.
Terhadap hal ini, maka penanggung akan dihadapkan kepada 2 (dua) pilihan,
yaitu melunasi hutang debitur utama atau harta bendanya disita guna mencukupi
pelunasan hutang debitur utama. Si penanggung berhak utnuk menuntut
dilakukannya lelang sita terlebih dahulu terhadap kekayaan debitur utama sebelum ia
melakukan pembayaran terhadap hutang milik debitur yang ditanggung olehnya (si
penanggung atau Borg). Hak tuntut disebut dengan istilah voorecht van eerdere
uitwining yang berarti ambil pelunasan dari debitur terlebih dahulu. Dalam hal ini,
maka dengan adanya kehendak dari si penanggung atau Borg agar harta debitur
utama dieksekusi terlebih dahulu, kreditur dapat mempersilahkan si penanggung atau
borg untuk menunjukkan kekayaan debitur utama yang bisa diambil sebagai
pelunasan. Terhadap hasil eksekusi atas barang debitur utama yang tidak mencukupi
penulasan hutang debitur utama, akan dilanjutkan pembayaran yang dilakukan oleh si
penanggung atau Borg.

Dalam hal ini, berdasarkan Pasal 1834 ayat (1) KUHPerdata, diketahui bahwa si
penanggung atau Borg dapat menuntut agar benda-benda si beruntang terlebih dahulu
disita dan dijual, serta diwajibkan untuk menunjukkan kepada si berpiutang benda-
benda si berutang dan membayar lebih dahulu biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan penyitaan serta penjualan tersebut. Selain itum tidak diperbolehkan
untuk menunjuk pada benda-benda yang sedang dalam persengketraan di pengadilan,
maupun yang sudah menjadikan tanggungan hipotik untuk utang yang bersangkutan
serta yang tidak diperolehkan terhadap benda-benda yang sudah tidak ada di tangan
si berutang maupun benda-benda yang terletak di luar wilayah Indonesia. Dalam hal
ini, terdapat pengecualian dari hak menuntut si penanggung seperti yang dinyatakan
dalam Pasal 1832 KUHPerdata, yaitu sebagai berikut:

a. Apabila ia telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut supaya benda-


benda si berutang lebih dahulu disita dan dijual;
b. Apabila ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan si berutang utama
secara tanggung-menanggung, dalam hal mana akibat-akibat perikatannya diatur
menurut asas-asas yang ditetapkan untuk utang-utang tanggung-menanggung;
c. Jika si berutang dapat memajukan suatu tangkisan yang hanya mengenai dirinya
sendiri secara pribadi;
d. Jika si berutang berada di dalam keadaan pailit;
e. Dalam hal penanggungan yang diperintahkan oleh Hakim.

D. Hak Borg untuk Menuntut Pasca Pembayaran Utang Debitur


1. Hak Borg untuk Menuntut Pasca Pembayaran Utang Debitur
Dalam sistem hukum Anglo-Saxon terdapat istilah untuk hal ini yakni,
“the guarantor stand in the creditor’s shoes” . Hukum kita mengatur dua hal
penting bagi seorang penjamin yang telah menyelesaikan kewajiban debitur
terhadap kredit, yakni apa yang dinamakan hak regres dan hak subrogasi. Yang
pertama adalah hak untuk “menuntut kembali” seluruh jumlah yang telah
dibayarkan kepada kreditur. Jadi berupa-hutang pokok, bunga, denda, dan
biaya-biaya lainnya yang dituntut oleh kreditur berdasarkan perjanjian pokok,
sedangkan yang kedua ialah hak untuk “mengambil alih dan menggantikan”
kedudukan dan hak kreditur terhadap debitur (dan penjamin lainnya). Ini
termasuk, misalnya,hak-hak yang timbul dari jaminan berupa hipotik atau
gadai yang diterima kreditur.
Dalam kaitannya dengan hak regres di atas perlu diingat bahwa hak ini akan
hilang jika pada saat penjamin menyelesaikan kewajiban, debitur mempunyai
suatu alasan hukum untuk menggugurkan hutang, sedangkan penyelesaian itu
sendiri tidak diberitahukan kepadanya serta dilakukan tanpa adanya tuntutan lebih
dahulu oleh kreditur. Jika terjadi keadaan demikian maka dianggap ada
“pembayaran tanpa hutang” atau “conditio in debiti”.
Dalam hal ini, penjamin berhak meminta kembali apa yang telah
dibayarkannya berdasarkan alasan pembayaran yang tidak diwajibkan
(onverschuldigde betaling) sebagaimana diatur Pasal 1359 KUHPerdata yang
berbunyi tiap pembayaran mengandalkan adanya suatu utang; apa yang telah
dibayar tanpa diwajibkan untuk itu, dapat dituntut kembali. Selain itu jika
penjamin melakukan penyelesaian kepada kreditur tanpa memberitahu debitur dan
debitur ini kemudian membayar pula kewajibannya pada kreditur maka tidak ada
lagi hak regres penjamin. Ia hanya berhak menuntut kembali kepada kreditur
dengan dasar seperti yang disebut di atas. Terhadap penjamin-penjamin lainnya,
penjamin yang melakukan penyelesaian inipun mempunyai hak regres dan hak
subrogasi dengan syarat penyelesaian tersebut dilakukan setelah adanya gugatan
dari kreditur atau setelah debiturnya dinyatakan pailit. Hak-hak ini tidak akan ada
jika salah satu di antara dari syarat tersebut tidak terpenuhi dan akan hilang
apabila hak terhadap debitur juga hilang.
2. Hak Regres
Si penanggung yang telah membayar dapat menuntutnya kembali dan si
berutang-utama, baik penanggungan itu telah diadakan dengan ataupun tanpa
sepengetahuan si berutang utama. Penuntutan kembali ini dilakukan baik
mengenai utang pokoknya ataupun mengenai bunga serta biaya-biaya. Mengenai
biaya—biaya ini si penanggung hanya dapat menuntutnya kembali, sekedar ia
telah memberitahukan kepada si berutang utama, tentang tuntutan-tuntutan yang
ditujukan kepadanya, di dalam waktu yang patut, si penanggung ada juga
mempunyai hak menuntut penggantian biaya, ganti rugi dan bunga, jika ada
alasan untuk itu Pasal 1839 KUHPerdata.
Jadi, disini ada pembayaran oleh Borg atas apa yang (masih) terhutang oleh
debitur utama terhadap kreditur dan atas pembayaran tersebut, Borg mempunyai
hak untuk menuntutnya kembali dari debitur utama. Sudah tentu pembayaran
tersebut oleh Borg harus dilakukan atas namanya sendiri. Karena, kalau ia
membayar atas nama debitur utama, tidak ada hak menuntut balik baginya.Hak
borg untuk itu disebut hak regres. Hak tersebut merupakan hak Borg sendiri
(mandiri), bukan hak yang diberikan oleh kreditur yang ia bayar dan karenanya ia
berbeda dari hak subrogasi. Sudah tentu Borg hanya mempunyai hak regres untuk
sebesar yang telah dibayarkan olehnya. Kaidah hukum yang terkandung dalam
Pasal 1839 KUHPerdata, adalah kalau Borg tidak diberikan hak regres, akan ada
penambahan kekayaan pada debitur utama yang tidak dibenarkan
(ongerechtvaardigde verijking) atas kerugian dari Borg.
Dengan pembayaran seperti yang disebutkan dalam Pasal 1839
KUHPerdata, demi hukum timbul perikatan dan karena itu merupakan perikatan
baru antara Borg dengan debitur utama, yaitu debitur utama wajib mengganti
pembayaran Borg atas hutang debitur utama terhadap kreditur. Karena ia
merupakan perikatan baru, di dalamnya tidak terkandung jaminan apa—apa selain
jaminan umum sesuai Pasal 1131 KUHPerdata.
3. Hak Subrogasi
Pasal 1840 KUHPerdata menyatakan: Si penanggung yang telah membayar,
menggantikan demi hukum segala hak si berpiutang terhadap si berutang.
Penggantian ini adalah apa yang dalam hukum perjanjian dinamakan subrogasi.
dalam hal ini subrogasi ini terjadi demi undang-undang,dalam arti terjadi secara
otomatis, tanpa diperjanjikan lebih dahulu, sebagaimana yang dimaksud dalam
Pasal 1400 jo. 1402 ayat (3) KUHPerdata. Dengan demikian, seorang penanggung
yang telah mernbayar mempunyai dua hak terhadap si berutang. Pertama, haknya
sendiri yang diberikan oleh Pasal 1839 KUHPerdata, kedua, hak yang
diperolehnya berdasarkan subrogasi menurut Pasal 1840 jo. Pasal 1402 ayat (3)
KUHPerdata.
Pembicaraan mengenai doktrin subrogasi tidak dapat dipìsahkan dari
pembayaran, karena subrogasi memang timbul sebagai akibat pembayaran.
Subrogasi terjadi karena pembayaran yang dilakukan oleh pihak ketiga kepada
Kreditur (si berpiutang) baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu
melaluì Debitur (si berutang) yang meminjam uang dari pihak ketiga.
Dalam praktiknya barangkali hak yang terakhir ini malahan lebih penting
dari hak yang tersebut pertama (padahal ini yang asli), karena hak yang diperoleh
berdasarkan subrogasi itu mungkin ada jaminannya (hak tanggungan, fidusia, dan
sebagainya) yang ikut berpindah kepada si penanggung, sedangkan haknya sendiri
yang asli, yang diberikan oleh Pasal 1839 KUHPerdata, harus dilakukan bersama-
sama dengan kreditur-kreditur lain, sebagai tagihan konkuren terhadap si berutang
yang sudah ternyata tidak mampu memenuhi kewajibannya. Jika beberapa orang
berutang utama, yang secara :bersama-sama memikul satu utang itu, masing-
masing terikat untuk seluruh utang itu, seorang yang mengajukan diri sebagai
penanggung untuk mereka kesemuanya dapat menuntut kembali segala apa yang
telah dibayarnya, dan masing-masing orang yang berutang tersebut dalam Pasal
1841 KUHPerdata.
Pasal ini memberikan hak kepada si penanggung untuk menuntut kembali
apa yang telah dibayarnya dalam hal yang ditanggung adalah beberapa orang
debitur yang bersama-sama memikul satu utang secara tanggung menanggung.
Dalam pasal ini ditetapkan bahwa si penanggung dapat menuntut secara
tanggung-menanggung. Artinya, ia dapat menuntut masing-masing untuk
mengembalikan seluruh jumlah yang telah dibayarnya. Dengan sendirinya, disini
juga ada subrogasi dalam segala haknya kreditur seperti yang telah diuraikan
diatas.
Si penanggung yang sekali telat membayar utangnya, tidak dapat menuntut
kembali dari si berutang utama yang telah membayar untuk kedua kalinya jika ia
tìdak memberitahukan kepadanya tentang pembayaran yang telah dilakukannya;
dengan tidak mengurangi haknya untuk menuntutnya kembali pada si berpiutang.
Jika si penanggung telah membayar tanpa digugat untuk itu, sedangkan ia tidak
memberitahukannya kepada si berutang utama ia tidak dapat menuntutnya
kembali dari si berutang utama ini, manakala si berutang utama ini, pada waktu
dilakukannya pembayaran mempunyai alasan-alasan untuk menuntut
dinyatakannya batal utangnya; dengan tidak mengurangi tuntutan si penanggung
terhadap si berpiutang sebagaimana diatur dalam Pasal 1842 KUHPerdata.
Dari ketentuan-ketentuan tersebut di atas, dapat dilihat betapa pentingnya
bagi si penanggung untuk memberitahukan kepada si berutang tiap kali ia
melakukan pembayaran kepada si berpiutang. Tidak memberitahukan itu dapat
membawa akibat bahwa ia tidak dapat menuntut kembali dari si berutang apa
yang sudah dikeluarkannya. Tentunya ini tidak mengurangi haknya untuk
berusaha mendapatkan uangnya kernbali dan si berpiutang berdasarkan
pembayaran yang telah diwajibkan sebagaimana diatur dalam Pasal 1359KUH
Perdata.

E. Sebab-sebab Hapusnya Penanggungan Utang


Sebagaimana sifat acessoir dari perjanjian penanggungan, maka hapusnya
perjanjian pokok merupakan perjanjian pokok merupakan penyebab utama dari
hapusnya penanggungan utang. Namun, hapusnya perjanjian pokok bukanlah
satu-satunya penyebab hapusnya perjanjian penanggungan. Berdasarkan Pasal
1845 KUHPerdata, perikatan yang timbul karena penanggungan akan hapus
karena sebab-sebab yang sama dengan yang menyebabkan berakhirnya perikatan-
perikatan lainnya.
Sebab-sebab yang dapat menyebabkan hapusnya perikatan berdasarkan Pasal
1381 KUHPerdata adalah sebagai berikut:
1. Karena pembayaran;
2. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan;
3. Karena pembaruan utang;
4. Karena perjumpaan utang atau kompensasi;
5. Karena percampuran;
6. Karena pembebasan utang;
7. Karena musnahnya barang yang terutang;
8. Karena kebatalan atau pembatalan;
9. Karena berlakunya suatu syarat pembatalan, yang diatur dalam Bab I buku
ini; dan
10. Karena lewat waktu, yang akan diatur dalam suatu bab sendiri.
Mengacu pada ketentuan Pasal 1845 KUH Perdata yang menyatakan bahwa
perikatan yang timbul akibat penanggungan dapat hapus dengan sebab yang sama
dengan hapusnya perikatan lain, maka ketentuan Pasal 1381 KUH Perdata berlaku
juga sebagai penyebab hapusnya perjanjian penanggungan. Selain ketentuan pada
Pasal 1381 KUH Perdata, berdasarkan 1843 KUH Perdata menetapkan bahwa si
penanggung dapat menuntut si berutang untuk diberikan ganti rugi atau
dibebaskan dari perikatan, bahkan sebelum ia membayar utangnya:
1. Apabila ia digugat dimuka hakim untuk membayar;
2. Apabila si berutang telah berjanji untuk membebaskannya dari
penanggungannya di dalam suatu waktu tertentu;
3. Apabila utangnya sudah dapat ditagih karena lewatnya jangka waktu yang
telah ditetapkan untuk pembayarannya;
4. Setelah lewatnya waktu sepuluh tahun jika perikatannya pokok tidak
mengandung suatu jangka waktu tertentu untuk pengakhirannya, kecuali
apabila perikatannya pokok sedemikian sifatnya hingga ia tidak dapat diakhiri
sebelum lewat suatu waktu tertentu, seperti suatu perwalian.
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, ketentuan Pasal 1381 dan 1843
KUHPerdata dapat menyebabkan hapusnya perikatan penanggungan, namun
terdapat pengecualian terhadap hal tersebut, yakni diatur dalam Pasal 1821
KUHPerdata. Pasal 1821 KUHPerdata menyatakan bahwa tiada penanggungan
bila tiada perikatan pokok yang sah menurut undang-undang. Akan tetapi orang
dapat mengadakan penanggungan dalam suatu perikatan, walaupun perikatan itu
dapat dibatalkan dengan sanggahan mengenai diri pribadi debitur misalnya dalam
hal belum cukup umur. Berdasarkan ketentuan pada Pasal 1821 KUHPerdata,
dapat kita simpulkan bahwa perjanjian penanggungan tetap sah apabila perjanjian
pokoknya dimintakan pembatalan dengan alasan pihak tersebut belum cukup
umur.

F. Contoh Akta Pemberian Jaminan Pribadi


PEMBERIAN JAMINAN PRIBADI
Nomor: 9
- Pada hari ini, Kamis, tanggal 03-06-2021 (tiga Juni dua
ribu dua puluh satu);----------------------------------
- Pukul 12.00 WIB (dua belas Waktu Indonesia Barat);-----
- Berhadapan dengan saya, RETNO PUDJIASTUTI, Sarjana
Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di Kota Jakarta
Pusat, dengan wilayah jabatan seluruh wilayah Daerah
Khusus Ibukota Jakarta, dengan dihadiri saksi-saksi,
yang nama-namanya akan disebut pada bagian akhir akta
ini:---------------------------------------------------
I. Nyonya CANIA LARASATI, lahir di Jakarta, pada
tanggal 03-07-1970 (tiga Juli seribu sembilan ratus
tujuh puluh), Warga Negara Indonesia, Swasta,
bertempat tinggal di Jakarta Pusat, Jalan Petojo
Selatan X Nomor 10, Rukun Tetangga 007, Rukun Warga
011, Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir, Pemegang
Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan
3173080307700007;-----------------------------------
- menurut keterangannya untuk melakukan tindakan
dalam akta ini telah memperoleh persetujuan dari
suaminya, Tuan SABDA PURNAMA, lahir di Jakarta,
pada tanggal 27-10-1967 (dua puluh tujuh Oktober
seribu sembilan ratus enam puluh tujuh), Warga
Negara Indonesia, Swasta, bertempat tinggal di
Jakarta Pusat, bersama isterinya tersebut, pemegang
Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk
Kependudukan 3173072710670008, yang turut hadir
dihadapan saya, Notaris dan saksi-saksi yang sama
dan turut menandatangani akta ini sebagai tanda
persetujuannya;------------------------------------
- untuk selanjutnya disebut sebagai:---------------------
----------------------- “PENJAMIN” ----------------------
II. Tuan REZA ADRIAN, lahir di Jakarta, pada tanggal 25-
02-1976 (dua puluh lima Februari seribu sembilan
ratus tujuh puluh enam), Warga Negara Indonesia,
Swasta, bertempat tinggal di Jakarta Pusat, Jalan
Obira Nomor 19, Rukun Tetangga 004, Rukun Warga 006,
Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir, pemegang Kartu
Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan
3173042502760008;-----------------------------------
- menurut keterangannya dalam hal ini bertindak dalam
kedudukannya sebagai Kepala Kantor Cabang Biak
Cideng dari PT AMAR BANK Tbk, (sebagaimana
diuraikan di bawah ini), dalam hal ini bertindak
berdasarkan Surat Kuasa yang dibuat di bawah
tangan, bermaterai cukup, tanggal 31-05-2021 (tiga
puluh satu Mei dua ribu dua puluh satu), yang
dilegalisasi oleh saya, Notaris di bawah nomor
20/Leg/V/2021, yang aslinya dilekatkan pada minuta
akta ini, dengan demikian sah mewakili Direksi dari
dan oleh karena itu untuk dan atas nama Perseroan
Terbatas PT AMAR BANK Tbk, berkedudukan di Jakarta
Pusat, yang berkantor di Jalan Insiyur Haji Juanda
II Nomor 7-9, yang Akta Pendiriannya dibuat
dihadapan saya, Notaris, dengan Akta Nomor 30,
tanggal 20-04-2013 (dua puluh April dua ribu tiga
belas), yang Anggaran Dasarnya telah diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 20-
05-2013 (dua puluh Mei dua ribu tiga belas), dan
telah diubah dengan Akta Risalah Rapat Umum
Pemegang Saham Luar Biasa Perseroan Nomor 35,
tanggal 10-05-2017 (sepuluh Mei dua ribu tujuh
belas), yang dibuat dihadapan saya, Notaris,
perubahan mana telah mendapatkan persetujuan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia sebagaimana ternyata dalam Surat
Keputusannya tertanggal 11-06-2017 (sebelas Juni
dua ribu tujuh belas) nomor AHU-3653.AH.01.01.Tahun
2017 dan perubahan susunan anggota Direksi dan
Dewan Komisaris terakhir dimuat dalam Akta
Pernyataan Keputusan Rapat Nomor 36, tanggal 20-04-
2018 (dua puluh April dua ribu delapan belas), yang
dibuat dihadapan saya, Notaris, perubahan mana
telah diterima dan dicatatkan dalam database Sistem
Administrasi Badan Hukum Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia, sebagaimana
ternyata dalam Surat Penerimaan Pemberitahuan
Perubahan Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris PT
AMAR BANK Tbk, tertanggal 23-04-2018 (dua puluh
tiga April dua ribu delapan belas) nomor W4-
HT.01.10-6373;-------------------------------------
- untuk selanjutnya disebut sebagai:---------------------
----------------------- “BANK” --------------------------
- Para penghadap dikenal berdasarkan identitas yang
diperlihatkan kepada saya, Notaris. -------------------
- Para penghadap bertindak dalam kedudukan sebagaimana
disebutkan di atas dengan ini menerangkan sebagai
berikut:-----------------------------------------------
- bahwa telah dibuat dan ditandatangani Perjanjian
Pembiayaan Konsumen yang dibuat di bawah tangan
tanggal 03-06-2021 (tiga Juni dua ribu dua puluh
satu), yang dilegalisasi oleh saya, Notaris di bawah
nomor 50/Leg/V/2021, bermaterai cukup, yang aslinya
dilekatkan pada minuta akta ini (selanjutnya
Perjanjian Pembiayaan Konsumen tersebut berikut
perubahan, penambahan, dan perpanjangannya disebut
“Perjanjian Pembiayaan Konsumen”), oleh dan antara
BANK dengan:------------------------------------------
PT NUSANTARA JAYA berkedudukan di Jakarta Pusat, yang
Akta Pendiriannya dibuat dihadapan NAYLA SHIHAB,
Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di Kota
Jakarta Pusat, dengan Akta Nomor 10, tanggal 15-03-
2016 (lima belas Maret dua ribu enam belas), yang
Anggaran Dasarnya telah diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia tanggal 16-04-2016 (enam belas
April dua ribu enam belas), dan telah diubah dengan
Akta Risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa
Perseroan Nomor 12, tanggal 12-07-2017 (dua belas Juli
dua ribu tujuh belas), yang dibuat dihadapan saya,
Notaris, perubahan mana telah mendapatkan persetujuan
dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia sebagaimana ternyata dalam Surat
Keputusannya tertanggal 13-08-2017 (tiga belas Agustus
dua ribu tujuh belas) nomor AHU-5673.AH.01.01.Tahun
2017 (untuk selanjutnya disebut sebagai “PEMINJAM”).--
- bahwa, untuk lebih menjamin dan menanggung terbayarnya
dengan baik segala sesuatu yang terhutang dan dibayar
oleh PEMINJAM sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian
Pembiayaan Konsumen, PENJAMIN diwajibkan untuk
memberikan jaminan pribadi untuk kepentingan BANK,
sebagaimana yang akan diuraikan di bawah ini;---------
- bahwa untuk menjamin terbayarnya dengan baik segala
sesuatu yang terhutang dan wajib dibayar oleh PEMINJAM
kepada BANK, baik karena hutang pokok, bunga dan
biaya-biaya lainnya yang timbul berdasarkan Perjanjian
Pembiayaan Konsumen, dengan jumlah hutang sebesar
Rp1.000.000.000,- (satu milyar Rupiah) atau sejumlah
uang yang ditentukan di kemudian hari berdasarkan
Perjanjian Pembiayaan Konsumen, maka PENJAMIN
menerangkan dengan ini, memberikan jaminan pribadi
kepada BANK. Kemudian BANK, menerangkan dengan ini
menerima jaminan pribadi dari PENJAMIN, dengan
persyaratan dan ketentuan sebagai berikut:------------
---------------------- Pasal 1 -----------------------
Jaminan ini diberikan oleh PENJAMIN kepada BANK dengan
melepaskan semua dan setiap hak serta hak-hak utama
yang oleh peraturan hukum yang berlaku diberikan
kepada seorang Penjamin, antara lain (tetapi tidak
terbatas) pada hak-hak dan hak-hak utama yang
termaktub dalam Pasal 1430, 1831, 1833, 1837, 1843,
1847 sampai Pasal 1849 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata.----------------------------------------------
---------------------- Pasal 2 -----------------------
1. Jaminan ini meliputi:-----------------------------
Fasilitas Kredit Bank dengan keseluruhan nilai pokok
sebesar jumlah yang pada setiap waktu tidak melebihi
Rp1.000.000.000,- (satu milyar Rupiah) sebagaimana
ternyata dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen.------
2. selain tersebut di atas jaminan ini meliputi semua
dan setiap jumlah uang yang berdasarkan Perjanjian
Pembiayaan Konsumen dan/atau berdasarkan perjanjian,
peristiwa atau sebab apapun juga terhutang dan wajib
dibayar oleh PEMINJAM kepada BANK, baik
hutang/jumlah pokok, bunga, provisi, komisi dan
lain-lainnya atau sisanya yang masih belum terbayar
lunas.----------------------------------------------
---------------------- Pasal 3 -----------------------
- BANK berhak dan sepanjang perlu dengan ini diberi
kuasa oleh PENJAMIN, untuk menetapkan sendiri jumlah
uang yang terhutang dan wajib dibayar oleh PEMINJAM
kepada BANK berdasarkan Perjanjian Pembiayaan
Konsumen dan/atau berdasarkan perjanjian, peristiwa
atau sebab apapun juga terhutang dan wajib dibayar
oleh PEMINJAM kepada BANK sebagaimana tersebut di
atas yang wajib dibayar dan PENJAMIN akan menerima
baik perhitungan yang dibuat dan diberikan oleh BANK
sebagaimana diuraikan di atas, sebagai hutang yang
tak terbagi.-----------------------------------------
- Pembukuan dari BANK mengenai jumlah uang yang
sewaktu-waktu terhutang oleh PEMINJAM kepada BANK dan
yang wajib dibayar oleh PEMINJAM kepada BANK
berdasarkan Perjanjian Pembiayaan Konsumen dan/atau
berdasarkan perjanjian, peristiwa atau sebab apapun
juga terhutang dan wajib dibayar oleh PEMINJAM kepada
BANK sebagaimana tersebut di atas merupakan bukti
yang sempurna dan mengikat dalam segala hal terhadap
PENJAMIN, baik di dalam Pengadilan atau dimana pun
juga.------------------------------------------------
---------------------- Pasal 4 -----------------------
- Jaminan yang diberikan oleh PENJAMIN kepada BANK yang
termaktub dalam akta ini akan berlaku secara terus
menerus yakni akan tetap berlaku dan mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat terhadap PENJAMIN selama
PEMINJAM masih mempunyai sesuatu hutang berupa dan
berapapun juga jumlahnya kepada BANK sebagaimana
diuraikan di atas dan tanpa persetujuan tertulis
terlebih dahulu dari BANK, maka pemberian jaminan ini
dengan alasan atau cara bagaimana pun juga tidak
dapat ditarik atau dicabut kembali oleh PENJAMIN.----
---------------------- Pasal 5 -----------------------
- Sepanjang masih diperlukan, PENJAMIN dengan ini pula
menyatakan turut bertanggungjawab secara tanggung
renteng untuk seluruhnya terhadap BANK mengenai
pelaksanaan yang tertib dan dengan secara sebagaimana
mestinya atas semua dan setiap kewajiban-kewajiban
PEMINJAM kepada BANK yang timbul berdasarkan
Perjanjian Pembiayaan Konsumen dan/atau berdasarkan
perjanjian, peristiwa atau sebab apapun juga
terhutang dan wajib dibayar oleh PEMINJAM kepada BANK
sebagaimana tersebut di atas, maka atas kekuatan akta
ini BANK berhak untuk mengajukan penuntutan-
penuntutan hukum baik terhadap PENJAMIN secara
tersendiri maupun secara bersama-sama dengan PEMINJAM
dan segala sesuatu itu atas pertimbangan dan
keputusan BANK sendiri.------------------------------
---------------------- Pasal 6 -----------------------
- PENJAMIN dengan tegas menyatakan bahwa PENJAMIN telah
mengetahui dengan baik dan menyetujui semua
ketentuan-ketentuan dan persyaratan yang termaktub
dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen dan PENJAMIN
juga menyetujui bahwa BANK dan PEMINJAM berhak dan
berwenang untuk membuat perubahan, penambahan,
perpanjangan, dan pembaharuan terhadap Perjanjian
Pembiayaan Konsumen tanpa memerlukan persetujuan
apapun juga dari PENJAMIN dan PENJAMIN dengan ini
menyatakan dan mengakui bahwa semua dan setiap
perubahan, penambahan, perpanjangan atau pembaharuan
yang dibuat terhadap Perjanjian Pembiayaan Konsumen
akan berlaku dan mengikat secara sah terhadap
PENJAMIN.-------------------------------------------
---------------------- Pasal 7 -----------------------
- Bilamana sebelum atau setelah dibuatnya jaminan ini
terdapat orang/pihak lain yang juga memberikan
jaminan kepada BANK untuk menjamin pembayaran atas
apa yang terhutang oleh PEMINJAM kepada BANK
sebagaimana diuraikan di atas, maka hal itu sekali-
kali tidak mengurangi kewajiban PENJAMIN untuk tetap
melaksanakan pembayaran penuh dan dengan secara
sebagaimana mestinya kepada BANK berdasarkan Jaminan
ini dan sesuai dengan apa yang ditentukan dalam Pasal
1836 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, maka BANK
berhak untuk mengajukan tuntutan hukum terhadap
PENJAMIN secara tersendiri maupun bersama-sama dengan
para penjamin lainnya sesuai dengan jaminan yang
diberikan masing-masing, segala sesuatu itu atas
pertimbangan dan keputusan BANK sendiri.-------------
---------------------- Pasal 8 -----------------------
- PENJAMIN dengan ini memberikan kuasa yang tidak dapat
ditarik kembali kepada BANK untuk melaksanakan untuk
dan atas nama PENJAMIN semua dan setiap hak-hak
PENJAMIN berdasarkan Pasal 1402 sub 3 juncto Pasal
1840 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan untuk
mempergunakan semua jumlah uang yang diterimanya
berdasarkan kuasa ini untuk membayar seluruh jumlah
uang yang terhutang dan wajib dibayar oleh PENJAMIN
kepada BANK berdasarkan jaminan ini.-----------------
---------------------- Pasal 9 -----------------------
- Akta ini merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan
dari Perjanjian Pembiayaan Konsumen, demikian pula
kuasa yang diberikan dalam akta ini merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari akta ini yang tanpa
adanya akta ini dan kuasa tersebut, tidak akan
diterima dan dilangsungkan di antara Para Pihak yang
bersangkutan, oleh karenanya akta ini tidak dapat
ditarik kembali atau dibatalkan selama kewajiban
PEMINJAM berdasarkan Perjanjian Pembiayaan Konsumen
dan/atau berdasarkan perjanjian, peristiwa atau sebab
apapun juga terhutang dan wajib dibayar oleh PEMINJAM
kepada BANK sebagaimana tersebut di atas belum
terpenuhi dan kuasa tersebut tidak akan batal dan
berakhir karena sebab yang dapat mengakhiri pemberian
suatu kuasa, termasuk sebab yang tercantum dalam
Pasal 1813, 1814, dan 1816 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata.---------------------------------------------
---------------------- Pasal 10 ----------------------
- Terhadap Pemberian Jaminan ini akan berlaku
ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di Negara
Republik Indonesia Hukum dan Jurisdiksi Pemberian
Jaminan ini akan diatur dengan dan diinterpretasikan
sesuai dengan hukum Republik Indonesia. Untuk
pelaksanaannya Pemberian Jaminan ini dan semua
konsekuensinya, PENJAMIN setuju bahwa setiap tindakan
hukum atau pengaduan yang timbul dari Pemberian
Jaminan ini akan diajukan pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat dan dengan ini telah memilih domisili
yang tetap dan umum di Kantor Panitera Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat.--------------------------------
- Tanpa mengurangi hak dan wewenang BANK, PENJAMIN
lebih lanjut setuju bahwa BANK atas pilihannya
sendiri berhak untuk menyerahkan setiap perselisihan
apapun yang mungkin timbul karena atau berhubungan
dengan Pemberian Jaminan ini kepada Pengadilan Negeri
di mana saja atau kepada pengadilan di Indonesia yang
mempunyai jurisdiksi atas properti PENJAMIN.---------
- Para Penghadap menyatakan dengan ini menjamin akan
kebenaran identitasnya sesuai dengan tanda pengenal
yang disampaikan kepada saya, Notaris, dan
bertanggung jawab sepenuhnya atas hal tersebut dan
selanjutnya para pihak juga menyatakan telah mengerti
dan memahami isi akta ini.---------------------------
------------------- DEMIKIAN AKTA INI -------------------
- Dibuat sebagai minuta, dan dilangsungkan di Kota
Jakarta Pusat, pada hari, tanggal, serta pada jam
seperti disebutkan pada bagian awal akta ini dengan
dihadiri oleh:-----------------------------------------
1. Nona ANDIN, lahir di Jakarta, pada tanggal 10-01-
1995 (sepuluh Januari seribu sembilan ratus sembilan
puluh lima), Warga Negara Indonesia, Swasta,
bertempat tinggal di Jakarta Pusat, Jalan Bila Nomor
05, Rukun Tetangga 004, Rukun Warga 003, Kelurahan
Cideng, Kecamatan Gambir, Pemegang Kartu Tanda
Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan
3173081001950009;-----------------------------------
2. Tuan RAFI, lahir di Jakarta, pada tanggal 20-04-1994
(dua puluh April seribu sembilan ratus sembilan
puluh empat), Warga Negara Indonesia, Swasta,
bertempat tinggal di Jakarta Pusat, Jalan Kuantan
Nomor 10, Rukun Tetangga 003, Rukun Warga 001,
Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir, Pemegang Kartu
Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan
3173062004940006.-----------------------------------
- Keduanya pegawai kantor Notaris, yang saya, Notaris
kenal, sebagai saksi-saksi.----------------------------
- Setelah akta ini saya, Notaris bacakan kepada penghadap
dan saksi-saksi, maka akta ini ditandatangani oleh
Penghadap, saya, Notaris dan saksi-saksi.--------------
- Dilangsungkan dengan tanpa perubahan.------------------

Penghadap

CANIA LARASATI REZA ADRIAN


qq PT AMAR BANK, Tbk
Persetujuan

SABDA PURNAMA

Saksi-Saksi

ANDIN RAFI

Notaris di Jakarta Pusat

RETNO PUDJIASTUTI, S.H. M.KN


PEMBUATAN AKTA ANEKA PERJANJIAN
“Jaminan Perusahaan”

Disusun Oleh:

Bedita Putri Sa’idah – 2006496854


Dindira Biliyanda - 2006496974
Novia Dwi Cahyani Fauzal-2006497371
Billquis Kamil Arasy – 2006549526
Harum Bunga Salni - 2006549785
Nadya Farras – 2006550105

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2021
A. Pengertian Jaminan Perusahaan
Pengertian Jaminan tidak diatur secara tegas dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, namun berdasarkan pada Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata menyebutkan bahwa:
Pasal 1131 KUH Perdata
“Segala kebendaan si berutang (debitur), baik yang bergerak aupun yang tidak bergerak,
baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari menjadi jaminan
sesuatu segala perikatan pribadi debitur tersebut.”123
Pasal 1132 KUH Perdata
“Kebendaan tersebut dalam Pasal 1131 menjadi jaminan bersamaan bagi para kreditur,
dan hasil pelelangan kebendaan tersebut dibagi diantara para kreditur seimbang menurut
besar kecilnya piutang mereka masing-masing, kecuali alasan-alasan yang sah untuk
mendahulukan piutang yang satu daripada piutang yang lain.”124
Jaminan adalah segala sesuatu yang diterima debitor untuk menjamin suatu utang
piutang dalam masyarakat.125Bank dalam memberikan kredit meminta diberikan jaminan
khusus, yakni berupa jaminan kebendaan dan atau bisa jaminan perorangan. Jaminan
perorangan biasa disebut penanggungan atau borgtocht dan ada juga yang menyebutkan
dengan istilah jaminan immateriil. Jaminan immateriil (perorangan) adalah jaminan yang
menimbulkan hubungan langsung pada perorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan
terhadap debitor tertentu terhadap harta kekayaan debitor umumnya.126 Pendapat lain
disampaikan oleh Soebekti diartikan jaminan perorangan adalah suatu perjanjian antara
seorang berpiutang (kreditor) dengan seorang ketiga, yang menjamin dipenuhinya
kewajiban-kewajiban si berhutang (debitor), ia bahkan dapat diadakan di luar (tanpa)
sepengetahuan si berhutang tersebut.127 Maksud adanya jaminan ini adalah untuk pemenuhan
kewajiban si berhutang, yang dijamin pemenuhannya seluruhnya atau sampai suatu bagian
123
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
124
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

125
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007), hlm. 7

126
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan
Jaminan Perorangan, (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2001), hlm. 4
tertentu, harta benda si penanggung (penjamin) dapat disita atau dilelang menurut ketentuan
perihal pelaksanaan eksekusi putusan pengadilan.
Penanggung dalam jaminan perorangan terbagi dalam dua jenis berdasarkan subjeknya,
yaitu:
1. Penanggung perorangan (personal guarantee) dan
2. Penanggungan perusahaan (corporate guarantee). Setiap penanggungan mempunyai
karakteristik masing-masing namun tidak terlepas dari peranan atau kedudukannya di
bidang kredit atau utang piutang.128

Pada dasarnya keduanya memiliki prinsip yang sama dimana hak dan kewajiban yang
dimiliki pemberi garansi (penjamin) pada kedua jenis penanggungan tersebut identik, hanya
saja subjek pelakunya berbeda.129 Fungsi jaminan terhadap pemberian kredit bank yaitu
untuk menjamin pelunasan utang debitor bila debitor wanprestasi atau pailit. Jaminan kredit
berfungsi memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak perbankan bahwa yakin
kreditnya akan tetap kembali meskipun dengan cara mengeksekusi jaminan kredit yang
diserahkan kepada kreditor. Fungsi jaminan kredit baik ditinjau dari sisi perbankan dan sisi
debitor, yakni:

1. Jaminan kredit sebagai pengamanan pelunasan hutang;

2. Jaminan kredit sebagai pendorong motavasi debitor;

3. Fungsi yang terkait dengan pelaksanaan ketentuan perbankan. Personal guarantee


maupun corporate guarantee merupakan pernyataan oleh seorang pihak ketiga
(penjamin), bahwa debitor dapat dipercaya akan melaksanakan kewajiban yang
diperjanjikan dan penjamin bersedia untuk melaksanakan kewajiban debitor tersebut

127
Subekti, R, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, (Bandung: Citra
Aditya Bakti, 1989), hlm. 15

128
Sayyid Wrahaji SK, “Dinamika Personal dan Corporate Guarantee di Dunia Perbankan di Indonesia”,
Jurnal publisher (Solo: Universitas Sebelas Maret, 2014), Vol 1., No. 2.

129
Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2009), hlm. 151
bila debitor tidak melaksanakan kewajibannya. Adanya garansi/jaminan perorangan,
pihak kreditor dapat menuntut kepada penjamin untuk membayar utang debitor bila
debitor lalai atau tidak mampu untuk membayar utangnya tersebut.130

KUH Perdata dikenal dengan “penanggungan”. Jaminan perorangan atau jaminan pribadi
adalah jaminan seorang pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya
kewajiban-kewajiban debitor.131 Sedangkan jaminan perusahaan atau corporate guarantee
adalah merupakan suatu jaminan berupa janji atau pernyataan kesanggupan yang diberikan
oleh perusahaan penanggung untuk memenuhi kewajiban debitor, manakala debitor sendiri
wanprestasi. Jadi dalam corprate guarantee ada 3 (tiga) pihak yang saling berkaitan yaitu
pihak kreditor, debitor dan pihak ketiga (dalam bentuk perusahaan) yang bertindak sebagai
penangung (borg, guarantor).132

Jaminan perorangan timbul karena adanya perjanjian, hal ini berbeda dengan jaminan
kebendaan yang timbul karena undang-undang.133 Setiap perjanjian pemberian jaminan
selalu didahului oleh pejanjian pokok yang menjadi dasar perjanjian pemberian jaminan
yang dapat berdiri sendiri, melainkan selalu mengikuti perjanjian pokoknya. Apabila
perjanjian pokoknya telah selesai, maka perjanjian pemberian jaminannya juga selesai. Sifat
perjanjian tersebut dikenal dengan accessoir, yang mempunyai ciri-ciri antara lain:
1. Ikut batal dengan perjanjian pokok;
2. Lahir dan hapusnya perjanjian tergantung dengan perjanjian pokok;
3. Beralihnya perjanjian pokok membuat perjanjiannya ikut beralih.134
Lahirnya suatu perjanjian pemberian garansi dapat juga dikatakan sebagai terbentuknya
atau telah dilakukan suatu penjaminan baik oleh perseorangan (personal guarantee) maupun
130
Ibid

131
Muhammad Djumhana, “Hukum Perbankan di Indonesia”, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1993),
hal.74

132
Veronica Sri Rahayuningtyas, “Aspek kontraktual Dalam Lembaga Corporate Guarantee”, Jurnal
publisher (Surabaya: Universitas Airlangga, 2010), hal. 1.

133
Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 70.
134
Sofwan, Hukum..., hlm 46-47.
suatu badan usaha (corporate guarantee).135 Bentuk Perjanjian Pemberian Jaminan bersifat
bebas, tidak terikat bentuk tertentu, dapat dibuat lisan maupun tulisan maupun dalam akta.
Namun, lazimnya perjanjian penanggungan dibuat dalam bentuk tertulis guna kepentingan
pembuktian di pengadilan. Perjanjian pemberian jaminan juga harus memenuhi syarat
sahnya sebuah perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yang
berbunyi:
Pasal 1320 KUH Perdata
“Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat; 
a. kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya; 
b. kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 
c. suatu pokok persoalan tertentu;
d. suatu sebab yang halal”
Adapun penjelasan terkait bunyi pasal di atas adalah sebagai berikut:
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya.
Perjanjian Pemberian Garansi dibuat oleh antara Kreditor dengan Penjamin dimana
Penjamin menyatakan jaminan bahwa Penjamin akan menyelesaikan hutang debitor
apabila debitor tidak melaksanakan kewajibannya. Untuk melindungi para pihak, maka
Perjanjian Pemberian Garansi harus disepakati oleh para pihak yang mengikatkan diri,
yaitu Kreditor dan Penjamin. Apabila Kreditor tidak sepakat (misalnya karena kreditor
tidak yakin bahwa Penjamin mampu menyelesaikan hutang debitor) maka Perjanjian
Pemberian Garansi tersebut tidak memenuhi syarat ini sehingga Perjanjian Pemberian
Garansi tersebut batal demi hukum.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
Perjanjian Pemberian Garansi harus dibuat oleh pihak cakap membuat suatu perikatan.
Dalam hal perjanjian pemberian jaminan diberikan dalam bentuk jaminan perusahaan
(corporate guarantee), maka penandatangan perjanjian pemberian jaminan tersebut
harus ditandatangani oleh pihak/orang yang berwenang untuk mewakili perusahaan,
misalnya direktur perusahaan (dalam hal perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas)136
atau orang lain yang ditunjuk oleh perusahaan sebagaimana yang diatur dalam UU
135
Ridwan Khairandy, Itikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas
Hukum Univesitas Indonesia, 2004), hlm. 190-191.
136
M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm. 346-348.
No.40/2007 Tentang Perseroan Terbatas. Dalam hal Perseroan hendak memberikan
corporate guarantee terutama dengan menjaminkan lebih dari 50% (lima puluh persen)
jumlah kekayaan bersih Perseroan dalam 1 (satu) transaksi atau lebih, baik yang
berkaitan satu sama lain maupun tidak, maka Direksi wajib meminta persetujuan RUPS
sebagaimana diatur dalam Pasal Pasal 102 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan, yang mana di dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa Perjanjian Pemberian
Jaminan yang dilakukan oleh pihak yang belum cakap hukum maka perjanjian tersebut
akan batal demi hukum karena tidak memenuhi syarat subjektif dari sahnya suatu
perjanjian. Selain itu jaminan utang yang pemberiannya melebihi 50% dari harta bersih
kekayaan yang dilakukan tanpa persetujuan RUPS maka Perjanjian Pemberian Jaminan
tersebut juga batal demi hukum.
3. Suatu pokok persoalan tertentu.
Bahwa telah dijelaskan sebelumnya bahwa Perjanjian Pemberian Jaminan bersifat
subsidair, sehingga dalam perjanjian tersebut diwajbkan untuk mengatur besarnya
jumlah yang dijaminkan oleh penjamin kepada kreditur, dimana jumlah jaminan tidak
boleh melewati jumlah hutang pada perjanjian pokok. Jika jumlah penanggungan tidak
dicantumkan atau jumlah penanggungan lebih besar dari jumlah hutang pokok, maka
perjanjian pemberian jaminan tersebut tidak batal melainkan hanya sah untuk apa yang
diliputi oleh perutangan pokok.137
4. Suatu sebab yang halal.
Perjanjian Pemberian Jaminan harus didasari pada perjanjian/perikatan yang tidak
melanggar peraturan perundangan. Apabila perjanjian pokoknya bertentangan dengan
peraturan perundangan maka Perjanjian Pemberian Jaminan menjadi dapat dibatalkan
sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1337 KUH Perdata yang menyatakan suatu sebab
adalah terlarang, apabila dilarang oleh Undang-Undang. Atau apabila berlawanan
dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum.

B. Hak Istimewa Penjamin dalam Jaminan Perusahaan


Corporate Guarantor wajib memenuhi kewajiban debitor sejak debitor tidak memenuhi
kewajiban sesuai dengan yang diperjanjikan. Corporate Guarantor yang telah mengikatkan

137
Sofwan, Hukum..., hlm. 87-88.
dirinya untuk memenuhi kewajiban debitor tersebut berada dalam posisi yang lemah
sehingga perlu dilindungi oleh Undang-Undang dengan memberikan beberapa hak istimewa
kepada Corporate Guarantor. Hak istimewa yang diberikan oleh KUH Perdata antara lain:
1. Hak untuk menuntut lebih dahulu
Hak untuk menuntut lebih dahulu ini adalah hak Corporate Guarantor untuk meminta
agar harta debitor yang harus lebih dulu disita untuk memenuhi pelaksanaan perjanjian,
sehingga penyitaan harta Corporate Guarantor dapat dilakukan hanya untuk memenuhi
kekurangan apabila ternyata harta kekayaan debitor tidak cukup memenuhi
kewajibannya. Apabila harta kekayaan debitor ternyata mencukupi untuk melunasi
tagihan, harta kekayaan Corporate Guarantor harus bebas dari penyitaan dan penjualan.
2. Hak untuk membagi hutang.
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembagian hutang, yaitu:
a. Jika salah satu orang dari penjamin (termasuk pula Corporate Guarantor) tidak
mampu untuk membayar bahagian yang ditentukan kepadanya, penjamin yang cukup
mampu tidak wajib melakukan pembayaran itu.
b. Jika pembahagian utang itu datangnya atas kemauan sendiri dari pihak kreditor,
kemudian ternyata salah seorang dari penjamin sedang dalam keadaan tidak mampu,
kreditor tetap terikat atas pembahagian yang telah diperbuatnya.
3. Hak untuk diberhentikan dari penjaminan
Corporate Guarantor berhak minta kepada kreditor untuk diberhentikan atau
dibebaskan dari kedudukannya sebagai seorang penjamin dengan alasan Corporate
Guarantor mungkin tidak dapat menggunakan hak-hak subrogasi. Hak subrogasi timbul
setelah Corporate Guarantor membayar atas utang debitor. Hak subrogasi tidak dapat
dilaksanakan karena Corporate Guarantor telah meneliti bahwa jaminan telah hapus
atau tidak ada lagi karena kreditor membiarkan debitor menjual atau menghilangkan
jaminan. Dengan kata lain Kreditor tidak mengamankan jaminan-jaminan atas utang
debitor itu sehingga bila Corporate Guarantor membayar utang debitor, Corporate
Guarantor yang demi hukum menggantikan hak kreditor (subrogasi) tidak memperoleh
jaminan hipotik, hak tanggungan dan jaminan lainnya.138

138
Harahap, Hukum..., hlm. 325.
Perjanjian pemberian garansi menimbulkan akibat hukum yang melibatkan 3 pihak yaitu
debitur utaman, kreditor, dan penjamin.
1. Akibat hukum antara Corporate Guarantor dengan Kreditur Pemegang Corporate
Guarantee
Corporate Guarantor yang telah mengikatkan diri membawa akibat hukum bagi
Corporate Guarantor untuk melunasi utang debitor (si berutang utama) apabila ebitor
cidera janji. Kewajiban Corporate Guarantor untuk melunasi utang debitor tersebut baru
dilakukan setelah kreditor mengeksekusi harta kekayaan milik debitor yang hasilnya
tidak mencukupi untuk melunasi utangnya. Selama kreditor belum melakukan eksekusi
atau penjualan harta kekayaan debitor, Corporate Guarantor tidak memiliki kewajiban
membayar utang debitor yang dijaminnya. Jadi meskipun Corporate Guarantor telah
mengikatkan diri sebagai guarantor tidak serta merta memiliki kewajiban untuk
membayar utang debitor. Bisa dikatakan bahwa tanggung jawab Corporate Guarantor
hanyalah sebagai cadangan atau subsider, dalam hal penjualan harta kekayaan debitor
tidak mencukupi atau sama sekali Debitur Utama tidak memiliki harta benda yang dapat
dijual. Hal ini sesuai Pasal 1831 KUHPerdata yang mengaskan bahwa
guarantor/penjamin tidaklah diwajibkan membayar kepada kreditor, selain jika Debitur
Utama lalai sedangkan harta benda Debitur Utama ini harus lebih dahulu disita dan
dijual untuk melunasi utangnya.139
Pasal 1832 KUH Perdata memberikan pengecualian terhadap ketentuan Pasal 1831
KUH Perdata sehingga memberikan peluang kepada kreditor untuk dapat menuntut
langsung kepada seorang guarantor/penjamin untuk melunasi utang seluruhnya tanpa
harus menjual harta benda debitor terlebih dahulu, dalam hal penjamin telah melepaskan
hak istimewanya untuk menuntut dilakukan sita- lelang lebih dahulu atas harta benda
debitor. Bagi Corporate Guarantor yang telah melepaskan hak istimewanya yang
dinyatakan secara tegas dalam akta pemberian garansi atau penjaminan maka kreditor
dapat melakukan sita-lelang harta kekayaan Corporate Guarantor tanpa harus
menunggu sita-lelang harta kekayaan debitor terlebih dahulu.140
2. Akibat hukum penjamin dengan debitor

139
Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, (Bandung: Alfabeta, 2003), hlm. 250-251.
140
Ibid.
Jika Corporate Guarantor telah membayar utang Debitor Utama, maka Corporate
Guarantor dapat menuntut kembali pembayaran tersebut dari si Debitor Utama, baik
pemberian garansi itu terjadi dengan pengetahuan atau tanpa sepengetahuan debitor.
Hak menuntut kembali tersebut lazim juga disebut hak regres, timbul karena diberikan
oleh Undang-undang. Hak regres demikian tetap ada sekalipun tidak tercantum secara
khusus dalam akta perjanjian pemberian garansi/jaminan. Hak regres itu timbul setelah
Corporate Guarantor membayar utang Debitor Utama, baik pembayaran itu terjadi
secara sukarela maupun atas dasar keputusan hakim yang memutuskan/menghukum
Corporate Guarantor untuk membayar utang tersebut.141
3. Akibat hukum antar penjamin
Jika ada beberapa Corporate Guarantor yang telah mengikatkan diri untuk menjamin
Debitor Utama yang sama dan untuk utang yang sama, maka bagi Corporate Guarantor
yang telah melunasi utang Debitor Utama tersebut mempunyai hak menuntut kepada
Corporate Guarantor lainnya masing-masing sesuai bagiannya. Beberapa Corporate
Guarantor yang menjamin debitor yang sama dan untuk satu utang yang sama
diperlakukan seperti orang-orang yang berutang secara jamin menjamin, kecuali mereka
menggunakan hak istimewa untuk meminta pemecahan utangnya142

C. Perlindungan Hukum dalam Corporate Guarantee


Perlindungan hukum terhadap corporate guarantee, perlu dicermati mengenai tanggung
jawab penjamin atau penangung tersebut, sehubungan dengan ketentuan 165 Undang-
Undang Kepailitan-PKPU, menurut Pasal 168, walaupun sudah ada perdamaian, para
kreditor tetap mempunyai hak terhadap para penanggung. Lebih lanjut Pasal 165 PKPU
menentukan hak yang dapat dilakukan terhadap barang-barang pihak ketiga tetap ada pada
kreditor seolah-olah tidak terjadi perdamaian. Pasal ini tidak berarti bahwa meskipun
perdamaian tercapai, kreditor dapat meminta kepada penjamin untuk membayar kembali
hutang debitor yang dijamin oleh debitor, padahal kreditor telah setuju untuk menata
kembali debitor sesuai dengan kesepakatan damai.143Permohonan pailit yang diajukan

141
Sofwan, Hukum..., hlm. 100.
142
Sutarno, Aspek..., hlm. 254.
kepada corporate guarantor yang telah melepaskan hak istimewanya bersamaan dengan
debitor dianggap dapat memberikan perlindungan kepada kreditor.144

Bentuk jaminan berupa kebendaan atau dikenal dengan agunan memberikan kedudukan
separatis (secured creditor) kepada bank sebagai salah satu kreditor, guna mengantisipasi
risiko kemungkinan terjadinya wanprestasi, kredit macet dan/atau gagal bayar, bank masih
merasa perlu adanya jaminan khusus yang lain, yaitu jaminan yang berupa jaminan
perorangan baik dalam bentuk personal guarantee atau corporate guarantee, dalam
KUHPerdata dikenal dengan “penanggungan”. Jaminan perorangan atau jaminan pribadi
adalah jaminan seorang pihak ketiga yang bertindak untuk menjamin dipenuhinya
kewajiban-kewajiban debitor.145

Pengaturan tentang penanggungan diatur dalam KUHPerdata Pasal 1820 KUHPerdata


dijelaskan bahwa jika suatu persetujuan dimana pihak ketiga demi kepentingan kreditor,
mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan debitor bila debitor itu tidak memenuhi
perikatannya harus terdapat pihak ketiga (badan hukum) yang menjamin memenuhi
perutangan manakala debitor wanprestasi.146Jaminan penanggungan dapat berupa jaminan
orang perorangan (personal guarantee), jaminan perusahaan (corporate guarantee) dan bank
garansi. Ketiga bentuk jaminan tersebut pada dasarnya sama, namun pihak yang
memberikan jaminan berbeda. Jaminan pribadi penjamin adalah perorangan, sedangkan
jaminan perusahaan adalah badan hukum. Selain itu garansibank adalah jaminan yang
diberikan oleh lembaga keuangan perbankan atau lembaga keuangan non bank.147

143
Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan, Cetakan ketiga, ( Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2009), hlm. 100.

144
Sumarni, “Hukum Kepailitan”, (Jakarta: Sofmedia, 2010), hlm. 196.

145
Djumhana, Hukum...,hlm. 74.

146
Sofwan, Hukum..., hlm. 83.

147
Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2013), hlm. 11.
Pasal 1820 hingga Pasal 1850 KUHPerdata mengatur tentang perjanjian pertanggungan.
Pasal 1821 KUHPerdata menunjukkan bahwa penanggungan adalah suatu “perjanjian
accessoir”, yaitu bahwa eksistensi atau adanya penanggungan itu tergantung dari adanya
suatu perjanjian pokok, yaitu perjanjian yang pemenuhannya ditanggung atau dijamin
dengan perjanjian penanggungan itu, kemudian adanya kemungkinan (artinya
diperbolehkan) diadakannya suatu perjanjian penanggungan terhadap suatu perjanjian
pokok, yang dapat dimintakan pembatalannya (“vernietigbaar”, “voidable”). Hal ini dapat
diterima, tetapi hanya jika kesepakatan utama kemudian dibatalkan, pertanggungan juga
akan dibatalkan.148 Proses pelaksanaannya penjaminan perusahaan dituangkan dalam
perjanjian penjaminan berdasarkan perjanjian pokok, yaitu perjanjian kredit antara bank
dengan debitor, sehingga perjanjian penjaminan merupakan perjanjian tambahan
(attachment). Jika perjanjian prinsip dibatalkan atau diakhiri maka perjanjian lampiran akan
berakhir atau menjadi batal atau berakhir sendiri.149

Pasal 1831 KUHPerdata menyatakan seorang penanggung/penjamin (guarantor)


tidaklah diwajibkan membayar kepada kreditor kecuali debitor lalai membayar utangnya,
dalam hal itu pun barang kepunyaan debitor harus disita dan dijual terlebih dahulu untuk
melunasi utangnya, hal ini menjelaskan bahwa penanggung/penjamin (guarantor) memiliki
hak istimewa yang melekat pada dirinya dan tanggung jawab penanggung/penjamin
(guarantor) merupakan suatu “cadangan” dalam halnya harta benda debitor tidak mencukupi
untuk melunasi utangnya, atau debitortidak mempunyai harta benda lagi untuk dapat disita.
Penanggung/penjamin (guarantor) adalah orang yang juga berminat memberikan pinjaman
kredit kepada debitor, sehingga penanggung juga akan terikat dengan persyaratan yang
diberikan oleh kreditur. Alasan lain penjamin bersedia melakukan penanggungan adalah
karena hubungan keluarga atau pernikahan dengan debitor.150

148
R. Subekti, Aneka Perjanjian, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1995), hlm. 164.

149  Imran Nating, Peranan dan Tanggungjawab Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 30-31.

150
Zachrowi Soejoeti, Masyhud Asyhari, Hukum Jaminan, (Yogyakarta: Navila, 1993), hlm.15.
Hak istimewa dilepaskan ketika debitor melanggar janjinya/gagal bayar, kreditor dapat
menagih penjamin (penjamin) secara langsung, menghilangkan kebutuhan untuk berurusan
dengan debitor secara langsung.151 Ketentuan ini tercantum pada Pasal 1832 Ayat (1)
KUHPerdata, padahal hak istimewa tersebut merupakan bentuk perlindungan dari undang-
undang kepada penanggung/ penjamin (guarantor). Kedudukan penanggung/penjamin
(guarantor) berubah menjadi debitor disaat debitor utama melakukan wanprestasi.

Hak istimewa yang dilepaskan menjadi suatu masalah, karena yang berkemungkinan
besar lebih berisiko mengalami kerugian adalah kreditor dibandingkan dengan debitor
maupun penanggung/penjamin (guarantor).152 Ketentuan mengenai penjamin yang dapat
mengajukan pernyataan pailit adalah apabila penjamin atau penanggung tidak melebihi satu
kreditor, maka penjamin atau penanggung tidak memenuhi persyaratan Pasal 2 (1) UU
Kepailitan dan “Permohonan Penundaan Pelunasan Hutang” Konsensus, penjamin dan
penjamin emisi tidak dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit sesuai dengan Pasal
1832 ayat 1 Undang-undang Perdata, dan pernyataan pailit diajukan terhadap penjamin atau
penjamin emisi dengan mengajukan permohonan pernyataan pailit tanpa mengajukan
permohonan pernyataan pailit kepada debitor, tetapi premisnya adalah bahwa penjamin telah
mencabut hak khusus untuk menahan barang tersebut atau sita aset debitor dan jual terlebih
dahulu.153 Jika penanggung/ penjamin (guarantor) memiliki utang pada dua atau lebih
kreditor dan utangnya tersebut telah jatuh tempo dan dapat ditagih kemudian jika
penanggung/penjamin (guarantor) tidak dapat membayar salah satu utangnya sama sekali
maka penanggung/penjamin (guarantor) dapat dimohonkan pailit oleh kreditor.154

151
Sutedi, Hukum, hlm. 151.

152
Siti Anisah, Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor dalam Hukum Kepailitan di Indonesia,
(Yogyakarta: Total Media 2008), hlm. 42.

153
Sjahdeini, Hukum, hlm. 99.

154
Anisah, Perlindungan, hlm. 42.
Kedudukan kreditor terhadap penjamin (guarantor) hanya sebagai pemberi jaminan
hutang (saat debitor wanprestasi), karena tidak ada barang milik penjamin (guarantor) yang
dapat dijadikan jaminan hutang. Kreditor tidak dapat mengeksekusi hak kreditor yang
menjadi milik penanggung/penjamin sebagai pelunasan hutang, yang dapat dilakukan
kreditor adalah meminta kepada debitor/ penjamin untuk melunasi hutangnya (jika debitor
wanprestasi).

Keberadaan corporate guarantee berupa pernyataan oleh seorang pihak ketiga


(penjaminan,) bahwa debitor percaya akan melaksanakan kewajiban yang diperjanjikan dan
penjamin bersedia untuk melakukan pemenuhan kewajiban debitor bila tidak melaksanakan
kewajibannya. Jaminan ini oleh pihak kreditor dapat menuntut kepada penjamin untuk
membayar utang debitor bila debitor lalai atau tidak mampu untuk membayar utangnya
tersebut. Apabila debitor tidak mempunyai kemampuan untuk membayar kewajiban
utangnya, salah satu yang dapat dilakukan kreditor adalah kreditor mengajukan permohonan
pailit sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UUK-PKPU). Melalui mekanisme pailit
kendala yang akan terjadi sehubungan adanya corporate guarantee, karena corporate
guarantor hanya dapat dimintakan pertanggung jawabannya apabila debitor utama tidak lagi
mampu menyelesaikan kewajibannya, yang pada akhirnya corporate guarantee yang
beritikad baik juga dapat berlindung dibalik kewajiban menagih kepada debitor utama.

Jaminan yang lahir dari perjanjian, namun dengan batasan yang diberikan dapat
diartikan bahwa kreditor dalam melaksanakan haknya terhadap semua benda debitor, kecuali
benda-benda yang dikecualikan. Jadi jaminan yang terjadi karena adanya perjanjian maka
dengan sendirinya perjanjian tersebut telah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya sesuai ketentuan dari Pasal 1338 KUH Perdata. Corporate guarantor
berubah statusnya menjadi debitor utama apabila debitor utama yang dijamininya lalai atau
cidera janji dan harta benda kakayaan milik debitor utama yang utangnya ditanggung telah
disita dan dilelang terlebih dahulu, tetapi hasilnya belum cukup membayar kewajibannya.
Perlindungan corporate guarantor dalam praktiknya dianggap akan memberatkan kreditor
sesuai adanya Pasal 1831 dan 1832 KUH Perdata. Perlindungan tersebut akan berdampak
kepada kreditor menjadi terhalang untuk melaksanakan haknya untuk melakukan eksekusi
corporate guarantee sehingga kreditor memerlukan perjanjian khusus untuk
mengesampingkan hak istimewa penjamin sesuai yang diatur pada Pasal 1831 dan 1832
KUH Perdata. corporate guarantor melepaskan hak istimewanya tidak dalam kondisi
tekanan atau penipuan sebagaimana diatur pada Pasal 1321 KUHPerdata dan guarantor tidak
termasuk dalam kategori tidak cakap sebagaimana diatur Pasal 1330 KUHPerdata, maka
perjanjian khusus tersebut telah menunjukkan keadilan dalam bentuk persamaan hak dan
harus dilakasanakannya hukum yaitu mensyaratkan perjanjian khusus dalam rangka
pemberian jaminan tersebut oleh para pihak yang telah terikat didalamnya. Keseimbangan
hak antara kreditor, debitor dan corporate guarantor dalam bertindak perikatan jaminan atas
pemberian fasilitas kredit sejalan dengan prinsip keadilan oleh John Rawls yang
menjelaskan antara lain bahwa seseorang memiliki hak yang sama atas kebebasan
fundamental yang seluas-luasnya termasuk kebebasan seseorang untuk mempertahankan
properti dan kebebasan penangkapan sewenang-wenang yang tidak ditentukan oleh konsep
negara hukum, sejalan dengan pandangan Aristoteles bahwa asas utama keadilan adalah
ketaatan pada hukum dan lebih ditegaskan kembali bahwa keadilan sebagai keutamaan
moral yang khusus, sehubungan dengan perilaku masyarakat dalam hal tertentu dan
menentukan sikap baik antara manusia dan antara kedua atau lebih pihak dengan melakukan
keseimbangan.

Kreditor, jaminan secara umum dirasakan kurang, sehingga kreditor mensyaratkan


adanya jaminan khusus, baik berupa jaminan kebendaan maupun jaminan perorangan.
Jaminan khusus berupa kebendaan dan perorangan (borgtocht). Jika debitor tidak membayar
kewajiban utangnya pada saat jatuh tempo, maka kreditor dapat melakukan eksekusi atas
benda yang diserahkan sebagai jaminan untuk melunasi hutangnya.

Pasal 1131 jo 1132 KUHPerdata bahwa segala harta kekayaan corporate guarantor,
baik yang bergerak maupun tidak bergerak, yang ada maupun yang akan ada dikemudian
hari menjadi jaminan atau agunan bagi perikatan yang dibuat dengan kreditor sehingga harta
corporate guarantor juga termasuk dalam harta pailit. Hal ini berlaku asas peritas
creditorium dimana pembayaran atau pelunasan hutang dilaksanakan secara berimbang,
sehingga kreditor pemegang corporate guarantee hanya berkedudukan sebagai kreditor
konkuren dalam pemenuhan piutangnya karena corporate guarantor tidak menjaminkan
benda tertentu sebagai objek jaminan. Pasal 1131 KUHPerdata dinyatakan bahwa debitor
bertanggung jawab atas utang, baik terhadap benda bergerak maupun benda tidak bergerak
yang telah dimilikiknya saat ini maupun yang akan dimilikinya dikemudian hari.

D. Kedudukan Corporate Guarantor Yang Telah Melepaskan Hak Istimewa

Perlindungan ang diberikan Pasal 1831 dan 1832 KUH Pedata kepada Corporate
Guarantor dalam praktiknya dianggap memberatkan kreditur. Perlindungan tersebut
mengakibatkan kreditur terhalang untuk melaksanakan haknya sehingga diperlukan janji-
janji khusus untuk mengesampingkan hak istimewa penjamin sebagaimana diatur dalam
KUH Perdata di atas, seperti:

1. Janji agar penanggung melepaskan haknya untuk menuntut penjualan harta benda
debitur lebih dahulu;

Sebagai Penjamin, Corporate Guarantor memiliki hak istimewa bahwa Corporate


Guarantor tidak diwajibkan untuk melunasi kewajiban debitor kepada kreditor sebelum
harta kekayaan debitor yang cidera janji tersebut, yang ditunjuk oleh penjamin, telah
disita dan dijual, dan hasil penjualan harta kekayaan debitor tidak mencukupi untuk
memenuhi kewajiban debitor kepada kreditor. Oleh karena itu, Corporate Guarantor
hanya akan melunasi sisa kewajiban debitor yang belum dipenuhinya kepada kreditor.155

Pengecualian hal di atas dapat saja terjadi apabila Corporate Guarantor telah
melepaskan hak istimewanya sebagaimana diatur dalam Pasal 1831 dan 1832
KUHPerdata yang menentukan bahwa Corporate Guarantor tidak dapat menuntut
supaya benda-benda debitor lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya:156

a. Apabila Corporate Guarantor telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntut


supaya benda-benda debitor lebih dulu disita dan dijual;

155
Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, Op. Cit. hlm 24-25.
156
Sunarmi, Hukum..., hlm. 197.
b. Apabila penjamin telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan Debitor Utama
secara tanggung menanggung dalam hal mana akibat-akibat-akibat perikatannya
diatur menurut asas-asas yang ditetapkan untuk utang-utangnya secara tanggung
renteng;

c. Jika debitor dapat memajukan suatu tangkisan yang hanya mengenai dirinya sendiri
secara pribadi;

d. Jika debitor dalam keadaan pailit;

e. Dalam hal penjaminan yang diperintahkan oleh hakim.

Ternyata Kreditor Pemegang Corporate Guarantee juga diberikan hak yang cukup
seimbang. Ketentuan tersebut memungkinkan kreditor untuk seketika menagih kepada
Corporate Guarantor untuk melunasi semua kewajiban, prestasi, atau perikatan debitor,
tanpa ia perlu terlebih dahulu menyita dan menjual harta kekayaan debitor yang telah
cidera janji atau wanprestasi tersebut74. Pelepasan hak istimewa Corporate Guarantor
harus dinyatakan secara tegas dalam perjanjian pemberian garansi, dimana dengan
perjanjian pemberian garansi tersebut mengakibatkan hak istimewa Corporate
Guarantor hapus dan Kreditor dapat menuntut atau menggugat langsung kepada
Corporate Guarantor atau bersama-sama dengan debitor agar Corporate Guarantor atau
bersama-sama debitor, tanggung renteng untuk membayar utang debitor kepada
kreditor.

2. Janji agar penjamin melepaskan haknya untuk membagi-bagi hutang.

Hak untuk membagi hutang ini terdapat pada penjamin yang penjaminannya lebih dari
satu orang penjamin terhadap seorang debitor. Maka para penjamin masing- masing
dapat memajukan hak untuk membagi debitor-debitor tadi diantara para penjamin.
Sehingga utang debitor yang mereka jamin, dibagi-dibagi diantara mereka masing-
masing. Apabila Corporate Guarantor melepaskan hak istimewanya maka Corporate
Guarantor bertanggung jawab untuk menyelesaikan seluruh kewajiban debitur.
Pelepasan hak istimewa untuk membagi hutang tersebut juga mengakibatkan kreditur
dapat menuntut ahli waris Penjamin untuk pemenuhan seluruh piutangnya dan tidak
dapat dibagi-bagi antara si ahli waris.157

3. Janji agar Penjamin melepaskan haknya untuk meminta kepada kreditor untuk
diberhentikan atau dibebaskan dari kedudukannya sebagai seorang penjamin/guarantor
jika ada alasan untuk itu. Alasan yang bisa digunakan sebagai dasar hukum meminta
dibebaskan dari kedudukan seorang penjamin ialah kemungkinan penjamin tidak dapat
menggunakan hak-hak subrogasi. Hak subrogasi timbul setelah penjamin/guarantor
membayar atas utang debitor. Hak subrogasi tidak dapat dilaksanakan karena penjamin
telah meneliti bahwa jaminan seperti hak tanggungan, hipotik, fiducia, dan lainnya yang
menjamin utang tersebut telah hapus atau tidak ada lagi. Tidak adanya jaminan hipotik,
hak tanggungan dikarenakan kreditor membiarkan debitor menjual atau menghilangkan
jaminan. Dengan kata lain kreditor tidak mengamankan jaminan- jaminan atas utang
debitor itu sehingga bila penjamin/guarantor membayar utang debitor,
penjamin/guarantor yang demi hukum menggantikan hak kreditor (subrogasi) tidak
memperoleh jaminan hipotik, hak tanggungan dan garansi/jaminan lainnya. 158

4. Janji agar penanggungan tetap, sah, tidak peduli apakah penanggung bersama ikut
terikat. Dengan kata lain “lawfull” sebagaimana yang diutarakan Aristoteles dengan
maksud hukum tidak boleh dilanggar dan aturan hukum harus diikuti menunjukkan
bahwa segala ketentuan sebagaimana yang diatur dalam perjanjian pemberian jaminan
harus lah diikuti karena merupakan hukum yang harus ditegakkan.

Berdasarkan uraian di atas, sepanjang guarantor dalam melepaskan hak istimewanya tidak
dalam tekanan atau penipuan sebagaimana diatur dalam Pasal 1321 KUH Perdata dan
guarantor tidak termasuk dalam kategori tak cakap sebagaimana diatur Pasal 1330 KUH
Perdata maka perjanjian tersebut telah menunjukkan rasa keadilan dalam bentuk persamaan
hak dan harus dilaksanakanya hukum yakni perjanjian pemberian jaminan tersebut oleh para
pihak yang telah terikat dengan hal itu.

157
Harahap, Hukum..., hlm. 322.
158
Ibid, hlm. 325.
DAFTAR PUSTAKA

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

BUKU

Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan, Bogor : Ghalia Indonesia, 2009.

Imran Nating, Peranan dan Tanggungjawab Kurator dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta
Pailit, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004

M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2007.

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1993.

Munir Fuady, Hukum Jaminan Utang, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2013.

M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Rachmadi Usman, Hukum Jaminan Keperdataan, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Ridwan Khairandy, Itikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, Jakarta: Program Pascasarjana
Fakultas Hukum Univesitas Indonesia, 2004.

R. Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1995.

Sayyid Wrahaji SK, “Dinamika Personal dan Corporate Guarantee di Dunia Perbankan di
Indonesia”, Jurnal publisher Solo: Universitas Sebelas Maret, 2014.

Siti Anisah, Perlindungan Kepentingan Kreditor dan Debitor dalam Hukum Kepailitan di
Indonesia, Yogyakarta: Total Media 2008.
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan
dan Jaminan Perorangan, Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 2001.

Subekti, R, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Bandung:


Citra Aditya Bakti, 1989.

Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Bandung: Alfabeta, 2003.

Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan Memahami Undang-Undang No. 37 Tahun 2004
Tentang Kepailitan, Cetakan ketiga, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2009.

Sumarni, “Hukum Kepailitan”, Jakarta: Sofmedia, 2010.

Zachrowi Soejoeti, Masyhud Asyhari, Hukum Jaminan, Yogyakarta: Navila, 1993.

JURNAL

Veronica Sri Rahayuningtyas, “Aspek kontraktual Dalam Lembaga Corporate Guarantee”,


Jurnal publisher, Surabaya: Universitas Airlangga, 2010.
JAMINAN PERUSAHAAN
Nomor : 35

Pada hari ini, Senin, 31-05-2021 (tiga puluh satu Mei dua ribu dua puluh satu). ---------------------
Jam 11.00 WIB (sebelas nol-nol Waktu Indonesia Barat). -----------------------------------------------
Berhadapan dengan saya, NOVIA, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, Notaris di Kota
Jakarta Barat, dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang saya, Notaris, kenal dan nama-namanya
akan disebutkan pada bagian akhir akta ini: ----------------------------------------------------------------
-Nona Harum Bunga, lahir di Surabaya, pada tanggal 15-02-1990 (lima belas Februari seribu
sembilan ratus sembilan puluh), Warga Negara Indonesia, Swasta, bertempat tinggal di Kota
Jakarta Barat, Jalan Kemanggisan Nomor 10, Rukun Tetangga 010, Rukun Warga 005,
Kelurahan Kemanggisan, Kecamatan Palmerah, pemegang Kartu Tanda Penduduk dengan
Nomor Induk Kependudukan 5256.5418.9876.0001; -----------------------------------------------------
- Menurut keterangannya dalam hal ini bertindak dalam jabatannya selaku Direktur dari
dan oleh karena itu untuk dan atas nama Perseroan Terbatas “PT. JAYA MAKMUR”,
berkedudukan di Jakarta Barat, yang anggaran dasarnya dimuat dalam akta pendirian
Nomor 25, tanggal 10-05-2017 (sepuluh Mei dua ribu tujuh belas), yang dibuat di
hadapan NADYA FARRAS, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta Barat, dan telah
mendapatkan pengesahannya sebagai badan hukum, demikian berdasarkan Keputusan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: C2-
8257.HT.01.01.Th.18 tanggal 27-07-2017 (dua puluh tujuh Juli dua ribu tujuh belas),
sedangkan susunan Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan terakhir dimuat dalam akta
Nomor 18, tanggal 17-09-2018 (tujuh belas September dua ribu delapan belas), yang
dibuat di hadapan NADYA FARRAS, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta Barat, anggaran
dasar mana diubah lagi dengan akta Nomor 11, tanggal 28-8-2020 (dua puluh delapan
Agustus dua ribu dua puluh), yang dibuat dihadapan, saya, NOVIA, Sarjana Hukum,
Magister Kenotariatan, Notaris di Jakarta Barat; ---------------------------------------------
- Dan untuk melakukan tindakan hukum dalam akta ini telah mendapatkan persetujuan dari
Komisaris Perseroan yaitu Tuan Ahmad, swasta, bertempat tinggal di Kota Jakarta Barat,
Jalan Kyai Haji Mohamad Mansyur Nomor 19A, Rukun Tetangga 001, Rukun Warga
001, Kelurahan Tanah Sereal, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, pemegang Kartu
Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan 5510.9763.0000.3484, yang turut
hadir di hadapan saya, Notaris serta saksi-saksi yang sama dan menandatangani akta ini
sebagai tanda persetujuannya; ---------------------
- Dalam melakukan perbuatan hukum dibawah ini tidak memerlukan persetujuan
pemegang saham karena pinjaman ini merupakan aset sebagian kecil dan pemegang
sahamnya hanya satu orang yaitu Nona Harum Bunga;
------------------------------------------
- Untuk selanjutnya akan disebut juga "Penjamin". ------------

Para Penghadap dalam kedudukannya tersebut di atas lebih dahulu menerangkan:


----------------------------------------------------

- Bahwa antara perseroan terbatas PT. JAYA ABADI, berkedudukan di Jakarta Selatan, untuk
selanjutnya disebut "Debitur" bersama dengan Perseroan Terbatas PT. BANK ABC,
berkedudukan di Jakarta Selatan, yang anggaran dasarnya beserta perubahan-perubahannya
telah dimuat dalam ;------------------------------------------
- Berita Negara Republik Indonesia Nomor 25, tanggal 15-8-2019 (lima belas Desember dua
ribu sembilan belas ;----------------
- Berita Negara Republik Indonesia Nomor 12, tanggal 12-12-2019 (dua belas Desember dua
ribu sembilan belas), Tambahan Nomor 1221 ;--------------------------------------------------------
- Bertalian dengan akta-akta yang dibuat di hadapan DINDIRA, Sarjana Hukum, Notaris di
Jakarta yaitu: ------------------------------------------------------------------------------------------
- Nomor 100, tanggal 30-12-2014 (tiga puluh Desember dua ribu empat belas); Nomor 80,
tanggal 28-11-2015 (dua puluh delapan November dua ribu lims belas), yang telah
mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
dengan Surat Keputusan Nomor C2-1539.HT.01.04.Th.17, tanggal 03-04-2014 (tiga April
dua ribu empat belas), dan terakhir diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
Nomor 10, tanggal 11-11-2016 (sebelas November dua ribu enam belas), Tambahan Nomor
1022; sedangkan susunan Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan terakhir dimuat dalam
akta Nomor 16, tanggal 25-7-2018 (dua puluh lima Juli dua ribu delapan belas), yang dibuat
di hadapan BEDITHA, Sarjana Hukum, pada waktu itu pengganti dari BILLQUIS, Sarjana
Hukum, Notaris di Jakarta Barat. -------------------------------------------------------
- untuk selanjutnya akan disebut "Kreditur", di lain pihak telah dibuat Akta Perjanjian Kredit
dengan Pemberian Jaminan tertanggal 8-12-2020 (delapan Desember dua ribu dua puluh),
juncto Akta Perubahan Perjanjian Kredit tertanggal hari ini, Nomor 35, keduanya dibuat
dihadapan saya, Notaris, mungkin di kemudian hari akan dibuat perjanjian-perjanjian lainnya
berikut perubahan, pembaharuan penambahan, serta penggantiannya kemudian (baik sendiri
maupun keseluruhannya untuk selanjutnya akan disebut juga "Perjanjian").
-----------------------------
- Maka berhubung dengan hal-hal tersebut diatas, Penjamin menyetujui untuk memberikan
jaminan untuk kepentingan Kreditur berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan
tersebut dibawah ini: -------------------------------------------------
- Penjamin dengan ini menjamin dan berjanji secara tidak dapat ditarik kembali dan tanpa
syarat untuk membayar sepenuhnya kepada Kreditur atas permintaan pertama dari Kreditur
kepada Penjamin semua jumlah-jumlah uang yang sekarang atau pada suatu waktu akan
terhutang oleh Debitur kepada Kreditur karena sebab apapun juga, baik karena Perjanjian,
hutang pokok, bunga dan biaya-biaya baik karena fasilitas garansi bank, jaminan, surat-
surat wesel promesse, akseptasi atau surat Dagang lain yang ditandatangani oleh Debitur
sebagai acceptance, endossante, penarik atau avaliste atau berdasarkan apapun juga;
- Penjamin dengan ini melepaskan untuk kepentingan Kreditur semua hak untuk dilunaskan
lebih dahulu atau pembagian hutang (eerdere uitwinning en schuldesplitsing) dan segala hak
utama dan eksepsi yang oleh Undang-Undang diberikan kepada seorang borg, diantaranya
tetapi tidak terbatas pada ketentuan-ketentuan yang disebut dalam pasal-pasal
1843,1847,1848, 1849 dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang berlaku di
Indonesia; -------
- Jaminan ini tidak dapat dianggap sebagai telah dipenuhi dengan pembayaran atau pelunasan
untuk sebagian dari jumlah uang yang terhutang oleh Debitur kepada Kreditur sebagaimana
tersebut diatas, akan tetapi untuk jumlah-jumlah uang yang sewaktu-waktu terhutang oleh
Debitur kepada Kreditur berdasarkan Perjanjian atau berdasarkan hal-hal lain yang tersebut
diatas; ----------
- Jumlah yang pada suatu saat karena sebab apapun juga terhutang oleh Debitur kepada
Kreditur baik berupa pokok maupun biaya-biaya lain, bagi Penjamin dan mereka yang
menerima hak dari Penjamin (rechtverkrijgenden) adalah suatu hutang yang tak terbagi
(ondeelbare schuld); ---------------------------------
- Pembukuan dari Kreditur mengenai jumlah uang yang sewaktu-waktu terhutang oleh Debitur
kepada Kreditur dan wajib yang dibayar oleh Debitur kepada Kreditur berdasarkan perjanjian
atau berdasarkan apapun juga merupakan bukti yang sempurna dan mengikat dalam segala
hal terhadap Penjamin baik di dalam Pengadilan atau di mana pun juga;
----------------------------
- Penjamin dengan ini menjamin Kreditur bahwa Penjamin berhak penuh untuk membuat dan
melaksanakan jaminan yang dimuat dalam akta ini dan jaminan ini merupakan kewajiban
yang sah dan mengikat diri Penjamin dan bahwa tidak ada perkara atau perkara administrasi
di hadapan Pengadilan yang sekarang berjalan atau hal-hal yang menurut Penjamin
mengancam kekayaan Penjamin yang dapat mempengaruhi keadaan harta kekayaan
Penjamin; ----------
- Penjamin dengan ini memberi kuasa yang tidak dapat ditarik kembali dan yang tidak akan
berakhir karena sebab-sebab yang tercantum dalam Pasal 1813 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata kepada Kreditur untuk pada setiap saat membebani rekening Penjamin pada
kantor Kreditur atau pada setiap cabang kantor Kreditur di mana pun juga, untuk memenuhi
jaminan yang diberikannya berdasarkan akta ini, tanpa mengurangi setiap hak yang mungkin
akan diperoleh oleh Kreditur berdasarkan jaminan ini serta berdasarkan Undang-Undang dan
berdasarkan setiap upaya hukum lain untuk mendapatkan kembali jumlah yang mungkin
masih tersisa; ----------------------------------------------------
Setiap pemberitahuan atau tagihan berdasarkan jaminan ini dianggap telah diberikan
sebagaimana mestinya kepada Penjamin dengan dikirimnya pemberitahuan atau tagihan itu
dengan pos ditujukan kepada Penjamin dengan alamat :----------------------------------
- Perseroan Terbatas PT. JAYA MAKMUR, berkedudukan di Jakarta;
Jalan K.H. Mohamad Mansyur Nomor 120-B, Jakarta Barat. -------Telepon Nomor
0215309236, Faximile Nomor 1234567. ------------
- kecuali pemberitahuan tertulis mengenai perubahan alamat tersebut diatas telah terlebih
dahulu diberikan kepada Kreditur;
- Pemberitahuan Kreditur kepada Penjamin dianggap telah diterima 48 (empat puluh delapan)
jam setelah dimasukkan kedalam pos dan cukup bila ditandatangani oleh Pejabat dari
Kreditur dan pemberitahuan tersebut cukup dibuktikan bahwa surat yang memuat tagihan
tersebut. --------------------------------------------
- Pemberian jaminan perusahaan yang diatur dalam akta ini tidak dapat diakhiri/dicabut oleh
Penjamin tanpa persetujuan tertulis dari Kreditur; ----------------------------------------------
- Mengenai akta jaminan ini dan segala akibatnya serta pelaksanaannya Penjamin memilih
tempat tinggal yang tetap dan seumumnya pada Kantor Panitera Pengadilan Negeri Jakarta
Barat di Jakarta; --------------------------------------------------

Demikian itu dengan tidak mengurangi hak dan wewenang KREDITUR untuk memohon
pelaksanaan (eksekusi) atau mengajukan tuntutan/gugatan terhadap Penjamin/Debitur dimuka
pengadilan-pengadilan lainnya di dalam wilayah Republik Indonesia. ---------Kemudian hadir
dihadapan saya, Notaris, dengan dihadiri saksi-saksi yang sama dan yang akan disebutkan pada
bagian akhir akta ini:------------------------------------------------------------

1. Tuan Vito, Pimpinan Cabang Pembantu Sudirman dari perseroan terbatas tersebut,
bertempat tinggal di bertempat tinggal di Kota Jakarta Selatan, Jalan Panglima Polim
Nomor 130-A, Rukun Tetangga 003, Rukun Warga 001, Kelurahan Selong, Kecamatan
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, untuk sementara berada di Jakarta
Barat ;---------------------------------

2. Nyonya Lina, Legal Officer Kantor Pusat dari perseroan terbatas tersebut, bertempat
tinggal di Kota Jakarta Selatan, Jalan RS. Fatmawati Gg. 5 Nomor 20, Rukun Tetangga
004, Rukun Warga 002, Kelurahan Cilandak Barat, Kecamatan Cilandak, Jakarta
Selatan, untuk sementara berada di Jakarta
Barat ;---------------------------------------------------

- Menurut keterangan mereka dalam hal ini bertindak atas kekuatan Akta Kuasa dibuat di
bawah tangan Nomor 35, tanggal 25-05-2021 (dua puluh lima Mei dua ribu dua puluh satu),
yang dibuat dihadapan saya, Notaris, selaku kuasa Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan
atas perseroan terbatas PT. BANK ABC tersebut dan menjalani selaku demikian
menerangkan telah mengetahui benar dan dengan ini menerima pernyataan jaminan
perusahaan tersebut diatas. ---------------------------------Para penghadap dikenal oleh saya,
Notaris. -------------------
------------------------- DEMIKIAN AKTA INI ---------------------Dibuat sebagai minuta dan
diselesaikan di Jakarta Barat pada hari dan tanggal tersebut pada bagian awal akta ini dengan
dihadiri oleh: ----------------------------------------------------------

1. Nona SASA, umur 26 (dua puluh enam) tahun, lahir di Jakarta, pada tanggal 10-01-1995
(sepuluh Januari seribu sembilan ratus sembilan puluh lima), Warga Negara Indonesia,
Swasta, bertempat tinggal di Kota Administrasi Jakarta Pusat, Jalan Bila Nomor 05, Rukun
Tetangga 004, Rukun Warga 003, Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir, pemegang Kartu
Tanda Penduduk
2. Tuan BADRUN, umur 27 (dua puluh tujuh) tahun, lahir di Jakarta, pada tanggal 20-04-1994
(dua puluh April seribu sembilan ratus sembilan puluh empat), Warga Negara Indonesia,
Swasta, bertempat tinggal di Kota Administrasi Jakarta Pusat, Jalan Kuantan Nomor 10,
Rukun Tetangga 003, Rukun Warga 001, Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir, Pemegang
Kartu Tanda Penduduk dengan Nomor Induk Kependudukan: 5011.7344.1988.0000;
---------------

Segera setelah akta ini saya, Notaris, bacakan kepada para penghadap, saksi-saksi, maka
akta ini ditanda tangani oleh para penghadap, saksi-saksi dan saya, Notaris.
------------------Dilangsungkan dengan tanpa perubahan. --------------------------

Jakarta Barat, 6 Juni 2021 

    

  (NOVIA, S.H., M.Kn)


                   Notaris di Kota Jakarta Pusat

Anda mungkin juga menyukai