Anda di halaman 1dari 34

Huperjam

Tugas 25%
UTS 35%
UAS 40%

Hukum perikatan – UTS


Hukum jaminan – UAS

1. Pengantar hukum perikatan dan perjanjian


2. Batal dan kebatalan perjanjian
3. Hapusnya perikatan
4. Perjanjian jual beli dan perjanjian pengikatan jual beli
5. Perjanjian kuasa, kuasa mutlak, kuasa membebankan hipotik kapal
6. Perjanjian kredit dan sewa guna usaha
7. Perjanjian kerja sama pemerintah dengan swasta
8. UTS
9. Konsep umum jaminan
10. Jaminan perseorangan dan jaminan kebendaan
11. Pembuatan akta perjanjian gadai dan gadai saham
12. Pembuatan akta fidusia
13. Pembuatan akta resi gudang
14. Pembuatan akta hipotik
15. Pembuatan akta hak tanggungan
16. UAS

Hukum perikatan
- Perikatan -> hubungan hukum antara 2 pihak atau lebih dimana pihak yang satu
berhak menuntut sesuatu dan pihak lainnya berkewajiban memenuhi tuntutan-
tuntutan tersebut.
- Perikatan lahir karena hukum:
o Berdasarkan perjanjian
o Berdasarkan UU (hukum tertulis)
o Berdasarkan kesusilaan
o Berdasarkan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian (patiha)

Sumber Perikatan
- Perjanjian
a. perjanjian sepihak – hibah/pemberian
b. perjanjian timbal balik – jual-beli, sewa-menyewa
- Undang-undang
a. semata-mata karena ketentuan undang-undang
b. karena perbuatan:
1. perbuatan halal (sukarela)
2. perbuatan melawan hukum
Perjanjian
- Menurut Pasal 1313 KUHPerdata = suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap suatu orang atau lebih lainnya
- Perjanjian adalah perbuatan hukum untuk melakukan sesuatu (prestasi) pada masa
yang akan datang
- Prestasi dalam perjanjian terdiri dari (Pasal 1234 KUHPerdata):
o Memberikan sesuatu
o Berbuat sesuatu
o Tidak berbuat -> ini biasanya jika digugat karena melakukan jatuhnya menjadi
PMH, karena yang diminta adalah pembatalan perjanjian bukan
perjanjiannya yang dilanjutkan
- Pelanggaran terhadap perjanjian disebut wanprestasi
- Ps. 1266 KUHPer: pembatalan perjanjian harus melalui pengadilan (tidak bisa
sepihak)

Perjanjian sukarela x kuasa


Sukarela tidak diperjanjikan – kuasa diperjanjikan

Perikatan alam (natuurlijke verbintenis) – perikatan yang dilakukan secara sukarela tetapi
tidak ada hak untuk menuntut sesuatu – kasus: ada orang yang secara rutin memberikan
sebagian dari penghasilan usahanya ke temannya (sebagai bentuk utang budi), tidak pernah
diperjanjikan – manakala ia tidak memberikan uang kepada temannya, maka ia tidak dapat
dituntut apabila tidak lagi memberikan uang.

Perjanjian – perbuatan hukum untuk melakukan suatu prestasi di masa yang datang – inti
perjanjian ada prestasi bukan wanprestasi.

Prestasi yang tidak berbuat, apakah bentuknya pmh atau wanprestasi? Kalau digugatan
sebaiknya yang digugat adalah pmh bukan wanprestasi.

Perikatan yang bersumber dari UU


- Semata-mata karena ketentuan UU
o Contoh hak dan kewajiban antara pemilik pekarangan yang saling
bertetangga (Pasal 625-672 KUHPerdata) – hak antara orang yang saling
bertetangga, yaitu hak untuk memperoleh akses (servituut)
- Karena perbuatan hukum
o Perbuatan sukarela (halal)/zaakwaarneming – Pasal 1354-1359 KUHPerdata
▪ Contoh: terjadi banjir, sehingga ada hewan peliharaan milik tetangga
yang terlantar. Kita merawat hewan tersebut sehingga kita terikat
untuk merawatnya. Kalau telah selesai, kita yang merawat tidak bisa
memperoleh kompensasi/penggantian atas biaya-biaya yang kita
keluarkan
▪ Mirip dengan perikatan alam (natuurlijke verbintenis) -> bedanya
adalah kalau perbuatan sukarela ini terjadi ketika ada suatu keadaan
tidak hadir.
▪ Apa yang sudah diberikan tidak bisa ditarik kembali
o Perbuatan melawan hukum – Pasal 1365 KUHPerdata
▪ Tujuan = mengembalikan kepada keadaan semula seperti sebelum
terjadinya perbuatan melawan hukum (berlaku asas retroaktif)
▪ Unsur perbuatan melawan hukum
● Perbuatan (aktif/pasif)
● Perbuatannya melawan hukum
o Unsurnya
▪ Melanggar hak subjektif orang lain
▪ Melanggar kewajiban hukum pelaku
▪ Melanggar kesusilaan
▪ Melanggar kepatutan, ketelitian dan kehati-
hatian tuntutan akibat PMH adalah ganti rugi
materil maupun immaterial (kehilangan
kesenangan hidup)
● Kesalahan (sengaja/tidak disengaja atau lalai) -> ini yang
membedakannya dengan strict liability
● Ada kerugian (materil; harta benda atau immaterial; kerugian
moril) – kerugian immaterial biasanya hanya bisa dituntut oleh
orang pribadi ketika ada kerugian terhadap tubuh manusia
(rasa sakit, stress, dll) – badan hukum tidak ada kerugian
immaterial dan walaupun bicara mengenai pencemaran nama
baik badan hukum, ini termasuk kerugian material karena
pencemaran nama baik menyebabkan turunnya pendapatan
(matril).
● Hubungan kausal

Macam-macam perikatan
- Perikatan bersyarat 🡪 jika digantungkan pada suatu peristiwa tertentu yang akan
datang dan masih belum terjadi. Ada 2 macam:
o Syarat tangguh = jika syaratnya terpenuhi maka perikatannya lahir/terjadi
o Syarat batal = jika syaratnya terpenuhi maka perikatannya batal/lahir
- Perikatan dengan ketetapan waktu = perikatan yang pelaksanaan pretasinya
ditangguhkan sampai dengan waktu tertentu sesuai dengan perjanjian
- Perikatan alternative (mana suka) = perikatan yang terdapat pilihan guna
melaksanakan prestasi atau kewajiban dalam perjanjian
- Perikatan tanggung menanggung (solidair) = hak kreditur untuk menuntut
pembayaran seluruh uang (kewajiban) kepada debitur dan pembayaran oleh salah
seorang debitur akan membebaskan debitur lainnya.
Kasus 1 Wanprestasi
Kasus 2 PMH

Dalam sewa menyewa ada larangan untuk menyewakan ulang

Asas-asas penting dalam hukum perikatan

- Sistem terbuka dan asas konsensualisme – Pasal 1320 (1)


o Sistem terbuka x sistem tertutup 🡪 berkaitan dengan aanvullend recht
(optional law) atau hukum pelengkap
o Konsensualisme 🡪 lahir pada saat tercapai kata sepakat
▪ Pengecualian
● Perjanjian formal: memenuhi formalitas tertentu – misalnya
perjanjian hibah akta notaris
● Perjanjian riil: tidak cukup adanya kata sepakat – harus ada
pelaksanaan prestasi baru dianggap mengikat – tukar menukar
Pasal 1541, penitipan barang Pasal 1697
- Asas kebebasan berkontrak
Pasal 1338 ayat (1) – kebebasan untuk menentukan isi dan bentuk perjanjian
o Mengikatkan diri apa tidak
o Dengan siapa dia mengikatkan diri
o Menentukan isi : kebebasan dibatasi juga dengan Pasal 1338 ayat (3)
- Asas hukum yang mengikat
Pasal 1339 🡪 asas yang menyatakan bahwa para pihak terikat tidak hanya terhadap
apa yang dijanjikan tetapi terikat juga terhadap kepatutan, kebiasaan dan undang-
undang
- Asas kepribadian
Asas yang menyatakan bahwa perjanjian berlaku bagi pihak yang mengadakan
perjanjian itu sendiri (Pasal 1315 jo. 1340) – pengecualiannya ada di Pasal 1316-1318
- Asas itikad baik
o Pasal 1338 ayat (3) “perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik”. Itikad
baik harus diartikan objektif 🡪 maksudnya perjanjian didasarkan pada
keadilan, kepatutan dan kesusilaan
o Itikad baik dalam perkembangannya berlaku juga pada tahap pra kontrak
(negosiasi). Dalam hal ini berlaku prinsip itikad baik subjektif
▪ Itikad baik subjektif: itikad baik orangnya
▪ Itikad baik objektif: berbicara mengenai isi perjanjiannya – perjanjian
yang fair (adil) tidak berat sebelah
o Fungsi itikad baik
▪ Menafsirkan
▪ Membatasi
▪ Melengkapi

(Harta bersama tidak harus mencantumkan kedua nama pihak, boleh satu saja)

Kasus 1 – tidak bisa, yang bisa ditanggung oleh salah satu pihak bukan pajaknya yang
dihilangkan, kalau terjadi seperti itu yang batal perjanjian atau klausulanya? Klausulanya.
Kasus 2 – dapat.

SESI TANYA JAWAB

- A menyepakati untuk membangun proyek pemerintah. Dalam perjanjian ditentukan


bahwa A akan dibebaskan dari segala bentuk pembayaran pajak. Apakah klausul
tersebut dapat dibenarkan?
Jawaban: Tidak. Pajak sudah menjadi kewajiban sebagaimana diatur di UU. Yang
dibolehkan adalah pajak ditanggung oleh salah satu pihak, tapi tidak boleh
dihilangkan/dibebaskan.

- Bagaimana dengan klausula yang mencantumkan range harga? (tidak ada harga yang
pasti). Kalau barangnya cuman satu dan sudah pasti harganya dan masih
dicantumkan range artinya ada unsur ketidakpastian dalam perjanjian tersebut,
kalau jumlahnya yang belum pasti misalnya kualitas a dan kualitas b sudah ada harga
tetapnya tapi jumlah a dan b yang akan dibeli belum pasti maka bisa mencantumkan
range.
Unsur perjanjian
- Esensialia – unsur yang harus ada, jika tidak ada batal demi hukum, misalnya jual beli
terus barangnya tidak ada.
- Naturalia – diatur dalam UU (KUHPer) tapi boleh disimpangi, misalnya penyerahan
biaya
- Aksidentalia – berdasarkan kebebasan para pihak – UU tidak diatur dan sifatnya juga
bukan esensialia

Kesalahan pd klausula yg non-esensial -> klausulanya yang batal, perjanjiannya tidak batal

Perjanjian yang tidak sesuai dengan judul – maka isinya yang mengikat bukan judulnya

- Bedanya gugatan tuntutan dalam gugatan PMH & wanprestasi?


Jawaban: Gugatan PMH -> hanya bisa menuntut biaya-biaya yg memang sudah
dikeluarkan/kerugian riil, kalo kehilangan keuntungan, dll (sesuatu yang belum
terjadi) itu tidak bisa dituntut.

- Materai dalam perjanjian – ada tidaknya materai tidak mempengaruhi keabsahan


perjanjian, jika tidak dibubuhi materai masuk ke pajak terhutang dan jika dihadapkan
ke pengadilan akan ditarik biaya materainya.

- Kalau memperjanjikan “jika ada wanprestasi, maka pihak yang wanpres akan
memberikan ganti rugi sebesar xxx”, apakah ini mengurangi unsur itikad baik dlm Ps.
1338 KUHPer?
Jawaban: jika masih reasonable besarannya (mis. Denda), tidak masalah. Kalau
nilainya terlalu besar, biasanya hakim yang menangani perkara akan menggunakan
diskresinya untuk menurunkan nilai ganti rugi/denda yang ada di perjanjian. Tapi
pada pokoknya kalo ada penentuan besaran ganti rugi di perjanjian, ini akan
memudahkan hakim untuk memutus perkara dan ini menguntungkan penggugat,
karena biasanya jika di perjanjian tidak dirinci maka hakim tidak akan mengabulkan
tuntutan ini sebab dianggap gugatan kabur.

- Kalo perjanjian utang piutang, bisa tidak menimbulkan bunga? Atau hanya bank yg
bisa menetapkan bunga?
Jawab: Bisa, tidak harus bank. Ingat pula bunga moratoir sebesar 6% dalam setahun

Hapusnya perikatan: 1381 KUHPerdata.

Pertemuan kedua – 22 September 2020 Pak ABC

Review materi pertemuan pertama

Sumber perikatan berdasarkan UU karena perbuatan


- Sukarela = tidak didasarkan pada kontrak, didasarkan pada perbuatan (orang yang
melakukan perbuatan dimana orang lain tidak sempat melakukan hal tersebut,
misalnya menolong orang yang kecelakaan – ibarat kata tidak harus menunggu orang
terdekatnya dulu untuk menolongnya)

Ada hal yang tidak boleh dilakukan dalam perjanjian sewa menyewa contoh dilarang untuk
menyewakan lagi.

Perikatan dengan ketetapan waktu – hanya menunda pelaksanaannya saja (tidak


digantungkan pada syarat)

Pertemuan kedua

Hapusnya perikatan
Pasal 1381 KUHPerdata
- Pembayaran
- Penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan barang
(konsinyasi) -> ini kalau kreditur tidak mau menerima pembayaran karena
menganggap haknya lebih dari itu/kreditur sulit ditemui untuk dilunasi
- Pembaruan hutang (novasi) -> penting untuk kontrak Syariah, karena biasanya
kontrak-kontraknya hybrid/lebih dari 1
- Perjumpaan hutang (kompensasi) = apabila para pihak mempunyai kewajiban
dengan nilai yang sama (hutang a dan b senilai dan dijumpakan)
- Pencampuran hutang (bank a dan b merger, a hutang ke b, maka terjadi
pencampuran hutang)
- Pembebasan hutangnya
- Musnahnya barang yang terhutang 🡪 kaitannya dengan force majeure
- Batal dan pembatalan 🡪 ada hal-hal yang menyebabkan perikatan atau perjanjiannya
menjadi batal atau dapat dibatalkan
- Berlakunya syarat batal = untuk perjanjian bersyarat (syarat tangguh/batal). Syarat
Tangguh: perjanjian lahir Ketika syarat terpenuhi, syarat batal: perjanjian batal ketika
syarat terpenuhi
- Lewatnya waktu (daluarsa)

Perjanjian berakhir apakah perikatan berakhir pula?


Jadi kalau perjanjian berakhir belum tentu perikatannya berakhir, misalnya dokumen
rahasia (harus dirahasiakan sampai jangka waktu tertentu melebihi waktu perjanjian). Kalau
perjanjiannya berakhir tapi prestasinya belum dilaksanakan maka perikatannya belum
berakhir. Contoh: pembuatan kapal yang belum selesai dan waktu perjanjiannya berakhir
atau sewa menyewa dimana yang sewa belum bayar hingga perjanjiannya berakhir maka
perikatannya tetap berjalan. Karena jadinya kapal tsb merupakan sebuah prestasi yang
diperjanjikan. Oleh karena itu si pembuat kapal juga belum bisa menuntut pembayaran ->
berlaku asas pemberi pekerjaan tidak bisa dikatakan wanprestasi jika yang melakukan
pekerjaannya juga wanprestasi

Kondisional agreement = disyaratkan pekerjaan telah selesai terlebih dahulu baru dibayar.
Bagaimana jika sudah dibayar namun pekerjaannya belum selesai (uang muka). Bisa
dicairkan uang muka (hak kreditur untuk mencairkan uang muka). Performance bond –
jaminan pelaksanaan. Kalau sudah dicairkan maka perikatannya berakhir.
Cara-cara hapusnya suatu perikatan
- Pembayaran
Subrogasi = penggantian hak-hak si berpiutang (kreditur) oleh seorang ketiga yang
membayar kepada si berpiutang. Misalnya = asuransi – si x menabrak y kemudian y
diberikan uang oleh asuransinya padahal yang membayar seharusnya x.
o Subrogasi karena perjanjian
▪ Apabila si berpiutang (kreditur) dengan menerima pembayaran dari
seorang pihak ketiga menetapkan bahwa orang ini akan
menggantikan hak-haknya, gigatan-gugatannya, hak-hak istimewanya
dan hipotik yang dipunyainya terhadap si berutang (debitur) ->
perjanjiannya antara kreditur lama dan kreditur baru, yang mana
kreditur baru akan menggantikan hak-hak kreditur lama
▪ Apabila di berutang menjaminkan sejumlah uang untuk melunasi
utangnya, dan menetapkan orang yang menjamin uang itu akan
menggantikan hak-hak si berpiutang (gali lobang tutup lobang).
o Subrogasi terjadi karena UU (Pasal 1402 KUHPerdata)
▪ Untuk seorang yang ia sendiri sedang berpiutang, melunasi seorang
berpiutang lain, yang berdasarkan hak-hak istimewanya atau hipotik,
mempunyai suatu hak yang lebih tinggi -> debitur yang punya lebih
dari 1 kreditur
● Contoh kasus menit ke 29
▪ Untuk seorang pembeli suatu benda tak bergerak, yang telah
memakai uang harga benda tersebut untuk melunasi orang-orang
berpiutang kepada siapa benda itu diperikatkan dalam hipotik.
● Kaitannya dengan pembelian benda tetap lalu benda tetap
tersebut dijaminkan. Misalnya A beli tanah B yang sedang
dijaminkan. Tanah B ini dijaminkan ke C, D, E. Disini A
membayar harga tanah dengan cara melunasi utang-utangnya
B ke C, D, E. Dalam prakteknya dilangsungkan PPJB & tahan
sertifikat di notaris agar menjamin bahwa penjual (B) tidak
wanprestasi lalu tiba-tiba batal menjual tanahnya (kepada A)
▪ Untuk seorang yang bersama-sama dengan orang lain, atau untuk
orang-orang lain, diwajibkan membayar suatu utang, berkepentingan
untuk melunasi utang itu.
● Kaitannya dengan tanggung renteng. Ada 3 orang yang hutang
dan kewajibannya tanggung renteng maka si kreditur bisa
menagih kepada si A, B atau C lalu si A membayarkan
keseluruhan hutangnya B dan C maka A berhak menagih 2/3
ke B dan C
▪ Untuk seorang ahli waris yang sedang menerima suatu warisan
dengan hak istimewa guna mengadakan pencatatan tentang keadaan
harta peninggalan, telah membayar utang-utang warisan dengan
uangnya sendiri
- Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan atau penitipan
Cara ini harus dilakukan apabila si berpiutang menolak pembayaran
- Pembaruan utang atau novasi
Menurut pasal 1413 KUHPerdata ada tiga macam novasi
o Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna
orang yang menghutangkannya, yang menggantikan utang yang lama yang
dihapuskan karenanya
o Apabila seorang yang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang
berutang lama, yang oleh si berpiutang dibebaskan dari perikatannya
o Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang kreditur baru ditunjuk
untuk menggantikan kreditur lama, terhadap siapa si berutang dibebaskan
dari perikatannya
▪ Novasi okjektif = yang diperbarui adalah objeknya (misalnya leasing
konvensional ke leasing syariah atau perjanjian hutang piutang
dikonversinya menjadi perjanjian penyertaan modal - debt to equity
slot)
▪ Novasi subjektif = subjeknya berganti – bisa krediturnya atau
debiturnya. Kalau debitur yang ganti disebut sebagai over credit atau
novasi subjektif pasif. Kalau krediturnya yang berganti sebagai novasi
subjektif aktif. Sering terjadi dalam hal KPR. Jika KPR belum lunas,
maka tidak bisa dialihkan ke pihak lain (misalnya untuk dijual dengan
AJB). Maka pengalihannya dengan cara novasi subjektif ini
o Bedanya subrogasi dan novasi subjektif aktif?
▪ Subrogasi = selain dari krediturnya yang berganti tidak ada yang
berubah lagi. Novasi = selain dari krediturnya yang berganti, syaratnya
juga berubah.
▪ Bedanya dengan cessie bagaimana kan sama-sama ganti kreditur?
Jawaban: kalo cessie biasanya tidak dibayarkan penuh. Cessie ada jual
beli piutang, yaitu jualnya utang dengan cara didiskon. Kalo subrogasi,
apa yang digantikan full (tidak ada diskon). Apa yg berhak diterima
sama dengan yang dibayarkan, tidak bisa menagih lebih. Kalo novasi
perjanjiannya segitiga (debitur, kreditur lama, kreditur baru), para
pihak harus dilibatkan dalam perjanjian. Kalau subrogasi & cessie
cuman perjanjian antara kreditur debitur saja
▪ NOVASI menit ke 45
▪ CESIE menit ke 48
- Perjumpaan hutang
- Percampuran hutang
- Pembebasan hutang
Si berpiutang tidak menghendaki lagi prestasi dari si berutang dan melepaskan
haknya.
- Musnahnya barang yang terutang
Jika barang tertentu yang menjadi objek perjanjian musnah, tak dapat lagi
diperdagangkan, atau hilang, hingga tak dapat lagi diketahui apakah barang itu
masih ada, maka hapuslah perikatannya, asal barang tadi musnah diluar kesalahan si
berutang dan sebelum ia lalai menyerahkannya. Ketentuan ini hanya berlaku bila
risiko mengenai musnahnya benda dibebankan pada kreditur, misal dalam
perjanjian jual beli atau penghibahan.
- Batal atau pembatalan
Meminta pembatalan akibat tidak terpenuhinya syarat subjektif dapat dilakukan
dengan dua cara:
o Aktif menuntut pembatalan perjanjian di depan hakim
o Menunggu sampai digugat di depan hakim
- Berlakunya syarat batal
Apabila syarat batalnya suatu perikatan terpenuhi maka hapuslah perikatan tersebut
dan berlaku surut hingga saat lahirnya perjanjian.
- Lewat waktu
Daluwarsa untuk memperolah hak milik atas suatu barang dinamakan daluwarsa
“acquisitive”, sedangkan daluwarsa untuk dibebaskan dari suatu perikatan (atau
suatu tuntutan) dinamakan daluwarsa “extinctif”.
Menurut pasal 1967, maka segala tuntutan hukum, baik yang bersifat kebendaan,
maupun yang bersifat perseorangan hapus karena daluwarsa dengan lewatnya
waktu 30 tahun.

Pertemuan ketiga – 29 September 2020 Batal dan kebatalan perjanjian

Berdasarkan pasal 1446 dan 1320 ada pemahaman yang keliru, dalam Pasal 1446 maknanya
bukan batal demi hukum…….

Pasal 1449 “membatalkannya” kaitan juga dengan Pasal 1321 – dalam hal terlanggar maka
kesepakatannya tidak bebas dan orang yang merasa tidak bebas maka….
Dari pemahaman pemahaman diatas dapat disimpulkan makna terjemahan subekti
memberikan kata yang berbeda untuk makna pembatalan maupun kebatalan atau dapat
dibatalkan atau batal demi hukum, sehingga perlu dipahami kembali penggunaan pasal
tersebut dalam prakteknya

Syarat sah perjanjian Pasal 1320KUHPerdata


Subjektif= kesepakatan dan kecakapan 🡪 tidak terpenuhi dapat dibatalkan
Objektif= hal tertentu dan sebab yang halal 🡪 tidak terpenuhi batal demi hukum

Apakah keduanya berbeda (dapat dibatalkan dan batal demi hukum?


1. Tidak terpenuhinya syarat = subjektif dapat dibatalkan, objektif batal demi hukum
2. Akibat hukumnya = subjektif 🡪 perjanjian cacat tapi tidak berarti perjanjian tidak
dilaksanakan, tetap mengikat para pihak, objektif 🡪 batal demi hukum – menyebabkan
hubungan hukumnya dianggap tidak pernah ada.

Tapi dalam beberapa hal keduanya ada kesamaan, litigasi = untuk menyatakan batal demi
hukum tidak perlu ke pengadilan, tetapi dalam praktek ia harus minta juga ke pengadilan
(menit ke 15.30)

Korelasinya dengan notaris? Berhati-hati dalam menulis akta karena akta sama dengan
perjanjian.

Dalam pemahaman terkait dengan kebatalan ada pandangan yang berbeda


Wirjono 🡪 kebatalan mutlak dan relative
Mutlak 🡪 perjanjian dianggap batal meskipun tidak diminta oleh para pihak (equal dengan
batal demi hukum)
Relatif 🡪 apabila diminta oleh para pihak (dapat dibatalkan)

Kebatalan tidak lain adalah peristiwa dimana tindakan itu tidak menimbulkan akibat hukum
seperti yang dimaksud 🡪 kebatalan dikonstruksikan batal demi hukum
Hal itu terjadi dengan sendirinya, tanpa memerlukan tindakan pembatalan, tanpa harus
dituntut
Hakim yang mengetahui hak itu, demi jabatannya wajib menerima konsekuensi tersebut

Pembatalan adalah pernyataan suatu tindakan hukum atas tuntutan dari pihak yang oleh
UU dibenarkan untuk menuntut pembatalan tersebut
Pembatalan dilakukan oleh hakim atas gugatan yang dilakukan oleh pihak yang diberikan
hak oleh UU
Akibat pembatalan berlaku surut sesudah dinyatakan batal oleh hakim, maka keadaannya
menjadi sama dengan yang batal demi hukum

Pasal 1338 🡪 korelasinya dengan Pasal 1266 maka tidak boleh membatalkan secara sepihak,
tetapi meminta pembatalan kepada hakim dengan memenuhi syarat-syarat tertentu
Dengan mengenyampingkan Pasal 1265 dan 1266 maka dianggap bahwa perjanjian dapat
dibatalkan salah satu pihak.

Pasal 1266 – kalau ada kondisi dikemudian hari yang belum terjadi dan dikemudian hari
ternyata kondisi tersebut terjadi maka perjanjian batal

Perikatan bersyarat dalam UU – kondisi menit ke 27

Syarat berlakunya syarat batal dalam Pasal 1266 🡪 perjanjian timbal balik dan kreditur
default
Ayat (2)

“Apabila dalam waktu 2 bulan setelah jatuh tempo, pihak kedua (debitur) tidak melakukan
pembayaran sebagaimana diperjanjikan, maka dianggap pihak kedua mengundurkan diri”
akibatnya apa, batal demi hukum atau dapat dibatalkan? Menit ke 32

Yang lebih baik sesungguhnya adalah mengenyampingkan Pasal 1266 ayat 2 dan 3 (bukan
keseluruhan pasal) karena dalam konteks ini tergambar suatu kondisi pembatalan
dimintakan hakim, ketika disimpangi maka salah satu pihak boleh membatalkan sepihak –
dalam drafting kemudian menyatakan segara global menyimpangi pasal 1265 dan pasal
1266, sebagai notaris jangan sampai menyampingkan pasal tersebut tanpa mengatur
bagaimana kondisi kebatalan maka ujung-ujungnya harus dimintakan pembatalan ke hakim.

Pasal 1254 🡪 batal demi hukum

Pasal 1253 🡪

Pasal 1256 🡪 menit 50.

Pasal 1314 bukan timbal balik, bahasanya perjanjian cuma-cuma atau atas bebas

Wacana hukum menit ke 53


- Kecakapan dan kewenangan dalam syarat sahnya perjanjian
o Rechtsbekwaamheid 🡪 kecakapan hukum
o Rechtsbevoegdlheid 🡪 kewenangan hukum
- Kalau ada perjanjian yang ditandatangani sama pihak yang tidak berwenang (bukan
direksi dan ia tidak dikuasakan) maka perjanjiannya batal atau batal demi hukum?
Menit ke 58 🡪 ketika ada ketentuan dalam per-UU yang menyatakan dia tidak
berwenang untuk melakukan perbuatan hukum tertentu, kalau telah melanggar UU
maka perbuatannya batal demi hukum (syarat objektif yang dilanggar adalah suatu
sebab yang halal). Namun dalam beberapa putusan pengadilan justru dapat
dibatalkan.
- Bagaimana dengan masa jabatan direkturnya telah habis? dalam kondisi tsb maka
dia batal demi hukum/dapat dibatalkan? Jawaban: dalam PT, orang yang tidak
memiliki kewenangan maka aktanya menjadi dapat dibatalkan. Tapi kalo
ketidakwenangannya ini dilanggar, maka menjadi batal demi hukum.
Akibat hukum 🡪 akibat tidak dipenuhinya syarat keabsahan kontrak menit ke 1.13.00
Pernyataan nurul – menit ke 1.21

Pertemuan keempat – 6 Oktober 2020

Review materi

Perikatan hapus disebabkan


- Pembayaran: tidak hanya uang performance juga dihitung (pelaksanaan prestasi).
Dalam hal pembayaran sejumlah uang pembayaran dapat dilakukan oleh pihak
ketiga (subrogasi)
- Pembayaran diikuti dengan penitipan (konsinyasi)
- Pembaruan utang (novasi)
- Kompensasi
- Pencampuran utang
- Pembebasan utang
- Hapusnya barang yang menjadi objek perikatan
- Batal atau pembatalan
- Berlakunya syarat batal
- Lewat waktu

Pembayaran
- Tidak hanya berupa uang, tapi bisa juga dengan melakukan hal yang diperjanjikan
(performance)
- Subrogasi bisa karena diperjanjikan atau ketentuan UU 🡪 ketentuan UU terjadi
subrogasi demi hukum/otomatis 🡪 terkait dengan penanggungan utang dimana
penanggung menggantikan hak si kreditur, dimana penanggung sudah membayar
kewajiban debitor kepada kreditur (Pasal 1340 KUHPerdata)
- Karena diperjanjinya 🡪 menit 8
- Bisa juga ada perjanjian antara di kreditur baru dengan debitur (gali lubang tutup
lupang)
- Konsep subrogasi juga ada dalam KUHD terkait dengan asuransi

- Gambar diatas ini menampilkan bahwa kreditur 3 bayar utang debitur ke kreditur
pertama, maka kedudukan kreditur 3 akan menggantikan kedudukan kreditur 1,
dalam hal dipailitkan maka yang didahulukan adalah hak kreditur 3 yang telah
menggantikan kedudukan kreditur 1 setelah itu baru kreditur 3 (ketiganya ada
kreditur preferen dalam hal perjanjian hipotik)
- Bagaimana bila k2 dan k3 bersama sama melunasi utang debitur ke k1?
Ketentuannya belum ada – penafsiran: kedudukannya sama, tapi sejauh prakteknya
pasti k2 tidak mau bersamaan karena nanti kedudukannya sama padahal
sebelumnya tingkatan dia lebih tinggi daripada k3
- Subrogasi karena UU poin 3 – berkaitan dengan tanggung renteng, ketika debitur x
bayar maka debitur y dan z artinya x menggantikan kedudukan kreditur maka
debitur y dan z kemudian hari akan bayar ke debitur x 🡪 tidak berlaku untuk
pembayaran sukarela

Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan atau penitipan


- Dalam kreditur tidak mau menerima pembayaran karena menganggap haknya lebih
dari itu/kreditur sulit ditemui untuk dilunasi
- Kasus: ruko dijual dengan hak bisa dibeli kembali, ternyata pembelinya memang mau
menguasai ruko tersebut dengan cara menghindari si penjualan, maka dia
menggugat ke pengadilan dan membayar dengan cara penyimpanan atau penitipan
di pengadilan

Pembaharuan utang
- Novasi objektif – Pasal 1413 KUHPerdata angka 1 🡪 misal perjanjian pinjam
menyimpan dijadikan perjanjian modal 🡪 dalam hal ini yang berganti ada objeknya
pihaknya tetap
- Novasi subjektif – Pasal 1413 KUHperdata🡪 yang berganti bisa kreditur atau debitur.
o Aktif – yang berganti adalah kreditur (1413 KUHperdata angka 3)
o Pasif – yang berganti adalah debitur (1413 KUHPerdata angka 4)
- Lalu apa bedanya dengan subrogasi – subrogasi hak dan kewajibannya tidak ada
yang berubah, tapi novasi subjektif aktif selain para pihak yang berubah, syarat-
syarat perjanjiannya biasanya berubah.
- Bedanya dengan cessie 🡪 cessie pembayarannya tidak penuh sehingga tidak
menghapuskan perikatan (umumnya dalam cessie utang piutangnya dijual dengan
lebih murah, misalnya utang 100 dijual 80, diskon), sifat perjanjiannya tidak segitiga,
debiturnya tinggal diberitahukan saja 🡪 cessie juga tidak berdiri sendiri, tapi
didahului dengan perjanjian utang-piutang yang diikuti dengan penyerahan/levering
(cessie tidak masuk dalam hapusnya perikatan karena ini tidak dilakukan dengan
membayar penuh)
- Kenapa orang melakukan cessie?
Jawab: karena dengan melakukan cessie (jual piutang), maka dia dapat uang
sebelum utangnya jatuh tempo. Untungnya adalah si penjual cessie mendapatkan
pembayaran sebelum utangnya jatuh tempo, sementara pembeli cessie untung
karena dia akan mendapat piutang yang lebih tinggi dari harga pembelian cessie.

Perjumpaan utang atau kompensasi – set off


- Nilainya harus sama untuk perjumpaan utang
- Tidak boleh dalam hal kepailitan – jika terjadi pailit maka ada salah tayu kreditur
yang didahulukan pembayarannya

Percampuran utang
- Hak dan kewajibannya bercampur, bisa karena merger 🡪 kalau merger maka terjadi
percampuran utang
- Bisa juga karena pernikahan

Pembebasan hutang

Musnahnya barang yang terutang


- Overmatch
- Kalau sudah dibayar ternyata barangnya musnah? Yah uangnya dikembalikan

Batal atau pembatalan

Berlakunya syarat batal


- Syarat tangguh
- Syarat batal

Lewat waktu
- Acquisitive (barang)
- Extintif (tuntutan)
- Pasal 1967 KUHPerdata – maka segala tuntutan baik bersifat kebendaan maupun
yang bersifat perorangan hapus karena daluwarsa dengan lewatnya waktu 30 tahun
Pertemuan kelima – 13 Oktober 2020

Jual Beli

Pasal 1319 KUHPer -> ada 2 jenis perjanjian: perjanjian bernama (nominaat) & perjanjian
tidak bernama (innominaat), oleh karena itu kontraknya juga dibagi 2: kontrak nominaat &
kontrak innominaat
Nominat - substansinya merupakan perjanjian yang namanya ditentukan dalam KUHPerdata
Innominate - timbul dan berasal dari masyarakat dan belum adanya KUHPerdata

Unsur:
- Esensialia - bahwa perjanjian jual beli berbeda dengan sewa-menyewa - esensi
masing-masing perjanjian berbeda
Cth jual beli (Ps. 1457-1458 KUHPer), perjanjiannya lahir ketika ada kesepakatan
(consensus) terkait barang & harga. Ps. 1459, apabila perjanjian sudah terjadi,
kepemilikan belum terjadi ketika belum ada penyerahan. Selain itu, jual beli juga
merupakan kesepakatan dimana satu pihak menjual, dan pihak lain membayar &
menerima penyerahan barang tsb. Lebih lanjut, ketika perjanjian jual beli mengikat,
maka akan melahirkan perikatan obligatoir (dia meletakkan hak dan kewajiban bagi
para pihak). Jual beli termasuk pada perjanjian atas beban, bukan Cuma-Cuma.
- Naturalia
- Accidentalia

Ciri-ciri perjanjian bernama


- Membatasi…… menit ke 7.40

Jual beli
- Perjanjian yang konsensual
- Perjanjian bernama
- Perjanjian lahir dengan kata sepakat mengenai harga dan barang (maka melahirkan
suatu perjanjian obligatoir: melekatkan hak dan kewajiban bagi para pihak) –
perjanjian yang atas beban)
- Merupakan suatu persetujuan dimana pihak lain menyerahkan dan pihak satu
membayar
- Dalam akta harus ditegaskan apa yang dijual dan berapa harga barang yang dijual (ini
unsur esensialia akta yang harus dipenuhi – tidak dipenuhinya unsur ini maka akta
dianggap tidak pernah lahir)
- Sifatnya yang konsensual berbeda dalam hal pembelian tanah: untuk sahnya jual beli
tanah maka syaratnya bukan sepakat terkait harga dan barang, sahnya berdasarkan
hukum adat: terang dan tunai.
- Syarat materiil
Dari sisi penjual - harus merupakan pihak yg berwenang menjual
Dari sisi pembeli - berwenang untuk membeli & bukan tanah sengketa
- Syarat formil
Dilakukan di hadapan kepala adat/kepala dusun/pejabat berwenang
- Peralihannya belum terjadi selama belum adanya levering (beralihnya kekuasaan
penjual terhadap barang kepada pembeli) – levering ditentukan pada bentuk
bendanya - Pasal 1459 – hak milik atas barang yang dijual tidaklah berpindah
kepada si pembeli, selama penyerahannya belum dilakukan menurut pasal 612
(penyerahan nyata), 613 (membuat akta otentik/bawah tangan dan harus
diberitahukan atau debitur harus menyetujui) dan 616 (pengumuman).
- Resiko jual beli - Pasal 1460 KUHPerdata
- DENGAR MENIT KE 20 DEH

Kewajiban penjual – Pasal 1474 KUHPerdata, menyerahkan barang dan menanggung


kenikmatan tentram atas barang dan menanggung terhadap cacat-cacat tersembunyi
(external: gangguan pihak ketiga, internal: cacat tersembunyi)
- Ingat kembali larangan jual beli antara suami dan istri – terkait pula dengan harta
bersama
- Conflict of interest – larangan jaksa, hakim dan advokat untuk terikat jual beli atas
kasus yang sedang dipersidangkan – begitu pula dengan notaris
- 584 KUHPerdata - pemilikan terjadi karena penunjukkan/penyerahan dan dilakukan
oleh orang yang berkehendak bebas. Jika dikaitkan dengan jual beli, orang yang
melakukan penunjukkan/penyerahan ini adalah orang yang berwenang untuk
menjual
- Pastikan pula bahwa benda yang dijual milik si penjual – apabila tidak ingat tentang
kuasa untuk menjual
- Penjual juga berkewajiban menyatakan untuk mengikatkan dirinya (dalam akta) -
tidak sekedar sepakat mengenai barang dan harga
- Secara naturalia walaupun luput sebuah aturan dimasukkan dalam akta namun
ketentuan KUHPerdata akan selalu mengikuti isi perjanjiannya (misalnya tidak
memasukkan segala ketentuan yang dimuat dalam KUHPer, namun dalam
prakteknya akan selalu merujuk KUHPerdata)

Kewajiban pembeli – tentunya melakukan pembayaran pada waktu dan tempat yang telah
ditentukan
- Dalam akta harus dimasukkan kriteria pembayarannya (cara membayarnya
bagaimana, kapan waktu pembayarannya, dll), karena dalam membuat akta, notaris
harus mengimbangi kepentingan penjual & pembeli
- Jika ada kemungkinan pembeli tidak membayar barang yang dibelinya, dalam akta
boleh memasukkan klausula bahwa barang yang demikian dapat diambil kembali
oleh penjual

Ghazahra – bagaimana keabsahan surat kuasa untuk melakukan pengurusan harta si a


namun kondisi a sakit tua (pikun)
Jawab: kuasa umum x kuasa khusus -> dalam kuasa apakah ada kewenangan tindakan
pengalihan untuk dan atas nama pemberi kuasa -> jika ada, lihat kondisi lainnya. Bahwa si
pemberi kuasa dewasa namun perbuatannya dipertanyakan - artinya bisa saja mereka
dianggap dibawah pengampuan - namun perlu ditegaskan oleh pengadilan bahwa ia benar
dibawah pengampuan (tidak adanya penetapan maka ia dianggap tidak di bawah
pengampuan) - sebagai notaris mungkin kita tau bahwa dia pikun namun sepanjang tidak
ada penetapan maka sah saja ia melakukan perbuatan hukum.

Rein – ketika ada perjanjian jual beli a dan b (belum lunas), lalu b menjual ke c dan membuat
akta notaris yang pembuktiannya sebagai akta autentik – apakah perjanjian ke c menjadi
batal?
Jawab: secara prinsip a dan b boleh melakukan pembatalan, tapi c tidak berarti harus
menyerahkan barang itu kepada a tergantung pada itikad baik dari c, artinya hukum
memberikan kewenangan kepada c untuk menyimpan benda yang telah diserahkan b
karena itikad baiknya sebagai pembeli – sehingga yang menanggung adalah b untuk
mengganti kerugian si a.

Reza – keabsahan perjanjian baku tidak sesuai dengan asas keseimbangan


Jawab: perjanjian baku – perjanjian yang sudah dipersiapkan oleh satu pihak, dilarang?
Tidak, tujuannya untuk efisiensi – klausula baku dalam perbankan sudah ada aturannya.
Yang dilarang adalah klausula baku yang melanggar kriteria di dalam UU Perlindungan
konsumen terkait dengan pengalihan tanggung jawab (tidak boleh mengembalikan barang
yang rusak misalnya). Kaitannya dengan asas keseimbangan.

Andika – ada pembeli dan penjual datang ke notaris untuk pembuatan akta jual beli mobil
dan pembelinya melakukan dp, ketika pelunasan si penjual hendak menjualkan lagi
mobilnya kepada pihak yang menawarkan dengan harga lebih tinggi, pembeli sebelumnya
bisa tidak melakukan konsinyasi?
Jawab: ada aturan jual beli dengan uang muka (uang panjer menurut subekti), tidak boleh
dilakukan pelepasan dengan adanya kesepakatan terkait dengan harga dan barang (cek
Pasal 1458) – pembeli dapat menuntut si pembeli untuk menyerahkan barangnya atau
membatalkan perjanjian antara penjual dengan pembeli yang baru. Walaupun barang
tersebut masih milik penjual namun ia telah terikat kepada pembeli pertama.

Jual beli dengan hak membeli kembali


- Menit ke 22
- Disini hak miliknya sudah beralih dari penjual ke pembeli, tapi dalam jangka waktu
tertentu si yang dulunya penjual bisa membeli kembali barang tersebut
- Ada jangka waktu: tidak boleh melebihi jangka waktu 5 tahun
- Harus diperhatikan pula bentuk jual beli tersebut, kalau yang dijual adalah piutang
maka perlu diingat terkait penanggungan dan hal-hak lainnya (hak tanggungan, hak
istimewa, hipotik, dll) - diatur juga dalam BW jual beli piutang (jual beli benda tak
bertubuh) Pasal 1533 dan seterusnya

- PPJB sebagai perjanjian pendahuluan


- Biasanya ppjb diikuti kuasa untuk menjual
- PPJB tidak harus akta otentik, bisa juga akta dibawah tangan kalau objeknya bukan
sarusun
- Jual beli saham – conditional share agreement (bisa dikatakan PPJB juga)
- PPJB bukan bagian hukum tanah melainkan hukum perikatan (posisi PPJB dalam
konstruksi hukum perdata)
- PPJB Lunas: wajib memberikan perlindungan kepada pembeli dengan surat kuasa
mutlak
- PPJB Belum lunas: menit ke 35.
● Sekurang-kurangnya ditentukan uang muka, sanksi apabila pihak wanpres
● Diatur kesepakatan sertifikat akan disimpan dimana sebelum pelunasan
● Kalau belum lunas, jangan dikasih kuasa mutlak -> dalam akta juga biasanya
dimuat kondisi debitur default sehingga debitur bisa membatalkan, tapi harus
ada klausula yang mengesampingkan 1266 & 1267 karena kalau tidak
dikesampingkan maka harus meminta pembatalan ke pengadilan

Esensi PPJB - jual belinya belum dapat dilakukan karena syarat-syaratnya belum terpenuhi ->
misalnya penjual & pembelinya pribadi kodrati tapi tanah yang mau dibeli masih
menggunakan girik, belum disertifikatkan, contoh lain: penjualnya pribadi kodrati sementara
pembelinya badan hukum. Disini badan hukum tidak boleh punya hak milik, oleh karena itu
PPJB dulu dan nanti tanahnya diturunkan dulu derajat haknya baru kemudian bisa
diserahkan ke PT.
QNA

Fira - selambat lambatnya ditentukan pelunasan pada x namun setelah lewat waktu x para
pihak sepakat untuk melunasi di waktu y, apakah harus diatur ulang dalam akta notaris?
Jawab: kalau para pihak menginginkan adanya pembuktian maka buatlah akta autentik, tapi
jika pihak tidak berkenan bisa membuat akta dibawah tangan saja yang menerangkan
bahwa para pihak telah menyepakati membayar di waktu y.

Yunita - kalau PPJB lunas & sudah diberi kuasa mutlak, apakah status tanah tersebut sudah
beralih kepada pembelinya sekalipun belum ada AJB?
Jawab: walaupun ppjb lunas dia belum dianggap sebagai pemilik benda tersebut - dengan
dibuatnya ajb dialah pemilik benda (Pasal 37 PP 24/1997) - Tapi, berdasarkan SEMA 4/2016,
hak atas tanah & bangunan sudah beralih jika pembeli sudah membayar lunas &
penguasaannya dilakukan dengan itikad baik.

Ganis – menit ke 45.


Jawab:

Laura – menit ke 50.


Jawab:

Kalau debitur mau membatalkan PPJB, apakah perlu membuat perjanjian baru terkait
pembatalan ini?
Jawaban: dalam akta juga biasanya dimuat kondisi debitur default sehingga debitur bisa
membatalkan, tapi di akta juga harus ada klausula yang mengesampingkan ketentuan Pasal
1266 & 1267, jika tidak dikesampingkan maka harus meminta pembatalan ke pengadilan.

Secara prinsip PPJB menuju ke AJB namun bukan berarti AJB tidak ada kelanjutannya - ada
kelanjutan misalnya dalam hal pembelian ruko, dia juga bisa mengatur terkait manajemen
ruko tersebut.
Pertemuan keenam – 20 Oktober 2020

Apa bedanya perwakilan, kuasa, dan pemberian kuasa?

Kesamaannya: ketiganya merupakan bentuk mewakili orang lain dalam suatu perbuatan

Perbedaannya: perwakilan biasanya yang diwakili bersifat khusus, tetapi pemberian kuasa
perbuatannya khusus/tertentu
Perwakilan
- Berdasarkan UU
● Perwalian
● Kekuasaan orang tua
● Pengampuan
● Perwakilan sukarela
- Berdasarkan Perjanjian
● Pemberian kuasa
❖ Di Belanda pemberian kuasa dan kuasa dibedakan
❖ Pemberian kuasa dasarnya adalah perjanjian (lasgeving)
❖ Kuasa adalah kewenangan (volmacht)
- Berdasarkan organik (badan hukum, menurut Herlien Budiono) – namun beberapa
ahli mengatakan bahwa tidak perlu perwakilan berdasarkan organ karena sudah
termasuk dalam perwakilan berdasarkan perjanjian – tapi masalah lainnya apabila
dikatakan sebagai perjanjian badan hukum di beberapa negara bisa didirikan oleh
satu pihak, apabila satu pihak jelas tidak ada perjanjian dalam hal ini.
Pemberian Kuasa -> Pemberian kuasa ialah suatu persetujuan yang berisikan pemberian
kekuasaan kepada orang lain yang menerimanya untuk melaksanakan sesuatu atas nama
orang yang memberikan kuasa. (Ps. 1792 KUH Perdata)

Kuasa merupakan bagian dari pemberian kuasa karena dasar kewenangan (kuasa) adalah
perjanjian (pemberian kuasa).

Eksekusi riil -> kreditur diberikan kuasa untuk melaksanakan prestasi debitur dengan biaya-
biaya dari debitur. Kuasa ini diberikan dari Hakim Pengadilan

Apakah perjanjian pemberian kuasa harus dibuat secara tersendiri dengan surat kuasa?
Atau dimasukkan dalam salah satu klausul perjanjian? Idealnya pemberian kuasa dibuat
tersendiri, karena jika dijadikan satu dalam perjanjian maka akan menimbulkan kerancuan
sebab kuasa dibedakan menjadi kuasa umum dan kuasa khusus.
Untuk tindakan menjaminkan dan pengalihan harus dibuat kuasa apa? Khusus – tapi dalam
beberapa case ada tindakan menjaminkan diadakan dalam bentuk perjanjian saja (kuasa
umum lingkupnya biasanya hanya pengurusan saja, oleh karena itu tindakan penjaminan
dan pengalihan harus dengan kuasa khusus)

Kuasa dengan hak substitusi


Bila kuasa diberikan tanpa menyebutkan orang tertentu (yang diberikan kuasa substitusi)
maka si penerima kuasa bertanggung jawab atas tindakan penerima kuasa subtitusi yang
bermasalah dan bila kuasa diberikan dengan menyebutkan orang tertentu maka si pemberi
kuasa bertanggung jawab atas tindakan penerima kuasa substitusi.

Pasal 1793 ayat (2) – walaupun secara diam-diam si penerima kuasa tetap bertanggung
jawab atas tindakan yang dilakukannya apabila ia melakukan kesalahan dalam tindakannya
selaku penerima kuasa diam-diam.

Untuk perbuatan-perbuatan yang hanya dapat dilakukan oleh seorang pemilik, maka harus
digunakan kuasa khusus tidak diperkenankan kuasa umum.
Surat kuasa mutlak -> tidak dapat dicabut atau ditarik kembali. Namun pada prinsipnya
sebetulnya kuasa dapat dicabut/ditarik kembali.
Perusahaan kapal – kapalnya menabrak crane – dalam berita acara dibuat kesepakatan
bahwa si pemilik kapal diwakilkan oleh agennya untuk bertanggung jawab? Bolehkah?
Jawab: seorang agen tidak boleh melampaui apa yang menjadi kewenangannya ia hanya
mengurus dan tidak bertanggung jawab.

Dalam kuasa, ada hak retensi (hak untuk menahan segala apa kepunyaan pemberi kuasa
yang ada di tangannya hingga dibayar lunas, Ps. 1812 KUH Perdata)

Apakah pemberi kuasa berhak untuk melakukan perbuatan hukum yang telah dikuasakan
kepada penerima kuasa? Masih berhak karena pemberian kuasa tidak diartikan sebagai
peralihan hak/mengalihkan kepemilikan.
Pasal 1817 KUHPerdata – Si penerima kuasa bisa menyatakan berhenti atas kuasa yang
diberikannya.

Si penerima kuasa dapat melepaskan kuasanya dengan pemberitahuan penghentian kuasa


kepada pemberi kuasa. Tapi kalau mundurnya penerima kuasa ini tidak layak/tidak
memperhatikan batas waktu dan menyebabkan kerugian bagi pemberi kuasa, maka si
penerima kuasa tetap harus bertanggung jawab.

Seorang direksi memberikan kuasa kepada karyawannya, kemudian kuasa tersebut dicabut,
tapi rekanan dia tidak mengetahui hal tersebut sehingga tetap melaksanakan perjanjian
dengan si penerima kuasa yang kuasanya telah dicabut, kalau ini terjadi maka si pemberi
kuasa tetap bertanggung jawab atas tindakan si penerima kuasa yang kuasanya dicabut
tersebut - Lihat Pasal 1815 KUHPerdata

Pertemuan ketujuh

Sewa Guna Usaha -> diubah jadi Sewa Guna Pembiayaan (diubah oleh POJK)

Kata “kredit” berasal dari bahasa romawi “credire” yang bermakna percaya

Pasal 1 angka 11 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan -> Kredit adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga

Prinsip perbankan syariah -> mewajibkan pihak yang meminjam untuk mengembalikan
dalam jangka waktu tertentu dengan imbalan/bagi hasil (konvensional ada bunga)

Pengertian pasal 1 angka 11 memuat unsur:

Unsur pertama - penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu ->
penyediaan uang: uang ini ditaksirkan sebagai sejumlah uang baik itu tunai atau dengan
saldo rekening (non tunai), baik digunakan dalam mata uang rupiah atau mata uang lain,
artinya penyediaan uang adalah uang yang ditaksirkan sebagai dana yang diberikan oleh
bank kepada nasabah, tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu: saldo negatif pada
rekening nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada akhir hari dimana pengambilan
tagihan dalam perangkat kegiatan anjak piutang/factoring dan pengambilalihan atau
pembelian kredit dari piutang kepada pihak lain seperti negosiasi hasil ekspor impor.

Kalau bank, pihaknya bank dan nasabah, sedangkan kalau factoring pihaknya berbeda, yaitu
kreditur, klien, factor
Factor ini bisa bank atau perusahaan anjak piutang yang mempunyai izin khusus

Unsur kedua - persetujuan - kesepakatan perjanjian pinjam meminjam, berbeda dengan


perjanjian pinjam pakai, pinjam meminjam barang yang habis karena pemakaian, sementara
pinjam pakai barang yang diberikan dalam pinjam pakai jenisnya adalah barang yang tidak
habis karena pemakaian.

Konsekuensi hukumnya: pinjam meminjam -> ketika barang telah diberikan oleh bank ke
nasabah maka telah beralih kepemilikan (dikatakan sebagai pemilik karena barangnya habis
dipakai). Pinjam pakai -> peminjam hanya sebagai holder bukan pemilik barang, kewajiban
yang adalah dalam pinjam pakai ialah pengembalian barang sementara pinjam meminjam
adalah penggantian barang.

Unsur ketiga - kewajiban kreditur/nasabah untuk mengembalikan sejumlah uang dalam


jangka waktu tertentu

Unsur keempat - adanya pembayaran dengan pengenaan bunga (kredit), imbalan/bagi hasil
(syariah). Bunga merupakan nilai tambah yang diterima oleh kreditur dari debitur atas
sejumlah uang yang dipinjamnya

-> Perjanjian pinjam meminjam adalah perjanjian bernama, sementara perjanjian kreditnya
tidak bernama
-> Perjanjian kredit pasti ada bunga, yang mana hal ini sangat berbeda dengan perjanjian
pinjam meminjam
-> Perjanjian pinjam meminjam boleh dilakukan siapapun, tidak harus badan hukum.
Sedangkan kalau perjanjian kredit harus badan hukum berupa bank
UU 10/98 perubahan UU Perbankan – perjanjian kredit merupakan bentuk perjanjian baru
atau perjanjian tidak bernama atau perjanjian bernama? Pasal 1 angka 11 dalam ….
Perjanjian pinjam meminjamnya adalah perjanjian bernama sementara kreditnya tidak
bernama. Bunga dalam perjanjian kreditlah yang membedakan perjanjian pinjam meminjam
dengan perjanjian kredit. Aturannya juga berbeda, pinjam meminjam Buku Ketiga
KUHPerdata – Kredit diatur dalam UU 10/98

Perjanjian kredit – perjanjian yang obligatoir karena basisnya adalah perjanjian pinjam
meminjam

Obligatoire overeenkomst – menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak, menimbulkan
hak perorangan atau disebut sebagain hak persoonlijk recht (yang berbeda dengan hak
kebendaan (zakelijk: haknya mutlak) – tidak dipenuhinya hak maka pihak lain dapat
mengajukan tuntutan. Perjanjian hanya mengikat pihak yang membuatnya saja (nasabah
dan bank) - (pacta sunt servanda = mengikat seperti hukum), tapi ini ada pengecualiannya
yaitu bisa mengikat pada pihak ketiga misalnya ahli waris)
Pasal 1314, jenis perjanjian: perjanjian cuma-cuma & perjanjian atas beban -> ini perjanjian
kredit masuk ke perjanjian atas beban, sekaligus juga sebagai perjanjian timbal balik (1266
KUHPerdata)
Jaminan tidak perlu dalam perjanjian pinjam meminjam, sementara kredit diperlukan.

Apakah perjanjian kreditur adalah perjanjian formil? Iya perjanjian formil karena ketentuan
Pasal 1 angka 11 UU 10/98 menegaskan bahwa harus didasarkan persetujuan dan
kesepakatan – sebagai langkah yang baik maka kesepakatan atau persetujuan terbuat
dibuat dalam bentuk tertulis dan akan lebih baik lagi dengan akta notaris.

Ada 3 jenis kredit:


Kredit konsumtif - untuk memenuhi kebutuhan
Kredit produktif - yaitu untuk memperlancar proses produksi
Kredit investasi - untuk membiayai proyek baru/memperluas proyek

Dilihat dari jangka waktunya:


Pendek 1 tahun
Menengah 1-3 tahun
Panjang lebih dari 3 tahun
Dan dapat dimintakan kapan saja -> kaitannya dengan penjualan piutang/factoring (kalau
factoring, menggunakan piutang jangka pendek, yaitu piutang yang lahir dari perjanjian
kredit jangka pendek)

Dilihat dari pencairannya:


Cash loan - pinjaman dengan basis pencairan cash
Non cash loan - pinjaman yang pencairanya tidak dilakukan secara cash

Sumber dana:
Ada yang murni dari satu bank saja
Beberapa bank: konsorsium (beda dengan sindikasi, berbicara bagaimana konsorsium
dilekatkan kepada nasabah bank yang pembiayaannya dilakukan secara bersama-sama baik
bank pemerintah dan tidak menutup kemungkinan dengan bank swasta yang besar), join
finance (pembiayaan kredit yang dilakukan secara bersama-sama bank konvensional baik itu
pemerintah, daerah, swasta & bank asing) dan sindikasi (merupakan pembiayaan bersama
terhadap suatu objek kredit oleh beberapa bank baik itu jangka pendek, menengah, dan
panjang dimana risiko kredit ditanggung secara bersama sama/tanggung renteng)
Offshore loan – menggunakan uang dari luar negeri - two step loan dan project eight

Peer to peer landing -> perjanjian pinjam meminjam berbasiskan teknologi, diatur POJK. Ini
pinjamannya bukan dari bank melainkan non lembaga pembiayaan. Aturannya berbasiskan
pada pinjam meminjam, apakah murni perjanjian pinjam meminjam? tidak semuanya,
karena ada perusahaan fintech yang dalam pelaksanaannya tidak melakukan pinjam
meminjam - jual beli misalnya : e-grow
Time grace period menjadi penting pada pinjam meminjam, ini yang membedakan antara
perjanjian pinjam meminjam dengan perjanjian kredit, supaya jelas bahwa debitur punya
kewajiban dengan ketetapan waktu (perjanjian kredit) - misalnya debitur ada hambatan
maka dia bisa meminta novasi terhadap rescheduling hutang, jelas akan berdampak pada
waktu dan biaya yang harus dikeluarkan -> 10 tahun membayar X - direschedule 15 tahun
maka debitur membayar XX, sementara perjanjian pinjam meminjam tidak mesti jangka
waktunya per size/bersaing (menit 1.03.00)

Leasing/sewa guna usaha/sewa guna pembiayaan


Masuk ke dalam paket 20 Desember 1988 sebagai alternative pembiayaan
Pembiayaan oleh leasing berupa penyediaan barang modal dengan pembayaran secara
berkala kepada perusahaan tersebut, dan bisa memilih untuk membeli barang tersebut atau
memperpanjang (hak opsi) - leasing beda dengan kredit. Disini leasing bisa dilakukan bank,
tapi bisa juga dilakukan oleh badan-badan lain/lembaga keuangan non perbankan
Unsur-unsur dalam perjanjian leasing:
1. Pembiayaan perusahaan
2. Barang yang disediakan adalah barang modal
3. Adanya jangka waktu
4. Pembayaran dilakukan secara berkala
5. Adanya hak opsi (membeli barang atau tetap memperpanjang)
6. Nilai sisa yang disepakati bersama
Dasar-dasar hukum leasing banyak diatur dalam peraturan menteri keuangan
Subjek leasing:
1. Lessee
2. Lessor
3. Supplier

Ketentuan leasing tetap tunduk ke 1320 KUHPer, tapi ada ketentuan khususnya yang diatur
dalam Perdirjen Moneter tahun 1974 ada beberapa hal yang harus dimasukkan dalam
perjanjian leasing yaitu:

1. Adanya objek pembiayaan yang financial/beneficial leave (menit 1.08.00)


2. Jangka waktunya ada
3. Harga sewa dan cara pembayaran seperti apa
4. Kewajiban …..(menit 1.08.00)
5. Penutupan asuransi
6. Perawatan barang
7. Penggantian dalam hal barangnya hilang/rusak

Sewa beli tidak sama dengan leasing (beli-sewa). Bedanya adalah tujuannya -> kalau
tujuannya sewa tapi ternyata dia mampu beli, berarti jadinya perjanjian sewa beli. Tapi
kalau tujuan awalnya beli, tapi tidak mampu sehingga sewa, maka ini jadinya leasing/beli-
sewa.
Leasing -> pembayaran pertama tidak menjadikan barang tersebut menjadi milik orang
bersangkutan
Jenis leasing:
Financing lease – nilai sisa ada dan disepakati, hak opsi ada (melanjutkan atau membeli),
lessee dapat menentukan pilihannya
Operational lease – nilai sisa tidak disepakati, tidak ada hak opsi, lessee menentukan
pilihannya untuk membeli sejak awal perjanjian

Tujuan leasing – untung memudahkan perusahaan dalam pengadaan barang dan jasa

Pertemuan kedelapan

Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha/KPBU (Dasar Hukum: PP 38/2015)


KPBU adalah kerjasama antara pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan
infrastruktur dengan tujuan untuk kepentingan umum yang sebagian atau seluruh modalnya
menggunakan sumber dari badan usaha dengan sebuah pembagian risiko antar para pihak
-> definisi lengkapnya ada di Ps. 1 angka 6 PP 38/2015
1. Masih ada peran pemerintah dalam hal anggaran, meskipun tidak 100%. Biasanya
dapat jaminan dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT. PII). Sumber
pendanaan: pemerintah (APBN + APBD) & dana komersial
2. Menarik minat swasta, tapi masih perlu peran pemerintah dalam dukungan dana &
jaminan
3. Ada pembagian risiko -> misalnya pemerintah urus pembebasan lahan, pemerintah
kontribusi asset, pemerintah urus perizinan

Pihak yang terlibat:


- Pemerintah -> diwakili PJPK (penanggung jawab proyek kerjasama), bisa
Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah/BUMN/BUMD
- Swasta -> Badan Usaha Penyelenggara (BUP)

Pembiayaan Investasi Non Anggaran/PINA (Dasar hukum: SK Menteri PPN/Bappenas No.


Kep. 121/M.PPN/HK/11/2017)
1. Sama sekali tidak ada intervensi, jaminan, dan sumbangan langsung dari pemerintah.
Pemerintah hanya sebagai regulator dan promotor
2. Sumber pendanaan: dana komersial dengan dorongan pemerintah
3. Memberikan return yang tinggi, yaitu > 13% untuk menarik minat swasta

PINA bisa berkolaborasi dengan proyek KPBU pada masa memasuki financial close
Intinya, KPBU dan PINA ini keduanya adalah kerjasama antara pemerintah dan badan usaha.
Kerja sama ini dilakukan karena pemerintah memiliki keterbatasan anggaran untuk
membiayai proyek-proyek. Peran notaris disini adalah pembuatan kontrak-kontrak kerja
sama tersebut.
Pemanfaatan barang milik negara (BMN) biasanya sifat kerjasamanya Build Operate
Transfer (BOT)/Bangun Guna Serah (BGS):
- Swasta memanfaatkan tanah pemerintah, kemudian swasta membangun sarana
prasarana yang sifatnya komersil. Selama jangka waktu tertentu (biasanya 30 tahun),
swasta yang akan mengoperasikan. Setelah lewat 30 tahun, kepemilikannya
diserahkan ke pemerintah.
- Selain pemerintah dapat manfaat berupa penyerahan kembali asset yang dikelola
swasta tersebut, biasanya pemerintah juga dapat kontribusi dari iuran-iuran yang
dibayarkan swasta, atau bisa juga pemerintah dapat hak sebagian untuk mengelola.
- Prakteknya sekarang ini banyak pengelolaan tanah di Kemayoran (bekas bandara).
Tanahnya dikelola untuk gedung-gedung komersil. Disini pemerintah sediakan tanah,
dan pihak swasta bangun gedung. Kalau di Kemayoran, pemerintah punya saham,
sehingga kompensasinya ke pemerintah selain proyeknya akan dikembalikan setelah
30 tahun, pemerintah juga dapat saham.
- Kadang-kadang kontraknya tidak jelas tentang tahapannya, dan tidak ada batas
waktunya tahap perencanaan berapa tahun, tahap-tahap lainnya berapa tahun
sehingga di lapangan banyak masalah. Swasta menunda-nunda pembangunan
akhirnya memperpanjang terus jangka waktu, padahal harga tanahnya makin hari
makin naik.
Pada KPBU, swasta akan dapat bantuan pemerintah dalam pengurusan izin-izin
dibandingkan jika swasta itu mengerjakan proyek sendiri
KPBU sifatnya bukan renovasi, kalaupun renovasi harus signifikan bukan renovasi-renovasi
kecil
Swasta mendirikan PT khusus untuk menyediakan infrastruktur ini (SPV). Jadi pembangunan
proyek ini tidak terintegrasi dengan PT utamanya.
Pembiayaan proyek lebih bergantung kepada kelayakan proyeknya. Oleh karena itu
kelayakan sangat penting, karena disini swasta juga biasanya tidak mendanai sepenuhnya
sendiri, tapi swasta akan pinjam ke bank dengan kredit sindikasi. Jaminannya adalah
proyeknya/hasil dari proyek tersebut. Misalnya proyek jalan tol, jaminannya adalah hasil
pemasukan jalan tol -> dalam konsep fidusia, tagihan yang akan ada di kemudian hari bisa
menjadi jaminan
Selama proses pembangunan, swasta modal/mengusahakan sendiri atau menggandeng
pihak perbankan
Sifat proyeknya output-based
Hal yang dijadikan proyek KPBU ini pada dasarnya tugas pemerintah, tapi pelaksanaannya
melibatkan swasta. Misalnya penyediaan air minum
Motivasi penggunaan KPBU
KPU sebagai potensi sumber efisiensi proyek -> Kalo pemerintah yang menyelenggarakan
biasanya kurang efisien, karena pemerintah tidak cari untung. Oleh karena itu melibatkan
swasta supaya lebih efisien.
Kelemahan KPBU
+ Transparansi dapat menimbulkan tekanan politis yang lebih besar
Tahapan KPBU: Engineering, Procurement, and Construction (penyiapan, pengadaan, dan
pembangunan)
Kesalahpahaman dalam KPBU
Kalau sifat proyeknya itu sosial (misalnya pembangunan RS), pasti disubsidi oleh
pemerintah. Proyek sosial akan memberikan keuntungan yang tidak seberapa, sehingga
pemerintah akan memberikan subsidi ke pihak swasta
Proses
Peran notaris dalam KPBU: pembuatan kontrak kerjasama
Misalnya proyek pendirian PLTU/PLTN -> ada kontrak dengan pihak usernya (PLN)
Dalam proyek pada umumnya, ada kontrak dengan lembaga pembiayaan (bank) -> biasanya
dengan kredit sindikasi. Yaitu ada kontrak antara debitur & kreditur, dan juga kontrak di
antara para kreditur. Kontrak diantara para kreditur ini mengatur masing-masing kreditur
kontribusinya berapa dan sebagainya
Struktur dasar KPBU
SPV akan mendapatkan dana dari bank/investor (perusahaan sponsor). Badan usaha/SPV ini
akan melakukan kerjasama dengan PJPK (pemerintah), nanti akan ada perjanjian kerjasama
yang didalamnya termasuk pihak swasta akan mengusahakan/mengoperasikan proyek
tersebut atau pihak swasta memperoleh pembayaran secara berkala. SPV usianya sepanjang
proyek yang dilaksanakan
Peran kemenkeu:
- Project development fund
- Dukungan kelayakan
- Penjaminan infrastruktur -> ada PT persero yang jadi penjamin
QnA
Bagaimana eksekusi jaminan KPBU yang belum jadi? Atau, kalaupun sudah jadi itu
eksekusinya bagaimana?
Jawaban: disini jaminan yang memberikan adalah pemerintah melalui PT Penjaminan
Infrastruktur Indonesia (PT. PII). Bentuk jaminannya bukan menyediakan benda seperti
perjanjian umum yang debitur menjaminkan barang ke kreditur. Disini jaminannya lebih ke
pihak ketiga, seperti jaminan perorangan. Kalau misalnya ada biaya-biaya yang tidak bisa
dibayarkan, nanti pemerintah yang menjadi jaminan untuk membayar. Tapi hal ini belum
pernah terjadi, karena KPBU ini prosesnya cukup panjang jadi kemungkinan terjadi seperti
itu sangat kecil. Dan ini tidak seluruhnya dijamin pemerintah, karena ada pembagian risiko
antara pemerintah-swasta.
Kalo misalnya kerjasama swasta-swasta, penjaminannya benda biasa, eksekusinya gimana?
Jawaban: lihat ketentuan di UU, mekanisme eksekusinya tergantung bentuk jaminannya.
Kalau tanah, pake mekanisme hak tanggungan. Kalau pake personal guarantee, tetap harus
digugat tidak bisa pake parate executie.

Anda mungkin juga menyukai