Anda di halaman 1dari 28

PERIKATAN

DRA. YUNIMAR, SH. MH


Pengertian Perikatan
1.
PENGERTIAN→ Perikatan (verbintenis)
adalah suatu hubungan hukum (mengenai
harta benda) antara dua orang,yg memberi
hak pada yang satu org utk menuntut brg
sesuatu dari yg lainnya, sedangkan orang
yg ini diwajibkan memenuhi tuntutan itu.
Lanjutan...
◼ Hukum Perikatan adalah suatu kaidah2
hukum yang mengatur hubungan hukum
antara subjek hukum yang lain dengan
subjek hukum yang lain dalam bidang harta
kekayaan, di mana subjek hukum yang satu
berhak atas suatu prestasi, sedangkan subjek
hukum yang lain berkewajiban untuk
memenuhi prestasi. (Salim, SH, MS)
Unsur2 yang Tercantum dalam
Hukum Perikatan
❖ Adanya kaidah hukum : Tertulis (UU, Traktat,
Yurisprudensi) dan Tidak Tertulis (Kebiasaan)
❖ Adanya subjek Hukum (Manusia dan Badan
Hukum)
❖ Adanya Prestasi (Given, Doen dan Niet Doen)
❖ Dalam Bidang Harta Kekayaan
Pengaturan Hukum Perikatan
◼ Hukum Perikatan diatur dalam Buku III KUH
Perdata. Dimulai dari Pasal 1233 s/d 1456
KUH Perdata.
◼ Sistem pengaturan Hukum Perikatan adalah
bersifat terbuka, artinya bahwa setiap orang
bebas untuk mengadakan perjanjian, baik
yang sudah diatur maupun yang belum diatur
di dalam UU.
Jenis-Jenis Perikatan
❑ Perikatan Perdata (Obligatio Verbintennis),
Yaitu suatu perikatan yang dapat dituntut
dimuka dan di hadapan pengadilan mana kala
salah satu pihak atau lebih telah melakukan
wanprestasi.
❑ Perikatan Wajar (Natuurlijk Verbintennis),
suatu perikatan yang timbul karena adanya
perjudian.
Perikatan Perdata (Obligatio
Verbintennis)
Perikatan Perdata ini terbagi menjadi 6 jenis :
1. Perikatan Bersyarat (Psl 1253-1267
KUHPdt), adalah perikatan yang
digantungkan pada suatu peristiwa yang
masih akan datang dan yang belum tentu
akan terjadi, baik secara menangguhkan
perikatan hingga terjadinya peristiwa
semacam itu, maupun secara membatalkan
perikatan menurut terjadinya atau tidak
terjadinya peristiwa tersebut.
Lanjutan...
Ada dua macam syarat dalam perikatan
bersyarat :
a. Syarat yang menangguhkan, perikatan
bersyarat yang pelaksanaannya dapat
ditangguhkan sampai syaratnya terpenuhi
b. Syarat batal, suatu syarat yang apabila
dipenuhi, menghentikan perikatan, dan
membawa segala sesuatu kembali pada
keadaan semula, seolah2 tidak terjadi suatu
perikatan.
Lanjutan...
2. Perikatan dengan ketetapan waktu, (Psl
1268-1271 KUHPdt), suatu perikatan yang
ditangguhkan pelaksanaannya sampai pada
waktu yang ditentukan.
3. Perikatan alternatif (Psl 1272-1277 KUHPdt),
dalam perikatan alternatif, debitur dalam
memenuhi kewajibannya dapat memilih
salah satu di antara prestasi yang telah di
tentukan.
Lanjutan...
4. Perikatan Tanggung Renteng (Psl 1278-1295
KUHPdt), suatu perikatan di mana beberapa
orang bersama2 sebagai pihak yang
berutang berhadapan dengan satu orang
kreditur, dimana salah satu dari debitur itu
telah membayar utangnya kepada kreditur,
maka pembayaran itu akan membebaskan
teman2nya dari utang.
Lanjutan...
5. Perikatan dapat dibagi dan tak dapat dibagi2
(Psl 1296-1303 KUHPdt).
Perikatan dapat dibagi, suatu perikatan di mana
setiap debitur hanya bertanggung jawab
sebesar bagiannya terhadap pemenuhan
prestasinya.
Perikatan tidak dapat dibagi, karena sifat
prestasi tidak dapat dibagi/dipisah dan
berdasarkan kekuatan.
Lanjutan...
6. Perikatan dengan ancaman hukuman
(Psl 1304-1312 KUHPdt), perikatan di
mana seseorang untuk jaminan
pelaksanaan suatu perikatan
diwajibkan melakuka sesuatu
manakala perikatannitu tidak dipenuhi.
Lanjutan...
◼ Ada dua macam perikatan dengan
ancaman hukuman, meliputi :
❖ Untuk menjamin dipenuhinya
kewajiban2, (pidana atau denda).
❖ Untuk menetapkan penggantian
kerugian yang akan terutang karena
wanprestasi dan menghindarkan
pertentangan ttg itu.
Hubungan Perjanjian dan
Perikatan

◼ Perjanjian adalah peristiwa hukum yang


merupakan Perbuatan Hukum,
perbuatan yang akibat hukumnya
dikehendaki oleh pihak terkait.
◼ Perikatan adalah hubungan Hukum.

◼ Perjanjian adalah salah satu sumber


perikatan disamping UU, Legaat dan
Putusan Hakim (***)
Lanjutan...
◼ Eksistensi perjanjian sebagai salah satu
sumber perikatan dapat kita temui
landasannya pada ketentuan Pasal 1233
KUH Perdata :
“Tiap-tiap perikatan dilahirkan, baik
karena perjanjian, maupun karena
undang-undang”.
Asas Hukum Perikatan
◼ Asas Konsensualisme, (Pasal 1320 ayat
1, “Salah satu syarat sahnya perjanjian
adalah kesepakatan kedua belah pihak”.
◼ Asas Pacta Sunt Servanda, (Pasal 1338

ayat 1, “Perjanjian yang dibuat secara


sah berlaku sebagai UU bagi mereka
yang membuatnya”.
◼ Asas Kebebasan Berkontrak
Ganti Kerugian
◼ Biaya, pada umumnya yang merupakan
pengeluaran nyata dan berbentuk uang, yang
dikeluarkan oleh kreditur dalam kaitannya
dengan perjanjiannya dengan debitur tsb.
◼ Rugi, walaupun pada umumnya tidak
berupa uang, tetapi dinilai dengan uang.
◼ Bunga adalah keuntungan yang diharapkan.
Lanjutan...
2. LAHIRNYA PERIKATAN
❖ UU (1352 KUHPER)→

❖ Perjanjian

✓ UU (104 & 625 KUHPER)

✓ UU & PERB MANUSIA (1353 KUHPER)→ PERB YG

MENURUT HUKUM (1354 & 1359)


✓ DAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM

(1365)→TUGAS: ISI DARI PASAL 1352, 104,625,


1353,1354,1359 DAN 1365.
Lanjutan...
4. Biaya pelaksanaan, meliputi biaya
persidangan dan arbitrase.
5. Biaya kekeliruan hukum, yang merupakan
biaya sosial. Biaya ini akan muncul apabila
hakim membuat kesalahan dalam memutus
suatu kasus.
Perikatan yang Lahir dari
Undang-Undang
◼ Diatur dalam Pasal 1352-1380 KUH Pdt.
◼ Perikatan yang lahir dari UU adalah suatu
perikatan yang timbul/lahir/adanya karena
telah ditentukan dalam UU itu sendiri.
◼ Perikatan yang lahir dari UU dapat dibedakan
dua macam :
1. Perikatan yang lahir dari UU saja.
2. Perikatan yang lahir karena perbuatan
manusia.
Perikatan yang Lahir dari UU
Saja
◼ Adalah perikatan yang timbul/lahir/adanya
karena adanya hubungan kekeluargaan.

Contohnya : Alimentasi, artinya pemberian


nafkah dari seorang anak kepada orang tuanya
yang tidak mampu lagi mencari nafkah untuk
dirinya.
Perikatan yang Lahir Karena
Perbuatan Manusia
a. Perbuatan yang dibolehkan/dibenarkan
Contohnya :
◼ Onverschuldigde Betalling (Pembayaran tak
Terutang)
Unsur2nya adalah :
➢ Pembayaran dengan perkiraan ada suatu
utang
➢ Pembayaran itu dapat dituntut kembali
Lanjutan...
b. Perbuatan yang melanggar Hukum (Pasal 1365
KUHPdt), dalam arti sempit diartikan hanya
melawan UU saja.
Berdasarkan putusan Hoge Raad 1919, yang diartikan
melawan hukum adalah :
❖ Melanggar hak orang lain, seperti hak pribadi
(integritas tubuh, kebebasan, kehormatan, dll) dan
hak absolut (hak kebendaan, octroi, nama
perniagaan)
❖ Bertentangan dengan kewajiban hukum
pelaku
Lanjutan...
❖ Bertentangan dengan kesusilaan, yaitu
perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang bertentangan dengan sopan
santun yang hidup dan tumbuh dalam
masyarakat.
❖ Bertentangan dengan kecermatan yang
harus diindahkan dalam masyarakat.
Putusan Pengadilan
(Yurisprudensi)
◼ Putusan pengadilan sebagai sumber hukum
perikatan
tidak diatur secara khusus di dalam KUH Perdata,
namun putusan pengadilan mempunyai kedudukan
dan peranan yang sangat penting di dalam hukum
perikatan karena putusan pengadilan dapat
melengkapi kelemahan2 dan stagnasi (hambatan)
penegakan hukum.
◼ Putusan Pengadilan (Yurisprudensi), adalah produk
yudikatif, yang berisi kaidah atau peraturan hukum
yang mengikat pihak2 yang bersangkutan atau
terhukum.
Lanjutan...
Perbedaan antara Putusan Pengadilan dengan Undang2
:
Putusan Pengadilan :
1. Bersisi peraturan2 yang bersifat konkret karena
mengikat orang2 tertentu saja.
2. Memuat identitas pihak2 yang bersangkutan,
konsideran, atau pertimbangan yang memuat
alasan2 yang digunakan sebagai dasar putusan, dan
diktum atau amar, yaitu pokok putusan.
HAPUSNYA PERIKATAN

1. Pembayaran
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan
barang yg hendak dibayarkan itu di suatu tempat
3.
Pembaharuan hutang
4.
Kompensasi atau perhitungan timbal balik
5.
Percampuran hutang
6.
Pembebasan hutang
7.
Hapusnya barang yg dimaksudkan dlm perjanjian
8.
Pembatalan Perjanjian
9.
Akibat berlakunya syarat pembatalan
10.
Lewat waktu
Verjaring atau Daluwarsa
Daluwarsa adalah suatu alat untukj
memperoleh sesuatu atau membebaskan
dari suatu perikatan dengan lewatnya
suatu walktu tertentu dan atas syarat-
syarat yang ditentukan undang-undang
(pasal 1946 KUH Perdata, 1983 BW)

Anda mungkin juga menyukai