Anda di halaman 1dari 29

BAB 1 PENGANTAR

HUKUM PERIKATAN
A. Pengertian Istilah
Perikatan
Hukum perikatan merupakan
istilah yang paling luas
cakupannya. Istilah perikatan
merupakan kesepadanan dari
istilah bahsa belanda
“verbintenis” (munir
fuady,1999:1).istilah hukum
perikatan mencakup semua
ketetntuan dalam buku ketiga
KUH perdata.
para ahli memberikan
pengertian tentang perikatan
ini diantaranya yang
disampaikan oleh Maryam
Darus Badrusaman, bahwa
prikatan dimaknai sebagai “
hubungan ( hukum ) yang
terjadi diantara dua orang
atau lebih,yang terletak
dibidang harta kekayaan,
dengan pihak yang satu
berhak atas prestasi dan
pihak lainnya wajib
memenuhi prestasi tersebut “
(1994:3), sedangkan hukum
perikatan dimaknani sebagai
seperangkat aturan yang
memberikan peraturan
dilaksanakannya perikatan.
B. Pengertian Hukum
Perikatan
Hukum perikatan adalah
hubungan hukum antara 2
pihak atau lebih di mana satu
pihak berhak atas prestasi
sedangkan pihak lain
berkewajiban untuk
melaksanakan prestasi
tersebut.
C. Sumber Hukum Perikatan
 Hukum Perikatan
yang bersumber dari
perjanjian
 Hukum Perikatan
yang bersumber dari
undang-undang
D. Unsur-unsur Hukum
Perikatan
 Hubungan Hukum,
 Kekayaan,
 Pihak-pihak, dan
 Prestasi (Objek
perikatan)
E. Tujuan Perikatan

F. Objek dan Subjek Hukum


Perikatan
Objek perikatan adalah
hak pada kreditur dan
kewajiban pada debitur yang
dinamakan prestasi yang
berupa tindakan
memberrikan sesuatu seperti
penyerahan hak milik dalam
jual beli ataupun sewa
menyewa melakukan suatu
perbuatan seperti
melaksanakan pekerjaan
tertentu

 Tindakan
memberikan sesuatu
 Melakukan suatu
perbuatan
 Tidak berbuat
sesuatu,
Subjek Perikatan adalah
mereka yang memperoleh
hak (schuldeiser/kreditur)
dan mereka yang dibebani
kewajiban
(schuldenaar/debitur) atas
suatu prestasi.
G. Asas-Asas Hukum
Perikatan

H. Pengaturan Hukum
Perikatan

I. Sistem Hukum Perikatan


Ketentuan Hukum
Perikatan

BAB 2 MACAM-MACAM
HUKUM PERIKATAN
A. Perikatan Bersyarat
(Voorwaardelijk) dalam
Pasal 1253-1267 KUH
Perdata
Perikatan bersyarat
(voorwaardelijik) adalah
perikatan yang didalamnya
digantungkan pada suatu
syarat tertentu yaitu peristiwa
yang masih akan datang dan
belum tentu akan terjadi,baik
secara menangguhkan
perikatan hingga terjadinya
peristiwa semacam
itu,maupun secara
membatalkan perikatan
meenurut terjadi atau tidak
terjadinya peristiwa tersebut
B. Perikatan dengan
Ketetapan
Waktu(Tijdsbepaling)
Ketentuan (Pasal 1268 –
1271 KUH Perdata)
perikatan ketetapan
waktu(Tijdsbepaling) adalah
suatu perikatan yang tidak
menangguhkan
perikatan,hanya
menangguhkan
pelaksanaanya,suatu
perikatan yang ditangguhkan
pelaksanaanya sampai waktu
yang di tentukan,
C. Perikatan yang Boleh
Memilih / Alternatif
(Pasal 1272 – 1277 KUH
Perdata)
Perikatan yang boleh
memilih/alternatif adalah
dibebaskan jika ia
menyerahkan salah satu
barang yang disebut dalam
perikatan,tetapi ia tidak dapat
memaksa yang berpiutang
untuk menerima
D. Perikatan Tanggung-
Menanggung (Pasal 1278
– 1295 KUH Perdata)
Suatu perikatan tanggung-
menanggung atau perikatan
tanggung renteng terjadi
antara beberapa kreditur, jika
dalam bukti persetujuan
secara tegas kepada masing-
masing diberikan hak untuk
menuntut pemenuhan seluruh
utang, sedangkan
pembayaran yang dilakukan
kepada salah seorang di
antara mereka, membebaskan
debitur, meskipun perikatan
itu menurut sifatnya dapat
dipecah dan dibagi antara
para kreditur tadi.
E. Perikatan Fakultatif
Perikatan fakultatif adalah
perikatan yang hanya
memiliki satu objek
prestasi,yang di dalamnya
debitur memiliki hak untuk
mengganti prestasi yang
semula ditentukan dengan
prestasi yang lain.
F. Perikatan Yang Dapat
dan Tidak Dapat Dibagi
(Pasal 1296 – 1303 KUH
Perdata
Suatu perikatan dapat dibagi-
bagi atau tak dapat dibagi-
bagi sekedar pokok perikatan
tersebut adalah suatu barang
yang penyerahannya atau
suatu perbuatan yang
pelaksanaannya dapat dibagi-
bagi atau tak dapat dibagi-
bagi, baik secara nyata
maupun tak nyata.

G. Perikatan Dengan
Ancaman Hukuman
(Strafbeding) (Pasal 1304
– 1312 KUHPerdata)
Ancaman hukuman adalah
suatu keterangan, yang
sedemikian rupa disampaikan
oleh seseorang untuk adanya
jaminan pelaksanaan
perikatan. Maksud adanya
ancaman hukuman
ini adalah :

 untuk memastikan
agar perikatan itu
benar-benar dipenuhi;

untuk menetapkan
jumlah ganti rugi
tertentu apabila
terjadi prestasi dan
untuk menghindari
pertengkaran tentang
hal tersebut.
H. Perikatan Wajar
Perikatan yg tidak
mempunyai hak taghan akan
tetapi jika sudh dibayara atau
dipenuhi tidak dapat diminta
kmbli . misalnya hutang
karena taruhan, atau
perjudiaan persetujuan di
waktu pailit dan sbgnya
I. Perikatan Generik dan
Spesifik
Perikatan Generik adalah
perikatan yang objeknya
ditentukan menurut jumlah
dan jenis.
J. Perikatan Pokok dan
Accessoire
Perikatan Pokok adalah
perikatan antara debitor dan
kreditor yang dapat berdiri
sendiri dan memang biasanya
berdiri sendiri, walaupun
tidak tertutup kemungkinan
adanya perikatan lain yang
ditempelkan pada perikatan
pokok tersebut. Misalnya
perjanjian peminjaman uang. 

Perikatan Accessoir adalah


perikatan antara debitor dan
kreditor yang ditempelkan
pada suatu perikatan pokok
dan yang tanpa perikatan
pokok tidak dapal berdiri
sendiri
BAB 3 HAPUSNYA /
BERAKHIRNYA SUATU
PERIKATAN

A. Hapusnya / Berakhirnya
Perikatan
1. Pembayaran
2. Penawaran
pembayaran tunai
diikuti dengan
penyimpanan atau
penitipan
3. Pembaruan utang
4. Perjumpaan utang
atau kompensasi
5. Percampuran utang
6. Pembebasan utang
7. Musnahnya barang
yang terutang
8. Kebatalan atau
pembatalan
9. Berlakunya suatu
syarat batal
10. Lewatnya waktu
B. Cara Hapusnya /
Berakhirnya Perikatan
1. Pembayaran (Pasal
1382-1403
KUHPerdata)
2. Penawaran
pembayaran tunai
diikuti dengan
penyimpanan/konsiny
asi (Pasal 1404-14012
KUHPerdata
3. Novasi/pembaharuan
utang (Pasal 1425-
1435 KUH Perdata)
4. Perjumpaan
utang/kompensasi
(Pasal 1425-1435
KUHPerdata).
5. Perjumpaan
utang/kompensasi
(Pasal 1425-1435
KUHPerdata).
6. Pembebasan utang
(Pasal 1438-1443
KUHPerdata).
7. Musnahnya barang
terutang (Pasal 1444-
1445 KUHPerdata)
8. Kebatalan dan
pembatalan perjanjian
(Pasal 1446-1456
KUHPerdata)
9. Berlakunya syarat
batal (Pasal 1265
KUHPerdata)
10. Lewatnya
waktu/daluwarsa
(Pasal 1946-1993
KUHPerdata)
C. Terjadinya Perikatan
Terjadinya perikatan dalam
hal ini bukan dikarenakan
karena adanya suatu
persetujuan atupun
perjanjian, melainkan
dikarenakan karena adanya
undang- undang yang
menyatakan akibat perbuatan
orang, lalu timbul perikatan.
Perikatan yang timbul karena
undang – undang ini ada dua
sumbernya, yaitu perbuatan
orang dan undang – undang
sendiri. Perbuatan orang itu
diklasifikasikan lagi menjadi
dua, yaitu perbuatan yang
sesuai dengan hukum dan
perbuatan yang tidak sesuai
dengan hukum (pasal 1352
dan 1353 KUH Perdata).

D. Perbedaan Hapusnya /
Berakhirnya Perikatan
dengan Hapusnya /
Berakhirnya Perjanjian
Hapusnya perikatan
belum tentu
menghapuskan suatu
perjanjian, kecuali semua
perikatan-perikatan yang
ada pada perjanjian
tersebut sudah hapus.
Sebaliknya hapusnya
suatu perjanjian
mengakibatkan hapusnya
perikatan-perikatan nya.
BAB 4 HUKUM
PERIKATAN ISLAM

A. Pengertian Hukum
Perikatan Islam
Hukum Perikatan Islam
adalah bagian dari Hukum
Islam bidang muamalah yang
mengatur prilaku manusia di
dalam menjalankan
hubungan ekonominya.
Menurut Prof. Dr. H. M.
Tahir Azhary, SH hukum
perikatan islam merupakan
seperangkat kaidah hukum
yang bersumber dari Al-
Qur'an. As-Sunnah (Hadits),
dan Ar-Ra'yu (Ijtihad) yang
mengatur tentang hubungan
antara dua orang atau lebih
mengenai suatu benda yang
dihalalkan menjadi objek
suatu transaksi.
B. Dasar Hukum Perikatan
Islam
1. Alquran Al-Qur'an surat
al-Maidah (5) ayat 2, Allah
berfirman yang artinya: "...
Tolong menolonglah kamu
dalam (mengerjakan)
kebaikan dan takwa, dan
jangan tolongmenolong
dalam berbuat doss dan
pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah
amat berate siksa-Nya".
2. Hadis Hadis Riwayat
Muslim dari Abu Harairah
r.a. yang artinya:
"Barangsiapa melepaskan
dari seorang muslim suatu
kesulitan di dunia, Allah
SWAT akan melepaskan
kesulitan darinya pada hari
kiamat, dan Allah SWT
senantiasa menolong hamba-
Nya sesama is (suka)
menolong saudaranya."
3. Ijma’ Dalam hukum akad,
terjadi perbedaan pendapat
dari beberpa ulama mazhab.
Salah satunya mazhab
Hanbali bahwa akad bebas
dilakukan selama tidak ada
halhal yang jelas dilarang
agama.Sedangkan pada
mazhab hanafi, bahwa akad
merupakan hal yang dilarang,
kecuali apabila ada keadaan
yang membuatnya untu
berakad kepada orang lain
(Istihsan). Kemudian mazhab
lainnya seperti Syafi’i juga
tidak membolehkan akad
apabila objeknya belum ada
di hadapan pihak yang
membutuhkan
C. Tujuan Hukum Perikatan
Islam
1. Tujuan akad bukanlah
merupakan kewajiban yang
telah ada atas pihak-pihak
yang bersangkutan ketika
akad belum diadakan seperti
perikatan alami, namun
hendaknya tujuan itu
dilaksanakan di awal akad.
2. Tujuan harus berlangsung
hingga akhir akad.
3. Tujuan akad harus
dibenarkan syari’at Islam.
D. Unsur-Unsur Perikatan
Islam
1. Aqid, dua pihak atau para
pelaku perikatan yang
terlibat. Dalam perikatan,
yang terlibat umumnya
debitur dengan kreditur.
2. Mahallul ‘aqdi atau
ma’qud ‘alaih, yaitu objek
dari perikatan atau akad,
dalam perikatan umum
disebut prestasi.
3. Maudul ‘aqdi, yaitu tujuan
pokok dari akad itu sendiri,
bisa sepihak atau kedua belah
pihak atau lebih.
4. Ijab, yaitu ungkapan shigat
akad yang keluar dari pihak
pertama.
5. Qabul, yaitu ungkapan
shigat akad yang keluar dari
pihak kedua
secara garis besar membagi
unsur perikatan tersebut
menjadi tiga unusur sebagai
berikut:
1. Pertalian antara Ijab dan
Qabul
2. Dibenarkan Oleh Syara’ .
3. Mempunyai Akibat
Hukum terhadap Objeknya.
E. Perikatan Islam menurut
Bentuk Transaksinya
F. Asas-asas Perikatan dalam
Islam
 Asas Ketuhanan atau
Tauhid
 Asas Kebolehan
(Mabda al-Ibahah)
 Asas Keadilan
(Al-‘Adalah)
 Asas Tertulis (Al-
Kitabah)
 Asas Kerelaan atau
Konsensualisme
 Asas Perjanjian itu
Mengikat
 Asas Persamaan
Hukum (Al-
Musawah)
 Asas Mendahulukan
Kewajiban daripada
Hak
 Asas larangangan
merugikan orang Lain
G. Syarat-syarat Perikatan
dalam Islam
1.Subjek Hukum (aqidain)
Menurut Ash-Shiddicqy,
bahwa kedua belah pihak
yang berakad atau melakukan
perjanjian harus cakap
(ahliyatul aqidaini).
2. Objek Hukum (mahallul
aqad) Objek akad atau
perikatan haruslah dapat
diterima secara hukum,
terutama hukum Islam
a. Objek perikatan harus ada
ketika dilangsungkan atau
tersedia untuk diakadkan dan
akad akan berakhir apabila
objek tersebut telah
diserahkan kepada yang
berhak menerima
b. Objek akad atau perikatan
dalam Islam harus
dibenarkan syari’ah. Tidak
dibenarkan objek perikatan
yang haram, baik zat maupun
cara mendapatkannya.
c. Objek akad atau perikatan
dalam Islam harus jelas dan
dapat dikenali dari jenis,
bentuk, ukuran, dan urgensi
barang tersebut.
d. Objek dapat diserah
terimakan pada saat akad
terjadi atau pada waktu yang
telah disepakati sehingga
tidak ada pihak yang
dirugikan dalam suatu
transaksi
H. Berakhirnya Perikatan
dalam Islam
1. Difasakh, karena adanya
hal-hal yang dilarang syara’,
misalnya objek akadnya
diketahui dari hasil yang
tidak hala
2. Karena pembeli memilih
untuk membatalkan jual beli
karena sebab-sebab tertentu
dalam khiyar,
3. Karena salah satu pihak
membatalkan akad dengan
catatan ada persetujuan lain.
Cara fasakh ini disebut
iqalah.
4. Karena kewajiban yang
ditimbulkan oleh adanya
akad tidak dipenuhi oleh
pihak-pihak yang
bersangkutan
5. Karena habis jangka
waktunya,
I. Perbedaan Perikatan Islam
dengan Perikatan Umum
membedakan perikatan Islam
dengan umum adalah, tidak
memakai sistem bunga pada
suatu transaksi seperti
transaksi pembayaran
pinjaman, gadai, bagi hasil,
pembayaran kredit, dsb. Hal
ini menurut para ulama,
bunga itu sama disamakan
dengan riba dan hukumnya
haram. Dalam perikatan
Islam, yang dikenal hanyalah
keutungan yang disepakati
seperti dalam jual beli
murabahah, salam, istishna,
dsb. Jadi intinya perikatan
dalam Islam harus murni
halal sesuai ketentuan
syari’at Islam.
BAB 5 HUKUM
PERJANJIAN
A. Pengertian Hukum
Perjanjian
Hukum perjanjian merupakan
hukum yang terbentuk akibat
adanya suatu pihak yang
mengikatkan dirinya kepada
pihak lain.
B. Macam-Macam Hukum
Perjanjian
1. Perjanjian timbal balik
2. Perjanjian Cuma-Cuma
(pasal 1314 KUHPerdata) 3
Pasal 1314 :“
3. Perjanjian atas beban
4. Perjanjian
Bernama(Benoemd )
5. Perjanjian Tidak bernama
(Onbenoemde Overeenkomst
)
6. Perjanjian
7. Perjanjian Kebendaan
( Zakelljk )
8. Perjanjian Konsensual
9. Perjanjian Rill
10. Perjanjian
11. Perjanjian Pembuktian
(bewijsovereenkomst)
12. Perjanjian Untung –
untungan
13. Perjanjian Publik
14. Perjanjian Campuran
(Contractus Sui Generis)
Unsur-Unsur Perjanjian

1. kata sepakat dari dua pihak


atau lebih;
2. kata sepakat yang tercapai
harus bergantung kepada
para pihak;
3. keinginan atau tujuan para
pihak untuk timbulnya akibat
hukum;
4. akibat hukum untuk
kepentingan pihak yang satu
dan atas beban yang lain atau
timbal balik; dan
5. dibuat dengan
mengindahkan ketentuan
perundang-undangan.
C. Asas-Asas Hukum
Perjanjian
Terdapat 5 (lima)asas
perjanjian yang di kenal
menurut ilmu hukum
Perdata.Yaitu

 asas kebebasan
berkontrak ( Freedom
Of Contract).
 Asas Konsensualisme
(Conse nsualism),
 Asas Kepastian
hukum ( pacta sunt
servanda),
 Asas itikad baik
( good faith ) dan
 asas kepribadian
( personality).
D. Asas Hukum Perjanjian
Internasional
a) Asas teritorial adalah asas
yang didasarkan pada
kedaulatan atau kekuasaan
negara atas wilayahnya.
b) Asas kebangsaan adalah
asas yang didasarkan pada
kekuasaan negara untuk
warga negaranya.
c) Ne bis in idemadalah asas
hukum internasional yang
jika diartikan bermakna tidak
seorang pun dapat diadili
untuk kedua kalinya atas
suatu perkara yang sama.
d) Pacta sunt servanda adalah
asas hukum internasional
yang dikenal dalam
perjanjian internasional dan
menjadi kekuatan hukum
serta moral bagi negara yang
mengikatkan diri.
e) Jus cogensadalah adalah
kaidah atau norma yang telah
diterima dan diakui oleh
masyarakat internasional
f) Inviolability dan
immunityadalah asas hukum
internasional yang dikenal
dalam pedoman tertib
diplomatik dan protokoler.
E. Lahirnya Perjanjian
Menurut asas
konsensualisme, suatu
perjanjian lahir pada
detiktercapainnya
kesepakatan atau persetujuan
antara kedua belah pihak
mengenaihal-hal persesuaian
paham dan kehendak antara
dua pihak tersebut. Apa
yangdi kehendaki oleh pihak
yang lain, meskipun tidak
sejurusan tetapi secaratimbal
balik. Kedua kehendak itu
bertemu satu sama lain
F. Syarat Sahnya Perjanjian
1) Kata Sepakat antara Para
Pihak yang Mengikatkan Diri
2) Cakap Untuk Membuat
Suatu PerjanjianCakap
3) Mengenai Suatu Hal
Tertentu
4) Suatu sebab yang halal
G. Batalnya Perjanjian
bahwa apabila suatu syarat
obyektif tidak terpenuhi (hal
tertentutau causa yang halal),
maka Perjanjiannya adalah
batal demi hukum
(bahasaInggris;null and
Void ).Dalam h al yang
demikian, secara yuridis dari
semulatidak ada suatu
perjanjian dan tidak ada pula
suatu perikatan antara orang-
orang yang bermaksud
membuat perjanjian itu.
Apabila pada waktu
pembuatan perjanjian, ada
kekurangan mengenaisyarat
yang subyektif sebagaimana
yang sudah kita lihat, maka
perjanjian itu bukannya batal
demi hukum, tetapi dapat
dimintakan pembatalan
(canceling )oleh salah satu
pihak. Pihak ini adalah : pihak
yang tidak cakap
menuruthukum (orang tua
atau walinya, ataupun ia
sendiri apabila ia sudah
menjadicakap), dan pihak
yang memberikan
perizinannya atau menyetujui
perjanjianitu secara tidak
bebas.
H. Hukum Perjanjian Islam

I. Hubungan Perjanjian dan


Perikatan
hubungan antara perikatan
dan perjanjian adalah bahwa
perjanjian itu menerbitkan
perikatan. Perjanjian adalah
sumber perikatan, di
sampingnya sumbersumber
lain. Suatu perjanjian juga
dinamakan persetujuan
karena dua pihak setuju
melakukan sesuatu. Dapat
dikatakan dua perkataan
(perjanjian dan persetujuan)
itu adalah sama artinya.
J. Perbedaan Perjanjian dan
Perikatan
Perjanjian (overeenkomst)
dan Perikatan (verbintenis)
merupakan sebuah istilah
yang telah dikenal dalam
Kitab Undang-undang
Hukum Perdata (KUHPer)
sebagaimana penjelasan
dalam ketentuan Pasal 1313
KUHPer yang pada dasarnya
menyatakan bahwa perjanjian
merupakan suatu persetujuan,
hal mana suatu perbuatan
dimana 1 (satu) orang atau
lebih setuju dan sepakat
mengikatkan diri kepada 1
(satu) orang atau lebih.
Sedangkan mengenai
perikatan sebagaimana
dijelaskan pada ketentuan
Pasal 1233 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata
(KUHPer) yang
menyebutkan bahwa
perikatan lahir tidak hanya
berdasarkan suatu
persetujuan saja melainkan
juga lahir dikarenakan
adanya ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BAB 6 HUKUM
KONTRAK
A. Pengertian Kontrak dan
Hukum Kontrak
Istilah kontrak berasal dari
bahasa inggris yaitu
contracts. Sedangkan dalam
bahasa belanda, disebut
dengan overeenkomst
(perjanjian). Hukum kontrak
merupakan terjemahan dari
bahasa inggris, yaitu contract
of law, sedangkan dalam
bahasa belanda disebut
dengan istilah
offerenscomstrech
B. Unsur-Unsur Kontrak

Unsur esensialia  Unsur


naturalia  Unsur
aksidentalia
C. Asas-Asas Kontrak
1. Asas kebebasan
berkontrak. Para pihak bebas
membuat perjanjian
sepanjang tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-
undangan, kesusilaaan, dan
ketertiban umum.
2. Asas konsesualisme Para
pihak harus sepakat, setuju,
atau seiya sekata dengan hal-
hal yang diperjanjikan.
3. Asas pacta sunt servanda.
Perjanjian yang dibuat
berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang
membuatnya.
4. Asas iktikad baik(good
faith) Hubungan para
pihak,baik dalam tahap pra
kontraktual, kontraktual,
dialndasi dengan iktikad
baik.
5. Asas kepribadian
(Personalitas) Asas
kepribadian merupakan asas
yang menentukan bahwa
seseorang yang akan
melakukan dan atau
membuat kontrak hanya
untuk kepentingan
perseorangan saja
6. Asas moralitas. Asas
moralitas adalah sifat moral
atau keseluruhan asas dan
nilai yang berkenaaan dengan
baik dan buruk
7. Asas persamaan hukum
Asas persamaan hukum
menegaskan bahwa setiap
warga Negara bersamaan
kedudukannya dihadapan
hukum dengan tidak ada
pengecualian.
8. Asas perlindungan Asas
perlindungan adalah asas
yang memperluas
berlakunnya
ketentuanketentuan hukum
pidana Indonesia di luar
wilayah Indonesia berdasar
atas kerugian nasional amat
besar yang diakibatkan oleh
beberapa kejahatan sehingga
siapa saja yang termasuk
orang asing yang
melakukannya dimana saja
pantas dihukum.
9. Asas kebebasan Asas
kebebasan artinya setiap
orang bebas untuk
mengadakan suatu perjanjian
yang memuat syarat-syarat
perjanjian macm apapun,
sepanjang perjanjian itu
dibuat
10. Asas kerelaaan Asas
kerelaan ini menyatakan
bahwa semua perjanjian atau
akad dilakukan oleh para
pihak harus didasarkan
kepada kerelaan semua pihak
yang terlibat didalamnya.
11. Asas kepastian hukum
dan al kitab Asas kepastian
hukum dan al kitab adalah
asas dalam Negara hukum
yang mengutamakan
landasan peraturan
perundang-undangan,
kepatutan, keadilan dalam
setiap kebijakan
penyelanggara Negara, dan al
kitab.
12. Asas beriktikad baik Asas
beritikad baik menyatakan
bahwa suatu perjanjian yang
dibuat haruslah dilaksanakan
dengan mengindahkan
norma-norma kepatutan dan
kesusilaan yang berarti
bahwa perjanjian itu harus
dilaksanakan sedemikian
rupa sehingga tidak
merugikan salah satu pihak.
13. Asas kepribadian Asas
kepribadian merupakan asas
yang menentukan bahwa
seseorang yang akan
melakukan dan atau yang
membuat kontrak hanya
untuk kepentinngan
perseorangan saja.
14. Asas kejujuran dan
kemanfaatan Asas kejujuran
diperlukan untuk mencapai
sebuah tujuan, sehingga
masyarakat berkata dan
bertindak sesuai fakta dengan
benar. Dan mampu
memberikan manfaat secara
luas bagi kepentingan
masyarakat, bangsa, dan
Negara.
15. Asas persamaan Asas
persamaaan adalah asas yang
mendasarkan semua Negara
memiliki kedudukan yang
sama, baik Negara kecil
ataupun besar memiliki haka
dan kewajiban yang sama.
16. Asas Al (al anbiya dan al
A’raf) (Q.S Al-Anbiya’
21:112) dan (Q.S. Al-A’raf
7:29)4
D. Syarat Sahnya Kontrak
 Kesepakatan mereka
yang mengikat diri
 Kecakapan mereka
yang membuat
kontrak
 Suatu hal tertentu
 Suatu sebab yang
halal
E. Batalnya Kontrak
Pembatalan bisa dibedakan
dalam dua terminologi yang
memilki konsekuensi yuridis,
yaitu:
a. Null and Void, dari awal
perjanjian itu telah batal, atau
dianggap tidak pernah ada,
apabila syarat objiktif tidak
dipenuhi.
b. Viodable, bila salah satu
syarat subjektif tidak
dipenuhi, perjanjiannya
bukannya batal demi hukum,
tetapi salah satu pihak dapat
memintakan pembatalan itu.
F. Akibat Hukum Pada
Suatu Kontrak
a. Akibat hukum pada suatu
kontrak, yaitu: a. Perjanjian
mengikat para pihak
b. Perjanjian tidak dapat
ditarik kembali secara
sepihak karena merupakan
kesepakatan dintara kedua
belah pihak dan alasan-alasan
yang oleh undangundang
dinyatakan cukup untuk itu
(Pasal 1338 ayat 2 KUHP)
c. Perjanjian harus
dilaksanakandengan iktikad
baik ( Pasal 1338 ayat 3
KUHP)
G. Hukum Kontrak
Menurut Islam
Hukum kontrak islam
merupakan bentuk tertulis
dari ketentuanketentuan
hukum islam dibidang
perikatan
BAB 7 CACAT
KEHENDAK DALAM
HUKUM PERIKATAN
A. Pengertian dan Jenis
Cacat Kehendak Menurut
KUH Perdata

B. Cacat Kehendak menurut


Nederland Burgerlijk
Wetboek

C. Cacat Kehendak menurut


Sistem Common Law

D. Cacat Kehendak Menurut


Hukum Perjanjian Islam

Anda mungkin juga menyukai