Anda di halaman 1dari 10

c) Penipuan (psl 1328 Kuhper)

“Penipuan merupakan suatu alasan untuk pembatalan persetujuan, apabila tipu-muslihat yang
dipakai oleh salah satu pihak, adalah sedemikian rupa hingga terang dan nyata bahwa pihak
yang lain tidak telah membuat perikatan itu jika dilakukan tipu-muslihat tersebut. Penipuan
tidak dipersangkutkan, tetapi harus dibuktikan.”

B.2. Syarat Objektif


dapat diperdagangkan

dipergunakan untuk kepentingan umum antara lain seperti


jalan umum, pelabuhan umum, gedung-gedung umum &
sebagainya tidaklah dapat dijadikan 0bjek perjanjian.

Barang harus Dapat ditentukan jenisnya

Barang yang akan datang (psl 1332)


“Hanya barang-barang yang dapat diperdagangkan saja dapat menjadi pokok
persetujuan-persetujuan.”

Objek perjanjian (psl 1333)


“Suatu persetujuan harus mempunyai pokok suatu barang yang paling sedikit ditentukan
jenisnya.”
.

Kalau syarat itu terpenuhi,maka


perjanjian itu batal demi hukum.
syarat objektif Artinya dari semula tidak pernah
suatu perjanjian dan tidak pernah
ada suatu perikatan

jika syarat itu tidak dipenuhi,


perjanjiannya bukan batal demi
hukum, tetapi salah satu pihak

syarat subjektif mempunyai hak untuk meminta


supaya perjanjian itu dibatalkan.
C. JENIS – JENIS PERJANJIAN

1. Perjanjian Timbal Balik


adalah perjanjian yang menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak
Misalnya: perjanjian jual-beli

2. Perjanjian Cuma-Cuma (Pasal 1314 KUHPerdata)


adalah perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah satu pihak saja
Misalnya: hibah

3. Perjanjian Atas Beban


adalah perjanjian di mana terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontra
prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi itu ada hubungannya menurut hukum.

4. Perjanjian Bernama (Benoemd)


perjanjian khusus adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri. Maksudnya ialah bahwa
perjanjian-perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh pembentuk undang-undang,
berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari. Perjanjian khusus ini terdapat dalam
Bab V s/d Bab XVIII KUHPerdata.
5. Perjanjian Tidak Bernama
Di luar perjanjian bernama, tumbuh pula perjanjian tidak bernama, yaitu perjanjian-perjanjian yang tidak
diatur di dalam KUHPerdata, tetapi terdapat di dalam masyarakat. Lahirnya perjanjian ini di dalam praktek
adalah berdasarkan asas kebebasan berkontrak, mengadakan perjanjian atau partij otonomi.

6. Perjanjian Obligatoir
adalah perjanjian di mana pihak-pihak sepakat, mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan suatu
benda kepada pihak lain.

7. Perjanjian Kebendaan
adalah perjanjian dengan mana seorang menyerahkan haknya atas sesuatu benda kepada pihak lain, yang
membebankan kewajiban (oblige) pihak itu untuk menyerahkan benda tersebut kepada pihak lain
(levering, transfer).

8. Perjanjian Konsensual (Pasal 1338KUHPerdata)


adalah perjanjian di mana antara kedua belah pihak telah tercapai persesuaian kehendak untuk
mengadakan perikatan.

9. Perjanjian Riil
Perbedaan antara perjanjian konsensual dan riil ini adalah sisa dari hukum Romawi yang untuk perjanjian-
perjanjian tertentu diambil alih oleh Hukum Perdata kita.

10. Perjanjian Liberatoir


Perjanjian dimana para pihak membebaskan diri dari kewajiban yang ada
Misalnya pembebasan utang (Pasal 1438 KUHPerdata)
11. Perjanjian Pembuktian

Perjanjian di mana para pihak menentukan pembuktian apakah yang berlaku di antara
mereka

12. Perjanjian Untung-Untungan

Perjanjian yang objeknya ditentukan kemudian

Misanya: perjanjian asuransi Pasal 1774 KUHPerdata

13. Perjanjian Publik

yaitu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik, karena salah
satu pihak yang bertindak adalah pemerintah, dan pihak lainnya swasta.

Misalnya: perjanjian ikatan dinas

14. Perjanjian Campuran

ialah perjanjian yang mengandung berbagai unsur perjanjian

Misalnya: pemilik hotel yang menyewakan kamar (sewa-menyewa) tapi pula


menyajikan makanan (jual beli) dan juga memberikan pelayanan.
D. Asas-asas Hukum Perjanjian

Asas perjanjian yang sah adalah UU (psal 1338 KUHPer)

Asas kebebasan mengadakan perjanjian (partij otonomi)

Asas konsensualisme (persesuaian kehendak)

Asas kepercayaan

Asas kekuatan mengikat

Asas -Asas Asas persamaan hukum

Asas keseimbangan

Asas kepastian hukum

Asas moral (pasal 1339 KUHPer)

Asas kepatutan (pasal 1339 KUHPer)

Asas Kebiasaan
E. Macam-Macam Perikatan

Perikatan bersyarat

Perikatan dengan ketetapan waktu

Menurut Perikatan mana suka (alternatif)


Hukum Perdata Perikatan tanggung-menanggung atau soldier
Perikatan yang dapat dibagi dan yang tak dapat
dibagi

Perikatan dengan ancaman hukuman

a) Perikatan bersyarat
Suatu perikatan adalah bersyarat, apabila ia digantungkan pada suatu peristiwa yang masih akan
datang dan masih belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan lahirnya perikatan hingga
terjadinya peristiwa semacam itu, maupun secara membatal kan perikatan menurut terjadinya
atau tidak terjadinya peristiwa tersebut.
Dalam Hukum Perjanjian, pada asasnya suatu syarat batal selalu berlaku surut hingga saat
lahirnya perjanjian. Contoh: Pasal 1265 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
b) Perikatan dengan ketetapan waktu
Suatu ketetapan waktu tidak menangguhkan lahirnya suatu perjanjian atau
perikatan, melainkan hanya menangguhkan pelaksanaannya, ataupun
menentukan lama waktu berlakunya suatu perjanjian atau perikatan.

c) Perikatan mana suka (alternatif)


Dalam perikatan semacam ini, si berutang dibebaskan jika ia menyerahkan
salah satu dari dua barang yang disebutkan dalam perjanjian, tetapi ia
tidak boleh memaksa si berpiutang untuk menerima sebagian dari barang
yang satu dan sebagian barang yang lainnya. Hak memilih ada pada si
berpiutang, jika hak ini tidak secara tegas diberikan kepada si berpiutang.

d) Perikatan tanggung-menanggung
Dalam perikatan semacam ini, di salah satu pihak terdapat beberapa
orang. Dalam hal beberapa orang terdapat di pihak debitur (dan ini yang
paling lazim), maka tiap-tiap debitur itu dapat dituntut untuk memenuhi
seluruh utang. Oleh karena itu suatu perikatan tanggung-menanggung
harus dengan tegas diperjanjikan atau ditetapkan dalam Undang-Undang.
Contoh: Pasal 1749 dan Pasal 1836 KUHPerdata
e) Perikatan yang dapat dibagi dan yang tak dapat dibagi
Suatu perikatan, dapat atau tak dapat dibagi, adalah sekedar prestasinya dapat dibagi
menurut imbangan, pembagian mana tidak boleh mengurangi hakekat prestasi itu. Soal
dapat atau tidak dapat dibaginya prestasi itu terbawa oleh sifat barang yang tersangkut di
dalamnya, tetapi juga dapat disimpulkan dari maksudnya perikatan itu.
Contoh: Pasal 1390 KUHPer (menerima pembayaran sebagian utangnya)

f) Perikatan dengan ancaman hukuman


Suatu perikatan di mana ditentukan bahwa si berutang, untuk jaminan pelaksanaan
perikatannya, diwajibkan melakukan sesuatu apabila perikatannya tidak dipenuhi. Penetapan
hukuman ini dimaksudkan sebagai gantinya penggantian kerugian yang diderita oleh si
berpiutang karena tidak dipenuhinya atau dilanggarnya perjanjian.

Ada 2 (dua) maksud yaitu:


1. Untuk mendorong atau menjadi cambuk bagi si berutang supaya ia memenuhi kewajibannya
2. Untuk membebaskan si berpiutang dari pembuktian tentang jumlahnya atau besarnya
kerugian yang dideritanya.
Contoh: Pasal 1309 dan Pasal 1338 (3)

Anda mungkin juga menyukai