“Penipuan merupakan suatu alasan untuk pembatalan persetujuan, apabila tipu-muslihat yang
dipakai oleh salah satu pihak, adalah sedemikian rupa hingga terang dan nyata bahwa pihak
yang lain tidak telah membuat perikatan itu jika dilakukan tipu-muslihat tersebut. Penipuan
tidak dipersangkutkan, tetapi harus dibuktikan.”
6. Perjanjian Obligatoir
adalah perjanjian di mana pihak-pihak sepakat, mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan suatu
benda kepada pihak lain.
7. Perjanjian Kebendaan
adalah perjanjian dengan mana seorang menyerahkan haknya atas sesuatu benda kepada pihak lain, yang
membebankan kewajiban (oblige) pihak itu untuk menyerahkan benda tersebut kepada pihak lain
(levering, transfer).
9. Perjanjian Riil
Perbedaan antara perjanjian konsensual dan riil ini adalah sisa dari hukum Romawi yang untuk perjanjian-
perjanjian tertentu diambil alih oleh Hukum Perdata kita.
Perjanjian di mana para pihak menentukan pembuktian apakah yang berlaku di antara
mereka
yaitu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya dikuasai oleh hukum publik, karena salah
satu pihak yang bertindak adalah pemerintah, dan pihak lainnya swasta.
Asas kepercayaan
Asas keseimbangan
Asas Kebiasaan
E. Macam-Macam Perikatan
Perikatan bersyarat
a) Perikatan bersyarat
Suatu perikatan adalah bersyarat, apabila ia digantungkan pada suatu peristiwa yang masih akan
datang dan masih belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan lahirnya perikatan hingga
terjadinya peristiwa semacam itu, maupun secara membatal kan perikatan menurut terjadinya
atau tidak terjadinya peristiwa tersebut.
Dalam Hukum Perjanjian, pada asasnya suatu syarat batal selalu berlaku surut hingga saat
lahirnya perjanjian. Contoh: Pasal 1265 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
b) Perikatan dengan ketetapan waktu
Suatu ketetapan waktu tidak menangguhkan lahirnya suatu perjanjian atau
perikatan, melainkan hanya menangguhkan pelaksanaannya, ataupun
menentukan lama waktu berlakunya suatu perjanjian atau perikatan.
d) Perikatan tanggung-menanggung
Dalam perikatan semacam ini, di salah satu pihak terdapat beberapa
orang. Dalam hal beberapa orang terdapat di pihak debitur (dan ini yang
paling lazim), maka tiap-tiap debitur itu dapat dituntut untuk memenuhi
seluruh utang. Oleh karena itu suatu perikatan tanggung-menanggung
harus dengan tegas diperjanjikan atau ditetapkan dalam Undang-Undang.
Contoh: Pasal 1749 dan Pasal 1836 KUHPerdata
e) Perikatan yang dapat dibagi dan yang tak dapat dibagi
Suatu perikatan, dapat atau tak dapat dibagi, adalah sekedar prestasinya dapat dibagi
menurut imbangan, pembagian mana tidak boleh mengurangi hakekat prestasi itu. Soal
dapat atau tidak dapat dibaginya prestasi itu terbawa oleh sifat barang yang tersangkut di
dalamnya, tetapi juga dapat disimpulkan dari maksudnya perikatan itu.
Contoh: Pasal 1390 KUHPer (menerima pembayaran sebagian utangnya)