Oey Hoey Tiong menjelaskan: bahwa di dalam Hukum Romawi dikenal istilah fiducia cum creditore dan fiducia cum amico, keduanya timbul dari perjanjian yang disebut pactum fiduciae, yang kemudian diikuti dengan penyerahan hak atau in iure cessio. fiducia cum reditore: debitur mempercayakan kewenangan atas suatu barang kepada kreditur untuk kepentingan kreditur sendiri (sebagai pemenuhan perikatan oleh debitur) fiducia cum amico: terjadi bilamana, seseorang menyerahkan kewenangannya kepada pihak lain atau menyerahkan suatu barang kepada pihak lain untuk diurus Dasar Hukum Jaminan Fiducia:
UU No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fiducia
(Disahkan tanggal 30 September 1999, Lembaran Negara Nomor 168 Tahun 1999); PP No. 86 Th. 2000 tentang Tata Cara Pendaftaran Jaminan Fiducia dan Biaya Pembuatan Akta Jaminan Fiducia (Disahkan tanggal 30 September 2000); Keputusan Presiden RI No. 139 Tahun 2000 tentang Pembentukan Kantor Pendaftaran Fiducia di setiap Ibukota Propinsi di Wilayah Negara RI (Disahkan tanggal 30 September 2000). Pengertian Jaminan Fiducia:
Pasal 1 angka 2 UUJF menyebutkan bahwa Jaminan
Fiducia adalah hak jaminan atas benda bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fiducia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fiducia terhadap kreditur lainnya. Pengertian Jaminan Fiducia:
Pasal 1 angka 2 UUJF menyebutkan bahwa Jaminan
Fiducia adalah hak jaminan atas benda bergerak, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fiducia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fiducia terhadap kreditor lainnya. Pasal 4 UUJF menentukan bahwa: Jaminan Fiducia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi prestasi. Berdasarkan ketentuan tersebut jelaslah bahwa keberadaan jaminan fiducia tergantung dari perjanjian pokoknya. Di dalam praktek yang banyak terkait dengan jaminan fiducia adalah kredit perbankan, sehingga perjanjian pokok yang dimaksudkan adalah perjanjian kredit. Sistematika UU No. 42 Th. 1999 tentang Jaminan Fiducia adalah :
Bab I : Ketentuan Umum
Bab II : Ruang Lingkup Bab III : Pembebanan, Pendaftaran,Pengalihan dan Hapusnya jaminan Fiducia. Bab IV : Hak Mendahulu Bab V : Eksekusi jaminan Fiducia Bab VI : Ketentuan Pidana Bab VII : Ketentuan Peralihan Bab VIII : Ketentuan Penutup Bentuk perjanjian pembebanan jaminan fiducia: Menurut Pasal 5 UUJF adalah berbentuk akta notariil/akta otentik. Sebab perjanjian pembebanan jaminan fiducia harus dibuat dihadapan notaris. Hal ini merupakan ketentuan baru dalam UUJF, yang menegaskan bahwa bentuknya tidak bebas, jadi harus berbentuk notariil. Bentuk perjanjian pembebanan jaminan fiducia: Jika dikaitkan dengan ketentuan Pasal 1870 KUH Perdata, maka perjanjian pembebanan benda dengan jaminan fiducia yang dituangkan dalam bentuk akta otentik itu mempunyai kekuatan pembuktian yang sempuma. Hal inilah merupakan salah satu wujud dari pembentuk undang-undang di dalam memberikan kepastian hukum.