A. PIUTANG YANG DIDAHULUKAN Hak-hak yang bersifat memberikan jaminan secara khusus diatur dalam Bab-Bab XIX, XX, dan XXI dari Buku II Kitab undang-Undang Perdata (KUH Perdata). Hak-hak mana adalah privilege, gadai, dan hipotik. Privilege, gadai dan hipotik dikatakan secara khusus karena di samping hak-hak jaminan tersebut masih ada hak-hak jaminan yang lain. Hak-hak jaminan itu ada yang diatur di dalam maupun di luar KUH Perdata. Hak-hak jaminan lain itu bukanlah hak jaminan perseorangan, melainkan fidusia, crediet verband, dan oogstverband. Menurut Pasal 1131 KUH Perdata : “ Segala kebendaaan sorang debitor, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan adanya dikemudian hari, menjadi jaminan untuk segala perikatan pribadi debitor tersebut. Dari bunyi Pasal 1131 KUH Perdata tersebut mengandung asas bahwa setiap orang bertanggung jawa terhadap utangnya, tanggung jawab mana berupa menyediakan kekayaan baik benda bergerak maupun tidak bergerak (benda tetap), jika perlu dijual untuk melunasi utangnya (asas schuld dan haftung). Perlu diperhatikan juga bahwa tidak semua kebendaan milik debitor dapat disita daan dilelang untuk menutup utangnya, karena ada berbagai kebendaaan yang dibebaskan dari penyitaan, antara lain tempat tidur, pakaian, alat-alat pertukangan, uang nafkah, ternak dan juga perkakas yang dipergunakan untuk melakukan pekerjaan si debitor. Kemudian asas yang terkandung dalam Pasal 1131 KUH Perdata diuraikan lebih lanjut dalam Pasal 1132 KUH Perdata, dikatakan bahwa : “Kebendaan tersebut dalam Pasal 1131 menjadi jaminan bersama para kreditor, dan hasil pelelangan kebendaan tersebut di bagi di antara para kreditor seimbang menurut besar kecilnya piutang mereka masing-masing (ponds-ponds gewijs) kecuali ada alasan- alasan yang sah untuk mendahulukan piutang yang satu daripada piutang yang lain. Piutang-piutang dengan hak Privilege (hak istimewa), gadai dan hipotik adalah piutang yang pelunasannya harus didahulukan. Piutang-piutang yang pelunasannya harus didaahulukan dinamaakan piutang preferen atau piutang istimewa, sedangkan piutang-piutang yang pelunasannya diselesaikan menurut asas keseimbangan atau asas umum disebut piutang konkuren. Sebetulnya tidak setiap pelunasan piutang membawa persoalan yang menyangkut preferensi. Apabila pendapatan lelang atas kebendaan milik si debitor telah mencukupi maka tidaklah menimbulkan persoalan karena semua kreditor akan memperoleh pelunasan piutangnya. Persoalan baru timbul apabila semua kreditor melakukan verhaal, sedangkan hasil pelelangan ternyata kurang untuk melunasi seluruh piutang. Dalam keadaaan ini kekurangan akan dibebankan kepada tagihan kreditor konkuren, tanpa menghapus hak kreditor-kreditor tersebut mengajukan tagihan guna menutup kekurangannya itu. B. Tingkatan Preferensi Kreditor yang mempunya piutang-piutang dengan hak Privilege , gadai, dan hipotik adalah kreditor yang mempunyai hak preferensi. Masing-masing menciptakan piutang yang pelunasannya harus didahulukan. Timbul persoalan dari ketiga piutang tersebut, manakah yang harus didahulukan pembayarannya serta bagaimanakah urutan pembayarannya, apabila ketiga jenis piutang itu kewajiban untuk melunasinya ada pada sorang debitor. Perlu diketahui bahwa objek gadai menurut Pasal 1150 KUH Perdata adalah benda bergerak, sedangkan objek hipotik menurut Pasal 1150 KUH Perdata adalah benda tidak bergerak. Dengan demikian antara gadai dan hipotik tidak menimbulkan persoalan karena masing-masing objeknya berlainan, sehingga piutang dengan hak gadi dan hak hipotik harus didahulukan. Oleh karena itu tidak perlu menentukan tingkatan preferensi antara gadai dan hipotik. Lain dengan Privilege, yang dapat membebani baik benda bergerak maupun benda tidak bergerak, maka dipandang perlu kiranya satu pihak dengan gadai dan hipotik di lain pihak. Pasak 1134 Ayat (2) KUH Perdata menentukan bahwa : “gadai dan hipotik adalah lebih tinggi daripada Privilege, kecuali oleh UU ditentukan sebaliknya”. Dengan demikian dalam hal-hal tertentu Privilege dapat lebih tinggi daripada gadai dan hipotik hanya merupakan pengecualian. Perlu diketahui bahwa Privilege adalah hak jaminan yang ditimbulkan karena UU, sedangkan gadai dan hipotik adalah hak jaminan karena adanya perjanjian. Piutang- piutang dengan hak Privilege yang didahulukan pelunasannya daripada piutang dengan hak gadai dan hipotik, antara lain: 1. Biaya-biaya yang semata-mata dikeluarkan untuk mengeksekusi suatu benda bergerak (Pasal 1139 sub I KUH Perdata) 2. Piutang-piutang dari orang yang menyewakan benda-benda tidak bergerak (Pasal 1139 sub I KUH Perdata). 3. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan karena pelelangan dan penyelesaian suatu warisan atau benda lain (Pasal 1149 sub I KUH Perdata) 4. Biaya untuk menyelamatkan suatu benda bergerak, yang harus dikeluarkan setelah benda itu digadaikan (Pasal 1150 KUH Perdata) 5. Hak-hak yang didahulukan mengenai kapal (Pasal 316c KUHD, tidak berlaku di Indonesia). C. Privilege Privilege oleh Subekti dan Tjitrosudibio dalam kitab Undang-Undang Hukum Perdata diterjemahkan dengan “Hak Istimewa”. Privilege diatur dalam bab IX Buku II KUH Perdata. Pertimbangan Privilege diatur dalam Buku II KUH Perdata sejajar dengan hak-hak kebendaan karena Privilege sekalipun mengandung sifat kebendaaan juga, karena menunjukan adanya droit de suite. Privilege sedikit banyak memberikan jaminan juga oleh karena itu menurut KUH Perdata Privilege diatur bersama dengan pengaturan gadai dan hipotik. Seorang ahli hukum belanda yaitu J.E, Fesevur mengatakan bahwa “ hak yang didahulukan piutang yang berasal dari undang-undang yang dikenal namanya dengan Privilege termasuk dalam hukum jaminan. Menurut Pasal 1134 Ayat (1) KUH Perdata: “Privilege adalah hak yang diberikan oleh Undang-Undang kepada seorang kreditor sehingga tingkatannya lebih tinggi daripada kreditor lainnya, semata-mata berdasarkan piutangnya”. Berarti dengan adanya Privilege seorang kreditor oleh UU diberi hak untuk menerima pembayaran lebih dahulu dari pada kreditor-kreditor yang lain pada pembagian hasil pendapatan lelang eksekusi benda-benda tertentu atau seluruh benda harta kekayaan seorang debitor. Privilage diberikan oleh UU atas dasar rasa keadilan, semata-mata berhubung dengan sifat piutangnya. Privilage bukanlah bagian dari hak-hak dalam perjanjian antara pihak-pihak yang ditentukan atas dasar persetujuan. Privilage adalah akibat hukum yang demi kepentingan umum diletakkan oleh UU pada perbuatan hukum tertentu dari pihak-pihak, yang berlaku terhadap pihak ketiga. Privilage merupakan hak yang bersifat accesoir, yang menjadi hapus dengan hapusnya piutang. Privilege dibedakan menjadi dua jenis/macam, yaitu : 1. Privilege umum Privilege umum ini tertuju pada benda-benda milik debitor, yaitu Privilege terhadap semua harta benda dari debitor. Privilege umum diatur dalam Pasal 1149 KUH Perdata, yang terdiri dari 7 macam hak Privilege yang ditentukan secaara berurutan, sehingga yang lebih dahulu disebut akan didahulukan pelunasannya. 2. Privilege khusus Privilege khusus ini tertuju kepada benda-benda tertentu milik debitor, yaitu hak didahulukan dalam pelunasan piutang terhadap benda-benda milik debitor. Privilege khusus diatur dalam Pasal 1139 KUH Perdata, yang terdiri dari 9 macam hak Privilege, yang tidak ditentukan urutan pelunasannya. Jadi di sini pelunasannya dengan mengambil penggantian dari benda-benda tertentu milik debitor tersebut. Pasal 1138 KUH Perdata menentukan bahwa Privilege khusus lebih diutamakan didahulukan daripada Privilege umum. Jadi dalam hal terjadi bentrokan antara Privilege khusus dengan Privilege umum, maka Privilege khusulah yang didahulukan.