Anda di halaman 1dari 12

PREFERENSI

RITA FAURA, S.H M.H


A. PIUTANG YANG DIDAHULUKAN
 Hak-hak yang bersifat memberikan jaminan secara
khusus diatur dalam Bab-Bab XIX, XX, dan XXI
dari Buku II Kitab undang-Undang Perdata (KUH
Perdata).
 Hak-hak mana adalah privilege, gadai, dan hipotik.
 Privilege, gadai dan hipotik dikatakan secara
khusus karena di samping hak-hak jaminan
tersebut masih ada hak-hak jaminan yang lain.
 Hak-hak jaminan itu ada yang diatur di dalam
maupun di luar KUH Perdata.
 Hak-hak jaminan lain itu bukanlah hak jaminan perseorangan,
melainkan fidusia, crediet verband, dan oogstverband.
 Menurut Pasal 1131 KUH Perdata : “ Segala kebendaaan sorang
debitor, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang
sudah ada maupun yang baru akan adanya dikemudian hari,
menjadi jaminan untuk segala perikatan pribadi debitor tersebut.
 Dari bunyi Pasal 1131 KUH Perdata tersebut mengandung asas
bahwa setiap orang bertanggung jawa terhadap utangnya,
tanggung jawab mana berupa menyediakan kekayaan baik benda
bergerak maupun tidak bergerak (benda tetap), jika perlu dijual
untuk melunasi utangnya (asas schuld dan haftung).
 Perlu diperhatikan juga bahwa tidak semua kebendaan milik
debitor dapat disita daan dilelang untuk menutup utangnya, karena
ada berbagai kebendaaan yang dibebaskan dari penyitaan, antara
lain tempat tidur, pakaian, alat-alat pertukangan, uang nafkah,
ternak dan juga perkakas yang dipergunakan untuk melakukan
pekerjaan si debitor.
Kemudian asas yang terkandung dalam Pasal
1131 KUH Perdata diuraikan lebih lanjut
dalam Pasal 1132 KUH Perdata, dikatakan
bahwa : “Kebendaan tersebut dalam Pasal
1131 menjadi jaminan bersama para kreditor,
dan hasil pelelangan kebendaan tersebut di
bagi di antara para kreditor seimbang menurut
besar kecilnya piutang mereka masing-masing
(ponds-ponds gewijs) kecuali ada alasan-
alasan yang sah untuk mendahulukan piutang
yang satu daripada piutang yang lain.
 Piutang-piutang dengan hak Privilege (hak istimewa), gadai dan
hipotik adalah piutang yang pelunasannya harus didahulukan.
 Piutang-piutang yang pelunasannya harus didaahulukan
dinamaakan piutang preferen atau piutang istimewa, sedangkan
piutang-piutang yang pelunasannya diselesaikan menurut asas
keseimbangan atau asas umum disebut piutang konkuren.
 Sebetulnya tidak setiap pelunasan piutang membawa persoalan
yang menyangkut preferensi. Apabila pendapatan lelang atas
kebendaan milik si debitor telah mencukupi maka tidaklah
menimbulkan persoalan karena semua kreditor akan memperoleh
pelunasan piutangnya.
 Persoalan baru timbul apabila semua kreditor melakukan verhaal,
sedangkan hasil pelelangan ternyata kurang untuk melunasi
seluruh piutang. Dalam keadaaan ini kekurangan akan
dibebankan kepada tagihan kreditor konkuren, tanpa menghapus
hak kreditor-kreditor tersebut mengajukan tagihan guna menutup
kekurangannya itu.
B. Tingkatan Preferensi
 Kreditor yang mempunya piutang-piutang dengan hak Privilege ,
gadai, dan hipotik adalah kreditor yang mempunyai hak preferensi.
Masing-masing menciptakan piutang yang pelunasannya harus
didahulukan.
 Timbul persoalan dari ketiga piutang tersebut, manakah yang harus
didahulukan pembayarannya serta bagaimanakah urutan
pembayarannya, apabila ketiga jenis piutang itu kewajiban untuk
melunasinya ada pada sorang debitor.
 Perlu diketahui bahwa objek gadai menurut Pasal 1150 KUH Perdata
adalah benda bergerak, sedangkan objek hipotik menurut Pasal 1150
KUH Perdata adalah benda tidak bergerak.
 Dengan demikian antara gadai dan hipotik tidak menimbulkan
persoalan karena masing-masing objeknya berlainan, sehingga piutang
dengan hak gadi dan hak hipotik harus didahulukan. Oleh karena itu
tidak perlu menentukan tingkatan preferensi antara gadai dan hipotik.
Lain dengan Privilege, yang dapat membebani baik
benda bergerak maupun benda tidak bergerak, maka
dipandang perlu kiranya satu pihak dengan gadai dan
hipotik di lain pihak. Pasak 1134 Ayat (2) KUH
Perdata menentukan bahwa : “gadai dan hipotik
adalah lebih tinggi daripada Privilege, kecuali oleh
UU ditentukan sebaliknya”.
Dengan demikian dalam hal-hal tertentu Privilege
dapat lebih tinggi daripada gadai dan hipotik hanya
merupakan pengecualian.
Perlu diketahui bahwa Privilege adalah hak jaminan
yang ditimbulkan karena UU, sedangkan gadai dan
hipotik adalah hak jaminan karena adanya perjanjian.
Piutang- piutang dengan hak Privilege yang didahulukan
pelunasannya daripada piutang dengan hak gadai dan
hipotik, antara lain:
1. Biaya-biaya yang semata-mata dikeluarkan untuk
mengeksekusi suatu benda bergerak (Pasal 1139 sub I KUH
Perdata)
2. Piutang-piutang dari orang yang menyewakan benda-benda
tidak bergerak (Pasal 1139 sub I KUH Perdata).
3. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan karena
pelelangan dan penyelesaian suatu warisan atau benda lain
(Pasal 1149 sub I KUH Perdata)
4. Biaya untuk menyelamatkan suatu benda bergerak, yang
harus dikeluarkan setelah benda itu digadaikan (Pasal 1150
KUH Perdata)
5. Hak-hak yang didahulukan mengenai kapal (Pasal 316c
KUHD, tidak berlaku di Indonesia).
C. Privilege
 Privilege oleh Subekti dan Tjitrosudibio dalam kitab
Undang-Undang Hukum Perdata diterjemahkan dengan
“Hak Istimewa”. Privilege diatur dalam bab IX Buku II
KUH Perdata.
 Pertimbangan Privilege diatur dalam Buku II KUH
Perdata sejajar dengan hak-hak kebendaan karena
Privilege sekalipun mengandung sifat kebendaaan juga,
karena menunjukan adanya droit de suite.
 Privilege sedikit banyak memberikan jaminan juga oleh
karena itu menurut KUH Perdata Privilege diatur
bersama dengan pengaturan gadai dan hipotik.
 Seorang ahli hukum belanda yaitu J.E, Fesevur
mengatakan bahwa “ hak yang didahulukan piutang yang
berasal dari undang-undang yang dikenal namanya
dengan Privilege termasuk dalam hukum jaminan.
 Menurut Pasal 1134 Ayat (1) KUH Perdata: “Privilege
adalah hak yang diberikan oleh Undang-Undang kepada
seorang kreditor sehingga tingkatannya lebih tinggi
daripada kreditor lainnya, semata-mata berdasarkan
piutangnya”.
 Berarti dengan adanya Privilege seorang kreditor oleh UU
diberi hak untuk menerima pembayaran lebih dahulu dari
pada kreditor-kreditor yang lain pada pembagian hasil
pendapatan lelang eksekusi benda-benda tertentu atau
seluruh benda harta kekayaan seorang debitor.
Privilage diberikan oleh UU atas dasar rasa
keadilan, semata-mata berhubung dengan sifat
piutangnya.
Privilage bukanlah bagian dari hak-hak dalam
perjanjian antara pihak-pihak yang ditentukan atas
dasar persetujuan.
Privilage adalah akibat hukum yang demi
kepentingan umum diletakkan oleh UU pada
perbuatan hukum tertentu dari pihak-pihak, yang
berlaku terhadap pihak ketiga.
Privilage merupakan hak yang bersifat accesoir,
yang menjadi hapus dengan hapusnya piutang.
Privilege dibedakan menjadi dua
jenis/macam, yaitu :
1. Privilege umum
Privilege umum ini tertuju pada benda-benda milik debitor, yaitu Privilege terhadap
semua harta benda dari debitor. Privilege umum diatur dalam Pasal 1149 KUH
Perdata, yang terdiri dari 7 macam hak Privilege yang ditentukan secaara berurutan,
sehingga yang lebih dahulu disebut akan didahulukan pelunasannya.
2. Privilege khusus
Privilege khusus ini tertuju kepada benda-benda tertentu milik debitor,
yaitu hak didahulukan dalam pelunasan piutang terhadap benda-benda
milik debitor. Privilege khusus diatur dalam Pasal 1139 KUH Perdata,
yang terdiri dari 9 macam hak Privilege, yang tidak ditentukan urutan
pelunasannya. Jadi di sini pelunasannya dengan mengambil penggantian
dari benda-benda tertentu milik debitor tersebut.
Pasal 1138 KUH Perdata menentukan bahwa Privilege khusus lebih
diutamakan didahulukan daripada Privilege umum. Jadi dalam hal terjadi
bentrokan antara Privilege khusus dengan Privilege umum, maka
Privilege khusulah yang didahulukan.

Anda mungkin juga menyukai