Kelompok 4:
INTRODUCTION
Risiko keuangan berbeda dengan risiko bisnis. Dimana risiko keuangan berkaitan
dengan struktur keuangan perusahaan, atau gearing saat bergerak melalui siklus hidupnya.
Sedangkan risiko bisnis berkaitan dengan variabilitas laba operasi atau arus kas perusahaan,
bergantung pada tingkat harga jual, volume permintaan, tren, dan hubungan antara biaya tetap
dan biaya total.
Risiko dan ketidakpastian juga merupakan dua hal yang berbeda. Dimana, analisis
ketidakpastian merupakan pendekatan tidak terukur yang mengambil pandangan tentang
seberapa banyak hasil aktual mungkin lebih baik atau lebih buruk daripada perkiraan rasional.
Sedangkan analisis risiko merupakan pendekatan terukur tentang bagaimana hasil di masa
depan dapat bervariasi, dinilai sebagai probabilitas.
Financial risk management jelas penting bagi perusahaan yang menggunakan pembiayaan
utang. Financial risk berkaitan dengan perubahan tingkat nilai tukar mata uang asing dan
kemungkinan suku bunga inggris dan luar negeri sangat penting bagi bisnis multinasional dan
perusahaan yang beroperasi di pasar global.
Financial risk yang semakin besar akan membuat perusahaan tersebut semakin tinggi
diarahkan secara financial. Perusahaan dengan utang yang tinggi menghadapi risiko kenaikan
suku bunga, yang akan berdampak langsung pada laba. Perusahaan juga akan menghadapi
risiko bahwa ia mungkin memperoleh tingkat laba yang tidak mencukupi selama jangka waktu
pinjaman untuk memastikan bahwa ia mampu membayar pinjaman dan akhrinya melunasi
pinjaman tersebut. Pada tingkat utang yang tinggi, perusahaan mungkin menghadapi risiko
kebangrutan lebih lanjut, yang dipicu oleh kurangnya kepercayaan pemberi pinjaman bahwa
komitmen bunga dan pembayaran pinjaman dimasa mendatang mungkin tidak dapat dipenuhi.
• Kontrol dan pembatasan pemerintah sehubungan dengan perdagangan barang dan jasa
internasional
• Kontrol pemerintah dan pembatasan arus modal dan pergerakan mata uang
• Kekuatan relatif pelaku pasar
• Tingkat ekspektasi pasar secara umum
Dalam pengaturan yang dinamis ini, teori dan hipotesis telah dikembangkan untuk
menjelaskan hubungan antara :
Model kesetaraan nilai tukar merupakan model yang dikembangkan dari sejumlah asumsi
kesempurnaan pasar, misalnya :
• Tidak adanya ketidaksempurnaan pasar yang signifikan
• Tidak adanya hambatan politik atau ekonomi terhadap mobilitas modal dan mata uang
• Tidak adanya peluang arbitrase berkelanjutan jangka panjang
Risiko suku bunga dihadapi oleh bisnis, apakah mereka mungkin salah satu atau
keduanya pemberi pinjaman atau peminjam dana. Jika sebuah perusahaan meminjam uang
pada tingkat bunga tetap tertentu, ia menghadapi risiko bahwa tingkat bunga pasar selanjutnya
dapat turun sehingga akan memiliki biaya bunga, dan sebaliknya peluang keuntungan jika
tingkat bunga pasar meningkat.
Jika sebuah perusahaan dengan menginvestasikan dana surplus pada tingkat bunga
tetap tertentu, ia menghadapi risiko bahwa suku bunga pasar selanjutnya dapat meningkat
sehingga akan memiliki biaya peluang bunga yang hilang (sebaliknya peluang keuntungan
bunga jika suku bunga pasar turun).
Dampak pada pemberi pinjaman atau peminjam dana dengan tingkat bunga tetap adalah
sebagai berikut :
• Peminjam dana dengan suku bunga tetap menghadapi risiko penurunan suku bunga
umum. Hal ini karena pesaing yang meminjam dengan suku bunga mengambang akan
mendapatkan keuntungan dari pembayaran bunga yang lebih rendah, laba yang lebih
tinggi, arus kas yang lebih baik, dan risiko keuangan yang lebih rendah sehingga biaya
modal yang lebih rendah.
• Peminjam dana dengan suku bunga mengambang menghadapi risiko : kenaikan suku
bunga umum, yang mengakibatkan pembayaran bunga lebih tinggi, laba berkurang,
arus kas memburuk dan resiko keuangan lebih tinggi sehingga biaya modal lebih tinggi.
• Perkiraan arus kas keluar bunga masa depan tidak akurat dan tidak dapat dikendalikan
• Kemungkinan kebangkrutan menyusul kenaikan suku bunga besar, khususnya jika
tingkat gearing mereka tinggi.
• Pemberi pinjaman dengan suku bunga tetap menghadapi risiko kenaikan suku bunga
umum. Ini karena pesaing yang telah berinvestasi dengan suku bunga mengambang
akan mendapatkan keuntungan dari penerimaan bunga yang lebih tinggi, keuntungan
yang lebih tinggi, dan arus kas yang lebih baik
• Pemberi pinjaman dana dengan tingkat bunag mengambang menghadapi risiko :
penurunan suku bunga umum, yang mengakibatkan penerimaan bunga yang lebih
rendah, laba berkurang, dan arus kas memburuk
• Perkiraaan arus kas masuk bunga masa depan yang tidak akurat dan tidak dapat
diandalakan.
Risiko nilai tukar muncul karena nilai mata uang asing sekarang tidak tetap terhadap
beberapa standar seperti emas tetapi ”mengambang” sehingga nilai komperatifnya bervariasi
dari hari ke hari kerena pengaruh, misalnya faktor ekonomi dan politik. Risiko ekonomi,
misalnya, berkaitan dengan risiko dampak pergerakan nilai tukar jangka panjang terhadap
posisi komperatif perusahaan yang bergerak dipasar internasional. Risiko ekonomi dapat
dihindari dengan tidak berdagang di pasar tersebut, tetapi itu tidak menghindari risiko ekonomi
negara asal perusahaan.
Eksposur binis terhadap risiko nilai tukar secara luas didefenisikan dalam dua
klasifikasi yang disebut eksposur transaksi dan eksposur translasi. Eksposur transaksi terkait
dengan transaksi pendapatan jangka pendek dan eksposur translasi terkait dengan neraca dan
umumnya untuk periode lebih dari satu tahun. Eksposur transaksi adalah risiko terjadinya
perbedaan dalam transaksi mata uang asing antara nilai transaksi dalam mata uang lokal pada
tanggal transaksi dan nilai transaksi dalam mata uang lokal pada tanggal penyelesaian.
Eksposur transaksi disebabkan oleh risiko pergerakan nilai tukar antara dua tanggal tersebut.
Eksposur transaksi terkait dengan transaksi dan aset lancar dan kewajiban lancar dalam
mata uang asing, umumnya terjadi dalam satu tahun. Aset dan kewajiban yang muncul di
neraca akhir tahun perusahaan harus dijabarkan menggunakan mata uang lokal perusahaan
dengan nilai tukar pada setiap tanggal neraca. Nilai tukar yang dapat digunakan untuk penilaian
adalah nilai tukar penutupan pasar pada tanggal tersebut ( atau mungkin nilai tukar forward).
Eksposur translasi berkaitan dengan risiko bahwa translasi tersebut dapat menimbulkan
kerugian atau keuntungan sebagai akibat pergerakan nilai tukar mata uang asing. Aset dan
kewajiban perusahaan yang melakukan transaksi dalam mata uang asing pada awalnya dinilai
menggunakan nilai tukar pada saat transaksi awal dilakukan. Aset dan kewajiban yang belum
direalisasikan secara tunai pada tanggal penyusunan neraca berikutnya harus dinilai kembali
dengan kurs yang berlaku pada tanggal neraca. Revaluasi ini akan menghasilkan keuntungan
atau kerugian selisih kurs dan oleh karena itu mempengaruhi laba yang dilaporkan, tetapi
karena tidak terealisasi, eksposur translasi tersebut secara efektif hanya merupakan transaksi
”kertas” dan oleh karena itu tidak mempengaruhi arus kas. Keuntungan dan kerugian
pertukaran akan mempengaruhi arus kas hanya ketika aset dan kewajiban direalisasikan dan
dinilai dengan nilai tukar pada tanggal pembayarannya.
Berikutt adalah contoh pengelolaan eksposur risiko yang berkaitan dengan struktur neraca :
• Perusahaan eksposur hanya dapat menagih pelanggan dalam mata uangnya sendiri,
sehingga menghindari risiko nilai tukar mata uang asing, tetapi saat yang sama
menimbulkan risiko bisnis kehilangan peluang penjualan dari pelanggan yang lebih
memilih ditagih dalam mata uang mereka sendiri,
• Risiko suku bunga dapat dimitigasi jika perusahaan memiliki campuran pinjaman
dengan suku bunga tetap dan mengambang- kenaikan suku bunga memberikan manfaat
dari memegang pinjaman berbunga tetap, sedangkan penurunan suku bunga
memberikan manfaat dari memiliki pinjaman berbunga mengambang
• Risiko transasksi nilai tukar mata auang asing dapat dikurangi jika utang usaha dalam
mata uang asing tertentu dicocokkan dan diimbangi dengan piutang dalam mata uang
yang sama.
• Risiko transaksi nilai tukar mata uang asing dapat dikurangi jika utang usaha dalam
mata uang asing tertentu dibayarkan mungkin lebih awal dari tanggal penyelesaian yang
disepakati jika nilai tukar diharapkan bergerak tidak menguntungkan selama periode
berikutnya.
• Risiko transaksi nilai tujar mata uanag asing dapat dikurangi dengan perusahaan
meningkatkan kewajibannya melalui pinjaman sama dengan umur aset yang
diantisipasi.
• Menetapkan kebijakan eksposur untuk fungsi treasury : pusat laba atau pusat biaya
• Strategi manajemen risiko eksposur nilai tukar dan suku bunga asing sesuai untuk bisnis
tertentu
• Identfikasi dan pengukuran kemungkinan eksposur risiko
• Pemilihan teknik manajemen yang tepat, teknik lindung nilai, dan derivatif
Beberapa instrument utama yang tersedia bagi perusahaan adalah sebagai berikut :
• Opsi
Opsi tidak sama dengan opsi kontrak berjangka, namun lebih mirip dengan opsi
saham. Opsi tersedia sebagai mata uang dan sebagai opsi suku bunga. Opsi mata uang
adalah perjanjian yang memungkinkan perusahaan untuk membeli atau menjual
sejumlah mata uang asing dengan nilai tukar tertentu di masa mendatang. Perjanjian
tersebut memberikan hak kepada perusahaan untuk membeli atau menjual tetapi tidak
berkewajiban untuk melakukannya dan dapat mengabaikan opsi tersebut. Demikian
pula, opsi saham memberikan kesepakatan dengan hak untuk membeli atau menjual
saham dengan harga saham tertentu, dan opsi suku bunga memberikan kesepakatan
dengann hak untuk meminjam atau meminjamkan pada tingkat bunga tertentu, dan
sekali lagi perusahaan tidak berkewajiban untuk beli atau jual. Masing-masing jenis
opsi ini digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan eksposur risiko, dengan
memberikan fleksibilitas untuk memanfaatkan nilai tukar mata uang asing yang
menguntungkan.
• Futures
Futures adalah kesepakatan antara dua pihak mengenai harga masa depan dari
variabel keuangan dengan harga yang disepakati. Futures pinjaman atau deposito
digunakan sebagai lindung nilai terhadap pergerakan nilai tukar. Kontrak berjangka
bukanlah penjualan atau pembelian aktual yang berkaitan dengan pinjaman atau mata
uang asing. Dengan kontrak berjangka selalu ada pemenang dan pecundang, tidak
seperti misalnya penjualan dan pembelian saham.
Kontrak berjangka keuangan dapat diperdagangkan karena merupakan kontrak
standar. Kontrak forward tidak dapat diperdagangkan karena tidak terstandarisasi.
Namun, kerugian dari kontrak berjangka ini diimbangi oleh fakta bahwa kontrak
tersebut tidak terstandarisasi dan dapat disesuaikan dengan persyaratan
perusahaan,terkait dengan nilai dan rentang waktunya. Futures agak mirip dengan opsi
yang diperdagangkan, karena keduanya merupakan kontrak standar, namun futures
membutuhkan pembayaran margin daripada premi.
• Swap
Swap dapat diatur oleh perusahaan sebagai lindung nilai terhadap nilai tukar
uang dan eksposur suku bunga untuk jangka waktu yang relatif lama, dengan biaya
yang relatif rendah dibandingkan dengan katakanlah opsi. Swap fleksibel tidak hanya
dalam jangka waktu tetapi juga dalam hal jumlah, tidak seperti derivatif standar.
Swap melindungi dari risiko penurunan tetapi tidak memungkinkan perusahaan
untuk memanfaatkan peluang yang muncul dari pergerakan mata uang dan suku bunga
yang menguntungkan. Mungkin juga ada risiko gagal bayar,misalnya pembayaran
bunga oleh salah satu pihak yang terlibat dalam swap, sehingga sangat penting bahwa
perjanjian swap hanya dilakukan dengan pihak lain yang hanya memiliki status kredit
tertinggi.
Pertukaran suku bunga adalah perjanjian antar dua perusahaan di mana masing-
masing perusahaan satuju untuk menukar ”karakteristik suku bunga ” dari dua
instrumen keuangan berbeda dari pinjaman yang identik. Mekanisme swap adalah
untuk secara efektif mengeksploitasi keuntungan komperatif dari pinjaman perusahaan
dan transaksi mata auang dengan pinjaman perusahaan lain dan transaksi mata uang
untuk memberikan kedua perusahaan lindung nilai terhadap nilai tukar dan risiko
paparan suku bunga mereka. Swap umumnya merupakan turunan jangka panjang
daaripada opsi dan futures untuk periode misalnya dua tahun,lima tahun dan bahkan
sepuluh tahun.
Cara-cara dimana bisnis dapat mengelola untuk mengurangi atau memitigasi jenis
risiko keuangan tertentu berkaitan dnegan nilai suku bunga adalah melalui :
Strategi lindung nilai yang diterapkan perusahaan berbeda satu sama lain. Sebuah perusahaan
dapat, misalnya tidak melakukan lindung nilai terhadap eksposurnya, atau seluruh
ekosposurnya , atau 70 % dari eksposurnya. Strategi yang berkaitan dengan tingkat lindung
nilai harus ditentukan dengan memperhatikan penilaian atas manfaat yang diharapkan dari
lindung nilai atau potensi kerugian yang mungkin timbul dari tidak dilakukannya lindung nilai.
Terlepas dari banyak kerugian lindung nilai, seperti biaya tinggi dan sifat derivatif yang
kompleks, ada manfaat dari lindung nilai yaitu :
BEHAVIOURAL FINANCE
• Framing
Hal penting tentang informasi adalah cara pemberiannya kepada individu , investor,
misalnya membuat keputusan tergantung pada cara informasi dibingkai. Seorang
investor mungkin memiliki potofolio yang mengahsilkan pengembalian yang masuk
akal, tetapi berdasarkan kinerja saat ini mulai membeli sekuritas berisiko untuk
memperluas portofolio. Mereka membingkai investasi baru sebagai kemenagan,
melihat portofolio awal mereka sebagai dasar, daripada melihat portofolio dan
kinerjanya secara kesuluruhan.
• Mental Accounting
Investor mengelompokkan investasi dan aliran pendapatan darinya dan menerapkan
aturan yang berbeda untuk jenis investasi yang berbeda. Misalnya seorang investor
dapat membangun portofolio seimbang sebesar £400.000 saham dan £400.000 obligasi
(50% ,50%), tetapi secara mental mengabaikan pinjaman ekuitas sebesar £200.000.
pada kenyataannya portofolionya memiliki nilai £600.000 dan dibangun 67%,33%.
Bahaya dari mental accounting adalah bahwa investor mungkin terlalu berkonsentarsi
pada satu aspek keuangan mereka untuk merugikan situasi keuangan mereka secara
keseluruhan.
• Regret Avoidance
Regret avoidance adalah situasi dimana kita lebih suka melanjutkan suatu
tindakan,terlepas dari kemungkinan hasilnya, daripada mengakui bahwa kita membuat
keputusan yang buruk di masa lalu. Bias ini relevan dalam banyak aspek bisnis.
Misalnya,seorang manajer mungkin terus berinvesatasi dalam proyek yang buruk
daripada menerima kesalahannya sejak awak,menarik diri dari proyek dan harus
mengakuinya kepada pemegang saham
• Prospect Theory
Prospect theory dikembangkan oleh psikolog Daniel Kahneman dan Amos Tversky
yang berpendapat bahwa pengambilan keputusan dibawah risiko dapat dilihat sebagai
pilihan antara prospek atau pertahuran. Kami memiliki kecendurangan irasional untuk
kurang bersedia berjudi dengan keuntungan daripada dengan kerugian dan sari sudut
pandang investor ini berarti menjual dengan cepat jika menghasilkan keuntungn tetapi
tidak menjual jika mengalami kerugian. Oleh karena itu, investor hanya berfokus pada
hasil daripada melihat proses secara holistik. Dengan kata lain, keuntungan dan
kerugian dievaluasi baik secara terpisah maupun secara relatif berlawanan dengan
secara bersamaan dan dalam hal ini absolut atau keadaan kekayaan. Pemrosesan
informasi holistik meliputi :
• Herding
Merupakan aspek psikologis yang paling terlihat dari perilaku investor karena ketika
itu terjadi dampaknya berlipat ganda. Itu berasal dari jalan pintas dalam proses
pengambilan keputusan dimana investor mengira orang lain memiliki informasi yang
tidak mereka miliki dan hanya mengikuti apa yang orang lain katakan.
• Overconfidence
Bahaya yang jelas dari investor yang terlalu percaya diri adalah dia cenderung
berdagang lebih banyak daripada investor yang kurang percaya diri. Tetapi berdasarkan
pengetahuan superiornya dia biasanya menyadari kinerja yang jauh lebih buruk
daripada seorang investor yang berdagang lebih sedikit.
• Konservatisme
Konservatisme adalah keragu-raguan seorang investor untuk bertindak berdasarkan
informasi baru, dimana informasi tersebut harus mendikte suatu tindakan atau
perubahan strategi. Begitu investor memiliki strategi, dia mungkin tidak mau
memperhatikan informasi baru yang menunjukkan strateginya.
• Representativeness
Orang-orang yang memiliki cakrawala waktu jangka pendek dan lebih menekankan
pada peristiwa masa lalu.
RESUME ARTIKEL
DO OWNERSHIP STRUCTURES AFFECT RISK DISCLOSURE IN ISLAMIC
BANKS? INTERNATIONAL EVIDENCE
Pada penelitian sebelumnya dinilai bahwa faktor penentu pengungkapan risiko bank
pada negara berkembang adalah berfokus pada aspek pelaporan risiko seperti pengungkapan
risiko pasar atau pengungkapan risiko operasional. Sedangkan transparansi bank terhadap jenis
risiko lainnya juga merupakan sesuatu yang penting dalam disiplin pasar dan stabilitas
keuangan bank.
Artikel ini menyelidiki tentang tingkat pengungkapan risiko di bank syari’ah dan
menyelidiki bagaimana konsentrasi kepemilikan dan struktur deposito dapat mempengaruhi
pengungkapan risiko. Tujuan artikel ini adalah untuk mengisi kesenjangan dengan menilai
pengaruh struktur simpanan dan konsentrasi kepemilikan terhadap pengungkapan risiko pada
bank syariah. artikel ini menggunakan sampel 71 bank syari’ah yang beroperasi di 12 negara
berkembang termasuk Bharain, Indonesia, Yordania, Kuwait, Malaysia, Pakistan, Qatar, Arab
Saudi, Tunisia, Mesir, dan UEA dengan periode pengujian enam tahun (dari 2009 hingga
2014).
adapun hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 : Ada hubungan negatif antara block ownership dan tingkat pengungkapan risiko
pada bank syari’ah
H2 : Ada hubungan negatif antara kepemilikan pemegang saham tertinggi dan sejauh
mana pengungkapan risiko pada bank syari’ah
H3 : Ada hubungan positif yang signifikan antara investor asing dan tingkat
pengungkapan risiko pada bank syari’ah
H4 : Ada hubungan positif yang signifikan antara kepemilikan pemerintah dan sejauh
mana pengungkapan risiko pada bank syari’ah
Hasil temuan pada artikel ini untuk menjawab hipotesis yang dikembangkan,
ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara block ownership dan tingkat pengungkapan
risiko dan antara pemegang saham tertinggi dan pengungkapan risiko. Oleh karena itu, H1 dan
H2 yang menetapkan bahwa pengungkapan risiko meningkat dengan jumlah pemegang blok ,
didukung. Selain itu, pada artikel ini ditemukan hubungan positif antara kepemilikan asing dan
pengungkapan risiko. Karena itu H3 juga didukung. Mengenai kepemilikan pemerintah, pada
artikel ini tidak ditemukan adanya hubungan antara kepemilikan pemerintah dan
pengungkapan risiko, yang artinya H4 di tolak.
Pada artikel ini ditemukan dari 71 objek bahwa indeks peningkatan risiko keseluruhan
meningkat selama enam tahun, lalu skor indeks tentang tingkat pengungkapan antar negara
juga bervariasi. Selain itu bank syariah ternyata minim dalam memberikan informasi segmen,
sedangkan pada risiko keuangan instrumen keuangan, dan kebijakan akuntansi dan penyajian
informasi adalah suatu hal yang sangat diperhatikan oleh bank-bank terbaik dalam menjalankan
praktik manajemen risiko yang maksimal. Tingkat pengungkapan manajemen risiko yang
rendah mengakibatkan munculnya kebaruan gagasan pengungkapan dan transparansi pada
industri keuangan syariah. Berhubungan dengan determinan tingkat pengungkapan risiko
ditemukan bahwa :
1. Tingkat pengungkapan risiko pada bank syariah lebih rendah dengan konsentrasi
kepemilikan yang lebih tinggi diukur dengan jumlah pemegang blok dan kepemilikan
pemegang saham tertinggi.
2. Tingkat pengungkapan risiko pada bank syariah meningkat dengan konsentrasi PSIA
yang lebih tinggi, kepemilikan asing lebih tinggi, ukuran bank, usia bnk, indeks
transparansi negara, adopsi PDB dan AAOIFI (Accounting and Auditing Organizations
for Islamic Financial Institutions).
3. Temuan di artikel ini juga bisa membantu badan pengawas internasional melakukan
evaluasi standar transparansi dan pengungkapan.