Anda di halaman 1dari 8

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER

MANAJEMEN KEUANGAN

DOSEN:
Dr. Dikdik Tandika, SE., M,Sc

Praluki Herliawan
20090318016

MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2018
3. A. Resiko keuangan adalah segala macam resiko yang berkaitan dengan keuangan, biasanya
diperbandingkan dengan resiko non keuangan, seperti resiko operasional. Jenis resiko
keuangan misalnya adalah resiko nilai tukar, resiko suku bunga, dan resiko likuiditas.
Resiko keuangan adalah resiko yang timbul akibat ketidakpastian target keuangan sebuah
usaha atau ukuran keuangan usaha. Target keuangan usaha adalah besaran target yang
ditetapkan oleh wirausaha dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan ukuran keuangan usaha
adalah kondisi keuangan usaha yang bisa berupa arus kas, laba usaha, dan pertumbuhan
penjelasan (Bramantyo Djohanputro).

Jenis Risiko Keuangan


 Risiko nilai tukar
Resiko nilai tukar atau resiko mata uang adalah suatu bentuk resiko yang muncul karena
perubahan nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang yang lain. Suatu rumah sakit atau
pemodal yang memiliki aktiva atau operasi bisnis lintas Negara akan memperoleh risiko ini
jika tidak menerapkan lindung nilai (hedging).
Resiko nilai tukar yang terkait dengan instrument mata uang asing penting dalam investasi
asing. Resiko ini muncul karena perbedaan kebijakan moneter dan pertumbuhan produktivitas
nyata, yang akan mengakibatkan perbedaan laju inflasi.

 Risiko suku bunga


Resiko suku bunga adalah resiko yang timbul karena nilai relative aktiva berbunga, seperti
pinjaman atau obligasi, akan memburuk karena peningkatan suku bunga. Secara umum, jika
suku bunga meningkat, harga obligasi berbunga tetap akan turun, demikian juga sebaliknya.
Resiko suku bunga umumnya diukur dengan jangka waktu obligasi, teknik paling tua yang
sekarang digunakan untuk mengelola resiko suku bunga. Pengelolaan harta dan
kewajiban adalah suatu nama umum yang digunakan untuk rangkaian lengkap teknik-teknik
yang digunakan untuk mengelola resiko dalam suatu kerangka kerja manajemen resiko rumah
sakit.

 Risiko likuiditas
Resiko likuiditas adalah resiko yang muncul jika suatu pihak tidak dapat membayar
kewajibannya yang jatuh tempo secara tunai meskipun pihak tersebut memiliki asset yang
cukup bernilai untuk melunasi kewajibannya, tapi ketika asset tersebut dikatakan tidak likuid.
Hal ini bisa terjadi jika pihak pengutang tidak dapat menjual hartanya karena tidak adanya
pihak lain di pasar yang berminat membelinya; hal ini berbeda dengan penurunan drastis harga
aktiva, karena pada kasus penurunan harga, pasar berpendapat bahwa aktiva tersebut tak
bernilai. Tidak adanya pihak yang berminat menukar aktiva kemungkinan hanya disebabkan
karena kesulitan mempertemukan kedua belah pihak. Karenanya, resiko likuiditas biasanya
lebih besar kemungkinan terjadi pada pasar yang baru tumbuh atau bervolume kecil.
Resiko likuiditas merupakan suatu resiko keuangan karena adanya ketidakpastian likuiditas.
Suatu lembaga dapat berkurang likuiditasnya jika peringkat kreditnya turun, mengalami
pengeluaran kas yang tak terduga, atau peristiwa lainnya yang menyebabkan pihak lain
menghindari transaksi atau memberikan pinjaman ke lembaga tersebut, suatu rumah sakit juga
dapat terpapar terhadap resiko likuiditas jika pasar yanga diiuktinya mengalami penurunan
likuiditas.
Beberapa sebab yang melatar belakangi terjadinya risiko likuiditas pada rumah sakit, yaitu :
a. Utang rumah sakit yang berada pada posisi extreme leverage. yang artinya utang rumah
sakit sudah berada dalam kategori yang membahayakan rumah sakit itu sendiri.
b. Jumlah utang dan berbagai tagihan yang datang saat jatuh tempo sudah begitu besar, baik
utang diperbankan, leasing, mitra bisnis, utang dagang, baik utang diperbankan, leasing, mitra

2
bisnis, utang dagang, utang dalam bentuk bunga obligasi yang sudah jatuh tempo harus
secepatnya dibayar, dan berbagai bentuk tagihan lainnya.
c. Rumah sakit telah melakukan kebijakan strategi yang salah sehingga memberi pengaruh
pada kerugian yang bersifat jangka pendek dan panjang.
d. Kepemilikan aset rumah sakit tidak lagi mencukupi untuk menstabilkan rumah sakit,
yaitu sudah terlalu banyak asset yang dijual sehingga jika asset yang tersisa tersebut masih
ingin dijual maka itu tidak mencukupi untuk menstabilkan rumah sakit.
e. Penjualan dan hasil keuntungan yang diperoleh adalah terjadi penurunan yang sistematis
serta fluktuatif, jika penjualan dan keuntungan diperoleh bersifat fluktuatif, maka artinya
rumah sakit harus melakukan perubahan konsep sebelum terlambat. Karena jika keterlambatan
akan menyebabkan rumah sakit memperoleh profit secara fluktuatif, sementara kondisi profit
yang baik adalah yang bersifat “konstan bertumbuh”. Konstan bertumbuh artinya penjualan
dan keuntungan rumah sakit mengalami pertumbuhan yang stabil dari waktu ke waktu tanpa
mengalami fluktuatif yang membahayakan.
Jenis risiko keuangan Menurut Bramantyo Djohanputro
 Resiko likuiditas.
Resiko likuiditas adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahan tidak dapat memenuhi
kewajiban jangka pendek atau pengeluaran tak terduga. Resiko ini terjadi bila rumah sakit
kekurangan yang tunai, karena semua modal berbentuk : surat berharga, bangunan, dll. Resiko
ini menimbulkan kebangkrutan bagi usaha.

 Resiko kredit
Resiko kredit adalah resiko bahwa pembeli secara kredit tidak mampu membayar hutang dan
memenuhi kewajiban seperti yang tertuang dalam kesepakatan.
Risiko kredit atau sering pula disebut dengan default risk merupakan suatu risiko akibat
kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari
bank beserta bunganya dengan sesuai jangka waktu yang telah ditentukan.

B. Risiko Bisnis
Risiko bisnis dalam rumah sakit adalah kemungkinan rumah sakit akan memiliki laba yang
lebih rendah daripada yang diantisipasi atau mengalami kerugian daripada mengambil untung.
Risiko bisnis dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk banyaknya pasien, harga jasa,
persaingan, iklim ekonomi secara keseluruhan dan peraturan pemerintah. Rumah sakit dengan
risiko bisnis yang lebih tinggi harus memilih struktur modal yang memiliki rasio utang yang
lebih rendah untuk memastikannya dapat memenuhi kewajiban keuangannya setiap saat.

Risiko bisnis biasanya terjadi dalam satu dari empat cara: risiko strategis, risiko kepatuhan,
risiko operasional, dan risiko reputasi.

Risiko strategis muncul ketika implementasi bisnis tidak berjalan sesuai dengan model atau
rencana bisnis. Strategi perusahaan menjadi kurang efektif dari waktu ke waktu, dan berjuang
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Sebuah contoh, Rumah Sakit yang mempunyai risiko
strategis berupa Rumah Sakit dengan spesialisasi khusus ginjal, akan dicari oleh semua orang
dengan penyakit ginjal di Indonesia disbanding Rumah Sakit Umum tanpa spesialisasi apapun.

Bentuk kedua dari risiko bisnis adalah risiko kepatuhan. Jenis risiko ini muncul di industri dan
sektor yang sangat diatur dengan undang-undang. Pernah dengan tegas Presiden Joko Widodo
mengatakan bahwa untuk RS Swasta yang tidak mau bekerjasama atau melayani Pasien BPJS
akan dikenakan sanksi, seperti pencabutan ijin operasional. Ini sesuai dengan UU Nomer 36

3
Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan RS tidak boleh menolak pasien yang
membutuhkan pelayanan gawat darurat.

Jenis ketiga risiko bisnis adalah risiko operasional. Risiko ini muncul ketika operasi sehari-hari
sebuah perusahaan gagal dilakukan. Risiko operasional mengacu pada kegagalan yang tidak
diharapkan di dalam operasi harian perusahaanmu. Itu bisa berupa kegagalan teknis, seperti
matinya server, atau bisa disebabkan oleh orang atau proses.
Di dalam beberapa kasus, risiko operasional memiliki lebih dari satu penyebab. Sebagai
contoh, pertimbangkan risiko bahwa salah satu karyawanmu menuliskan jumlah yang salah
pada sebuah cek, yang membayar Rp. 100,000 bukannya Rp. 10,000 dari rekeningmu.
Itu adalah kegagalan "orang", tapi juga kegagalan "proses". Itu bisa saja dicegah dengan
memiliki proses pembayaran yang jauh lebih aman, misalnya dengan memiliki anggota atau
staf kedua yang mengesahkan setiap pembayaran dalam jumlah besar, atau dengan
menggunakan sistem elektronis yang akan memberi peringatan terhadap angka yang tidak
biasa untuk dikaji.
Di dalam beberapa kasus, risiko operasional juga bisa tumbuh dari kejadian-kejadian di luar
kendali, seperti bencana alam, atau putusnya daya, atau permasalahan dengan host website.
Apapun yang mengganggu operasi inti Rumah Sakit berada dalam kategori risiko operasional.

Risiko reputasi bisa dalam bentuk gugatan hukum, sebuah penarikan produk yang memalukan,
publikasi negatif tentang kamu atau staf kamu, atau kritik pedas mengenai produk atau
layananmu. Dan saat ini, tidak diperlukan kejadian besar untuk menyebabkan kerusakan
reputasi; itu bisa berupa kematian perlahan oleh ribuan tweet negatif dan ulasan produk online.

Cara menghindari risiko-risiko tersebut salah satunya adalah dengan cara manajemen risiko:

4. Hal pertama yang harus dirubah rumus dan pola pelayanan BPJS adalah merubah dari Fee
For Services menjadi INA CBG,penjelasannya adalah Fee For Services : Cost + Profit =
Price jika sebelumnya kita membuat tariff rumah sakit itu dengan Biaya ditambah Keuntungan
sama dengan Tarif Rumah Sakit, pada saat era JKN hal ini tepat lagi dilakukan dan sebaiknya
merubah rumusnya dengan tariff - Cost = Profitmaksudnya adalah tariff rumah sakit dikurangi
Biaya sama dengan Keuntungan rumah sakit, strategi inilah yang digunakan oleh RS An-Nisa

4
Tangerang dibawah Kepemimpinan dr. Ediansyah MARS yang disampaikan pada saat
Kongres PERSI 2015 di JCC Jakarta.
TENTUKAN BISNIS MODEL RUMAH SAKIT
Sebagai pengelola rumah sakit kiranya wajib menentukan bisnis model, sehingga apa yang
dilakukan dilapangan dan akibatnya pada dampak resiko tidak besar. Katakanlah saat ini rumah
sakit sudah bekerjasama dengan BPJS, namun demikian tetap harus mempertimbangkan dan
menentukan arah kebijakan rumah sakit mau seperti apa dan dibawa kemana.
A. Segmen Pelanggan
Lakukan segmentasi pelanggan, apakah rumah sakit anda terdiri dari pasien jaminan BPJS,
Asuransi lainnya, dan Biaya Pribadi. Presentasikan dan kelompokan masing-masing pelanggan
tersebut dengan menggunakan peta pelaggan.
B. Proposisi Nilai
nilai apa yang akan diberikan oleh rumah sakit kepada pasien yang dilayani, dengan
keunggulan, atau mutu dan kualitas, atau bahkan perbedaan yang menonjol dari rumah sakit
lainnya.
C. Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran pada rumah sakit salah satunya adalah bagaimana bisa membuat dan
mensepakati system rujukan pasien dari PPK 1 ke rumah sakit dan selanjutnya ke rujukan
keatasnya jika diperlukan. Ini tentu harus menjadi kesepakatan dan pemahaman aturan JKN itu
sendiri, tidak terjadi Fraud baik dari sisi Masyarakat, Rumah sakit maupun BPJS itu sendiri.
D. Hubungan Pelanggan
Pentingnya hubungan pelanggan dalam hal ini masyarakat sebagai pasien rumah sakit.
Hubungan baik itu bisa berupa penyuluhan kepada masyarakat, edukasi, santunan dan sampai
pada pengobatan gratis dan sebagainya. Namun hal yang paling penting dari arti hubungan
pelanggan adalah bagaimana rumah sakit mampu melayani pasien BPJS dengan PRIMA.
E. Hitung Pendapatan
Menghitung pendapatan tentu saja merupakan aktifitas yang biasa dilakukan oleh semua bisnis.
Namun untuk BPJS perlu lebih cermat dan hati-hati dalam melakukan penghitungan. BPJS
sebaiknya jangan di hitung secara Parsial atau satu persatu pasien melainkan harus dengan
Periodik / rentang waktu tertentu sehingga rumah sakit akan bisa melihat nilai keuntungan
rumah sakit.
F. Sumber Utama
Sumber utama adalah kunci pendapatan utama rumah sakit saat ini. Jika rumah sakit
porsentasenya BPJS lebih tinggi dibandingkan dengan pasien umum katakanlah 80% - 20%
maka sumber utama rumah sakit adalah pasien BPJS. Manajemen rumah sakit harus sadar
betul, bahwa pendapatan utama mereka dari BPJS. Kesadaran ini harus bisa diterima oleh
semua komponen mulai dari pimpinan, staf dan dokter serta perawat. Jika semuanya sudah
memiliki kesadara sama maka, kebijakan remunerasi juga tentunya akan menyesuaikan dengan
pendapatan. Sebagai contoh, jika pasien BPJS akan sangat sulit bagi rumah sakit jika Dokter
yang dibayar harus disamakan honornya dengan pasien jaminan biaya pribadi. Jadi saat rumah
sakit menerima pasien BPJS sudah harus disiapkan perhitungan honorarium yang
menyesuaikan tariff BPJS sehingga tidak terjadi kerugian bagi rumah sakit.
G. Aktifitas Kunci
Clinical Pathway Urutan optimal dan waktu intervensi oleh dokter, perawat dan disiplin
lainnya untuk diagnosis atau prosedur tertentu, yang dirancang untuk meminimalkan
penundaan dan sumber daya pemanfaatan dan untuk memaksimalkan kualitas
pelayanan. Aktifitas kunci adalah aktifitas penting dalam proses tersebut.
Jika rumah sakit Type D ya rumah sakit harus melayani pasien sesuai dengan kelas rujukannya.
Atau sebaliknya rumah sakit karena tidak mau rugi maka pasien main rujuk ke rumah sakit
diatasnya. Saat penerimaan pasien rumah sakit harus menggunakan

5
H. Mitra Utama
Rumah sakit harus memiliki hubungan harmonis dengan mitra kunci atau mitra utama, dalam
hal ini mitra utama rumah sakit adalah Pemerintah, Dokter, Farmasi dan Karyawan. Perusahaan
yang bekerjasama dan semua mitra yang dianggap turut serta memiliki peran lebih dalam
berbisnis.
I. Struktur Biaya
Struktur biaya dalam pengelolaan rumah sakit harus benar secara kaidah akuntasi keuangan,
mampu memilah pembiyaan yang prioritas dan yang tidak. Diharapkan didukung dengan
system dan teknologi informasi yang memadai akan memudahkan pengelola rumah sakit dalam
melihat performance keuangan bisnisnya.

Strategi Kompetitif
Dalam menjalankan rumah sakit pengelola harus menemukan strategi apa yang ingin dibuat,
apakah Low Cost / berbiaya rendah, atau pelayanan bermutu? atau fokus pada segmen
pelanggan tertentu ? petakan pelanggan kemudian tentukan strategi apa yang akan digunakan.

Strategi Fungsional
Berbicara Bisnis Strategi tentunya harus didukung dengan Fungsional Strategi. Strategi
fungsional Apa yang harus disiapkan ?
a. Strategi Sumber Daya Manusia
Pengetahuan manajemen dalam rangka menjalan rumah sakit sangatlah penting, kemampuan
dan keahlian dari sumber daya manusia yang menduduki fungsi masing-masing menjadi faktor
utama. Usahakan jangan sampai salah melakukan penetapan sumberdaya mansusia dimasing-
masing bagian. Terutama para manager yang secara teknis harus memahami dan menguasai
pekerjaan mereka.
b. Strategi Operasional
Strategi operasional terkait dengan operasional yang ramping, struktur manajemen yang tidak
terlalu lebar rentang kendalinya, sehingga bisa lebih efektif. Suplay chain
management menjadi penting sehingga efisien dan efektifitas bisa terwujud dan akibatnya
adalah kendali biaya bisa diwujudkan dengan baik.
c. Strategi Pemasaran
Peran pemasaran tidak hanya mempromosikan, mengajak dan memastikan orang untuk
memutuskan berobat di rumah sakit melainkan masih banyak tugas dan tanggungjawabnya
salah satunya adalah memastikan pelayanan dan kepuasan pelanggan terpenuhi. Mampu secara
responsive terhadap keluhan dan complain pasien. Terus menerus memberikan informasi,
promosi kesehatan dan bimbingan kepada masyarakat. Selain itu harus mampu menarik
informasi dari luar untuk memberikan masukan kepada manajemen dengan tujuan membangun
pelayanan yang bermutu kepada pasien.
d. Strategi Keuangan
Strategi keuangan pada tiap bisnis mungkin berbeda, namun intinya sama, seluruh bisnis tidak
terkecuali rumah sakit tentu ingin mendapatkan profit, keuntungan dari usaha yang
dijalankannya. Namun ada hal yang paling pundamental dari bisnis rumah sakit ini adalah
strategi keuangan harus mampu melakukan kendali keuangan rumah sakit. Kendali keuangan
rumah sakit menjadi penting karena berkaitan dengan operasional dan keberlangsungan hidup
rumah sakit itu sendiri. Manajer keuangan ditingkat fungsional harus mampu menjadi filtering
awal dan mampu menganalisa kebutuhan prioritas rumah sakit. Mampu membuat laporan
keuangan sesuai dengan kaidah keuangan yang benar.

6. B. Manajemen Piutang:

6
Tujuan manajemen piutang harus sinergi dengan tujuan rumah sakit yaitu maksimalisasi serta
optimalisasi kemakmuran pemegang saham (pemilik) tanpa mengurangi upaya sosial sebuah
rumah sakitrumah sakit dapat meningkatkan investasi pada piutang sepanjag tambahan
keuntungan yang timbul adanya piutang tersebut masih lebih besar daripada tambahan biaya
investasi piutang itu sendiri.
dalam menentukan kebijakan kredit yang optimal perlu dipertimbangkan:
 Standar kredit
 Persyaratan kredit
 Usaha pengumpulan piutang

Standar kredit adalah salah satu kriteria yang dipakai rumah sakit untuk menyeleksi para
pasien/provider asuransi yang akan diberikan akses untuk menunda pembayaran dari
pelayanan dan berapa jumlah yang harus diberikaningat semakin lama jangka waktu
pengumpulan piutang semakin besar investasi pada piutang dan biaya yang timbul juga
semakin besar.

Persyaratan kredit adalah merupakan kondisi yang disyaratkan untuk pembayaran kembali
piutang dari para provider asuransi/provider bank/pemerintah
contoh:net 30 berarti bahwa provider mempunyai tenggang waktu 30 hari untuk membayar
kembali utangnya kepada rumah sakit tanpa potongan.untuk jpkm /sktm sesuai dengan aturan
dari pemerintah pusat (kemkes) / pemerintah daerah (dinkes)

Cash (tunai): tidak piutang


kartu kredit: piutang, ditagihkan ke bank yang mengeluarkan kartu kredit
asuransi: piutang, ditagihkan ke perusahaan asuransi
jpkm: piutang, ditagihkan ke dinkes/depkes
surat keterangan tidak mampu: piutang / upaya sosial rumah sakit

Langkah dalam evaluasi calon provider:mengumpulkan informasi yang relevan tentang calon
providermenganalisis kondisi calon provider atas dasar informasi yang diperoleh. mengambil
keputusan apakah calon provider bisa disetujui atau tidak. evaluasi terhadap para langganan:

untuk bisa menganalisis bisa menggunakan:


The five Cs of credit dan three Rs of credit:
Character
Capacity Capital
Capacity
Collateral Conditions

Rate of Return
Risk Bearing
Repayment

5. Format Proposal Kelayakan Menambah Ruang Rawat Inap di RSS


Materi permasalahan
Pendahuluan
a. Latar Belakang

7
b. Tujuan dan sasaran
c. Ruang lingkup
Identifikasi Pasar dan Pemasaran
a. Gambaran umum prospek pasar
b. Produk
c. Analisis Peluang
d. Persaingan
e. Penetapan harga
f. Distribusi
g. Promosi
h. Strategi pemasaran
i. Analisa SWOT
Identifikasi teknis dan teknologi
a. Deskripsi produk
b. Peralatan medis dan tekonologi
c. Lokasi penambahan ruang rawat inap
d. Layout ruang rawat inap
e. Rancangan produk
Identifikasi Manajemen dan SDM
a. Analisis stakeholder
b. Manajemen waktu
c. Struktur organisasi
Identifikasi Ekonomi dan keuangan
a. Perkiraan modal kerja
b. Asumsi ekonomi
c. Perkiraan biaya investasi
d. Perkiraan biaya operasional
e. Perkiraan pendapatan
f. Perkiraan arus keuangan (cash flow)
Kesimpulan
a. Hasil analisa aspek kelayakan
b. Penutup

Anda mungkin juga menyukai