Bagi seseorang atau kelompok yang ingin membangun usaha harus melihat beberapa
faktor, salah satunya adalah risiko usaha. Risiko usaha menjadi faktor penting yang harus
diperhatikan karena jika tidak diperhatikan usaha akan gagal dibangun.
Raharjo mengataka bahwa, risiko adalah tingkat potensi kerugian yang timbul karena
perolehan hasil investasi yang diharapkan tidak sesuai dengan harapan. Setiap keputusan
investasi memiliki keterkaitan kuat dengan terjadinya risiko, karena perangkat keputusan
investasi tidak selamanya lengkap dan bisa dianggap sempurna, namun disana terdapat
berbagai kelemahan yang tidak teranalisis secara baik dan sempurna. Karena itu risiko
selalu di jadikan barometer utama untuk dianalisis jika keputusan investasi dilakukan.
Menurut Syamsudin (2007,215) risiko adalah keadaan dimana setiap alternatif
menyebabkan sekumpulan hasil tertentu, masing-masing hasil terjadi dengan suatu
kemungkinan yang diketahui oleh pengambil keputusan. Sedangkan menurut Horn
(2012,301), risiko adalah suatu keadaan dimana kemungkinan timbulnya kerugian atau
bahaya itu dapat diperkirakan sebelumnya dengan menggunakan data atau informasi yang
cukup terpercaya atau relevan yang tersedia.
Menurut Eduardus Tandelilin ada beberapa sumber risiko yang mempengaruhi besarnya
risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain:
a. Risiko Suku Bunga. Naik turunnya suku bunga perbankan baik deposito, tabungan
dan pinjaman akan mempengaruhi keputusan publik dalam menetapkan
keputusannya, yaitu jika suku bunga bank mengalami kenaikan maka publik akan
menyimpan dananya di bank seperti dalam bentuk deposito, namun jika suku
bunga bank teriadi penurunan maka public akan mempergunakan dana tersebut
untuk membeli saham.
b. Risiko pasar. Kondisi risiko pasar tergambarkan pada fluktuasi pasar, krismon, dan
resesi ekonomi.
c. Risiko inflasi (daya beli masyarakat pada saat inflasi terjadi penurunan, namun pada
saat inflasi stabil atau rendah maka daya beli masyarakat akan tejadi peningkatan).
d. Risiko Bisnis, Perkembangan dalam bidang trend, mode, dan dinamika lainnya telah
mampu mempengaruhi berbagai keputusan publik dalam melakukan pembelian.
e. Risiko finansial (memakai utang dalam membiayai perusahaan, maka akan
menyebabkan utang terjadi peningkatan hingga berefek pada risiko yang ikut
meningkat juga sehingga otomatis risiko financial akan ikut meningkat).
f. Risiko likuiditas (menyangkut kemampuan likuuiditas perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan jangka pendeknya, seperti membayar gaji karyawan, teknisi, membayar
listrik, telepon, dan biaya operasional lainnya). Risiko nilai tukar mata uang (risiko
pasar mata uang, naiknya turunnya nilai mata uang suatu negara saat dikonversikan
dengan mata uang Negara lainnya, seperti dengan dollar, yen, euro, dan lainnya.
Apalagi saat itu ada berbagai perusahaan membutuhkan mata uang asing dalam
setiap transaksi bisnisnya).
g. Risiko negara (country risk). Ini menyangkut dengan kerusuhan politik, kudeta
militer, dan pemberontakan lainnya. Contohnya apa yang terjadi di Negara Irak,
dan Afganistan, Thailand (2009), Myanmar
Risiko Modal atau yang dikenal dengan istilah capital risk yaitu risiko yang
muncul akibat penurunan kualitas aset, karena adanya kredit macet, yang
memaksa bank untuk menerbitkan saham baru dan/atau penambahan
setoran modal oleh pemilik, atau mencari investor baru untuk memperbaiki
kondisi permodalannya sehingga sesuai dengan ketentuan permodalan. Risiko
modal bisa saja terjadi pada bidang investasi seperti perusahaan, asuransi,
pasar modal dan perbankan. Untuk itu kita sebagai investor harus memiliki
pengetahuan untuk mengurangi tingkat terjadinya risiko modal. Sehingga,
peluang terjadinya kerugian dapat diminimalisir.
5. Risiko Teknik
Teknik yang dimiliki perusahaan sangat berperan dalam mengembangkan perusahaan.
Namun, di sisi lain teknik tersebut bisa menjadi suatu risiko usaha yang bisa merugikan
perusahaan. Risiko usaha tersebut dinamakan risiko teknik.
Risiko teknik adalah risiko usaha yang terjadi karena teknik yang digunakan dalam
memproduksi barang tidak berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, pengecekan alat
produksi dan kualitas SDM harus terus ditingkatkan supaya risiko teknik tidak terjadi.
6. Risiko Pasar
Kondisi “pasar” akan selalu berubah-ubah seiring dengan perkembangan zaman. Jika suatu
perusahaan tidak mengikuti perkembangan zaman, maka perusahaan tersebut akan
tertinggal dengan perusahaan lainnya.
Risiko pasar adalah suatu risiko yang muncul akibat adanya perubahan zaman, baik itu gaya
hidup, pelanggan, dan adanya produk baru yang lebih unggul. Maka dari itu, sudah
seharusnya kalau setiap perusahaan terus melakukan inovasi supaya bisa mengikuti kondisi
“pasar” dan dapat bersaing dengan produk-produk dari perusahaan lainnya.
Risiko Modal
Menurut Kinton Will (2018) mengatakan bahwa risiko modal adalah potensi
kehilangan sebagian atau seluruh investasi. Ini berlaku untuk keseluruhan aset yang tidak
tunduk pada jaminan pengembalian penuh modal asli. Investor menghadapi risiko modal
ketika mereka berinvestasi di saham, obligasi non-pemerintah, real estat, komoditas, dan
aset alternatif lainnya. Juga, ketika sebuah perusahaan berinvestasi dalam suatu proyek,
perusahaan itu berisiko terhadap risiko bahwa proyek tersebut tidak akan menghasilkan
pengembalian di masa depan untuk menutupi modalnya yang diinvestasikan.
Risiko Modal Pada Pasar Modal
Risiko pasar mendefinisikan keseluruhan risiko yang terlibat dalam investasi pasar
digital. Pasar ternak jatuh dan jatuh tergantung pada sejumlah masalah. Pandangan kolektif
investor untuk berinvestasi dalam saham tertentu atau memainkan peran penting dalam
naik turunnya pasar saham. Bahkan jika perusahaan sedang mengalami fase buruk, harga
saham dapat naik karena pasar saham naik. Sementara sebaliknya, harga saham bisa jatuh
karena pasar tidak stabil bahkan jika perusahaan investor baik-baik saja. Oleh karena itu,
ini adal
Risiko pasar modal juga dapat disebut sebagai risiko sistematis pasar modal.
Sementara seorang individu berinvestasi pada sekuritas, risiko dan pengembalian tidak
dapat dipisahkan. Risiko adalah bagian terpadu dari investasi. Semakin tinggi potensi
pengembalian, semakin tinggi pula risiko yang terkait dengannya.Risiko modal juga menjadi
perhatian utama perencana proyek suatu perusahaan. Capital budgeters menganalisis
investasi yang diusulkan dalam suatu proyek - lini produk atau pabrik baru, misalnya -
dengan memodelkan arus kas yang diproyeksikan terhadap persyaratan modal proyek.
Proses analisis risiko akan mencoba untuk mengukur risiko modal dengan memvariasikan
model asumsi. Tidak ada perusahaan yang rasional akan melakukan proyek modal jika
model menunjukkan tingkat risiko yang tidak dapat diterima untuk modal yang
diinvestasikan. Perlu juga dicatat bahwa perusahaan tidak boleh memilih untuk
melanjutkan proyek bahkan jika NPV diproyeksikan lebih besar dari nol. Bagi perusahaan
untuk melakukan investasi, tingkat rintangan yang diinginkan harus dihapus.
Pemeriksaan yang terlibat dalam investasi pasar modal adalah salah satu aspek
utama investasi. Dapat dengan mudah dikatakan bahwa risiko membedakan investasi dari
tabungan. Risiko sistematis juga umum untuk seluruh kelas kewajiban atau aset.
Bergantung pada perubahan ekonomi, nilai investasi dapat turun sangat besar. Mungkin
ada beberapa peristiwa keuangan lain yang juga berdampak pada pasar investasi. Untuk
memeriksa risiko pasar modal, alokasi aset dapat bermanfaat dalam beberapa kasus.
Maka berdasarkan pada gambar di atas (systematic risk, unsystematic risk, dan
total risk) bahwa dengan menempatkan dana pada berbagai sekuritas saham
tersebut diharapkan kita dapat memperkecil risiko yang akan timbul nantinya,
danjuga mengharapkan diperolehnya keuntungan dari menganekaragamkan
pembelian saham.
Siegel dan Shim menyatakan bahwa analisis risiko adalah proses pengukuran dan
penganalisisan risiko disatukan dengan keputusan keuangan dan investasi. Sementara itu
David K. Eiteman, Arthur I. Stonehill dan Michael H. Moffett" mengatakan bahwa risiko
dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated assets and liabilities.
Sehingga secara umum risiko dapat ditangkap sebagai bentuk keadaan ketidakpastian
tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil
berdasarkan suatu pertimbangan.
Risiko secara umum merupakan propabilitas suatu kejadian dengan konsekuensinya
(Siahaan, 2009). Risiko perusahaan sendiri pada umumnya dibedakan menjadi 2
(Mardiyanto, 2009),yaitu:
1. Risiko bisnis: merupakan resiko yang berkaitan dengan ketidakpastian dari
keputusan investasi suatu perusahaan di masa mendatang dan diukur melalui
simpangan baku dari laba sebelum bunga dan pajak atau disebut EBIT. Dengan kata
lain Risiko bisnis, adalah risiko tidak dapat membayar biaya-biaya operasi
perusahaan.
2. Risiko keuangan: merupakan risiko yang timbul akibat penggunaan sumber dana
jangka panjang yang menimbulkan biaya tetap ( utang dan saham preferen). Risiko
keuangan, adalah risiko tidak dapat membayar kewajiban-kewajiban tetap yang
jatuh tempo.
Dalam keterkaitannya dengan modal kerja yang dimaksud risiko adalah kemungkinan
dimana perusahaan tidak mampu membayar hutang pada saat jatuh tempo yang dalam
istilah asing disebut “technically insolvent“. Risiko perusahaan untuk berada dalam
keadaan technically insolvent pada umumnya diukur dengan penggunaan sejumlah net
working capital (selisih antara aktiva lancar dan hutang lancar). Semakin besar net working
capital perusahaan maka semakin kecil risiko perusahaan untuk tidak dapat membayar
hutang-hutangnya dan ini berarti semakin likuid perusahaan. Dan sebaliknya semakin
rendah net working capital perusahaan maka semakin besar pula risiko di dalam membayar
hutang-hutangnya pada saat jatuh tempo.
Laverage
Pengertian Leverage adalah penggunaan asset dan sumber dana yang dimiliki oleh
perusahaan dimana penggunaan aset atau dana dalam perusahaan tersebut harus mengeluarkan
biaya tetap (fixed cost) atau beban tetap. Dalam artian yang lain, leverage yaitu penggunaan aktiva
atau dana diaman pada penggunaan aktiva atau dana perusahaan harus menutup biaya tetap
atau membayar beban tetap. Kalau pada “operating leverage” penggunaan aktiva dengan biaya
tetap adalah dengan harapan bahwa revenue yang dihasilkan oleh penggunaan aktiva itu akan
cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel, maka pada “financial leverage” penggunaan
dana dengan beban tetap itu adalah dengan harapan untuk memperbesar pendapatan per lebar
saham biasa. (EPS = Earning Per Share). Menurut Gitosudarmo (2001:228) bahwa ada dua
macam leverage, yaitu : Operating leverage dan Financial leverage yaitu;
Operating leverage
Operating leverage atau pengungkit operasi merupakan penggunaan aktiva dengan
biaya tetap yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutup
biaya tetap dan variabel serta dapat meningkatkan profitabilitas.
Leverage operasi dapat mengukur perubahan pendapatan atau penjualan terhadap
keuntungan operasi perusahaan. Dengan mengetahui tingkat leverage operasi, maka
manajemen bisa menaksir perubahan laba operasi sebagai akibat adanya perubahan
penjualan. Oleh karena itu, leverage operasi berkaitan dengan penjualan perusahaan dan
laba sebelum bunga dan pajak.
Financial Leverage
Kebijakan perusahaan mendapatkan modal pinjaman dari luar ditinjau dari bidang
manajemen keuangan, merupakan penerapan kebijakan financialleverage atau disebut juga
dengan “pengungkit keuangan”, dimana perusahaan membiayai kegiatannya (operasional)
dengan menggunakan modal pinjaman serta menanggung suatu beban tetap yang bertujuan
untuk meningkatkan laba per lembar saham. FinancialLeverage timbul karena adanya
kewajiban-kewajiban financial yang sifatnya tetap yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
Kewajiban-kewajiban finansial yang tetap ini tidaklah berubah dengan adanya perubahan
tingkat EBIT dan harus dibayar tanpa melihat sebesar apapun tingkat EBIT yang dicapai
perusahaan.
Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Analisis
keuntungan biasanya didasarkan pada informasi yang terdapat di dalam laporan laba rugi.
Penghitungan rasio keuntungan menggunakan data dari neraca. Rasio-rasio tersebut dapat
menunjukkan seberapa mampu perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas
merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu dan memberikan gambaran tentang tingkat
efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas dapat dilihat
dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Indikator yang
digunakan untuk menjelaskan tingkat profitabilitas yaitu Return on Equity. Tingkat
pengembalian terhadap modal (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu
perusahaan menggunakan modal yang ada untuk menghasilkan laba atau keuntungan (Tatang,
2011:116). Tingkat pengembalian atas modal dihitung sebagai perbandingan antara laba
bersih setelah pajak (Net Income After Tax atau Net After Tax = EAT). Return on Equity
merupakan indikator yang diambil untuk melihat perusahaan dalam menghasilkan
laba dari modal yang ada.
Dalam melakukan berbagai kegiatan usaha, tentunya kita tidak akan bisa terlepas dengan yang
namanya risiko. Untuk itu, cara yang paling bijak dalam mengatasinya adalah dengan mengendalikan
penyebabnya, melakukan manajemen yang tepat, serta mitigasi berbagai risiko likuiditas secara
baik.
Likuiditas adalah faktor yang sangat penting untuk bisa menentukan operasional perusahaan.
Untuk itu, dibutuhkan strategi dan manajemen risiko yang matang agar tingkat likuiditas
perusahaan bisa bertahan dengan baik.
Faktor yang paling penting dalam mengurangi risiko likuiditas adalah dengan melakukan
pembukuan yang tepat dan akurat, sehingga nantinya akan memudahkan Anda dalam mengambil
suatu keputusan yang bijak untuk bisnis Anda di masa depan.