Anda di halaman 1dari 10

RESIKO

Bagi seseorang atau kelompok yang ingin membangun usaha harus melihat beberapa
faktor, salah satunya adalah risiko usaha. Risiko usaha menjadi faktor penting yang harus
diperhatikan karena jika tidak diperhatikan usaha akan gagal dibangun.

Raharjo mengataka bahwa, risiko adalah tingkat potensi kerugian yang timbul karena
perolehan hasil investasi yang diharapkan tidak sesuai dengan harapan. Setiap keputusan
investasi memiliki keterkaitan kuat dengan terjadinya risiko, karena perangkat keputusan
investasi tidak selamanya lengkap dan bisa dianggap sempurna, namun disana terdapat
berbagai kelemahan yang tidak teranalisis secara baik dan sempurna. Karena itu risiko
selalu di jadikan barometer utama untuk dianalisis jika keputusan investasi dilakukan.
Menurut Syamsudin (2007,215) risiko adalah keadaan dimana setiap alternatif
menyebabkan sekumpulan hasil tertentu, masing-masing hasil terjadi dengan suatu
kemungkinan yang diketahui oleh pengambil keputusan. Sedangkan menurut Horn
(2012,301), risiko adalah suatu keadaan dimana kemungkinan timbulnya kerugian atau
bahaya itu dapat diperkirakan sebelumnya dengan menggunakan data atau informasi yang
cukup terpercaya atau relevan yang tersedia.

Menurut Eduardus Tandelilin ada beberapa sumber risiko yang mempengaruhi besarnya
risiko suatu investasi. Sumber-sumber tersebut antara lain:
a. Risiko Suku Bunga. Naik turunnya suku bunga perbankan baik deposito, tabungan
dan pinjaman akan mempengaruhi keputusan publik dalam menetapkan
keputusannya, yaitu jika suku bunga bank mengalami kenaikan maka publik akan
menyimpan dananya di bank seperti dalam bentuk deposito, namun jika suku
bunga bank teriadi penurunan maka public akan mempergunakan dana tersebut
untuk membeli saham.
b. Risiko pasar. Kondisi risiko pasar tergambarkan pada fluktuasi pasar, krismon, dan
resesi ekonomi.
c. Risiko inflasi (daya beli masyarakat pada saat inflasi terjadi penurunan, namun pada
saat inflasi stabil atau rendah maka daya beli masyarakat akan tejadi peningkatan).
d. Risiko Bisnis, Perkembangan dalam bidang trend, mode, dan dinamika lainnya telah
mampu mempengaruhi berbagai keputusan publik dalam melakukan pembelian.
e. Risiko finansial (memakai utang dalam membiayai perusahaan, maka akan
menyebabkan utang terjadi peningkatan hingga berefek pada risiko yang ikut
meningkat juga sehingga otomatis risiko financial akan ikut meningkat).
f. Risiko likuiditas (menyangkut kemampuan likuuiditas perusahaan dalam memenuhi
kebutuhan jangka pendeknya, seperti membayar gaji karyawan, teknisi, membayar
listrik, telepon, dan biaya operasional lainnya). Risiko nilai tukar mata uang (risiko
pasar mata uang, naiknya turunnya nilai mata uang suatu negara saat dikonversikan
dengan mata uang Negara lainnya, seperti dengan dollar, yen, euro, dan lainnya.
Apalagi saat itu ada berbagai perusahaan membutuhkan mata uang asing dalam
setiap transaksi bisnisnya).
g. Risiko negara (country risk). Ini menyangkut dengan kerusuhan politik, kudeta
militer, dan pemberontakan lainnya. Contohnya apa yang terjadi di Negara Irak,
dan Afganistan, Thailand (2009), Myanmar

Risiko Modal atau yang dikenal dengan istilah capital risk yaitu risiko yang
muncul akibat penurunan kualitas aset, karena adanya kredit macet, yang
memaksa bank untuk menerbitkan saham baru dan/atau penambahan
setoran modal oleh pemilik, atau mencari investor baru untuk memperbaiki
kondisi permodalannya sehingga sesuai dengan ketentuan permodalan. Risiko
modal bisa saja terjadi pada bidang investasi seperti perusahaan, asuransi,
pasar modal dan perbankan. Untuk itu kita sebagai investor harus memiliki
pengetahuan untuk mengurangi tingkat terjadinya risiko modal. Sehingga,
peluang terjadinya kerugian dapat diminimalisir.

Pengertian Manajemen Risiko


Menurut Milton C Regan dalam bukunya “Risky Business”, pengertian manajemen risiko
adalah penerapan beragam kebijakan dan prosedur untuk meminimalisasi peristiwa yang
menurunkan kapasitas dan kualitas kerja perusahaan. Sementara itu menurut
Noshworthy, pengertian manajemen risiko adalah usaha mengurangi risiko dalam proses
pelaksanaan teknis dan pengambilan keputusan bisnis.

Jenis-Jenis Risiko Usaha


Setelah membahas pengertian risiko usaha, maka pembahasan selanjutnya adalah jenis-
jenis risiko usaha. Setiap risiko usaha merupakan hal-hal yang diperlukan dalam
membangun usaha, mengapa begitu? Karena munculnya risiko usaha berkaitan dengan hal-
hal penting dalam membangun usaha.
Jenis-jenis risiko usaha yang perlu diketahui ada enam, yaitu risiko keuangan, risiko
permodalan, risiko perusahaan, risiko operasional, risiko teknik, dan risiko pasar.
1. Risiko Keuangan
Seperti yang kita tahu bahwa dalam membangun usaha membutuhkan uang. Terlebih lagi,
jika ingin mengembangkan usaha agar dikenal oleh banyak orang. Uang untuk membanguan
usaha bisa didapatkan dari modal awal dan keuntungan penjualan.
Karena keuangan menjadi hal penting dalam membangun usaha, maka keuangan termasuk
ke dalam jenis risiko usaha. Risiko keuangan adalah risiko yang berhubungan dengan
menurunnya penjualan.
2. Risiko Permodalan
Ketika membangun usaha pastinya akan membutuhkan yang namanya modal karena modal
bisa dikatakan sebagai langkah awal dalam membangun usaha setelah ide usaha. Modal
usaha bisa didapatkan dari diri sendiri atau melakukan kerja sama dengan orang lain.
Dengan modal usaha tersebut, tingkat penjualan diharapkan dapat meningkat supaya
banyak keuntungan yang didapat sehingga balik modal akan cepat terjadi. Namun, modal
usaha yang dimiliki ternyata bisa memicu hadirnya risiko usaha. Risiko permodalan adalah
suatu risiko yang muncul karena penjualan tidak kunjung meningkat sehingga menimbulkan
kerugian.
3. Risiko Perusahaan
Ketika membangun usaha, pastinya selalu berharap akan terus mengalami kemajuan hingga
menjadi sebuah perusahaan. Jika sudah menjadi perusahaan akan ada banyak orang lain
atau perusahaan lain yang ingin melakukan kerja sama. Dengan melakukan kerja sama,
perusahaan akan mengalami perkembangan.
Namun, dalam membangun perusahaan perlu memerhatikan kualitas produk yang
diperjual belikan. Kualitas produk tidak dijaga, maka kemungkinan besar konsumen tidak
ingin membeli produk-produk tersebut. Jika hal seperti ini sampai terjadi akan
memunculkan dampak buruk bagi perusahaan, seperti saham-saham menjadi anjlok.
4. Risiko Operasional
Di dalam sebuah perusahaan ada yang namanya operasional perusahaan, seperti Sumber
daya Manusia (SDM), cara memproduksi, penerapan kebijakan, dan lain-lain. Singkatnya
operasional perusahaan adalah bagian-bagian yang dapat mengembangkan usaha menjadi
lebih maju.
Risiko operasional adalah risiko yang muncul karena setiap bagian-bagian di usaha tidak
menjalankan fungsi dan perannya dengan baik. Terjadinya risiko operasional disebabkan
karena beberapa hal, seperti permasalahan SDM, tidak adanya inovasi dan kualitas produk,
salah mengambil keputusan, dan lain-lain.

5. Risiko Teknik
Teknik yang dimiliki perusahaan sangat berperan dalam mengembangkan perusahaan.
Namun, di sisi lain teknik tersebut bisa menjadi suatu risiko usaha yang bisa merugikan
perusahaan. Risiko usaha tersebut dinamakan risiko teknik.
Risiko teknik adalah risiko usaha yang terjadi karena teknik yang digunakan dalam
memproduksi barang tidak berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, pengecekan alat
produksi dan kualitas SDM harus terus ditingkatkan supaya risiko teknik tidak terjadi.
6. Risiko Pasar
Kondisi “pasar” akan selalu berubah-ubah seiring dengan perkembangan zaman. Jika suatu
perusahaan tidak mengikuti perkembangan zaman, maka perusahaan tersebut akan
tertinggal dengan perusahaan lainnya.
Risiko pasar adalah suatu risiko yang muncul akibat adanya perubahan zaman, baik itu gaya
hidup, pelanggan, dan adanya produk baru yang lebih unggul. Maka dari itu, sudah
seharusnya kalau setiap perusahaan terus melakukan inovasi supaya bisa mengikuti kondisi
“pasar” dan dapat bersaing dengan produk-produk dari perusahaan lainnya.

Risiko Modal
Menurut Kinton Will (2018) mengatakan bahwa risiko modal adalah potensi
kehilangan sebagian atau seluruh investasi. Ini berlaku untuk keseluruhan aset yang tidak
tunduk pada jaminan pengembalian penuh modal asli. Investor menghadapi risiko modal
ketika mereka berinvestasi di saham, obligasi non-pemerintah, real estat, komoditas, dan
aset alternatif lainnya. Juga, ketika sebuah perusahaan berinvestasi dalam suatu proyek,
perusahaan itu berisiko terhadap risiko bahwa proyek tersebut tidak akan menghasilkan
pengembalian di masa depan untuk menutupi modalnya yang diinvestasikan.
Risiko Modal Pada Pasar Modal
Risiko pasar mendefinisikan keseluruhan risiko yang terlibat dalam investasi pasar
digital. Pasar ternak jatuh dan jatuh tergantung pada sejumlah masalah. Pandangan kolektif
investor untuk berinvestasi dalam saham tertentu atau memainkan peran penting dalam
naik turunnya pasar saham. Bahkan jika perusahaan sedang mengalami fase buruk, harga
saham dapat naik karena pasar saham naik. Sementara sebaliknya, harga saham bisa jatuh
karena pasar tidak stabil bahkan jika perusahaan investor baik-baik saja. Oleh karena itu,
ini adal
Risiko pasar modal juga dapat disebut sebagai risiko sistematis pasar modal.
Sementara seorang individu berinvestasi pada sekuritas, risiko dan pengembalian tidak
dapat dipisahkan. Risiko adalah bagian terpadu dari investasi. Semakin tinggi potensi
pengembalian, semakin tinggi pula risiko yang terkait dengannya.Risiko modal juga menjadi
perhatian utama perencana proyek suatu perusahaan. Capital budgeters menganalisis
investasi yang diusulkan dalam suatu proyek - lini produk atau pabrik baru, misalnya -
dengan memodelkan arus kas yang diproyeksikan terhadap persyaratan modal proyek.
Proses analisis risiko akan mencoba untuk mengukur risiko modal dengan memvariasikan
model asumsi. Tidak ada perusahaan yang rasional akan melakukan proyek modal jika
model menunjukkan tingkat risiko yang tidak dapat diterima untuk modal yang
diinvestasikan. Perlu juga dicatat bahwa perusahaan tidak boleh memilih untuk
melanjutkan proyek bahkan jika NPV diproyeksikan lebih besar dari nol. Bagi perusahaan
untuk melakukan investasi, tingkat rintangan yang diinginkan harus dihapus.
Pemeriksaan yang terlibat dalam investasi pasar modal adalah salah satu aspek
utama investasi. Dapat dengan mudah dikatakan bahwa risiko membedakan investasi dari
tabungan. Risiko sistematis juga umum untuk seluruh kelas kewajiban atau aset.
Bergantung pada perubahan ekonomi, nilai investasi dapat turun sangat besar. Mungkin
ada beberapa peristiwa keuangan lain yang juga berdampak pada pasar investasi. Untuk
memeriksa risiko pasar modal, alokasi aset dapat bermanfaat dalam beberapa kasus.

Risiko Modal pada Asuransi


Asuransi risiko dunia maya adalah salah satu lini bisnis di mana ILS dan pasar modal
berpotensi menemukan dirinya secara langsung memberikan transfer risiko kepada
perusahaan, khususnya penyedia teknologi keamanan dunia maya yang sangat besar di
dunia. PwC menyoroti perlunya fasilitator risiko untuk muncul: Mengingat semakin
hilangnya faktor pendorong risiko cyber yang semakin kompleks dan tidak pasti, ada
kebutuhan yang semakin besar akan solusi manajemen risiko yang terkoordinasi yang
menyatukan berbagai pemangku kepentingan, termasuk perusahaan, perusahaan asuransi
/ reasuransi, pasar modal dan pembuat kebijakan.
Beberapa bentuk fasilitator risiko, mungkin broker, akan diperlukan untuk
menyatukan para pihak dan memimpin pengembangan solusi yang efektif, termasuk
standar untuk asuransi cyber yang ingin diperkenalkan oleh banyak pemerintah. Fasilitator
dapat datang dari sisi teknologi, memungkinkan asuransi, reasuransi dan pasar modal atau
pemain ILS untuk lebih memahami risiko, paparan, potensi besarnya kerugian, membuat
penciptaan struktur transfer risiko hibrida ini lebih layak di masa depan. Prospek yang
menarik baik untuk pasar reasuransi tradisional dan ILS dan satu di mana kerja sama,
bukan kompetisi, dapat dilihat sama pentingnya dengan perkembangan pasar asuransi
dunia maya.
Risiko Modal Pada Bank
Menurut Carindri dan Untara (2019) menyatakan bahwa sektor perbankan adalah
tulang punggung sektor industri lainnya. Jika sektor perbankan memiliki masalah maka itu
akan berdampak pada industri yang didukungnya. Bank adalah unit bisnis khusus, karena
dalam menjalankan operasinya tergantung dari sumber dana dari masyarakat. Karena itu,
kelangsungan hidup bank ditentukan oleh kepercayaan masyarakat terhadap institusi
tersebut. Dengan kata lain, bank akan memiliki masalah likuiditas karena hilangnya
kepercayaan orang yang juga akan berdampak pada perubahan pendapatan. Persaingan di
sektor perbankan semakin intensif, bank dituntut untuk memberikan layanan yang lebih
dinamis untuk menarik perhatian kepercayaan publik. Hal ini dilakukan untuk mencapai
tujuan yaitu memperoleh laba maksimal.
Dendawijaya mengatakan bahwa masalah pinjaman adalah kegagalan debitur untuk
memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran pokok pinjaman dan bunga yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak dalam perjanjian kredit (Dendawijaya, 2005). Sementara
itu, menurut Siamat masalah pinjaman adalah sebagai berikut: "Masalah pinjaman atau
masalah pinjaman dapat didefinisikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan
pembayaran karena faktor kesenjangan dan atau karena faktor eksternal di luar
kemampuan debitur (Siamat, 2004). Menurut pada definisi tersebut, arti kredit macet
adalah pinjaman yang mengalami keterlambatan pembayaran tunggakan pokok dan bunga
atau bahkan tidak dibayarkan sama sekali, karena ketidakmampuan debitur untuk
membayar, sehingga pembayaran pinjaman tidak dilakukan tepat waktu dan jumlah yang
tepat dari perjanjian kredit yang tepat.
Menurut Dendawijaya, kredit bermasalah adalah kredit yang kolektibilitasnya
masuk dalam kategori kredit macet atau dikenal juga dengan Non Performing Loan
(Dendawijaya, 2005). Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Artinya, semakin tinggi rasio
semakin memperburuk kualitas kredit bank yang menyebabkan semakin besar jumlah
kredit bermasalah, maka probabilitas bank dalam risiko semakin besar yaitu kerugian yang
disebabkan oleh kembalinya kredit macet.
Secara teori, jika bank menjalankan risiko itu akan membawa kerugian besar bagi
bank. Dampak itu membuat bank juga akan mendapatkan kesulitan operasional dan
berfungsinya bank dalam menyalurkan dana. Risiko substansial bank membuat bank
menggunakan modal untuk menutupi kerugian sehingga risiko memiliki pengaruh terhadap
kecukupan modal bank. Bank memiliki risiko dalam menjalankan operasinya. Untuk
mengatasi risiko-risiko ini, diperlukan analisis risiko untuk menentukan sebab dan akibat
dari masing-masing risiko ini. Di bawah ini adalah jenis risiko bank (tabel 1).
Systematic Risk, Unsystematic Risk, dan Total Risk
Pembahasan tentang risiko sistematis dan risiko tidak sistematis adalah sudah
banyak dikaji dan diteliti. Pembahasan kedua risiko ini sering dibahas dalam konteks
portofolio pasar. Beberapa rekomendasi yang diberikan menjelaskan bahwa mekanisme
berlakunya konsep diversifikasi investasi adalah tidak bisa diterapkan pada seluruh bidang
risiko yaitu terutama pada risiko yang sifatnya menyeluruh terjadi secara global. Dalam
kondisi secara menyeluruh ini sangat sulit untuk suatu perusahaan bisa membendung
risiko yang timbul tersebut. Adapun pengertian dari systematic risk, unsystematic risk dan
total risk adalah;
a. Systematic Risk (risiko sistematis) adalah risiko yang tidak bisa didiversifikasikan
atau dengan kata lain risiko yang sifatnya mempengaruhi secara menyeluruh.
Contohnya krisis moneter pada tahun 1997 di Indonesia yang telah menyebabkan
banyak sekali perusahaan yang bangkrut dan meningkatnya angka pengangguran
serta moral hazard. Kondisi terakhir juga terjadi pada tahun 2008 yaitu saat dunia
dilanda krisis finansial oleh karena salah satunya kasus pemberian kredit subprime
mortgage di Amerika Serikat (tahun 2008) yang sudah terlalu tinggi, dan ternyata
tidak bisa diatasi lagi. Kasus subprime mortgage adalah dimana perbankan di
Amerika terlalu besar dan tidak terkontrol lagi dalam memberikan pengucuran
kredit dalam bidang perumahan atau real estate sehingga kondisi menjadi lebih
diperparah pada saat beberapa perusahaan yang menerima dana tersebut tidak
mampu untuk mengembalikannya secara tepat waktu, efek yang lebih jauh dimana
saat ini pemerintahan Amerika melalui Presiden Barrack Husein Obama mencoba
mencari solusinya yaitu menghancurkan dana talangan guna menyelamatkan
ekonomi Amerika dari krisis finansial saat ini. Sebagaimana dikatakan oleh
Eduardus Tandelin bahwa perubahan pasar terseut akan mempengaruhi
variabilitas return suatu investasi. Systematic risk disebut juga dengan market risk
atau risiko umum.
b. Unsystematic Risk atau Risiko yang tidak sistematis, yaitu hanya membawa dampak
pada perusahaan yang terkait saja. Jika suatu perusahaan mengalami unsystematic
risk maka kemampuan untuk mengatasinya masih akan bisa dilakukan, karena
perusahaan bisa menerapkan berbagai strategi untuk mengatasinya seperti
diversifikasi portofolio. Strategi lain yang bisa diterapkan adalah pada saat harga
sekuritas perusahaan jatuh adalah dengan menerapkan berbagai strategi investasi.
Unsystematic risk disebut juga dengan risiko spesifik atau risiko yang dapat di
diversifikasikan. (baca konsep diversifikasi investasi yang dikemukakan oleh Henry
Markowitz.
c. Total Risk, adalah gabungan dari unsystematic risk dan systemotic risk. Jadi hasil
penjumlahan dari unsystematic risk dan systematic risk kita akan memperoleh total
risiko. Adapun rumus untuk menghitung total risiko adalah;

Gambar 5.2 : Systematic Risk, Unsystematic Risk, dan Total Risk

Maka berdasarkan pada gambar di atas (systematic risk, unsystematic risk, dan
total risk) bahwa dengan menempatkan dana pada berbagai sekuritas saham
tersebut diharapkan kita dapat memperkecil risiko yang akan timbul nantinya,
danjuga mengharapkan diperolehnya keuntungan dari menganekaragamkan
pembelian saham.

Pengertian Manajemen Risiko


Menurut Milton C Regan dalam bukunya “Risky Business”, pengertian manajemen risiko
adalah penerapan beragam kebijakan dan prosedur untuk meminimalisasi peristiwa yang
menurunkan kapasitas dan kualitas kerja perusahaan. Sementara itu menurut
Noshworthy, pengertian manajemen risiko adalah usaha mengurangi risiko dalam proses
pelaksanaan teknis dan pengambilan keputusan bisnis.
Pengukuran Risiko

Siegel dan Shim menyatakan bahwa analisis risiko adalah proses pengukuran dan
penganalisisan risiko disatukan dengan keputusan keuangan dan investasi. Sementara itu
David K. Eiteman, Arthur I. Stonehill dan Michael H. Moffett" mengatakan bahwa risiko
dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated assets and liabilities.
Sehingga secara umum risiko dapat ditangkap sebagai bentuk keadaan ketidakpastian
tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil
berdasarkan suatu pertimbangan.
Risiko secara umum merupakan propabilitas suatu kejadian dengan konsekuensinya
(Siahaan, 2009). Risiko perusahaan sendiri pada umumnya dibedakan menjadi 2
(Mardiyanto, 2009),yaitu:
1. Risiko bisnis: merupakan resiko yang berkaitan dengan ketidakpastian dari
keputusan investasi suatu perusahaan di masa mendatang dan diukur melalui
simpangan baku dari laba sebelum bunga dan pajak atau disebut EBIT. Dengan kata
lain Risiko bisnis, adalah risiko tidak dapat membayar biaya-biaya operasi
perusahaan.
2. Risiko keuangan: merupakan risiko yang timbul akibat penggunaan sumber dana
jangka panjang yang menimbulkan biaya tetap ( utang dan saham preferen). Risiko
keuangan, adalah risiko tidak dapat membayar kewajiban-kewajiban tetap yang
jatuh tempo.
Dalam keterkaitannya dengan modal kerja yang dimaksud risiko adalah kemungkinan
dimana perusahaan tidak mampu membayar hutang pada saat jatuh tempo yang dalam
istilah asing disebut “technically insolvent“. Risiko perusahaan untuk berada dalam
keadaan technically insolvent pada umumnya diukur dengan penggunaan sejumlah net
working capital (selisih antara aktiva lancar dan hutang lancar). Semakin besar net working
capital perusahaan maka semakin kecil risiko perusahaan untuk tidak dapat membayar
hutang-hutangnya dan ini berarti semakin likuid perusahaan. Dan sebaliknya semakin
rendah net working capital perusahaan maka semakin besar pula risiko di dalam membayar
hutang-hutangnya pada saat jatuh tempo.
Laverage
Pengertian Leverage adalah penggunaan asset dan sumber dana yang dimiliki oleh
perusahaan dimana penggunaan aset atau dana dalam perusahaan tersebut harus mengeluarkan
biaya tetap (fixed cost) atau beban tetap. Dalam artian yang lain, leverage yaitu penggunaan aktiva
atau dana diaman pada penggunaan aktiva atau dana perusahaan harus menutup biaya tetap
atau membayar beban tetap. Kalau pada “operating leverage” penggunaan aktiva dengan biaya
tetap adalah dengan harapan bahwa revenue yang dihasilkan oleh penggunaan aktiva itu akan
cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel, maka pada “financial leverage” penggunaan
dana dengan beban tetap itu adalah dengan harapan untuk memperbesar pendapatan per lebar
saham biasa. (EPS = Earning Per Share). Menurut Gitosudarmo (2001:228) bahwa ada dua
macam leverage, yaitu : Operating leverage dan Financial leverage yaitu;

Operating leverage
Operating leverage atau pengungkit operasi merupakan penggunaan aktiva dengan
biaya tetap yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutup
biaya tetap dan variabel serta dapat meningkatkan profitabilitas.
Leverage operasi dapat mengukur perubahan pendapatan atau penjualan terhadap
keuntungan operasi perusahaan. Dengan mengetahui tingkat leverage operasi, maka
manajemen bisa menaksir perubahan laba operasi sebagai akibat adanya perubahan
penjualan. Oleh karena itu, leverage operasi berkaitan dengan penjualan perusahaan dan
laba sebelum bunga dan pajak.

Financial Leverage
Kebijakan perusahaan mendapatkan modal pinjaman dari luar ditinjau dari bidang
manajemen keuangan, merupakan penerapan kebijakan financialleverage atau disebut juga
dengan “pengungkit keuangan”, dimana perusahaan membiayai kegiatannya (operasional)
dengan menggunakan modal pinjaman serta menanggung suatu beban tetap yang bertujuan
untuk meningkatkan laba per lembar saham. FinancialLeverage timbul karena adanya
kewajiban-kewajiban financial yang sifatnya tetap yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
Kewajiban-kewajiban finansial yang tetap ini tidaklah berubah dengan adanya perubahan
tingkat EBIT dan harus dibayar tanpa melihat sebesar apapun tingkat EBIT yang dicapai
perusahaan.

Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Analisis
keuntungan biasanya didasarkan pada informasi yang terdapat di dalam laporan laba rugi.
Penghitungan rasio keuntungan menggunakan data dari neraca. Rasio-rasio tersebut dapat
menunjukkan seberapa mampu perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio profitabilitas
merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba selama periode tertentu dan memberikan gambaran tentang tingkat
efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas dapat dilihat
dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Indikator yang
digunakan untuk menjelaskan tingkat profitabilitas yaitu Return on Equity. Tingkat
pengembalian terhadap modal (ROE) merupakan rasio yang menunjukkan seberapa mampu
perusahaan menggunakan modal yang ada untuk menghasilkan laba atau keuntungan (Tatang,
2011:116). Tingkat pengembalian atas modal dihitung sebagai perbandingan antara laba
bersih setelah pajak (Net Income After Tax atau Net After Tax = EAT). Return on Equity
merupakan indikator yang diambil untuk melihat perusahaan dalam menghasilkan
laba dari modal yang ada.

Analisis financial leverage


Analisis financial leverage yaitu suatu analisis untuk melakukan perbandingan EBIT
dengan Earning Pershare, dengan rumus:
a. Degree of Financial Leverage (DFL)
Untuk mengukur seberapa besar pengaruh perubahan EBIT terhadap perubahan laba
perusahaan digunakan tingkat leverage keuangan. Menurut Warsono (2003:218) DFL
dapat diformulasikan sebagai berikut:
Persentase perubahan dalam EPS DFL =
-------------------------------------------
Persentase perubahan dalam EBIT
b. Degree of Total Leverage (DTL)
Untuk mengukur seberapa besar pengaruh perubahan volume penjualan
terhadap perubahan laba perusahaan digunakan tingkat leverage total (degree of total
leverage). Secara matematis, Warsono (2003: 223) DTL diformulasikan sebagai
berikut:
Persentase perubahan dalam EPS
DTL = --------------------------------------------------
Persentase perubahan dalam penjualan

Analisis Operating Leverage


Untuk mengukur seberapa besar pengaruh perubahan volume penjualan terhadap
perubahan EBIT dapat digunakan tingkat leverage operasi (degree of operating leverage
(DOL). Secara matematis, Warsono (2003:215) DOL dapat diformulasikan sebagai berikut:
Persentase perubahan dalam EBIT
DOL = ------------------------------------------------
Persentase perubahan dalam penjualan

Pengukuran Risiko Likuiditas


Pengelolaan risiko likuiditas mewajibkan pihak bank untuk memanfaatkan dua indikator. Kedua
indikator tersebut adalah sebagai berikut.
1. Rasio Keuangan
• Loan to Deposit Ratio (LDR) atau Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah melakukan
perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan pada jumlah dana yang sudah terhimpun.
Dana yang sudah terhimpun ini bisa berupa dan dari pihak ketiga saja atau termasuk dana
yang dihimpun dalam wujud lain.
• Current Ratio. Di dunia perbankan, current ratio adalah perbandingan antara aset yang likuid
pada pendanaan dalam jangka waktu pendek. Aset likuid ini berupa aset likuid primer dan
aset likuid sekunder. Kedua komponen tersebut bisa dilihat dari aturan OJK terkait tingkat
kesehatan bank.
• Deposan inti ataupun deposan non-inti atas suatu aset. Jenis rasio ini menilai dana yang
dihimpun dari deposan inti atau deposan non-inti pada total dana dari pihak ketiga. Rasio
ini juga akan membandingkan dengan total aset yang dimiliki oleh pihak bank.
2. Arus Kas
Arus kas dalam hal ini adalah suatu pengukuran likuiditas dengan menggunakan analisa kesenjangan
likuiditas. Kesenjangan dalam hal ini adalah perbandingan antara posisi aset dan juga kewajiban
dalam jangka waktu tertentu.
Manajemen Risiko Likuiditas
Seperti yang sudah kita ketahui, risiko adalah satu satu hal yang tidak bisa kita pisahkan dalam
berbagai aspek apapun. Jika terjadi risiko, maka hal tersebut tetap akan terjadi dan tidak akan bisa
dihindar walaupun sudah melakukan berbagai hal untuk menghilangkan risiko ini.
Oleh karena itu, hal yang bisa Anda lakukan adalah melakukan manajemen risiko. Hal ini harus
dilakukan agar risiko yang sudah terjadi tidak berdampak besar pada operasional perusahaan.

Dalam melakukan berbagai kegiatan usaha, tentunya kita tidak akan bisa terlepas dengan yang
namanya risiko. Untuk itu, cara yang paling bijak dalam mengatasinya adalah dengan mengendalikan
penyebabnya, melakukan manajemen yang tepat, serta mitigasi berbagai risiko likuiditas secara
baik.
Likuiditas adalah faktor yang sangat penting untuk bisa menentukan operasional perusahaan.
Untuk itu, dibutuhkan strategi dan manajemen risiko yang matang agar tingkat likuiditas
perusahaan bisa bertahan dengan baik.
Faktor yang paling penting dalam mengurangi risiko likuiditas adalah dengan melakukan
pembukuan yang tepat dan akurat, sehingga nantinya akan memudahkan Anda dalam mengambil
suatu keputusan yang bijak untuk bisnis Anda di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai