Strategi yang dapat diambil antara lain adalah memindahkan risiko kepada
pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko, dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi risiko tertentu. Manajemen risiko tradisional
terfokus pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti
bencana alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko
keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan
menggunakan instrumen-instrumen keuangan.
1. risiko spekulatif
Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat
memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Risiko
spekulatif kadang-kadang dikenal pula dengan istilah risiko bisnis (business
risk). Seseorang yang menginvestasikan dananya disuatu tempat menghadapi
dua kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau
malah investasinya merugikan. Risiko yang dihadapi seperti ini adalah risiko
spekulatif. Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi yang dapat
memberikan keuntungan dan juga dapat menimbulkan kerugian.
2. Risiko murni.
Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat
merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan.
Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila perusahaan menderita
kebakaran,maka perusahaan tersebut akan menderita kerugian. kemungkinan
yang lain adalah tidak terjadi kebakaran. Dengan demikian, kebakaran hanya
menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan keuntungan, kecuali ada
kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud tertentu. Risiko murni
adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-
apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu cara menghindarkan
risiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian besarnya kerugian
dapat diminimalkan. itu sebabnya risiko murni kadang dikenal dengan istilah
risiko yang dapat diasuransikan ( insurable risk ).
Studi Kasus:
Kasus yang menjadi salah satu topik menarik terkait dengan manajemen
resiko adalah kasus Penggelapan Bank Mandiri. Salah satu oknum pegawai
Kantor Cabang Pembantu Rawa Lumbu Bekasi PT Bank Mandiri Tbk melakukan
kerja sama ilegal dengan Manajer Keuangan PT Mexdie Sekawan Utama, Yekti
Sartono yang mencairkan cek ilegal di Bank Mandiri senilai Rp 720 juta pada 5
Mei 2010. Pengambilan cek ini menyalahi prosedur perbankan karena otoritas cek
adalah dua orang, yakni Anang Syifudin dan Muhammar Fauzan serta stempel
perusahaan harus diterakan. Namun cek tersebut hanya ditandatangani satu orang
dan itu diduga dipalsukan (stempel palsu dan asli berbeda dengan specimen yang
ada di bank).
Sampai saat ini kasus Bank Mandiri ini belum ditindaklanjuti lagi lebih jauh
oleh pihak-pihak terkait. Bank Mandiri berpegang teguh pada pendirian mereka
yang mengatakan bahwa Risk Management adalah bagian dari proses bisnis yang
dapat memberikan kontribusi melalui penerapan risk management untuk mencapai
return yang optimal bagi stakeholder yakni pemegang saham, masyarakat,
nasabah, pemerintah dan pihak-pihkan yang berhubungan dengan bank (Masyhud
Ali, 2006).
I. IDENTIFIKASI RISIKO
a. Klasifikasi Kerugian
1) Kerugian Finansial
Kerugian langsung berupa merosotnya reputasi sehingga
pendapatan perusahaan menurun
Kerugian pendapatan seperti penghentian operasional perusahaan
yang disebabkan oleh suatu kerugian dimana tidak dapat
ditempatinya ruang kerja tertentu
Kerugian mengganti kewajiban hak orang lain artinya membayar
uang kepada korban penipuan.
Kerugian membayar denda-denda yang disebabkan oleh adanya
tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang
mendukung.
Kerugian biaya dalam membangun citra positif kembali kepada
masyarakat.
2) Kerugian Reputasi
Kerugian adanya publikasi negatif yang terkait dengan kegiatan
usaha bank atau persepsi negatif terhadap bank
Kerugian berkurangnya tingkat kepercayaan para pemegang saham
perusahaan
Kerugian sulitnya untuk bersaing dengan competitor
Kerugian kredibilitas perusahaan menurun di masyarakat
Kerugian lainnya adalah kerugian yang ditimbulkan oleh resiko
kepatuhan pegawai (compliance). Pegawai yang tidak patuh dapat merusak
keseluruhan sistem kerja. Hal ini disebabkan karena ketidakpatuhan yang
dibuatnya dapat mengganggu koordinasi dan pelimpahan tanggung jawab
oleh atasannya. Kerahasiaan perusahaan pun dapat terancam dengan
munculnya pegawai seperti ini. Mereka akan cenderung mengupayakan
berbagai hal untuk memuaskan kepentingan sendiri meskipun harus
melanggar peraturan.
Pada kasus Bank Mandiri di atas, sumber resiko berasal dari permasalahan
sosial. Ada sekelompok orang yang melakukan pencurian sehingga menimbulkan
kerugian besar terhadap Bank Mandiri (Kasidy , 2010). Oknum yang terlibat
dalam kasus pencairan cek secara illegal ini secara langsung dapat dikatakan
sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kerugian bank. Resiko ini cenderung
bisa lebih membahayakan daripada resiko fisik ataupun ekonomi. Karena resiko
ini datangnya dari hati nurani seseorang atau sekelompok manusia, sehingga yang
harus memperbaikinya adalah pihak tersebut. Tidak seperti resiko fisik,
pemerintah dapat menanggulanginya dengan membuat gedung baru misalnya,
atau seperti resiko ekonomi, dengan intervensi pemerintah tingkat inflasi dapat
diatur.
Bank Mandiri dalam hal ini dapat digolongkan ke dalam kategori resiko
nonsistematis serta resiko spekulatif. Artinya, Bank Mandiri masih dapat dicegah
di kemudian hari untuk menghindari peristiwa yang sama. Misalnya seperti yang
telah diterapkan Bank Mandiri selama ini dengan membuat Laporan Profil Resiko
(LPR) yang menggambarkan penilaian terhadap resiko komposit bank, atau resiko
yang dipandang dari sudut pandang bank dan unit bisnis terkait (Masyhud Ali,
2006). Sementara dikatakan resiko spekulatif, karena resiko ini sebenarnya dapat
memberikan dua alternatif bagi pelaku pencairan cek ilegal, apabila tidak
diketahui tindakan ini akan menguntungkan si pelaku, namun di sisi lain
merugikan perbankan. Sebaliknya bila diketahui seperti yang telah terjadi, maka
ini akan menimbulkan kerugian bagi si pelaku kejahatan tersebut dan bank dapat
dihindarkan dari permasalahan yang lebih serius lagi.
III. KESIMPULAN
a. Bank Mandiri menderita kerugian finansial, reputasi dan masalah
kepatuhan akibat adanya pencairan cek ilegal. Hal ini mengindikasikan
bahwa Bank Mandiri perlu lebih meningkatkan sistem manajemen
resikonya. Kerugian-kerugian tersebut sangat berdampak pada
keberlangsungan Bank Mandiri ke depannya., terutama masalah
kepercayaan masyarakat.
b. Beberapa hal yang dapat dilakukan Bank Mandiri dalam mengatasi
resiko yang terjadi misalnya dengan menyusun profil resiko,
mempersiapkan tenaga kerja yang handal di bidang resiko, menetapkan
kebijakan pengelolaan likuiditas, serta melakukan tata kelola resiko
terpadu.
DAFTAR PUSTAKA