Achmad Amrullah Yoga Priyo Darmawan, Ika Adita Silviandari, Ika Rahma Susilawati
achmadamrullahypd@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara burnout dan work-life balance
pada dosen wanita. Responden dalam penelitian ini adalah dosen yang mengajar di
Universitas Negeri di Kota Malang. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah quota
sampling dengan komposisi 14 orang dari Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim,
40 orang dari Universitas Negeri Malang, dan 44 orang dari Universitas Brawijaya. Data
diperoleh melalui dua alat ukur, yaitu skala burnout yang disusun oleh Kusuma (2013)
berdasarkan teori Greenberg (2002) dan skala work-life balance dari Fisher, Bulger, & Smith
(2009) yang telah ditransadaptasi oleh Silviandari, dkk (2014). Hasil analisis memperlihatkan
nilai koefisien korelasinya adalah (r) -0.563 dengan p = 0.000 yang menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara kedua variabel yang bersifat negatif dan berada pada rentang
sedang. Hal ini berarti semakin tinggi nilai burnout maka semakin rendah nilai work-life
balance. Begitu pula sebaliknya semakin rendah nilai burnout maka semakin tinggi nilai
work-life balance.
28
DARMAWAN, SILVIANDARI, & SUSILAWATI
puan adalah sebagai pengajar, bisa di merupakan suatu hal kompleks yang dapat
tingkat pendidikan dasar (guru) maupun di dilihat dari reaksi secara psikologis,
pendidikan tinggi (dosen). pikiran, fisik dan tingkah laku atas suatu
Di antara para pengajar wanita, pekerjaan, sehingga dapat merugikan
dosen memiliki karakteristik tersendiri individu dan juga organisasi. Adapun
dimana dosen dipandang sebagai gejala-gejela burnout menurut Greenberg
komunitas yang memiliki intelektualitas (2002) adalah : 1) berkurangnya selera
dan pengetahuan yang relatif baik. Mereka humor (diminished sense of humor), 2)
juga dianggap sebagai wanita yang mengabaikan waktu istirahat (skipping rest
memiliki kemandirian, memiliki sense of and food breaks), 3) kerja terus menerus
self dan kebanggaan diri melalui (increased overtime and no vacation), 4)
profesinya (Yuliati, 2012). mengalami sakit secara fisik (increased
Semakin dosen berkompeten maka physical complaints), 5) menarik diri dari
akan semakin berkualitas lulusan-lulusan lingkungan social (social withdrawal), 6)
yang dapat dicetak, dan semakin bermutu menurunnya kinerja (changed job
kualitas pendidikan di Indonesia. performance), 7) menggunakan obat-
Kompetensi yang dimiliki dosen juga akan obatan (self medication), 8) merubah
menentukan karir dosen itu sendiri. Hal ini kepribadian (internal changed)
membuat dosen dituntut untuk selalu Burnout bisa terjadi karena beberapa
meningkatkan kompetensi untuk faktor. Maslach, Schaufeli & Leiter (2001)
melaksanakan tugas dan tanggung menjelaskan faktor yang bisa
jawabnya. Kemampuan individu untuk menyebabkan burnout dibagi menjadi dua,
melaksanakan tugas dan tanggung jawab yaitu faktor situasional (situasional factor)
merupakan hal yang penting bagi dan faktor individu (individual factor).
kesuksesan karirnya, namun jika tugas dan Faktor situasional dibagi menjadi Job
tanggung jawab yang dipikulnya dirasa characteristic, Occupational
terlalu berat maka dapat menimbulkan characteristic, dan Organizational
stress pada individu yang bersangkutan characteristic. Faktor individual, terdiri
(Cahyolaksono, 2008). Menurut Freeman, dari Demograpic characteristic,
seorang professor di bidang psikologi, Personality characteristic, dan Job
wanita lebih rentan untuk mengalami attitudes
stress emosional. Tuntutan dari lingkungan Maslach (Purba, Yulianto &
mereka lebih besar daripada laki-laki. Widyanti, 2007) menjelaskan burnout
Kesan sempurna adalah ketika wanita bisa adalah stress yang dialami individu yang
menjaga keluarga, karir, penampilan, pekerjaannya berhadapan secara langsung
bahkan merangkap mencari nafkah (Anna, dengan manusia sebagai penerima
2013). Stress kerja yang berkepanjangan pelayanan. Dosen selaku civitas
akan menyebabkan seorang individu akademika dalam setiap aktivitasnya pasti
mengalami burnout. akan mengadakan kontak langsung dengan
Menurut Greenberg (2002) burnout individu-individu lain, seperti dalam
adalah reaksi dari stres kerja baik secara bentuk pertemuan rapat secara periodik
psikologis, psikofisiologis dan perilaku dengan atasannya, hubungan rekan kerja
yang bersifat merugikan. Burnout dengan sesama dosen dan staf administasi
secara rutin maupun interaksi antara dosen memberikan kontribusi dan pelayanan
dengan mahasiswa dalam bentuk terbaik.
perkuliahan, seminar, bimbingan dan Work-life balance merupakan hal
hubungan dalam bentuk lainnya (Tamaela, yang penting dalam kehidupan manusia.
2011). Tidak dapat dipungkiri untuk mewujudkan
Saat ini sulit membedakan antara keseimbangan tersebut tidaklah mudah,
kehidupan kantor dan rumah. Dahulu, ada beberapa hal yang bisa mengganggu
ketika di kantor seorang karyawan dituntut keseimbangan ini, salah satunya adalah
untuk rasional dan terorganisir, dan sisi burnout. Semua bidang pekerjaan
emosional seseorang hanya bermain saat memiliki resiko terjadinya burnout, tidak
mereka berada di rumah. (liputan 6, 2012). terkecuali dosen. Burnout sendiri diawali
Perkembangan teknologi komunikasi saat dengan munculnya stress kerja yang
ini membuat komunikasi bisa dilakukan berkepanjangan. Tidak adanya “balance”
melalui berbagai cara, seperti chatting dan atau keseimbangan antara kehidupan dan
e-mail, sehingga membuat orang tetap pekerjaan juga akan berakibat pada
berhubungan dengan rekan kerja mereka burnout (Netemeyer, Boles & McMurrian,
dan membicarakan tentang pekerjaan 1996). Penelitian yang sudah ada
meskipun mereka berada di luar kantor. menjelaskan bahwa burnout lebih rentan
Fisher, Bulger, & Smith (2009) terjadi pada wanita mereka lebih memiliki
menjelaskan bahwa ketika pekerjaan sudah banyak konflik peran yang menyebabkan
mengintervensi atau mencampuri wanita rentan mengalami kelelahan
kehidupan pribadi maka akan mengganggu emosional.
keseimbangan kehidupan kerja (work-life Berdasarkan pemaparan di atas,
balance) para karyawan. Fisher (2001) maka peneliti tertarik untuk melihat
mendefinisikan work-life balance sebagai hubungan antara burnout dengan work-life
upaya yang dilakukan oleh individu untuk balance pada dosen wanita. Adapun
menyeimbangkan dua peran atau lebih hipotesis penelitian adalah terdapat
yang dijalani. Marks & MacDermid hubungan antara burnout dengan work-life
(Greenhaus, Collins & Shaw, 2003) balance pada dosen wanita.
menjelaskan keseimbangan ini sebagai
kecenderungan untuk sepenuhnya terlibat METODE
dalam setiap peran yang ada dalam hidup Partisipan
seorang individu, dan melaksanakan setiap Jumlah sampel yang dalam
peran yang ada dengan penuh perhatian. penelitian ini berjumlah 98 orang dosen
Work-life balance merupakan hal yang terdiri dari 14 orang dosen dari
yang sangat penting bagi organisasi dan Universitas Islam Negeri Maulana Malik
individu. Dikutip dari Djajendra (2013) Ibrahim (UIN Maliki), 40 orang dosen dari
yang ditulis di harian kompas, work-life Universitas Negeri Malang (UM), dan 44
balance dapat menciptakan etos kerja yang orang dosen dari Universitas Brawijaya
unggul. Ketika keseimbangan dalam (UB) yang diperoleh dengan menggunakan
pekerjaan dan kehidupan berada di tingkat teknik quota sampling.
kepuasan yang tinggi, maka saat itu etos
kerja akan menjadi lebih berkualitas, untuk
Analisis
Instrumen Penelitian Kategori Jumlah %
Deskriptif
1. Skala Burnout Pendidikan S1 1 1.02
Skala burnout merupakan modifikasi S2 61 62.24
dari Kusuma (2013) dengan try out S3 36 36.73
Masa Kerja 1-3 Tahun 15 15.31
terpakai, dimana aitem-aitem yang lolos
4-6 Tahun 17 17.35
dalam analisis aitem saja yang akan >7 Tahun 66 67.35
digunakan dalam analisis data. Setelah Status Belum
24 24.49
dilakukan analisis aitem didapatkan hasil Pernikahan Menikah
74 72.45
dari 45 aitem yang ada terdapat 24 aitem Menikah
3 3..6
Cerai
yang lolos dengan nilai reliabilitas
Analisis deskriptif Berdasarkan Data Demografis
cronbach alpha 0.901.
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat
2. Skala Work-Life Balance
jumlah responden dari beberapa kategori.
Skala work-life balance merupakan
Tidak banyak responden dalam penelitian
skala dari Fisher, Bulger, & Smith (2009)
ini yang memiliki pendidikan tinggi.
yang sudah melalui transadaptasi pada
Pendidikan tinggi yang dimaksud untuk
penelitian dari Silviandari, Pratiwi,
dosen wanita adalah setara S3. Responden
Widyasari & Rahma (2014) terdiri dari 15
dari penelitian ini sebagian besar memiliki
aitem dengan nilai reliabilitas cronbach
masa kerja di atas 7 tahun, kemudian
alpha 0.823.
responden terbanyak berstatus Pegawai
Negeri Sipil (PNS). Sebagian besar
Analisis Data
rensponden sudah menikah. Dari
Tahap analisa data dilakukan dengan
responden yang menikah tersebut ada yang
melalui uji normalitas One-Sampel
sudah memiliki anak dan belum. Para
Kolmogorov-Smirnov, uji linieritas dengan
responden ada yang sudah memiliki rumah
mencari persamaan garis regresi variabel
sendiri, kontrak, dan masih ada yang
X terhadap variabel Y, kriteria pengujian
tinggal di rumah kost. Sebagian besar
linieritas adalah apabila nilai signifikasi
responden hanya bekerja sebagai dosen
lebih kecil dari 0.05, dan uji hipotesis
saja tanpa memiliki pekerjaan sampingan.
menggunakan analisis korelasi Product
dalam waktu yang lama. Ini merupakan Wills (Purba, et al, 2007) menjelaskan
resiko awal dari karir seseorang (Maslach, bagi mereka yang lajang, ketidakhadiran
et al 2001). Dalam data demografis dapat pasangan mengurangi kemungkinan untuk
dilihat bahwa sebagian besar sampel yang mendapatkan dukungan ketika
memiliki masa kerja di atas 7 tahun menghadapi masalah. Sebaliknya mereka
berjumlah 66 orang dosen (67.35%), 17 yang menikah, pasangan hidup merupakan
orang (17.35) memiliki masa kerja antara pribadi yang dipandang paling banyak
4-6 tahun, dan sisanya yaitu 15 orang memberi dukungan ketika menghadapi
(15.31) memiliki masa kerja antara 1-3 masalah.
tahun. Dari data tersebut dapat dilihat Seperti yang dijelaskan di awal
bahwa sebagian besar responden memiliki pembahasan, bahwa hasil analisis
masa kerja di atas 7 tahun. menunjukkan adanya hubungan negatif
Berdasarkan tingkat pendidikan, antara burnout dan work-life balance.
beberapa penelitian menemukan bahwa Ketika burnout rendah maka work-life
semakin tinggi tingkat pendidikan, balance tinggi. Hasil penelitian
semakin tinggi tingkat burnout. Hal ini memperlihatkan responden berada pada
dimungkinkan karena seseorang dengan tingkat work-life balance sedang 49 orang
tingkat pendidikan yang lebih tinggi, (50%) dan tinggi 49 orang (50%) dan tidak
bekerja dengan tanggung jawab yang lebih ada responden yang berada pada tingkat
besar dan tingkat stress yang tinggi. work-life balance rendah.
Dimungkinkan juga bahwa orang yang Hasil dari penelitian ini
berpendidikan tinggi memiliki ekspektasi memperlihatkan tidak adanya dosen yang
yang lebih tinggi terhadap pekerjaannya masuk dalam kategori work-life balance
dan mereka menjadi lebih tertekan saat rendah, 49 orang (50%) masuk dalam
ekspektasi tidak terealisasi (Maslach, et al, kategori sedang dan 49 orang (50%)
2001). Hal ini sejalan dengan data sisanya masuk dalam kategori tinggi. Hal
demografis penelitian ini yang ini bisa dijelaskan dengan role theory.
menunjukkan bahwa 36 orang dosen Fisher (2001) menjelaskan dalam role
(36.73%) berpendidikan S3, sisanya 61 theory bahwa manusia dipandang sebagai
orang (62.24%) memiliki pendidikan S2, individu yang memiliki banyak peran
dan 1 orang (1.02%) berpendidikan S1, dalam hiduonya. Dari hasil analisis dapat
menunjukkan burnout yang rendah. disimpulkan bahwa dosen wanita yang
Berdasarkan status pernikahan, menjadi sampel dalam penelitian ini
seseorang yang belum menikah cenderung memiliki tingkat “balance” yang baik
lebih mudah untuk mengalami burnout karena mereka bisa menjalankan peran-
dibanding karyawan yang sudah menikah peran yang mereka miliki, sehingga tidak
(Maslach, et al, 2001). Data penelitian ini menimbulkan konflik peran dalam
menunjukkan sebagian besar dosen sudah kehidupan mereka.
berumah tangga, yaitu 24 orang dosen Dalam penelitian ini, terlihat nilai
(24.49%) belum menikah, 74 orang koefisien determinasinya adalah 31.70%.
(72.45%) sudah menikah, dan sisanya 3 Ini berarti hubungan variabel burnout
orang dosen (3.06%) sudah pernah dalam mempengaruhi variabel work-life
menikah namun mengalami perceraian. balance sebesar 31.70% dan sisanya
68.30% berhubungan dengan faktor lain saja. Dikutip dari buku pedoman beban
yang tidak terdapat pada penelitian ini. kerja dan evaluasi pelaksanaan tridharma
Faktor-faktor lain yang berhubungan perguruan tinggi tahun 2010, beban kerja
dengan work-life balance menurut dosen paling sedikit sepadan dengan 12
Schabracq, Winnubst, dan Coope (dua belas) SKS dan paling banyak 16
(Novelia, 2013) yang pertama berasal dari (enam belas) SKS pada setiap semester
karakteristik kepribadian masing-masing sesuai dengan kualifikasi akademik, dan
karyawan. Faktor kedua adalah perbedaan nilai dari 1 SKS tersebut sama dengan 50
karakteristik keluarga dimana setiap orang menit.
memiliki cara yang berbeda dalam Selain waktu, karakteristik sebuah
membentuk dan membina keluarga itu pekerjaan juga menjadi faktor dari burnout
sendiri. Ketiga adalah perbedaan (Maslach, et al, 2001) dan menurut
karakteristik pekerjaan. Setiap karyawan Schabracq, Winnubst dan Coope (Novelia,
pasti memiliki perbedaan dalam pola kerja, 2013) karakteristik pekerjaan akan
beban kerja, jumlah jam kerja sampai pada memberikan beban kerja yang berbeda-
perbedaan resiko adanya konflik kerja. beda sehingga akan mempengaruhi
Faktor keempat dan yang terakhir yang persepsi seorang dosen terhadap work-life
mempengaruhi work-life balance yaitu balance. Tugas utama seorang dosen
perbedaan sikap dari masing-masing orang adalah mengajar, baik itu pelajaran
dalam memandang work-life balance itu akademis maupun pelajaran moral.
sendiri. Perbedaan mengenai skala Pekerjaan menjadi pengajar dianggap
prioritas hidup juga membuat tiap orang cocok dengan naluri perempuan sebagai
memiliki pandangan yang berbeda pengasuh anak (Khilmiyah, 2012). Karena
mengenai work-life balance. stereotipnya yang sabar dan suka melayani
Dilihat dari penjelasan tentang kedua serta karakteristik perempuan yang selain
variabel tersebut, dan setelah melalui tahap sabar juga luwes, dan berjiwa pendidik,
analisa data, maka dapat disimpulkan perempuan lebih tepat menjadi pengajar
kedua variabel tersebut memiliki (Jatiningsih & Setyowati, 2006).
hubungan yang linier dan bersifat negatif. Peran ganda yang dimiliki oleh
Tingkat burnout yang dialami dosen wanita juga berpengaruh terhadap tingkat
wanita akan berbanding terbalik dengan kelelahan seseorang. Seorang pekerja
keseimbangan kehidupan kerja mereka wanita, dalam kasus ini adalah seorang
(work-life balance). Ada beberapa faktor Dosen wanita dapat menjalankan peran
yang berpengaruh, misalnya adalah waktu yang berbeda-beda. Hal ini dapat
yang merupakan faktor yang mengakibatkan tuntutan yang berbeda-
mempengaruhi burnout (Maslach, Te al, beda pula dari masing-masing peran.
2001). Menurut Fisher (2001) waktu juga Diferensiasi dalam beberapa peran itu
merupakan komponen utama dari work-life dapat menumbuhkan kompetisi dalam
balance. Arwildayanto (2012) menggunakan waktu, energi, perhatian dan
menjelaskan pembagian waktu kerja dosen komitmen. Hal ini dapat menimbulkan
haruslah proporsional dan berkeadilan, konflik peran perempuan yang berkaitan
tidak boleh terjadi adanya penumpukan kelelahan kerja akibat beban kerja yang
beban mengajar ke salah seorang dosen berat (Nurastuti, 2008). Sejalan dengan
salah satu model teori dalam work-life penelitian ini, seperti karakteristik
balance yang dikemukakan oleh Fisher kepribadian, perbedaan karakteristik
(2001), yaitu role theory menyebutkan keluarga, perbedaan karakteristik
bahwa berdasarkan teori ini, manusia pekerjaan, dan perbedaan sikap dari
dipandang sebagai individu yang memiliki masing-masing orang dalam memandang
banyak peran dalam hidupnya, termasuk work-life balance itu sendiri.
peran di lingkungan kerja dan peran di luar Hasil uji beda memperlihatkan
lingkungan kerja. Adanya berbagai peran bahwa tidak terdapat perbedaan yang
yang harus dijalankan ini akan bermakna pada tingkat burnout
menimbulkan konflik ketika tekanan dari berdasarkan status pernikahan, masa kerja,
dua atau lebih peran terjadi dalam satu dan tingkat pendidikan. Hal yang sama
waktu, dan satu peran menghambat juga terlihat pada variabel work-life
pelaksanaan dari peran yang lain. balance, tidak ada perbedaan yang
Dari analisis tambahan terlihat bermakna pada tingkat work-life balance
bahwa variabel burnout mempengaruhi berdasarkan status pernikahan.
variabel work-life balance sebesar 31.7%
kemudian tidak ada perbedaan tingkat DAFTAR PUSTAKA
burnout yang signifikan pada beberapa
Ananda, M. R. (2013). Self Esteem antara
kelompok (masa kerja, status pendidikan, Ibu Rumah Tangga yang Bekerja
dan status pernikahan) serta tidak ada dengan yang Tidak Bekerja. Jurnal
perbedaan work-life balance yang Online Psikologi Vol. 01 No. 01,
signifikan dilihat dari status pernikahan. Thn. 2013
Anna, L.K. (2013). Wanita Lebi Rentan
KESIMPULAN Stres Emosional.
Dari hasil analisis data, didapatkan http://health.kompas.com/read/2013/
kesimpulan yakni terdapat hubungan linier 05/25/08244338/Wanita.Lebih.Renta
yang negatif antara burnout dengan work- n.Stres.Emosional diakses pada
life balance, hal ini berarti semakin tinggi Selasa, 5 Agustus 2014 pukul 17:05
burnout maka akan semakin rendah work- Arwildayanto. (2012). Manajemen Sumber
life balance dan sebaliknya. Daya Manusia Perguruan Tinggi ;
Responden dalam penelitian ini Pendekatan Budaya Kerja dosen
menunjukkan tingkat burnout yang rendah Profesional. Gorontalo : Ideas
dan tingkat work-life balance tinggi. Publishing.
Burnout yang rendah tersebut disebabkan
Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan
karena beberapa faktor, yaitu tingkat
Validitas. Yogyakarta : Pustaka
pendidikan, masa kerja, dan status Pelajar
pernikahan.
Variabel burnout memiliki Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala
sumbangan efektif terhadap terciptanya Psikologi. Yogyakarta : Pustaka
work-life balance sebesar 31.70% dan Pelajar
68.30% sisanya berhubungan dengan
faktor lain yang tidak terdapat pada
Fisher, G. G., Bulger, C. A., & Smith, C. Maslach, C. & Jackson, S. E. (1981). The
S. (2009). Beyond Work and Family: Measurement of Experienced
A Measure of Work/Nonwork Burnout. Journal of Occupational
Interference and Enhancement. Behaviour, Vol. 2, 99-113 (1981)
Journal of Occupational Health
Maslach, C., Schaufeli, W. B., Leiter, M.
Psychology 2009, Vol. 14, No. 4,
P. (2001). Job Burnout. Annu. Rev.
441–456
Psychol. 2001. 52:397–422
Greenberg, J.S. 2002. Comprehensive
Mizmir. (2011). Hubungan Bunrout
Stress Management (7th Edition).
dengan Kepuasan Kerja Pustakawan
McGraw Hill : New York di Pusat Jasa Perpustakaan dan
Greenhaus, J. H., Collins, K. M., & Shaw, Informasi Perpustakaan Nasional
J. D. (2003). The Relation Between Republik Indonesia. Skripsi