Anda di halaman 1dari 37

FOREIGN CURRENCY

TRANSACTIONS
Oleh : Rendy Farhan R.P (1610533015)
TRANSAKSI MATA UANG ASING
A.    Transaksi Mata Uang Asing

Transaksi mata uang asing adalah dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam mata uang fungsional dari suatu entitas. Di
Indonesia, akuntansi untuk transaksi dalam
mata uang asing diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan tahun 2007 yaitu PSAK No.10 tentang transaksi dalam mata
uang asing dan PSAK No.11 tentang penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs.

Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang. Beberapa kurs yang digunakan :
1)      Kurs Spot (spot rate)
Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi.
2)      Kurs Sekarang (current rate)
Kurs dimana 1 unit mata uang dapat dipertukarkan dengan mata uang lain pada tanggal neraca atau tanggal transaksi.
3)      Kurs Historis (historical rate)
Kurs yang berlaku pada tanggal tertentu terjadinya transaksi.
4)      Forward Rate
Kurs tertentu yang disepakati dan digunakan dalam transaksi kontrak berjangka.
Ketentuan PSAK No.10 tentang Transaksi Mata Uang Asing
Transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam
suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu perusahaan:
a)      Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing;
b)      Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu mata uang asing;
c)      Menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana; atau
d)     Memperoleh atau melepaskan asset, dan menimbulkan atau melunasi kewajiban yang didenominasi dalam
suatu mata uang asing.
Perlakuan akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing selain kontrak berjangka adalah:
1.      Pengakuan awal
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi. Kurs tunai yang
berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs spot (spot rate). Suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu
transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang
timbul ketika suatu perusahaan:
§  Membeli atau menjual barang dan jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing.
§  Hutang atau Piutang dana yang harganya didenominasi dalam suatu mata uang asing.
§  Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana, atau
§  Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban yang harganya didenominasi dalam
suatu mata uang asing.
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi.
Contoh 1:
Pada tanggal 24 februari 2011, PT F melakukan penjualan ekspor dengan nilai US$ 100.000, KTBI yang berlaku pada
tanggal tersebut sebesar 1 US$ = Rp. 9.000
Jurnal
24 Feb    Piutang Usaha                                                 900.000.000
                           Penjualan                                                                     900.000.000
               *) 100.000 x 9.000 = 900.000.000
Contoh 2:
Pada tanggal 25 Maret 2011, PT F melakukan impor mesin dari swedia US$ 200.000, KTBI yang berlaku pada tanggal
tersebut sebesar 1 US$ = Rp. 9.500
Jurnal
25 Mar   Mesin                                                  1.900.000.000
                           Utang Usaha                                                               1.900.000.000
               *) 200.000 x 9.500 = 1.900.000.000
2.      Pelaporan pada Tanggal Neraca Berikutnya
Pada setiap tanggal neraca:
a) Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata
uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan
dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank
 Indonesia sebagai indikator yang obyektif;
b) Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal
neraca tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal transaksi
c) Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus
dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut
ditentukan.
Nilai terbawa dari suatu pos ditentukan sesuai dengan standar akuntansi yang relevan
Contoh:
Dari dua contoh diatas, misanya KTBI pada 31 desember 2011 1 US$ = Rp. 9.750
Ayat jurnal penyesuaian yang dibuat pada akhir tahun adalah
31 Des             Piutang Usaha                                                 Rp.75.000.000
                                                Keuntungan Atas Selisih Kurs                        Rp. 75.000.000

Piutang pada tanggal neraca               975.000.000


Carrying amount                                 900.000.000
Keuntungan Atas Selisih Kurs              75.000.000

31 Des             Kerugian Atas Selisih Kurs                             1.950.000.000


                                    Utang Usaha                                                               1.950.000.000
Utang pada tanggal neraca     1.950.000.000
Carrying amount                     1.900.000.000
Kerugian Atas Selisih Kurs          50.000.000
PT. F
Laporan Laba Rugi (Parsial)
Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2011

Penjualan                                                         Rp.900.000.000

Keuntungan atas Selisih Kurs                         Rp.  25.000.000


..................................
PT. F
Neraca (Parsial)
Per  31 Desember 2011

Aset Lancar
Piutang Usaha                                                 Rp.    975.000.000
……………….
Aset Tetap
Mesin                                                              Rp. 1.900.000.000
………………..
Kewajiban
Utang Usaha                                                   Rp. 1.950.000.000
………………..
3.      Pengakuan Selisih Kurs
Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal
transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang
timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan
penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang
sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika
timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa
periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode
akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing
periode.
Contoh Transaksi

Transaksi selesai dalam suatu periode akuntansi


Contoh Pembelian Impor
Pada 26 November 2010, PT. F melakukan impor bahan baku dengan nilai sebagai berikut, CIF US$ 10.000, Bea
Masuk 5%, PPN Impor 10%, PPh Pasal 22 yang dipungut Bea Cukai 2%. Kurs KMK 9.000 dan KTBI 9.100. Pada
tanggal 26 Desember 2010 PT. F melunasi hutang impor tersebut, pada tanggal tersebut Kus KMK 9.050 dan
KTBI 9.150.
Pencatatan pada saat impor
CIF     US$ 10.000 x 9.100                                                                Rp.91.000.000
BM  5% (US$ 10.000 x 9.000)                                                          Rp.  4.500.000 
Harga Perolehan                                                                                 Rp.  95.500.000
PPN Impor   10% (US$ 10.000 x 9.000)                                           Rp.   9.000.000
PPh Pasal 22 2,5% (US$ 10.000 x 9.000)                                         Rp.   2.250.000
Jurnal
26 Nov           Bahan Baku                                                    95.500.000
                       PPN Masukan                                                    9.000.000
                       Piutang Pajak PPh Pasal 22                               2.250.000
                                   Kas/Bank                                                                    15.750.000
                                   Utang Usaha                                                               91.000.000

Pencatatan pada saat pelunasan


Nilai utang tercatat                                                                            Rp. 91.000.000
Nilai utang pada saat pelunasan US$ 10.000 x 9.150                       Rp. 91.500.000
Kerugian Selisih Kurs                                                                        Rp.      500.000

Jurnal
26 Des            Utang Usaha                                                   Rp. 91.000.000
Kerugian atas Selisih Kurs                              Rp.      500.000
Kas/Bank                                                                    91.500.000
Contoh Penjualan Ekspor
Pada 24 Februari 2010, PT. F melakukan ekspor dengan nilai sebagai berikut, CIF US$ 20.000. Kurs KMK 9.500 dan KTBI 9.400.
Pada tanggal 25 Maret 2010 PT. F menerima pembayaran atas penjualan tersebut, pada tanggal tersebut Kurs KMK 9.550 dan KTBI
9.500.
Pencatatan pada saat ekspor
CIF      US$ 20.000 x 9.400                            Rp.  188.000.000
Jurnal
24 Feb Piutang Usaha                                                 Rp. 188.000.000
                        Utang Usaha                                                               Rp. 188.000.000
Pencatatan pada saat pelunasan
Nilai piutang tercatat                                                                          Rp. 188.000.000
Nilai piutang pada saat pelunasan US$ 20.000 x 9.500                     Rp. 190.000.000
Keuntungan Selisih Kurs                                                                    Rp.     2.000.000
Jurnal
25 Mar             Kas/Bank                                                        Rp. 190.000.000
                        Keuntungan atas Selisih Kurs                         Rp. 2.000.000
                                    Piutang Usaha                                                             Rp. 188.000.000
Transaksi selesai melewati suatu periode akuntansi
Contoh Pembelian Impor
Pada 26 November 2010, PT. F melakukan impor bahan baku dengan nilai sebagai berikut, CIF US$ 10.000, Bea Masuk 5%, PPN Impor 10%, PPh Pasal 22 yang dipungut Bea
Cukai 2%. Kurs KMK 9.000 dan KTBI 9.100. Pada tanggal 31 desember 2010, kurs KMK 9.100 dan KTBI 9.200. Pada tanggal 26 Januari 2011 PT. F melunasi hutang impor
tersebut, pada tanggal tersebut Kus KMK 8.950 dan KTBI 9.000.
Pencatatan pada saat impor
CIF      US$ 10.000 x 9.100                                                                            Rp. 91.000.000
BM 5% (US$ 10.000 x 9.000)                                                                        Rp.  4.500.000
Harga Perolehan                                                                                              Rp.  95.500.000
PPN Impor  10% (US$ 10.000 x 9.000)                                                         Rp.    9.000.000
PPh Pasal 22 2,5% (US$ 10.000 x 9.000)                                                      Rp.    2.250.000
Jurnal
26 Nov            Bahan Baku                                                    Rp.95.500.000           
                        PPN Masukan                                                 Rp.  9.000.000
                        Piutang Pajak PPh Pasal 22                            Rp.  2.250.000
                                    Kas/Bank                                                        Rp.15.750.000
                                    Utang Usaha                                                   Rp.91.000.000
Pencatatan pada tanggal neraca
Nilai utang tercatat                                                                 Rp.91.000.000
Nilai utang pada tanggal neraca US$ 10.000 x 9.200                        Rp.92.000.000
Kerugian Selisih Kurs                                                             Rp.  1.000.000
Jurnal
31 Des Kerugian atas Selisih Kurs                                    Rp.1.000.000
                        Utang Usaha                                                               Rp. 1.000.000
Pencatatan pada saat pelunasan
Nilai utang tercatat                                                                 Rp.92.000.000
Nilai utang pada saat pelunasan US$ 10.000 x 9.000                        Rp.90.000.000
Keuntungan Selisih Kurs                                                        Rp. 2.000.000
Jurnal
26 Des Utang Usaha                                                  Rp.92.000.000
                        Keuntungan atas Selisih Kurs                                     Rp.2.000.000
                        Kas/Bank                                                                    Rp.90.000.000
Contoh Penjualan Ekspor
Pada 24 Februari 2010, PT. F melakukan ekspor dengan nilai sebagai berikut, CIF US$ 20.000. Kurs KMK 9.500 dan
KTBI 9.400. Pada tanggal 31 desember 2010, kurs KMK 9.100 dan KTBI 9.200. Pada tanggal 25 Maret 2011 PT. F
menerima pembayaran atas penjualan tersebut, pada tanggal tersebut Kurs KMK 9.350 dan KTBI 9.300.
Pencatatan pada saat ekspor
CIF      (US$ 20.000 x 9.400)             Rp.  188.000.000
Jurnal
24 Feb Piutang Usaha                                                 Rp.188.000.000
                        Utang Usaha                                                               Rp.188.000.000
Pencatatan pada tanggal neraca
Nilai piutang tercatat                                                              Rp.188.000.000
Nilai piutang pada tanggal neraca US$ 20.000 x 9.200         Rp.184.000.000Keuntungan Selisih Kurs                                                        Rp. 4.000.000
Jurnal
31 Des Piutang Usaha                                                 Rp.4.000.000
                        Keuntungan atas Selisih Kurs                                     Rp.4.000.000

Pencatatan pada saat pelunasan


Nilai piutang tercatat                                                                          Rp.184.000.000
Nilai piutang pada saat pelunasan US$ 20.000 x 9.300                     Rp.186.000.000Kerugian Selisih Kurs                                                                         Rp.    2.000.000

Jurnal
25 Mar             Kas/Bank                                                        Rp.184.000.000
                        Kerugian atas Selisih Kurs                              Rp.   2.000.000
                                    Piutang Usaha                                                 Rp.186.000.000
B.     RISIKO MATA UANG
ASING (FOREIGN CURRENCY
RISK)
Valuta asing atau biasa disebut juga dengan kata lain seperti valas, Foreign Exchange, forex atau juga fx adalah mata uang yang di keluarkan sebagai
alat pembayaran yang sah di negara lain pasar valuta asing sendiri mengalami pertumbuhan yang pesat pada awal decade 70’an. Valuta Asing yang
biasa disingkat Valas atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai forex ( singkatan dari Foreign Exchange ), yang berarti pertukaran uang dari nilai mata
uang yang berbeda pasar valuta asing ini menyediakan pasar sarana fisik maupun dalam pasar kelembagaan untuk melakukan perdagangan mata uang
asing, menentukan nilai tukar mata uang asing, dan menerapkan managemen mata uang asing.

Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik dengan nilai mata uang negara lainnya. Perusahaan yang
beroperasi melintasi batas-batas negara yang terkena risiko perubahan nilai tukar mata uang. Kami meneliti efek dari perubahan kurs
terhadap penjualan dilaporkan, pendapatan, arus kas, aset, kewajiban, dan kekayaan bersih. Efek ini juga mendistorsi rasio keuangan berdasarkan
data tersebut. Perusahaan dengan risiko mata uang asing harus, karena itu, pertama-tama memutuskan apakah untuk lindung
nilai risiko akuntansi atau risiko ekonomi operasi asing.

Untuk dapat mengurangi risiko valas, maka salah satu strategi yang dapat dipergunakan adalah dengan cara mengatasi exposure yang disebabkan oleh
mata uang asing, maka dapat dilakukan “Hedging”. Hedging adalah suatu aktivitas lindung nilai dalam rangka mengantisipasi pergerakan mata uang
asing. Manfaat dari hedging yaitu melindungi asset perusahaan dari potensi kerugian valas, serta mengurangi variasi dari arus kas di masa depan.
Perusahaan memperoleh suatu kepastian melalui hedging.
C.    DASAR DERIVATIF DAN
LINDUNG NILAI (HEDGE)
1.      Pengertian Derivatif
Derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya diturunkan
atau berasal dari produk yang menjadi "acuan pokok" atau juga disebut " produk turunan"(underlying
product); daripada memperdagangkan atau menukarkan secara fisik suatu aset, pelaku pasar membuat suatu
perjanjian untuk saling mempertukarkan uang, aset atau suatu nilai disuatu masa yang akan datang dengan
mengacu pada aset yang menjadi acuan pokok.

Derivatif digunakan oleh manajemen investasi/ manajemen portofolio, perusahaan dan lembaga keuangan
serta investor perorangan untuk mengelola posisi yang mereka miliki terhadap resiko dari pergerakan harga
saham dan komoditas, suku bunga, nilai tukar valuta asing "tanpa" mempengaruhi posisi fisik produk yang
menjadi acuannya (underlying).
Menurut PSAK 55 Derivatif adalah suatu instrumen keuangan atau kontrak lain dengan tiga karakteristik berikut ini:
1.      Memiliki:
·         Satu atau lebih variabel pokok yang mendasari (under- lying) ,dan
·         Satu atau lebih jumlah nosional (notional amount) atau syarat pembayaran atau keduanya.
2.      Persyaratan perjanjian tidak memerlukan investasi awal bersih (initial net investment), atau memerlukan investasi awal
bersih dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan dengan jumlah yang dibutuhkan oleh jenis perjanjian lainnya yang
diperkirakan akan menghasilkan efek yang sama terhadap perubahan dalam faktor-faktor pasar.
3.      Persyaratan perjanjian mengharuskan atau memungkinkan penyelesaian sekaligus (net settlement), atau instrumen
derivative dapat segera diselesaikan dengan sarana terpisah di luar perjanjian tersebut, atau persyaratan perjanjian mengakibatkan
penyerahan aktiva sehingga penyelesaian yang terjadi secara substansial tidak berbeda dengan net settlement.
Menurut Siahaan (2008), derivatif adalah semacam kendaraan keuangan yang diturunkan atau diperanakkan dari induknya apakah
induknya ini asset keuangan saham atau obligasi, komoditi, atau berbagai macam indeks seperti IHSG, LQ45, Hanseng, dan jenis-
jenis lainnya. Sedangkan Wikipedia mendefinisikan derevatif sebagai sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran
pembayaran yang nilainya diturunkan atau berasal dari produk yang menjadi acuan pokok.
Definisi diatas memberikan pandangan bahwa derivatif merupakan kontrak perjanjian dan kesepakatan antara dua belah pihak
pembeli dan penjual yang didalam kontraknya telah disepakati sekarang, namun realisasinya dimasa yang akan datang.
2.      Jenis Derevatif
Berdasarkan sifatnya derevatif dikelompokkan menjadi dua bagian (Madura: 2006) yaitu;
a)      Derivatif Komoditas
Derevatif komuditas merupakan kontrak derevatif yang terjadi pada barang-barang
komoditi, seperti produk hasil pertanian, perkebunan, perikanan (soft commodities) dan
hasil pertambangan, emas dll. (hard commodities).

b)      Derivatif Keuangan
Derevatif keuangan merupakan kontrak derevatif yang terjadi pada instumen keuangan,
seperti mata uang, saham, indeks gabungan, tingkat bungan jangka pendek, surat
pembendaharaan negara dan obligasi.
3.      Instrumen Derivatif

a)      Futures Contracts
Menurut Siahaan & Manurung (2006: 25), beberapa hal yang perlu diketahui
mengenai futurescontracts antara lain:
§  Futurescontracts merupakan kesepakatan membeli atau menjual aktiva tertentu pada tanggal tertentu
dengan harga yang telah ditetapkan di masa yang akan datang.
§  Transaksi futurescontracts dilakukan pada bursa resmi melalui sistemclearinghouse.
§   Syarat-syarat dalam jumlah kontrak (mis: jumlah, kuantitas, tanggal pengiriman, dsb) sangat baku dan
sangat standardized.
§   Laba dan rugi diselesaikan setiap hari, aliran kas terjadi secara harian.
§   Untuk memulai transaksi, harus terlebih dahulu menyetor uang jaminan, marginatau collateral.
§  Biasanya dipergunakan untuk memastikan harga di masa yang akan datang.
Karakteristik Future Contract
Adapun karakteristik dari futurescontracts antara lain:
·         Perlu transfer tunai pada awal transaksi. Transfer tunai sebagai jaminan (margin).
·         Transfer tunai harus dilakukan setiap hari.
·         Risiko kredit sangat kecil.
·         Kontrak yang disesuaikan dengan kebutuhan dua pihak tidak tersedia.
·         Kontrak yang tersedia terutama untuk jangka pendek (paling lama satu tahun).
·         Pasar lebih aktif dibandingkan pasar forward, untuk kontrak-kontrak tertentu.
·         Posisi semula dapat ditutup atau dibalik dengan cepat.
Formula
Futures Price untuk pasar komoditas:
Fo = So (1 + rf + c)n
Keterangan:
Fo = futures price teoretis
So = Spot price (harga pasar) saat ini
rf = tingkat bunga bebas risiko, misalnya bunga SBI
c  = carrying cost
n = waktu yang dibutuhkan sampai pada tanggal penyerahan (masa kontrak)
Contoh Kasus
Harga Crude di New York Board of Trade (NYBoT) US$140/barel. Bunga 3%, biaya gudang 0,1% per bulan dan asuransi 0,01% per
bulan. Berapa future price untuk masa 6 bulan mendatang?
Jawab:
Diketahui:
Biaya carrying cost disetahunkan = biaya gudang = 1,2%
Biaya asuransi disetahunkan = 0,12%
Penyelesaian:
Fo= So (1+rf+c)n
     = 140 (1 + 0,03 + 0,012 + 0,0012)6/12
     = 140 x 1,021372
     = US$ 142,99 /barel

b)     Forward Contracts
Menurut Siahaan & Manurung (2006: 24), beberapa hal yang perlu diketahui mengenai forward contracts antara lain:
§  Kesepakatan membeli atau menjual aktiva tertentu pada tanggal tertentu di harga yang telah ditetapkan di masa yang akan datang.
§  Transaksi selalu dilakukan melalui broker dengan telepon atau telex.
§  Biasanya digunakan untuk memastikan harga di masa yang akan datang
Karakteristik
Adapun karakteristik dari futurescontracts antara lain:
·         Tidak perlu transfer tunai pada awal transaksi. Transfer tunai hanya saat jatuh tempo.
·         Terdapat risiko kredit.
·         Kontrak sesuai dengan kebutuhan dua pihak, digunakan khusus untuk lindung nilai.
·         Kontrak yang tersedia diperjualbelikan adalah untuk sekuritas utang jangka pendek (paling lama satu tahun).
Formula
Futures Price untuk pasar modal:

Fo = So (1 + rf -d)n

Keterangan:
Fo = futures price teoretis
So = Spot price, harga saham di pasar saat ini
rf   = risk free, suku bunga bebas risiko misalnya bunga SBI
d  = dividen yield
n = waktu yang dibutuhkan sampai pada tanggal penyerahan (masa kontrak)
Contoh Kasus
Harga saham TLKM di BEI Rp  10.000, tingkat suku bunga SBI 9%, dan dividen akan diterima dalam 3 bulan
mendatang sebesar Rp 500. Berapa future price saham TLKM pada 3 bulan mendatang?
Jawab:
Fo = So (1 + rf  - d)n
= 10.000 [(1+0,09)3/12 + 500/10.000]
= 10.000 x [1,021778 + 0,05]
= 10.718
c)      Option Contracts
Menurut Siahaan & Manurung (2006: 25), beberapa hal yang perlu diketahui mengenai optioncontracts antara lain:
§  Hak membeli atau menjual aktiva tertentu pada harga pada (sebelum) tanggal tertentu yang telah ditetapkan di
masa yang akan datang.
§  Transaksi dilakukan baik melalui broker dengan telepon atau telex, maupun di bursa resmi.
§  Biasanya digunakan untuk menentukan harga tertinggi dan terendah.
Karakteristik
·         Pembeli atau kontrak opsi dapat membatasi kerugian maksimum, tapi selalu terbuka kesempatan menguntungkan dari
pergerakan harga.
·         Pembeli harus membayarr premi (harga/biaya)
·         Pembeli menghadapi risiko kredit dari penjual. (pembeli punya hak, penjual punya kewajiban).
·         Untuk kebutuhan lindung nilai tertentu tersedia kontrak tailor made.
·         Kontrak tersedia terutama untuk kontrak jangka pendek.
Contoh Kasus
Anda memiliki modal sebesar Rp 1.000.000. Ada 3 pilihan investasi yang dapat dilakukan.
1.      Beli saham dengan harga pasar Rp 5.000 per unit saham, investasi 200 saham.
2.      Beli opsi saham dengan exercise price Rp 5000 premium Rp 500 atau 2000 opsi sebesar 20 kontrak.
3.      Beli 2 kontrak opsi atau 200 opsi saham sebesar Rp 100.000 dan sisa Rp 900.000 didepositokan dengan tingkat bunga
4% selama 6 bulan.

Berapa tingkat return masing-masing jika stock price 6 bulan mendatang Rp 4.000 dan pilihan investasi mana yang
menguntungkan atau merugikan paling tinggi?
Jawab:
1)      Return investasi saham = [200 x (Rp 4.000 – Rp 5.000)] : Rp 1.000.000 = - 0,20 (rugi 20%)
2)      Return investasi di option market bersifat negatif sebesar premium yang dibayar karena stock
price di bawah exercise price = [2.000 x Rp 500] : 1.000.000 = 1 atau rugi 100%
3)      Return investasi campuran:
Rugi sebesar premium = 200 x Rp 500                      = Rp 100.000
Deposito 4% x Rp 900.000                            = Rp   36.000
Total Rugi                                                      = Rp   64.000
Return negatif                                    = 64.000/1.000.000 = 6,4% rugi.
Investasi campuran yang paling rendah ruginya.
d)     Swap Contracts
Swap adalah kesepakatan antara dua pihak (perusahaan) untuk saling mempertukarkan arus kas di
masa tertentu (selama kurun waktu tertentu) yang akan datang. Dalam kesepakatan ditentukan secara
spesifik tanggal pembayaran tunai dan cara menghitung jumlah tunai yang akan saling dipertukarkan
(dibayarkan masing-masing pihak). Biasanya di dalam perhitungan telah
dipertimbangkan/diperhitungkan nilai yang akan datang tingkat bunga, kurs mata uang, dan variabel-
variabel lainnya yang relevan.

Menurut Siahaan & Manurung (2006: 26), beberapa hal yang perlu diketahui
mengenai swapcontracts antara lain:
§  Suatu kesepakatan saling mempertukarkan arus kas selama interval waktu tertentu.
§  Serial pembayaran kontrak dilakukan sesuai dengan jadwal.
§  Transaksi lewat broker dengan menggunakan  telepom dan telex.
§  Biasanya digunakan untuk mematok harga untuk jangka panjang di masa yang akan datang.
Karakteristik
·         Tidak perlu transfer uang tunai pada awal perjanjian.
·         Mengandung risiko kredit.
·         Untuk kebutuhan lindung nilai tertentu tersedia kontrak-kontrak yang tailor made.
·         Tersedia kontrak-kontrak untuk jangka waktu menengah dan jangka panjang (satu sampai sepuluh tahun).
Contoh Kasus
PT Hana Lee memiliki utang US$ 5 juta diterima pada bulan Juni 2008 dan harus dibayar kembali pada bulan Juni 2012. Perusahaan
melakukan swap dengan bank devisa nasional atas utang US$ 5 juta selama 5 tahun dengan persyaratan berubah setiap 6 bulan dengan
metode Penjualan dan Pembelian Kembali.
Persyaratan 6 bulan termin pertama
Tahap 1, bersepakat dengan persyaratan untuk termin pertama dan ditandatangani akhir Juni 2008:
1. Metode swap: selling and buying
2. Jumlah dana US$ 5 juta
3. Kurs Dollar AS di pasar spot akhir Juni Rp 9.940
4. Kurs Dollar AS pada akhir temin pertama Desember 2008 (swap price) disepakati = Rp 10.178
5. Tanggal kontrak: jatuh tempo final: akhir Juni 2012
6. Jatuh tempo interim = akhir Desember 2008
Kurs Dollar AS masa datang dihitung berdasarkan perbandingan tingkat bunga rupiah (8%) dan Dollar dikalikan kurs Dollar AS saat ini.
Jadi swap price =9.940 x [1,08/1,03]6/12 = 10.178
a.       Berapa besar untung rugi swappada masa termin pertama 6 bulan, jika spot price pada akhir Desember 2008 Rp 10.163/US$?
b.      Seandainya tidak melakukan hedging, berapa untung atau rugi beda kurs perseroan?
Jawab:
a.       Untuk masa 6 bulan termin pertama perusahaan membayar:
Swap fee = (Rp 10.178 – Rp 9.940) x 5.000.000                              =       Rp 1.190.000.000
Kerugian beda kurs = 5.000.000 x (Rp 10.163 – Rp 9.940)             =       Rp 1.115.000.000
Kerugian karena dugaan kurs meleset (imperfecthedge)                  =       Rp      75.000.000

Perbedaan:
1.      Perbedaan antara spot price dengan spot market saat kontrak ditandatangani disebut swap fee.
2.      Perbedaan antara spot price awal kontrak dan spot price saat jatuh tempo sebagai untung/rugi beda kurs.
3.      Jika spot price awal kontrak lebih rendah daripada spot price saat jatuh tempo berarti keuntungan nasabah.
4.      Jika swap price lebih tinggi daripada spot price pada saat jatuh tempo berarti kerugian nasabah.

b.      Jika tidak melakukan hedging, kerugian = 5.000.000 x (Rp 10.163 – Rp 9.940) = Rp 1.115.000.000, sedangkan
melakukan hedging total kerugian mencapai Rp 1.190.000.000. Hedging tidak selalu mengurangi kerugian, jika dugaan
melesat jauh justru dapat menambah kerugian. Dalam contoh ini, kurs diperkirakan Rp 10.178/US$1, kenyataannya Rp
10.163/US$.
4.      Hedging
Lindung nilai atau hedging, atau hedge merupakan istilah yang sangat popular dalam perdagangan
berjangka. Dimana hedging merupakan salah satu fungsi ekonomi dari perdagangan berjangka,
yaitu transfer of risk. Hedging merupakan suatu strategi untuk mengurangi risiko kerugian yang
diakibatkan oleh turun-naiknya harga.

Lindung Nilai (Hedging) adalah teknik manajemen risiko dengan menggunakan derivatif atau instrumen
hedging lainnya untuk mengkompensasi (offset) perubahan nilai wajar atau perubahan arus kas terkait
asset, kewajiban, dan transaksi-transaksi di masa depan. IAS 39 mencakup prinsip-prinsip akuntansi
khusus untuk aktivitas hedging. Apabila kondisi-kondisi tertentu terpenuhi, entitas diperbolehkan untuk
menyimpang dari ketentuan-ketentuan akuntansi yang lazim dan menerapkan hedge accounting untuk asset
dan kewajiban yang terkait dengan aktivitas hedging. Ketentuan perlakuan akuntansi mengenai hedging
bersifat opsional; entitas tidak diharuskan untuk menerapkannya. Pengaruh hedge accounting adalah,
keuntungan atau kerugian atas instrumen hedgingdan item-item yang dilindunginya diakui dalam periode
yang sama; keuntungan dan kerugian ditandingkan dalam periode yang sama.
Terdapat dua unsur dalam aktivitas hedging :
1.Instrumen hedging, mencakup derivatif, asset keuangan non-derivatif, atau kewajiban keuangan non-derivatif. Semua kontrak derivatif dengan pihak
eksternal bisa digunakan sebagai instrumen hedging, kecuali untuk sebagian written options. Asset dan kewajiban non-derivatif hanya bisa digunakan
sebagai instrumen hedging atas risiko mata uang asing. Untuk menjadi instrumen hedging, nilai wajar instrumen hedging atau arus kas yang diakibatkannya
harus mengkompensasi perubahan nilai wajar atau arus kas asset, kewajiban, atau transaksi yang dilindunginya. Untuk tujuan hedging, hanya instrumen
yang terkait dengan pihak eksternal saja yang boleh digunakan sebagai instrumen hedging.
2.Item yang dilindungi, (hedged item) mencakup asset, kewajiban, komitmen perusahaan, transaksi yang akan terjadi di masa depan, atau investasi netto
dalam operasi luar negeri. Untuk menjadi item yang dilindungi, suatu item harus berisiko bagi perusahaan, nilai wajar atau arus kas yang diakibatkannya di
masa depan mungkin berubah dan mempengaruhi laba perusahaan.
IAS 39 mengidentifikasi tiga jenis hedging :
3.Fair value hedges, atau lindung nilai wajar.
Menurut Epstein & Jermakowicz (2008), fair value hedges, atau perlindungan nilai wajar, adalah penggunaan instrumen derivatif atau instrumen
keuangan lainnya untuk melindungi perusahaan dari risiko terkait perubahan nilai wajar (fair value) asset atau kewajiban yang diperkirakan akan
mempengaruhi laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Baik item-item asset/kewajiban yang dilindungi maupun derivatif yang digunakan
sebagai instrumen hedging atas asset/kewajiban itu harus dinyatakan kembali dengan nilai wajar yang berlaku pada akhir periode. Untung (gains)
atau rugi (losses) atas item-item itu harus segera diakui dalam laba/rugi periode, tidak ditangguhkan.
2.Cash flow hedges, atau lindung arus kas.
Menurut Epstein & Jermakowicz (2008), cash flow hedges adalah perlindungan, dengan menggunakan instrumen derivatif atau instrumen keuangan
lainnya, dari risiko variabilitas arus kas terkait dengan diakuinya asset/kewajiban (misalnya, pembayaran bunga atas pinjaman dengan suku bunga variabel)
atau ramalan akan terjadinya suatu transaksi (misalnya, penjualan atau pembelian yang akan dilakukan) di masa mendatang, di mana variabilitas arus kas
itu diperkirakan akan mempengaruhi laba atau rugi yang dilaporkan.
3.Lindung investasi netto dalam operasi luar negeri.
Keuntungan melakukan Hedging
Hedging memberikan beberapa keuntungan ekonomis baik untuk pihak produsen, pabrikan, prosessor, eksportir, maupun konsumen
(BAPPEBTI, 1997) sebagai berikut:
a.       Hedging merupakan sarana untuk mengurangi atau meminimalkan risiko harga apabila terjadi perubahan harga yang tidak sesuai
dengan yang diperkirakan, disebut “risk insrance”.
b.      Bagi produsen atau pemilik komoditi, hedging merupakan alat marketing (a marketing tool). Dengan melakukan hedging, para petani
dapat menentukan harga penjualan produknya, sebelum, selama, dan sesudah panen melalui pasar berjangka. Mereka dapat menentukan
suatu jumlah penerimaan yang akan diperoleh dikemudian hari dengan menyimpan produk tersebut untuk dijual kemudian.
c.       Bagi pengolah komoditi, hedging tersebut merupakan suatu alat pembelian (a purchasing tools). Melalui pasar berjangka mereka
menentukan harga pembelian bahan baku yang akan diolah dikemudian hari, sehingga dapat menetapkan biaya produksi dan akhirnya
dapat dengan pasti menetapkan harga jualnya untuk masa yang akan dating.
d.      Dengan adanya hedging pihak kreditor (bank) lebih berani memberikan kredit kepada produsen atau pemilik komoditi yang telah
menghedge komoditinya. Karena dengan melakukan tindakan tersebut, pemilik komoditi telah memperkecil risiko fluktuasi harga dari
komoditi yang akan dihasilkan atau bahan yang dibeli, sehingga profit yang ditargetkan lebih pasti dan hal ini merupakan jaminan bank
bahwa uang yang diberikan dapat kembali dan bunganya dapat dibayar. Biasanya bank hanya menyediakan 50 persen dari modal kerja
bagi produk atau persediaan yang tidak dihedge, sedangkan bagi yang melakukan hedging mendapat kredit 90 persen dari modal kerja.
e.       Melalui hedging, konsumen akhir akan dibebankan harga jual yang lebih rendah dan stabil hal ini dikarenakan baik produsen
maupun processeor mampu memperkecil biaya akibat fluktuasi harga yang merugikan, serta adanya kesempatan untuk memperbesar
operting capital.
Kerugian Melakukan Hedging
Selain keuntungan yang diperoleh, hedging juga mempunyai beberapa kerugian yang harus dihadapi hedger (BAPPEBTI, 1997), yaitu:
a.       Risiko basis
Perkembangan harga di pasar fisik kadang-kadang tidak berkorelasi secara wajar (tidak searah) dengan pasar berjangka, sehingga risiko
yang ada tidak sesuai dengan perencanaan sebelumnya.
b.      Biaya
Dengan melakukan hedging terdapat beban biaya bagi hedger, antara lain, biaya angkut, biaya bunga bank, biaya gedgung, biaya
asuransi, pembayaran margin dan biaya transaksi. Oleh karena itu, hedger harus mempertibangkan biaya-biaya tersebut sebelum
melakukan hedging.
c.       Ketidaksesuaian (incompatible) antara kondisi fisik dan futures
Hal ini terjadi mengingat mutu dan jumlah produk yang dihedge tidak selalu sama dengan mutu dan jumlah standar kontrak yang
diperdagangkan. Oleh karena itu hedger dituntut agar mampu menyesuaikan perbedaan-perbedaan tersebut dengan cara melakukan
hedging yang sesuai dengan volume produksinya.
Ilustrasi: Hedging Atas Komitmen Pembelian Mata Uang Asing Yang Dapat Diidentifikasi
Pada tanggal 2 oktober 19x7 , PT elang perkasa melakukan kontrak dengan emerald corporation, untuk pembayaran 1000 peti minuman
bourbon pada harga 60.000 riyal pada saat kurs spot riyal Rp 750. Dibayar tanggal 31 maret 19x8.untuk melakukan hedging ini, PT
elang perkasa membeli 60.000 riyal yang akan diterimanya dalam waktu 180 hari dengan kurs forward Rp775kurs spot yang berlaku 31
desember dan 31 maret 19x8 Rp 740 dan Rp 730.
Asumsikan kasusu pembelian ini dicatat dengan cara yang sama dengan perlakuan untuk hedging atas
posisi kewajiban bersih yang diekspos. Jurnalnya:
2 oktober 19x7
Piutang kontrak (ma)                          Rp 45.000.000
Premium atas kontrak berjangka         Rp   1.500.000
Hutang kontrak                                   Rp 46.500.000
(mencatat pembelian 60.000 riyal untuk diterima dalam 180 haripada kurs forward Rp 775)
31 desember19x7
Kerugian pertukaran yang ditangguhkan        Rp 600.000
Piutang kontrak (ma)                            Rp 600.000
31Maret 19x8
1.      Pembelian                                            Rp43.800.000
Hutang dagang                                   Rp 43.800.000
2.      Hutang kontrak                                   Rp46.500.000
Kas                                                      Rp 46.500.000 
3.      Kas                                                      Rp 43.800.000
Kerugian pertukaran ditahan              Rp 600.000
Piutang kontrak (ma)                          Rp 44.400.000
4.      Hutang dagang (ma)                           Rp 43.800.000
Kas (ma)                                              Rp 43.800.000
5.      Pembelian                                            Rp 2.700.000
Premium atas Kontrak     Berjangka               Rp 1.500.000
Kerugian Pertukaran Ditangguhkan               Rp 1.200.000
Hedging atas komitmen Penjualan Mata Uang Asing yang Dapat Diidentifikasi
Prosedur untuk melakukan hedging komitmen penjualan mata uang asing yang dapat diidentifikasi
dapat dibandingkan dengan ilustrasi diatas kecuali bahwa jika terjadi keuntungan maupun kerugian
pertukaran yang ditangguhkan, penyesuaiannya dilakukan terhadap akun pembelian, bukan
terhadap akun penjualan. 

Melakukan Hedging atas Investasi Bersih dalam suatu Entitas Luar Negeri
Keuntungan dan kerugian yang timbul dari transaksi mata uang asing ditujukan untuk, dan dianggap
efektif sebagai hedging ekonomi atas investasi bersih dalam suatu entitasluar negeri dicatat sebagai
penyesuaian translasi pada ekuitas. Penggolongan translasi berarti bahwa kwuntungan maupun
kerugian transaksi ini dikeluarkan dan pengaruh pendapat bersih, dan sebagai gantinya, dilaporkan
sebagai komponen dari ekuitas.

Anda mungkin juga menyukai