Anda di halaman 1dari 5

Hutang Hipotek

Pengertian hutang hipotek adalah hutang yang timbul disebabakan pendapatan dana yang bersu
mber dari hutang dnegan penggunaan jaminan harta tetap. Harta tetap yang berupa barang tid
ak bergerak seperti berbagai sertifikat (tanah, gedung/ruko/bangunan).

Apabila kondisi perusahaan tidak sanggup membayar hutang sesuai dengan jatuh tempo, sebaga
i gantinya pemberi hutang mempunyai hak untuk menyita ataupun menjual harta tetap yang me
njadi jaminan. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh dana yang disesuaikan dengan jumlah
dana hutang yang belum terbayarkan.

Hutang hipotek pada umumnya hanya diperoleh dari 1 sumber, sebagai contoh melakukan pemi
njaman hutang hipotek kepada perbankan.

Pada tanggal 1 Juli 2017, PT Muhamad Pajar Sidik meminjam uang kepada BDN Cabang Babaka
n Sirna sebesar Rp. 100.000.000,00 dengan jaminan gedung dan tanah . Lama pinjaman selama
5 tahun, dengan bunga 12% per tahun. Bunga dibayar pada setiap angsuran. Biaya yang dibeba
nkan oleh bank adalah biaya akta Rp. 250.000,00 dan provesi 1%.

Diminta :

Buatlah jurnal pada saat penutupan hipotek

Buatlah jurnal penyesuaian utang hipotek

Buatlah jurnal pembalik utang hipotek

Buatlah jurnal pada saat membayar angsuran pertama utang hipotek

Jawaban :
1. Jurnal Pada Saat Penutupan Hipotek

Karena besar pinjaman adalah Rp. 100.000.000,00 dengan biaya administrasi bank Rp. 250.000,00
ditambah 1% dari jumlah pinjaman, maka jurnalnya :

Kas (debet) Rp. 98.750.000,00

Biaya Administrasi Bank (debet) Rp. 1. 250.000,00

Utang Hipotek (kredit) Rp. 100.000.000,00

2. Jurnal Penyesuaian Utang Hipotek

Jurnal penyesuaian dilakukan pada tanggal 31 Desember 2017, artinya pada tahun 2017 yang sud
ah menjadi hutang yang sebenarnya adalah 6 bulan :

(6/12) x 12% x Besar pinjaman = (6/12) x 12% x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 6.000.000,00

Maka jurnalnya :

Beban Bunga (debet) Rp. 6.000.000,00

Utang Bunga (kredit) Rp. 6.000.000,00

3. Jurnal Pembalik Utang Hipotek

Setiap awal tahun dilakukan pencatatan jurnal pembalik dari jurnal penyesuaian yang telah dicata
t di akhir bulan. Jurnal pembalik utang hipotek adalah :

Utang Bunga (debet) Rp. 6.000.000,00

Beban Bunga (kredit) Rp. 6.000.000,00

4. Jurnal Pada Saat Membayar Angsuran Utang Hipotek

Lama pinjaman adalah 5 tahun, maka besar tiap angsurannya adalah Rp. 100.000.000,00 dibagi 5
. Dan biaya bunga adalah 12% maka besarnya biaya bunga pada angsuran pertama adalah 12%
x Rp. 100.000.000,00 = Rp. 12.000.000,00. Maka jurnalnya adalah :
Utang Hipotek (debet) Rp. 20.000.000,00

Biaya Bunga (debet) Rp. 12.000.000,00

Kas (kredit) Rp. 32.000.000,00

Ketentuan PSAK No.10 tentang Transaksi Mata Uang Asing

Transaksi dalam mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyel
esaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu perusahaan:

a) Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam suatu mata
uang asing;

b) Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi dalam suatu m
ata uang asing;

c) Menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana; atau

d) Memperoleh atau melepaskan asset, dan menimbulkan atau melunasi kewajiban yang di
denominasi dalam suatu mata uang asing.

Perlakuan akuntansi untuk transaksi dalam mata uang asing selain kontrak berjangka adalah:

1. Pengakuan awal

Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya tra
nsaksi. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut kurs spot (spot rate). Untuk
alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs tanggal transaksi sering digunakan, contohnya, s
uatu kurs rata-rata selama seminggu atau sebulan mungkin digunakan untuk seluruh transaksi da
lam setiap mata uang asing yang terjadi selama periode itu. Namun, jika kurs berfluktuasi secara
signifikan, penggunakan kurs rata-rata

untuk satu periode tidak dapat diandalkan.

2. Pelaporan pada Tanggal Neraca Berikutnya

Pada setiap tanggal neraca:

a) Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang r
upiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan dalam menentukan
kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan kurs tengah Bank Indonesia sebagai indikator yang
obyektif;

b) Pos non-moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs tanggal neraca
tetapi tetap harus dilaporkan dengan menggunakan kurs tangg
al transaksi; dan

c) Pos non-moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing harus dilaporkan de
ngan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai tersebut ditentukan.

Nilai terbawa dari suatu pos ditentukan sesuai dengan standar akuntansi yang relevan. Misalnya,
instrumen keuangan dan properti tertentu (investasi yang dilakukan Dana Pensiun), mungkin dinil
ai pada nilai wajar atau pada biaya historis. Apakah nilai tercatat ditentukan berdasarkan biaya h
istoris atau nilai wajar, nilai yang ditentukan untuk pos valuta asing dilaporkan pada mata uang
pelaporan sesuai dengan Pernyataan ini.

3. Pengakuan Selisih Kurs

Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyele
saian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila tim
bulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka
seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan diselesaikannya su
atu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk seti
ap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode.

Transaksi Valuta Berjangka

a) Salah satu transaksi valuta berjangka SWAP adalah transaksi pertukaran dua

valuta asing melalui pembelian tunai dengan penjualan kembali secara berjangka atau

penjualan tunai dengan pembelian kembali secara berjangka. Pada hakikatnya transaksi

tersebut dilakukan untuk lebih mendapatkan kepastian tentang kurs penjabaran yang

bersif at tetap selama dalam kontrak sehingga pembuat transaksi terhindar dari kerugian

akibat perubahan kurs. Dalam transaksi SWAP pembuat transaksi umumnya

memperhitungkan premi yang ditetapkan terlebih dahulu.

b) Perlakuan akuntansi transaksi valuta berjangka yang dilakukan untuk tujuan

hedging hutang adalah sebagai berikut:


(i) Selisih kurs tunai (spot rate) dan kurs masa depan (forward rate) dicatat sebagai diskonto ata
u premi yang harus diamortisasi sesuai dengan jangka waktu kontrak valuta berjangka.

(ii) Setiap akhir periode harus dihitung selisi

Anda mungkin juga menyukai