AKUNTANSI PAJAK
OLEH:
KELOMPOK 1
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Kurs mata uang merupakan faktior penting yang menetiukan harga sebuah
tiransaksi antar Negara yang melakukan kegiatan ekonomi dan bisnis. Ketika nilai
kurs menguat, maka akan memberikan sinyak bagi negara-negara yang
melakukan transaksi dengan mata uang dollar akan mengurangi impornya atau
transaksinya, kondisi ini akan merugikan bagi importir. Kurs matia uang memang
krusial posisinya dalam transaksi internasional sehingga beberapa pelaku bisnis
memberikan solusi dengan melakukan kontrak derevatif, dimana hal ini akan
menjawab ketidakpastian bisnis yang selama ini menjadi polemik diantiara
mereka. Kontrak derevatif melalui lindungi nilai akan mengurangi resiko bisnis
karena kontrak ini akan memberikan jaminan bagipelaku bisnis atlas pergerakan
kurs matia uang yang terjadi.
PEMBAHASAN
Dalam penghitungan pajak bagi wajib pajak yang menggunakan mata uang
asing harus menggunakan kurs Keputusan Menteri Keuangan (KMK)
berdasarkan tanggal faktur dan pada saat pencatatan dalam akun
pembelian saat dibukukan (saat pemesanan) menggunakan Kurs Tengah BI
dan hal yang sama digunakan Kurs BI pada saat tanggal realisasi (Pelunasan).
Atas kondisi ini tanggal yang berbeda antiara pencatatan saat
pemesanan/invoice dan tanggal pelunasan menyebabkan adanya laba atau
kerugian akibat selisih kurs tersebut sepanjang penggunaan Kurs dilakukan
secara taat asas dan konsisten. Dan tentunya akan terlihat laba atau rugi
atas selisih kurs tersebut pada laporan keuangan yang dilaporkan pada
akhir tahun.
Dalam penghitungan PPN wajib pajak menggunakan kurs Keputusan
Menteri Keuangan (KMK) berdasarkan tianggal faktur dan kurs yang sama
Kurs KMK pada saati pencatatan dalam akun pembelian saat dilakukan
pencatatan (saat pemesanan/invoice). Dan wajib pajak menggunakan Kurs
Tengah BI pada saati tanggal realisasi (Pelunasan). Atas kondisi ini (tanggal
yang berbeda antara pencatatan saat pemesanan dan tanggal pelunasan
menyebabkan mengalami laba atau kerugian atas selisih kurs tersebut
sepanjang penggunaan Kurs dilakukan secara taat asas dan konsistin, dan
tentunya akan tetap terlihat laba atau rugi atas selisih kurs tersebut pada
laporan keuangan yang dilaporkan pada akhir tahun.
2. 3 Dasar Hukum Laba Rugi Selisih Kurs
Laba rugi selisih kurs merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi laba
perusahaan. Selisih kurs didapat dari tenggang waktu antara waktu transaksi dan
waktu pembayaran dimana didalam tenggang waktu tersebut kurs rupiah juga
berubah, ketentuan perpajakan dalam UU Nomor 36 tahun 2008 tentang
perubahan ke empat atas UU Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
mengakomodir laba rugi selisih kurs, sebagai berikuti :
Pasal 4 ayat (I) keuntungan karena selisih kurs mata uang asing termasuk
penghasilan yang menjadi Objek Pajak Penghasilan. Pengenaan pajaknya
dikaitikan dengan sistem pembukuan yang dianut oleh Wajib Pajak dengan
syarat dilakukan secara taat asas. Oleh karena iti keuntungan selisih kurs
yang diperoleh Wajib Pajak badan maupun orang pribadi harus dilaporkan
dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
Pasal 6 ayat (1), Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto
dikurangi kerugian dari selisih kurs mata uang asing.
Dalam penjelasan pasal ini dijelaskan bahwa kerugian selisih kurs mata uang asing
yang disebabkan oleh fluktuasi kurs, pembebanannya dilakukan berdasarkan
sistem pembukuan yang dianut, dan harus dilakukan secara taat azas. Apabila
Wajib Pajak menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tetap (kurs
histioris), pembebanan kerugian selisih kurs dilakukan pada saat terjadinya
realisasi atas perkiraan mata uang asing tersebut. Apabila Wajib Pajak
menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau
kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun, pembebanannya dilakukan pada
setiap akhir tahun berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang
sebenarnya berlaku pada akhir tahun.
Yang perlu diperhatikan adalah kerugian selisih kurs mata uang asing akibat
fluktuasi kurs, pembebanannya dilakukan berdasarkan pembukuan yang dianuti
oleh Wajib Pajak dan dilakukan secara taat asas sebagaimana ditegaskan dalam
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE 04/P1.42/1999 tianggal 4 Februari
1999.
Kurs Menteri Keuangan, kurs yang ditetapkan oleh Mentieri Keuangan. Mulai 1
Oktober 1997 kurs Menteri Keuangan ditetapkan setiap minggu. Atas pajak-pajak
yang terutang dalam mata uang asing harus terlebih dahulu dinilai ke dalam mata
uang rupiah. Maka atas dasar tersebut, perlu ditetapkan keputusan tentang nilai
kurs sebagai dasar pelunasan. Dasar pelunasan terkait Nilai Kurs Menteri
Keuangan ini hanya digunakan untuk:
Pada tanggal 18 Juli 2013 PT. Nusahati (PKPH) menjual barang secara kredit
kepada PT. Nusagames (PKP) seharga $10,000 (belum termasuk PPN). Faktur
Pajak dibuat tanggal 28 Agustus 2013 dan dilunasi tianggal 09 September 2013.
Kurs Menteri Keuangan, periode 17 s.d. 23 Juli 2013 Rp. 9.991,00 periode 28
Agustius s.d 3 September 2013 Rp.10.863,00 dan Periode 04 s.d. 10 September
2013 Rp. 11.194,00.
Faktur Pajak dibuat pada tanggal 28 Agustus 2013, Saat itu kurs Menteri
Keuangan adalah Rp.10.863,00 maka PPN dihitung sebesar
Kurs realisasi yaitu kurs yang sebenarnya terjadi pada waktu perusahaan
merupiahkan mata uang asing atau pada waktu perusahaan membeli mata uang
asing atau menghitung besarnya realisasi penerimaan dalam mata uang rupiah.
Dalam penggunaan kurs ini pengakuan atau pencatatan keuntungan atau
kerugian selisih kurs hanya satu kali yaitu pada saat terjadinya realisasi. Sehingga
tidak dibolehkan mengkonversi pos-pos moneter pada tanggal neraca (akhir
tahun)
Contoh:
Jika pada tanggal 23 Oktober 2013 nilai USS 1.000 tersebut ditukarkan dengan
mata uang rupiah (kurs realisasi) sebesar USS 1- Rp. 9.500,- sehingga diperoleh Rp.
9.500.000,- maka selisih tersebut merupakan pendapatan atias selisih kurs yaitu
Rp. 500.000, (9.500.000 - 9.000.000)
Sebagai catatan, Nilai kurs ini digunakan juga untuk mencatati posisi kas atau
bank pada Neraca per 31 Desember. Jadi pada tanggal 31 Desember posisi kas
dan bank yang berbentuk mata uang asing dilakukan penilaian sesuai nilai kurs
pada hari itu.
Kurs Bank Indonesia digunakan untuk mencatat hutang piutang serta transaksi
dalam mata uang asing. Kurs BI terdiri dari kurs beli bank dan kurs jual bank.
Kurs BI yang digunakan sebagai dasar pembukuan yaitu kurs tengahnya yang
merupakan transaksi transaksi yang nilainya dalam mata uang asing. Perbedaan
selisih kurs BI yang terjadi pada saat membukukan hutang piutang mata uang
asing dengan kurs BI pada saat realisasi menimbulkan laba atilau rugi selisih kurs.
Kerugian selisih kurs mata uang asing akibat fluktuasi kurs, pembebanannya
dilakukan berdasarkan pembukuan yang dianut oleh Wajib Pajak dan dilakukan
secara taat asas sehingga kerugian yang terjadi karena selisih kurs tersebut dapat
diakui sebagai pengurang penghasilan. Syarat terpenting adalah apabila Wajib
Pajak tersebut mempunyai sistem pembukuan yang diselenggarakan secara taat
asas, sesuai dengan bukti dan keadaan yang sebenarnya, dan dalam rangka
kegiatan usahanya atau berkaitan dengan usahanya.
Penguatan nilai Rupiah terhadap USD membawa dampak yang berbeda sesuai
karakteristik bisnis wajib pajak. Bagi perusahaan yang mempergunakan bahan-
bahan produksinya dengan barang barang impor akan mendapatikan keuntungan,
karena dengan nilai rupiah yang sama, akan dapat membeli barang impor dalam
jumlah yang lebih besar. Dengan bahan baku produksi yang lebih murah, maka
keuntungan yang didapatkan akan lebih besar.
Keuntungan juga didapatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki
pinjaman dalam bentuk mata uang US Dolar, atau yang berbasis mata uang USD.
Angsuran pinjaman dan beban bunga yang dibayar dengan menggunakan mata
uang USD akan lebih ringan ketika mata uang rupiah menguat
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian rugi selisih kurs yang direalisasi adalah apabila dalam kondisi kurs
menguat atau nilainya lebih rendah jika dilakukan dalam pembayaran mata uang
asing atas piutang perusahaan. Atau sebaliknya dalam kondisi kurs melemah,
dilakukan pembayaran dalam mata uang asing atas utang perusahaan. Dalam
penggunaan Kurs Tengah Bank Indonesia, setiap kerugian akibat selisih kurs dapat
dibebankan sebagai biaya, baik kerugian tersebut sudah direalisasikan maupun
belum direalisasi dan dilakukan secara konsistien. Kurs pajak dimanfaatkan pada
saat terjadinya transaksi, seperti penerbitan faktur pajak, penentuan harga jual
produk impor, dan nilai ekspor. Sehingga perhitungan beban pajak yang harus
dibayarkan bisa dilakukan dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
http://bisnistiradingonline.blogspot.co.id/2010/03/karakter-tiapsaham
berbeda.html http://www.bisnisemas1.com/jenis-jenis-saham.htim
http://ihsansaidi.blogspot.co.id/2013/07/makalah-saham.htim
htitip://dksaragih.com/hukum/perusahaan/peralihan-hak-atias-saham/