Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

AKUNTANSI PAJAK

"AKUNTANSI PAJAK ATAS MATA UANG ASING"

OLEH:

KELOMPOK 1

MARIA CAMELIA (2202620005)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN HUKUM

UNIVERSITAS ARYASATYA DEO MURI

2023

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurs mata uang merupakan faktior penting yang menetiukan harga sebuah
tiransaksi antar Negara yang melakukan kegiatan ekonomi dan bisnis. Ketika nilai
kurs menguat, maka akan memberikan sinyak bagi negara-negara yang
melakukan transaksi dengan mata uang dollar akan mengurangi impornya atau
transaksinya, kondisi ini akan merugikan bagi importir. Kurs matia uang memang
krusial posisinya dalam transaksi internasional sehingga beberapa pelaku bisnis
memberikan solusi dengan melakukan kontrak derevatif, dimana hal ini akan
menjawab ketidakpastian bisnis yang selama ini menjadi polemik diantiara
mereka. Kontrak derevatif melalui lindungi nilai akan mengurangi resiko bisnis
karena kontrak ini akan memberikan jaminan bagipelaku bisnis atlas pergerakan
kurs matia uang yang terjadi.

Risiko perubahan kurs mata uang asing bagi perusahaan multinasional


berdampak pada tingkat profitabilitias, arus kas bersih, dan nilai pasar
perusahaan. Atas risiko perubahan kurs tirsebut, perusahaan dapat melakukan
lindung nilai dengan menggunakan instrumen kontrak forward valas. Pemahaman
aspek pajak dari derivatif dan lindung nilai ini sangat perlu dikuasai oleh para
praktisi di lapangan.

Perusahaan yang melakukan transaksi lintas negara (cross borderti) terutama


ekspor impor pada umumnya akan dihadapkan pada risiko perubahan kurs mata
uang asing, atau memiliki eksposur mata uang asing (foreign exchange exposurefi).
Risiko perubahan kurs tersebut mempunyai dampak potensial pada tingkat
profitiabilitias, arus kas bersih dan nilai pasar perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu akuntansi pajak atas mata uang asing?


2. Laba rugi kurs atas mata uang asing?
1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui tentang akuntansi pajak atas mata uang asing


2. Mengetahui laba rugi kurs atas mata uang asing
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Akuntansi Pajak atas Mata Uang Asing

Trasnsaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam


suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor.
Perdagangan ini merupakan suatu transaksi sederhana, yaitu: membeli dan
menjual barang antar pengusaha yang masing masing bertempat tinggal di
Negara-negara yang berbeda.

a. Pembukuan dalam mata uang asing


Wajib pajak badan diperkenankan untuk menggunakan matia uang asing
dalam pembukuan dan pelaporan pajak sesuai pasal 35 UU KUP dimana
pembukuan dalam matia uang asing harus memperoleh ijin terlebih dahulu
dari menteri keuangan.
b. Wajib Pajak yang Diperbolehkan Menggunakan Mata Uang Asing
 WP Penanaman Modal Asing
 WP dalam rangka Kontrak Karya Pertambangan
 WP Kontraktor Kontrak Kerja Sama Minyak dan ttas Bumi
 WP yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun
seluruhnya di bursa efek luar negeri
 Kontrak Investasi Kolektif
 WP yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri,
yaitu perusahaan anak.
 WP yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya
menggunakan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat sesuai dengan
SAK yang berlaku di Indonesia
c. PSAK 10
Pernyataan SAK tentang Transaksi Dalam Mata Uang Asing
1. Pengakuan selisih kurs, baik sebagai laba atau kerugian dalam laporan
rugi laba Wajib Pajak, atas transaksi dalam matia uang asing akibat
devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata uang yang tidak
memungkinkan dilakukanya
2. Pengakuan selisih kurs, yang akan diakui sebagai keuntungan atau
kerugian kurs periode berjalan, karena selisih kurs tunai (spoti ratiefi)
dan kurs masa depan (forward ratiefi) misalnya karena adanya swap
valuta asing untuk hedging. Berdasarkan dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan Nomor 10 (PSAK 10), ketika pada akhir periode
terdapat perbedaan nilai dengan awal periode, selisih laba atau selisih
rugi yang terjadi dapat disajikan dalam OCI (Other Comprehensive
Income.
d. Perlakuan Pajak atas Keuntungan dan Kerugian Selisih Mata Uang Asing
Pasal 4 ayat (1) , keuntungan karena selisih kurs mata uang asing termasuk
penghasilan yang menjadi Objek Pajak Penghasilan. Oleh karena itu
keuntungan selisih kurs yang diperoleh Wajib Pajak badan maupun orang
pribadi harus dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
Dari ketentuan di atas, menurut pajak, kerugian atau keuntungan selisih
kurs akan diakui pada saat kerugian atau keuntungan tersebut telah
terealisasi dalam tahun berjalan. Sementara, keuntungan atau kerugian
selisih kurs yang belum terealiasi tidak dapat diakui sebagai penghasilan
atau biaya.
e. Hedging dan Kewajiban Penggunaan Rupiah
Strategi investasi yang digunakan dengan tujuan untuk melindungi
portiofolio investasi dari hal-hal yang tidak dinginkan. Jika transaksi hedging
meliputi pembayaran, contohnya adalah bunga termasuk premium,
diskonto, atau premium swap kepada pihak asing di luar negeri,
pembayaran akan terutang PPh Pasal 26 dengan tarif yang dapat berubah
sesuai dengan tax treatly.
f. Dasar Penggunaan Nilai dan Kurs Pajak
 Pelunasan Bea Masuk.
 Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa.
 Pph atas pemasukan barang.
 Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
 Pajak ekspor.
 Utang pajak yang berhubungan dengan Pajak Pertambahan Nilai barang
dan jasa serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
 Penghasilan yang telah diterima berupa matia uang asing dan harus
dinilai terlebih dahulu ke dalam matia uang Rupiah atau telah
dirupiahkan.
Berdasarkan Keputusan Mentieri Keuangan, kurs pajak diatur secara
periodik pada tiap akhir pekan. Ketentuan tersebut akan digunakan
Wajib Pajak untuk melakukan transaksi terkait penggunaan mata uang
asing untuk keperluan konversi ke Rupiah. Kurs pajak dimanfaatkan
pada saat terjadinya transaksi, seperti penerbitan faktur pajak,
penentuan harga jual produk impor, dan nilai ekspor. Sehingga
perhitungan beban pajak yang harus dibayarkan bisa dilakukan dengan
mudah.
g. Contoh Menghitung PPh 21 atas Mata Uang Asing
Pegawai Tetap penerima penghasilan dalam mata uang asing sebagian atau
seluruhnya, diambilkan dari ilustrasi Jacky.
Jacky adalah seorang pegawai tetiap memperoleh gaji pada bulan Januari
20xx dalam mata uang asing sebesar US$2.000 sebulan. Kurs yang berlaku
untuk bulan Januari 20xx berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan adalah
Rp11.250.00 per US$1.00. Jacky berstatus menikah dengan I anak.
Penghitungan PPh Pasal 21 dapat dipelajari dari pembahasan di bawah ini.
Gaji sebulan adalah :US$ 2,000 x Rp11.250.00 = 22.500.000,00
Biaya Jabatan 5% x Rp22.500.000,00 =1.125.000,00
Maksimum diperkenankan = 500.000,00
Penghasilan neto setiahun 12 x Rp22.000.000,00 =264.000.000,00

PTKP setahun (K/1fi PMK No101 th 2016)


-untuk WP sendiri Rp 54.000.000,00
-tambahan karena menikah Rp 4.500.000,00
-tambahan untuk 1 orang anak Rp 4.500.000,00
Rp 63.000.000,00
Penghasilan kena pajak Rp201.000.000,00

Pph Pasal 21 yang terutang setahun


5% x Rp 50.000.000,00 = Rp 2.500.000,00
15% x Rp151.000.000,00 = Rp 22.650.000,00
Total = Rp 25.150.000,00
PPh Pasal 21 bulan Januari: Rp25.150.000,00 : 12 = Rp 2.095.833,33

2.2 Laba Rugi Kurs Mata Uang Asing

Penyebab terjadinya Laba Rugi Selisih Kurs

 Dalam penghitungan pajak bagi wajib pajak yang menggunakan mata uang
asing harus menggunakan kurs Keputusan Menteri Keuangan (KMK)
berdasarkan tanggal faktur dan pada saat pencatatan dalam akun
pembelian saat dibukukan (saat pemesanan) menggunakan Kurs Tengah BI
dan hal yang sama digunakan Kurs BI pada saat tanggal realisasi (Pelunasan).
Atas kondisi ini tanggal yang berbeda antiara pencatatan saat
pemesanan/invoice dan tanggal pelunasan menyebabkan adanya laba atau
kerugian akibat selisih kurs tersebut sepanjang penggunaan Kurs dilakukan
secara taat asas dan konsisten. Dan tentunya akan terlihat laba atau rugi
atas selisih kurs tersebut pada laporan keuangan yang dilaporkan pada
akhir tahun.
 Dalam penghitungan PPN wajib pajak menggunakan kurs Keputusan
Menteri Keuangan (KMK) berdasarkan tianggal faktur dan kurs yang sama
Kurs KMK pada saati pencatatan dalam akun pembelian saat dilakukan
pencatatan (saat pemesanan/invoice). Dan wajib pajak menggunakan Kurs
Tengah BI pada saati tanggal realisasi (Pelunasan). Atas kondisi ini (tanggal
yang berbeda antara pencatatan saat pemesanan dan tanggal pelunasan
menyebabkan mengalami laba atau kerugian atas selisih kurs tersebut
sepanjang penggunaan Kurs dilakukan secara taat asas dan konsistin, dan
tentunya akan tetap terlihat laba atau rugi atas selisih kurs tersebut pada
laporan keuangan yang dilaporkan pada akhir tahun.
2. 3 Dasar Hukum Laba Rugi Selisih Kurs

Laba rugi selisih kurs merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi laba
perusahaan. Selisih kurs didapat dari tenggang waktu antara waktu transaksi dan
waktu pembayaran dimana didalam tenggang waktu tersebut kurs rupiah juga
berubah, ketentuan perpajakan dalam UU Nomor 36 tahun 2008 tentang
perubahan ke empat atas UU Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
mengakomodir laba rugi selisih kurs, sebagai berikuti :

 Pasal 4 ayat (I) keuntungan karena selisih kurs mata uang asing termasuk
penghasilan yang menjadi Objek Pajak Penghasilan. Pengenaan pajaknya
dikaitikan dengan sistem pembukuan yang dianut oleh Wajib Pajak dengan
syarat dilakukan secara taat asas. Oleh karena iti keuntungan selisih kurs
yang diperoleh Wajib Pajak badan maupun orang pribadi harus dilaporkan
dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan.
 Pasal 6 ayat (1), Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam
negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto
dikurangi kerugian dari selisih kurs mata uang asing.

Dalam penjelasan pasal ini dijelaskan bahwa kerugian selisih kurs mata uang asing
yang disebabkan oleh fluktuasi kurs, pembebanannya dilakukan berdasarkan
sistem pembukuan yang dianut, dan harus dilakukan secara taat azas. Apabila
Wajib Pajak menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tetap (kurs
histioris), pembebanan kerugian selisih kurs dilakukan pada saat terjadinya
realisasi atas perkiraan mata uang asing tersebut. Apabila Wajib Pajak
menggunakan sistem pembukuan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau
kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun, pembebanannya dilakukan pada
setiap akhir tahun berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang
sebenarnya berlaku pada akhir tahun.

Yang perlu diperhatikan adalah kerugian selisih kurs mata uang asing akibat
fluktuasi kurs, pembebanannya dilakukan berdasarkan pembukuan yang dianuti
oleh Wajib Pajak dan dilakukan secara taat asas sebagaimana ditegaskan dalam
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE 04/P1.42/1999 tianggal 4 Februari
1999.

Dalam pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010 memperjelas


perlakuan PPh atas keuntungan atau kerugian selisih kurs ini, terutiama dalam hal
selisih kurs yang terkait dengan penghasilan yang dikenakan PPh Final dan
penghasilan yang bukan objek pajak. Pasal 9 ayati (1) menegaskan kembali prinsip
umum sebagaimana sudah dinyatakan dalam Undang undang PPh, yaitu bahwa
keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing diakui sebagai penghasilan
atau biaya berdasarkan sistem pembukuan yang dianuti dan dilakukan secara taat
asas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia (PSAK
Nomor 106. Pasal 9 ayati (2) menegaskan bahwa keuntungan atau kerugian selisih
kurs yang terkait langsung dengan kegiatan usaha Wajib Pajak yang dikenakan
PPh final atau yang bukan objek pajak, tidak diakui sebagai penghasilan atau biaya.

2.4 Jenis Kurs

Kurs Menteri Keuangan, kurs yang ditetapkan oleh Mentieri Keuangan. Mulai 1
Oktober 1997 kurs Menteri Keuangan ditetapkan setiap minggu. Atas pajak-pajak
yang terutang dalam mata uang asing harus terlebih dahulu dinilai ke dalam mata
uang rupiah. Maka atas dasar tersebut, perlu ditetapkan keputusan tentang nilai
kurs sebagai dasar pelunasan. Dasar pelunasan terkait Nilai Kurs Menteri
Keuangan ini hanya digunakan untuk:

1. Perhitungan pelunasan Bea Masuk, Bea Masuk Tambahan, PPN-Impor, PPh


Pasal 22 sesuai dengan tanggal Pemberitahuan Impor Untuk Dipakai
2. Perhitungan PPN dan PPBM sesuai tianggal Faktur Pajak, apabila
pembayaran, Harga Jual, atau Nilai Penggantian dilakukan dengan mata
uang asing (Pasal 14 PP No. 1/2012).
3. Perhitungan PPh Pasal 21 atau PPh Pasal 26 apabila penghasilan diterima
dalam mata uang asing.
4. Perhitungan Pajak Ekspor
5. Perhitungan Pajak-Pajak Final yang dibayarkan dalam valuta asing.
Contoh:

Pada tanggal 18 Juli 2013 PT. Nusahati (PKPH) menjual barang secara kredit
kepada PT. Nusagames (PKP) seharga $10,000 (belum termasuk PPN). Faktur
Pajak dibuat tanggal 28 Agustus 2013 dan dilunasi tianggal 09 September 2013.
Kurs Menteri Keuangan, periode 17 s.d. 23 Juli 2013 Rp. 9.991,00 periode 28
Agustius s.d 3 September 2013 Rp.10.863,00 dan Periode 04 s.d. 10 September
2013 Rp. 11.194,00.

Maka perhitungan PPN sebagai berikut:

Faktur Pajak dibuat pada tanggal 28 Agustus 2013, Saat itu kurs Menteri
Keuangan adalah Rp.10.863,00 maka PPN dihitung sebesar

10% x $ 10,000 x Rp.10.863,00 = Rp.10.863.000,00

2.5 Kurs Realisasi (Kurs Historis/tetap)

Kurs realisasi yaitu kurs yang sebenarnya terjadi pada waktu perusahaan
merupiahkan mata uang asing atau pada waktu perusahaan membeli mata uang
asing atau menghitung besarnya realisasi penerimaan dalam mata uang rupiah.
Dalam penggunaan kurs ini pengakuan atau pencatatan keuntungan atau
kerugian selisih kurs hanya satu kali yaitu pada saat terjadinya realisasi. Sehingga
tidak dibolehkan mengkonversi pos-pos moneter pada tanggal neraca (akhir
tahun)

Contoh:

PT. Nusatikno tanggal 18 Oktober 2013 melakukan penjualan komputer dengan


harga jual USS 1.000 dengan Nilai kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
adalah USS 1 = Rp. 9.000,-, Maka Harga Jual sebagai dasar pengenaan pajak
adalah sebesar USS 1.000 x Rp. 9.000,- Rp 9.000.000,-. PPN: 10% x Rp.9.000.000 =
Rp.900.000,

Jika pada tanggal 23 Oktober 2013 nilai USS 1.000 tersebut ditukarkan dengan
mata uang rupiah (kurs realisasi) sebesar USS 1- Rp. 9.500,- sehingga diperoleh Rp.
9.500.000,- maka selisih tersebut merupakan pendapatan atias selisih kurs yaitu
Rp. 500.000, (9.500.000 - 9.000.000)

Sebagai catatan, Nilai kurs ini digunakan juga untuk mencatati posisi kas atau
bank pada Neraca per 31 Desember. Jadi pada tanggal 31 Desember posisi kas
dan bank yang berbentuk mata uang asing dilakukan penilaian sesuai nilai kurs
pada hari itu.

2.6 Kurs Tengah Bank Indonesia

Kurs Bank Indonesia digunakan untuk mencatat hutang piutang serta transaksi
dalam mata uang asing. Kurs BI terdiri dari kurs beli bank dan kurs jual bank.

Kurs BI yang digunakan sebagai dasar pembukuan yaitu kurs tengahnya yang
merupakan transaksi transaksi yang nilainya dalam mata uang asing. Perbedaan
selisih kurs BI yang terjadi pada saat membukukan hutang piutang mata uang
asing dengan kurs BI pada saat realisasi menimbulkan laba atilau rugi selisih kurs.

2.7 Keuntungan Dan Kerugian Akibat Selisih Kurs

Kerugian selisih kurs mata uang asing akibat fluktuasi kurs, pembebanannya
dilakukan berdasarkan pembukuan yang dianut oleh Wajib Pajak dan dilakukan
secara taat asas sehingga kerugian yang terjadi karena selisih kurs tersebut dapat
diakui sebagai pengurang penghasilan. Syarat terpenting adalah apabila Wajib
Pajak tersebut mempunyai sistem pembukuan yang diselenggarakan secara taat
asas, sesuai dengan bukti dan keadaan yang sebenarnya, dan dalam rangka
kegiatan usahanya atau berkaitan dengan usahanya.

Penguatan nilai Rupiah terhadap USD membawa dampak yang berbeda sesuai
karakteristik bisnis wajib pajak. Bagi perusahaan yang mempergunakan bahan-
bahan produksinya dengan barang barang impor akan mendapatikan keuntungan,
karena dengan nilai rupiah yang sama, akan dapat membeli barang impor dalam
jumlah yang lebih besar. Dengan bahan baku produksi yang lebih murah, maka
keuntungan yang didapatkan akan lebih besar.
Keuntungan juga didapatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki
pinjaman dalam bentuk mata uang US Dolar, atau yang berbasis mata uang USD.
Angsuran pinjaman dan beban bunga yang dibayar dengan menggunakan mata
uang USD akan lebih ringan ketika mata uang rupiah menguat

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengertian rugi selisih kurs yang direalisasi adalah apabila dalam kondisi kurs
menguat atau nilainya lebih rendah jika dilakukan dalam pembayaran mata uang
asing atas piutang perusahaan. Atau sebaliknya dalam kondisi kurs melemah,
dilakukan pembayaran dalam mata uang asing atas utang perusahaan. Dalam
penggunaan Kurs Tengah Bank Indonesia, setiap kerugian akibat selisih kurs dapat
dibebankan sebagai biaya, baik kerugian tersebut sudah direalisasikan maupun
belum direalisasi dan dilakukan secara konsistien. Kurs pajak dimanfaatkan pada
saat terjadinya transaksi, seperti penerbitan faktur pajak, penentuan harga jual
produk impor, dan nilai ekspor. Sehingga perhitungan beban pajak yang harus
dibayarkan bisa dilakukan dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.belajar investiasi.net/saham/kamus istilah dalam saham glossary

http://bisnistiradingonline.blogspot.co.id/2010/03/karakter-tiapsaham
berbeda.html http://www.bisnisemas1.com/jenis-jenis-saham.htim
http://ihsansaidi.blogspot.co.id/2013/07/makalah-saham.htim
htitip://dksaragih.com/hukum/perusahaan/peralihan-hak-atias-saham/

Anda mungkin juga menyukai