Anda di halaman 1dari 155

Tax Planning & Pengendalian atas

Unsur-unsur BPP & Pengurang


Penghasilan Bruto

PERTEMUAN
KE-8

1
IKATAN AKUNTAN INDONESIA IKATAN KONSULTAN PAJAK INDONESIA

MANAJEMEN PERPAJAKAN
Presented by:

Tim Pengajar :
Dr. Diana Sari , S.E., M.Si., Ak., QIA., CA.
Iji Samaji, S.E., M.Si., Ak., CA., BKP.

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
Agenda

1. Foreign Exchange Loss

2. Capital Expenditure vs Revenue Expenditure

3. Pemilihan Metode Persediaan

4. Pemilihan Metode Penyusutan

5. Menyiasati SE-46/PJ.4/1995

6. Cadangan Kerugian Piutang Tak Tertagih

3
Agenda

1.
7. Biaya Entertainment

8. Persyaratan Beban Promosi sesuai Peraturan Pjk

9. Berbagai Pengujian utk Menguji Kebenaran BPP

10.Ekualisasi BPP & Beban. Operasional dgn DPP PPN-M

4
INTI PERSOALAN PERPAJAKAN

Apa yg menjadi inti perpajakan di Indoensia ?


Inti persoalan perpajakan adalah:
1. Siapa yg harus membayar pajak, dan
2. Berapa besarnya pajak terutang
Masalah siapa yg harus membayar pajak adalah persoalan
subjek pajak, yg terdiri dari :
1. Orang Pribadi (Personal)
2. Badan (Corporate)
Sdgkan berapa besar pajak yg terutang, menyangkut masalah:
1. Objek pajak (Tax object)
2. Tarif pajak (Tax rate)
3. Dasar Pengenaan Pajak (Tax base)
INTI PERSOALAN PERPAJAKAN

Siapa Subjek

Wajib Pajak
Inti Objek

Berapa Tarif
Pajak
Terutang

DPP
1

FOREIGN EXCHANGE lOSS


Kerugian Selisih Kurs
yaitu rugi selisih kurs yang timbul akibat konversi mata uang
asing atas transaksi redenominasi transaksi dengan memakai
mata uang asing
Merupakan Deductible expenses
Pd psl. 6 ayat (1) UU PPh, jo. SE-03/PJ.31/1997

7
PEMBUKUAN DALAM MATA UANG ASING

Pasal 28 Ayat (8) UU KUP Tahun 2008

$
WP dapat menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan Bahasa Inggris dan
satuan mata uang Dollar AS:

WP dalam rangka Kontrak


WP dalam rangka PMA
Karya

WP Kontraktor KKS Bentuk Usaha Tetap

Kontrak Investasi Kolektif (KIK)

WP yg mendaftarkan emisi sahamnya di bursa efek LN

WP yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri


Amortisasi Fiskal
Selisih Kurs
Selisih Kurs…

• Ada dua perlakuan atas selisih kurs:


– Kurs tetap: keuntungan atau kerugian selisih kurs diakui
pada saat realisasi atas perkiraan mata uang asing
tersebut
– Kurs tengah BI atau spot rate akhir tahun: pengakuan
selisih kurs dilakukan setiap akhir tahun berdasarkan
kurs tengah BI atau kurs yang berlaku akhir tahun dan
pada saat realisasi
• Harus dilakukan secara taat azas
…Selisih Kurs

• Selisih kurs dari pokok utang/piutang serta saldo kas/bank


dalam valuta asing pada akhir tahun dan/atau saat realisasinya
tidak merupakan penghasilan teratur.
• Tetapi, selisih kurs dalam rangka kegiatan perdagangan valuta
asing termasuk dalam pengertian penghasilan teratur
• Selisih kurs yang melekat pada omzet atau tagihan serta
penghasilan teratur lainnya yang merupakan objek pajak
merupakan bagian dari penghasilan teratur tersebut
PENGGUNAAN KURS MATA UANG ASING SECARA UMUM

Jenis Kurs Mata Uang Asing

Kurs Menkeu Kurs Realisasi Kurs BI


• Kurs Realisasi :
– Kurs yg sebenarnya terjadi saat merupiahkan/ membeli
valas
• Kurs BI :
– Terdiri dari kurs jual dan kurs beli.
– Kurs yg biasa dipakai adalah kurs tengah (rata-rata kurs jual
& beli)
• Kurs Keputusan Menteri Keuangan :
– Utk menghitung PPN, PPn BM, PPh 21, 22, 23, 26, final,
bea masuk, pajak ekspor
PENGGUNAAN KURS MATA UANG ASING SECARA UMUM

Bagi WP yg menyelenggarakan
Pembukuan dalam Rupiah

Akan terkena dampak fluktuasi


kurs rupiah thd valas berupa selisih kurs

Keuntungan selisih kurs Kerugian selisih kurs

Obyek Pajak Pengurang Pengh.

Diakui sesuai Sistem


Pemb. yg dianut WP

Kurs Tetap Kurs Neraca

Harus diterapkan secara taat azas


PERLAKUAN PAJAK ATAS SELISIH KURS

• Selisih Kurs Valuta Asing


– Pasal 4 (1) l UU No.36/2008 menyatakan bahwa keuntungan karena selisih kurs
merupakan objek pajak. Keuntungan ini disebabkan karena selisih kurs dapat
disebebkan fluktuasi kurs mata uang asing atau adanya kebijaksanaan pemerintah
dibidang moneter.
– Pasal 6 (1) e UU No. 36/2008 menyebutkan bahwa kerugian dari selisih kurs mata
uang asing dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Kerugian yang disebabkan
oleh fluktuasi kurs, pembebanannya dilakukan berdasarkan sistem pembukuan
yang dianut, dan harus dilakukan secara taat azas. Apabila WP menggunakan
sistem pembukuan berdasarkan kurs tengah BI atau kurs yang sebenarnya berlaku
pada akhir tahun, pembebananya dilakukan pada setiap akhir tahun berdasarkan
kurs tengah BI atau kurs yang sebenarnya berlaku diakhir tahun.
– Rugi selisih karena kebijakan pemerintah dibidang moneter dapat dibukukan
dalam perkiraan sementara dineraca dan pembebanannya dilakukan bertahap
berdasarkan realisasi mata uang asing tersebut.
PERLAKUAN PAJAK ATAS SELISIH KURS

• Rugi-Laba selisih kurs bagi WP yang penghasilannya dikenakan PPh


final atau bukan objek pajak,
– rugi kurs tersebut tidak dapat mengurangi penghasilan bruto (non
deductible) dan Laba kursnya termasuk objek pajak dan harus
dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh dan sebagai dasar perhitungan PPh
Pasal 25
• Rugi-Laba selisih kurs bagi BUT
Keuntungan/ kerugian selisih mata uang asing yang terjadi akibat fluktuasi
nilai rupiah pada perkiraan utang kepada kantor pusat suatu BUT:
– Bagi BUT bukan usaha perbankan, tidak diakui sebagai biaya atau tidak
diakui sebagai penghasilan
– Bagi BUT usaha perbankan tetap berlaku sesuai ketentuan sesuai Pasal 4
(1) b dan Pasal 6 (1) e UU No. 36/2008
PERLAKUAN PAJAK ATAS SELISIH KURS

• Penggunaan kurs pada transaksi perusahaan yang menggunakan valuta asing


sedangkan pembukuannya dengan rupiah
1. Transaksi dilakukan berdasarkan kurs tengah BI atau kurs yang
sebenarnya berlaku
2. Pasal 31 PP No. 50/1994 junto Ps. 11 PP No. 143/2000
• Apabila pembayaran atau harga jual atau penggantian dilakukan
dengan mempergunakan mata uang asing, maka perhitungan
PPN & PPn BM dengan menggunakan kurs Menteri Keuangan
pada saat pembuatan faktur pajak
• Dalam hal PPN & PPn BM dipungut oleh pemungut, maka
besarnya PPN & PPn BM dikonversi kedalam mata uang rupiah
dengan mempergunakan kurs Menteri Keuangan pada saat
dilakukan pembayaran oleh pemungut PPN
3. Pemotongan/pemotongan PPh-pasal 21, 23, 26 dan pasal 4 (2) final,
berdasarkan Kurs Menteri Keuangan sesuai bukti pemotongan
PERLAKUAN PAJAK ATAS SELISIH KURS

• Penilaian hutang/piutang valas


• Kurs tengah : tiap akhir periode pembukuan dilakukan penilaian kembali
saldo hutang/piutang valas berdasar kurs tengah tgl neraca
• diakui laba rugi kurs tiap akhir periode pembukuan
• Kurs tetap/REALISASI : saldo hutang/piutang valas tidak dilakukan penilaian
• diakui laba rugi kurs tiap akhir periode pembukuan
• Contoh Kasus I:
• Pada tgl 3 Oktober 2011 PT ABC mendapat pinjaman sebesar $ 400.000 dari
AMRO BANK dalam jangka waktu 2 tahun atau jatuh tempo tgl 3 Oktober
2003
• Kurs 03-10-2011 : 10.000
• Kurs 31-12-2011 : 9.500
• Kurs 31-12-2012 : 10.500
• Kurs 03-10-2013 : 9.000
PERLAKUAN PAJAK ATAS SELISIH KURS

• Penilaian hutang/piutang valas


• Contoh Kasus II:
• Pada tgl 6 Februari 2011 PT ABC melakukan penjualan secara kredit senilai $
500.000 kepada PT XYZ. Pelunasan yg dilakukan PT XYZ sbb :
• Angsuran I tgl 6-5-11 $ 200.000
• Angsuran II tgl 6-8-11 $ 100.000
• Angsuran III tgl 6-11-11 $ 100.000
• Angsuran IV tgl 6-2-12 $ 100.000
• Nilai Kurs
• Kurs 6-2-2011 : 10.300
• Kurs 6-5-2011 : 9.500
• Kurs 6-8-2011 : 10.000
• Kurs 6-11-2011 : 10.500
• Kurs 31-12-2011 : 10.200
• Kurs 6-2-2012 : 9.800
2

CAPITAL EXPENDITURE
(Pengeluaran Modal)
VS
REVENUE EXPENDITURE
(Pengeluaran Pendapatan)

19
BIAYA YANG BOLEH DIKURANGKAN

MEMPUNYAI MASA MEMPUNYAI MASA


MANFAAT KURANG MANFAAT LEBIH
DARI 1 TAHUN DARI 1 TAHUN

DIBEBANKAN
DIBEBANKAN MELALUI
LANGSUNG PENYUSUTAN
&
AMORTISASI
Capital Expenditure adalah:
Pengeluaran yg bermanfaat dalam kegiatan atau usaha
untuk 3M lebih dari satu tahun pajak.
=> Termasuk semua pengeluaran yg sifatnya
menambah dan/atau meningkatkan nilai (kegunaan)
harta atau barang modal.
Revenue Expenditure adalah:
Biaya atau pengeluaran yg bermanfaat dalam kegiatan
atau usaha untuk 3M tidak lebih dari satu tahun pajak.
=> Pengeluaran pendapatan dpt diharapkan akan
terjadi secara rutin dlm setiap tahun pajak.

21
Basis
akuntansi

Basis Kas Basis akrual

Suatu transaksi diakui dan


Suatu transaksi yang diakui dan dicatat berdasarkan pengaruh
dicatat berdasarkan saat kas transaksi pada saat kejadian dan
diterima dan dikeluarkan dicatat serta dilaporkan pada
periode yang bersangkutan
TAHAPAN :
1. IDENTIFIKASI TRANSAKSI
• Transaksi keuangan / bukan
• Jenis transaksi

2. ANALISIS TRANSAKSI
• Terkait dengan sistem pencatatan berpasangan : Debet – Kredit
• Pemahaman akan kelompok akun mekanisme Debet –kreditnya

23
23
3. PENJURNALAN
4. POSTING TRANSAKSI
• Mencatat ke buku besar dan buku
pembantu
- BUKU BESAR
– Buku besar / Akun pembukuan
– Daftar Buku besar  Chart of Accounts (CoA)
– Akun real dan akun nominal
- BUKU PEMBANTU:
– Rincian informasi dari bukubesar
– Antara lain : - B.P. Piutang
- B.P. Hutang

24
24
5. PENYUSUNAN NERACA SALDO
• Neraca Saldo: daftar saldo akun Buku Besar
• Tujuan: apkh saldo debet = saldo kredit

6. PENYUSUNAN JURNAL PENYESUAIAN


• Jurnal Penyesuaian  hakikat dasar akrual
• Meliputi :
- Beban dibayar dimuka (Aktiva)
- Pendapatan diterima dimuka (Kewajiban)
- Biaya yang masih harus dibayar (Kewajiban)
- Pendapatan yang masih harus diterima (Aktiva)

25
25
7. NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN
• Membuktikan Jml saldo Debet =saldo kredit
(BB)
• Saldo akun BB  laporan keuangan pokok

6. PENYUSUNAN JURNAL PENUTUP


• Jurnal Penutup  hanya diakhir periode
• Atas akun nominal saja
26
26
Jurnal Penutup
- Ikhtisar L/R xxx
Beban xxx

- Pendapatan xxx
Ikhtisar L/R xxx

- Ikhtisar L/R xxx


Laba xxx

- Rugi xxx
Ikhtisar L/R xxx

27
6. PENYUSUNAN JURNAL PEMBALIK
• Jurnal Pembalik  diawal periode
• Kebalikan dari jurnal penyesuaian tertentu
• Tujuan : penyerdehanaan prosedur
pencatatan pd periode selanjutnya
• Bersifat optional

28
28
KERANGKA LAPORAN KEUANGAN

Perusahaan Dagang
 Tidak merubah bentuk barang
 Perhitungan Harga Pokok Penjualan

Perusahaan Industri
 Merubah bentuk barang, dari bahan baku ke barang jadi
 Perhitungan Harga Pokok Penjualan

29
29
KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN

• NERACA
• LAPORAN LABA-RUGI
• LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
• LAPORAN ARUS KAS
• CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

30
NERACA

• Daftar Aktiva, kewajiban dan equitas pemilik


• Tanggal tertentu
• Akhir bulan
• Akhir tahun
• Bentuk :
• - account form
• - report form

31
LAPORAN L/R

• Ikhtisar Pendapatan & Beban


• Periode waktu tertentu sebulan setahun
• Konsep :
- Matching Principle (prinsip penandingan)

32
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS

• Ikhtisar Perubahan ekuitas yang


menggambarkan peningkatan / penurunan
aktiva bersih atau kekayaaan
• Periode waktu tertentu
• sebulan
• setahun

33
LAPORAN ARUS KAS

• Ikhtisar Penerimaan kas dan pembayaran kas


• Periode waktu tertentu sebulan setahun
• Terdiri dari 3 bagian :
- dari aktivitas operasi
- dari aktivitas investasi
- dari aktivitas pendanaan

34
Catatan Atas Laporan Keuangan

• Setiap pos L/R ; Neraca ; Lap. Arus Kas harus


berkaitan dengan informasi dalam Catatan atas
laporan keuangan
• Mengungkapkan :
- Dasar Pengukuran dan kebijakan akuntansi
- Pengungkapan lain (domisili, bentuk hukum, alamat
kantor pusat / lokasi utama) , (hakekat operasi &
kegiatan utama perusahaan), dsb

35
SUB POKOK BAHASAN

Persyaratan
Pembukuan dalam
Perpajakan

36
Pembukuan (lanjutan)

Penggunaan huruf latin, rupiah, dan angka arab

Prinsip taat asas dengan stelsel akrual atau kas

Materi Perubahan metode akuntansi dan tahun buku

Hal-hal yang harus dimasukkan dalam pembukuan

Penggunaan bahasa asing dan mata uang selain rupiah

forward
37
37
PENGERTIAN PEMBUKUAN
Dalam Psl. 28 UU KUP, mengatur ttg kewajiban pembukuan
Pengertian pembukuan Psl. 1 angka 29 UU KUP

Pembukuan adalah:

Suatu proses pencatatan yg dilakukan secara teratur


utk mengumpulkan data & informasi keuangan yg
meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan
biaya, serta jumlah harga perolehan & penyerahan
barang atau jasa, yg ditutup dgn menyusun laporan
keuangan berupa neraca, dan laporan L/R utk periode
tahun Pajak tsb.
38
PENGERTIAN PENCATATAN
Dalam Psl. 28 UU KUP, mengatur ttg kewajiban pembukuan

Pencatatan yaitu:

Terdiri atas data yg dikumpulkan secara teratur tentang


peredaran atau penerimaan bruto &/ penghasilan bruto
sbg dasar utk menghitung jumlah pajak yg terutang,
termasuk penghasilan yg bukan objek pajak &/ yg
dikenai pajak yg bersifat final.

39
PENGERTIAN PEMBUKUAN
Dalam Psl. 14 UU PPh, mengatur ttg tujuan pembukuan

Tujuan Pembukuan adalah:

Mendapatkan informasi yg benar & lengkap ttg


penghasilan Wajib Pajak utk dapat mengenakan pajak
secara adil, benar dan wajar sesuai kemampuan
ekonomis WP.

40
Pasal 28 UU KUP No. 28 Thn. 2007

Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan


kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan
1 Wajib Pajak badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan.

Pembukuan wajib dilaksanakan oleh WP yg berbentuk


badan usaha, seperti: PT, CV, Firma, Yayasan, Koperasi.
Adapun WP perseorangan yg mempunyai omzet s/d Rp. 4,8
M setahun dapat memilih menggunakan pembukuan atau
menggunakan catatan.

41
Pasal 28 UU KUP No. 28 Thn. 2007

Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan


pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib
melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai
2 dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib
Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.

42
Pasal 28 UU KUP No. 28 Thn. 2007

Syarat-syarat Pembukuan adalah:

Pembukuan atau pencatatan tersebut harus


diselenggarakan dengan memperhatikan iktikad baik
3
dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang
sebenarnya.

Point:
Wajib Pajak harus bersikap fairness dlm penyajian laporan keuangan dan
diandasi dgn kejujuran serta integritas usaha.

43
Pembukuan

Pasal 28 ayat (4) UU KUP

Pembukuan/pencatatan harus diselenggarakan


di Indonesia dengan menggunakan huruf latin,
angka arab, satuan mata uang rupiah, dan
disusun dalam bahasa indonesia atau dalam
bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri
Keuangan.

44
Pembukuan

Pasal 28 ayat (5) UU KUP


Pembukuan diselenggarakan dengan
prinsip taat asas (konsistensi) dan
dengan stelsel akrual atau stelsel kas.
Point:
Namun demikian masih diperkenankan merubah metode pembukuan atau
tahun buku, dgn syarat:
a. Diajukan ke DJP (melalui KPP dimana WP terdaftar) sebelum dimulainya
thn buku ybs.
b. Menyampaikan alasan-alasan yg logis dan dapat diterima serta akibat-
akibat yg mungkin timbul.
c. Persetujuan Direktur Jenderal Pajak

45
Pembukuan

Pasal 28 ayat (6) UU KUP

Perubahan terhadap metode


pembukuan/ dan atau tahun buku, harus
mendapat persetujuan dari Direktur
Jenderal Pajak.

46
Pembukuan

Pasal 28 ayat (7) UU KUP

Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas


catatan mengenai harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta penjualan
dan pembelian, sehingga dapat dihitung
besarnya pajak yang terutang.
Point:
Pembukuan dapat berdasarkan SAK yg berlaku umum dan
menghasilkan L/K Komersial, utk tujuan menghitung penghasilan neto
fiskal (rugi fiskal) dilakukan penyesuaian fiskal positif (negatif)
berdasarkan ketentuan perpajakan yg berlaku
47
Pembukuan

Penjelasan Pasal 28 ayat (7) UU KUP


Selain dapat dihitung besarnya PPh, pajak lainnya juga harus
dihitung dari pembukuan tersebut agar PPN & PPnBM dapat
dihitung dengan benar,pembukuan harus mencatat juga jumlah
harga perolehan atau nilai impor, jumlah harga jual atau nilai
ekspor, jumlah harga jual dari barang yang dikenakan
PPnBM, jumlah pembayaran atas pemanfaatan BKP tidak
berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean dan
atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean, jumlah pajak masukan yang dapat dikreditkan dan yang
tidak dapat dikreditkan.

48
Pembukuan

Penjelasan Pasal 28 ayat (7) UU KUP (lanjutan)

Dengan demikian, pembukuan harus


diselenggarakan dengan cara atau
sistem yang lazim dipakai di Indonesia
misalnya berdasarkan standar akuntansi
keuangan, kecuali peraturan perundang
undangan perpajakan menentukan lain

49
Pasal 28 UU KUP No. 28 Thn. 2007

Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan


8 mata uang selain Rupiah dapat diselenggarakan oleh
Wajib Pajak setelah mendapat izin Menteri Keuangan.

Point:
Bagi perusahaan PMA atau BUT bisa menggunakan bahasa asing & mata
uang selain rupiah setelah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan

50
Pasal 28 UU KUP No. 28 Thn. 2007

Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) terdiri atas data yang dikumpulkan secara
teratur tentang peredaran atau penerimaan
bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai
9
dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang, termasuk penghasilan yang bukan
objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang
bersifat final.

Point:
Wajib Pajak yg menggunakan pencatatan wajib mencatat peredaran atau
penerimaan bruto

51
Pasal 28 UU KUP No. 28 Thn. 2007

Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar


pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain
termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang
dikelola secara elektronik atau secara program
11
aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh)
tahun di Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau
tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di
tempat kedudukan Wajib Pajak badan.

Point:
Seiring dgn perkembangan teknologi informasi, maka untuk WP yg
menggunakan pengolahan data secara elektronik (EDP) harus menyimpan
semua buku, catatan dan dokumen yg menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan tsb.
52
Pasal 28 UU KUP No. 28 Thn. 2007

Bentuk dan tata cara pencatatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
12
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.

Point:
Peraturan Menteri Keuangan yg mengatur hal tsb yaitu:

53
3

PEMILIHAN METODE PERSEDIAAN


• Landasan Hukum:
• UU Pajak Penghasilan

54
PERSEDIAAN
JENIS PERSEDIAAN
- Barang dagangan u/ dijual
- Barang dalam proses.
- Bahan baku/ pelengkap

PENCATATAN / PENILAIAN
- Periodik dan perpetual – disyaratkan perpetual
- Penilaian menurut pajak - FIFO dan Average Cost
- Dicatat sebesar harga perolehannya (at-cost).
BIAYA DIBAYAR DIMUKA
- Biaya u/aktivitas persh. akan datang PSAK 9 sesuai manfaat.

55
KLASIFIKASI PERSEDIAAN

1. PERUSAHAAN JASA
Tidak Punya Persediaan
2. PERUSAHAAN DAGANG
Aktiva dalam bentuk siap dijual
kembali kepada pelanggan
• “ Persediaan Barang ”
3.PERUSAHAAN MANUFAKTUR /
INDUSTRI
Barang dibeli  diproses  barang
jadi u/ tujuan di jual
• Bahan baku ( Raw Material )
• Barang Dalam Proses ( Work In Process )
• Barang Jadi ( Finished Goods )
SISTEM PENCATATAN PERSEDIAAN

Administrasi Persediaan:
1. Sistem fisik / periodik (physically /
periodic inventory system)
2. Sistem perpetual (perpetual inventory
system)
UU PPh pasal 10 ayat (6)
Penilaian persediaan & pemakaian persediaan utk menghitung HPP yaitu FIFO dan
Weighted Average (meratakan nilai persediaan)

see
Periodic Inventory System
• Berdasarkan sistem ini persediaan ditentukan dengan
melakukan penghitungan fisik terhadap persediaan.
 dilakukan secara periodik.
• Dalam sistem ini pencatatan terhadap mutasi
persediaan tidak selalu diikuti.
• Prosedur penghitungan fisik persediaan pada akhir
periode harus dilakukan (mandatory procedure)
untuk menentukan fisik persediaan yang akan
dilaporkan dalam laporan keuangan.
• Hasil perhitungan fisik dipakai sebagai dasar
penentuan nilai persediaan
Perpetual Inventory System

• Pencatatan terhadap mutasi persediaan selalu


diikuti secara konsisten
• Mencatat semua transaksi yang menyebabkan
berkurang atau bertambah persediaan.
• Penghitungan fisik persediaan menjadi tidak
wajib diselenggarakan (mandatory procedure).
PENILAIAN
Masalah dalam penilaian persediaan:
• Menentukan dan mengidentifikasi fisik
(baik jenis maupun kuantitas)
• Menentukan biaya (cost) yang akan
dipakai sebagai dasar penilaian terhadap
persediaan
Masalah Fisik

• Kemungkinan di akhir periode :


a) perusahaan menguasai / memegang barang yang
bukan miliknya dan
b) Memiliki barang yang tidak berada di
perusahaan.

Penentuan hak kepemilikan


perlu diperhatikan :
1. Barang Konsinyasi (Consigned Goods)
Tidak semua barang yang berada di gudang/toko bisa
diakui menjadi milik perusahaan, misalnya barang titipan
dari pihak lain dengan tujuan akan dijual untuk dan atas
nama pihak lain tidak dapat diakui sebagai milik
perusahaan.
2. Barang dalam perjalanan (Goods in transit)
Kepemilikan tergantung perjanjian yang disepakati
penjual & pembeli.
Syarat :
(a) Fob Shipping Point dan
(b) Fob Destination.
a. Fob Shipping Point
– Berdasarkan perjanjian ini, apbl ada barang yang masih
dalam perjalanan diakui menjadi milik pembeli.
Sehingga harus tampak di Neraca
b. Fob Destination
– Berdasarkan perjanjian ini, barang yang dibeli secara
sah menjadi milik pembeli saat barang tsb sampai di
gudang pembeli. Barang dalam perjalanan tidak boleh
diakui sebagai hak milik.
CARA PENILAIAN PERSEDIAAN

• Cara Menentukan biaya (cost) yang akan


dipakai sebagai dasar penilaian terhadap
persediaan :
1. Asumsi aliran biaya ( biaya historis )
2. Metode Taksiran / Estimasi
3. Metode selain harga pokok
ASUMSI ALIRAN BIAYA
Asumsi Aliran Biaya
(Cost Flow Assumption )
• Perusahaan memiliki persediaan yang cukup
banyak. Persediaan didapat dari beberapa
pembelian yang telah dilakukan, dengan waktu
dan biaya yang berbeda-beda.
• Sehingga dalam penilaian biaya persediaan harus
didasarkan pada asumsi aliran biaya
• Asumsi aliran biaya ada 4 metode, yaitu:
1. Identifikasi khusus
2. FIFO (First In First Out)
3. LIFO (Last In First Out) => sdh tdk dipakai
4. Rata-rata (Average)
PENILAIAN PERSEDIAAN DAN PEMAKAIAN
PERSEDIAAN UNTUK PERHITUNGAN HARGA POKOK.

- HARGA PEROLEHAN SECARA RATA-RATA.


- MASUK PERTAMA KELUAR PERTAMA (F I F O)

CONTOH
1. PERSEDIAAN AWAL 100 SATUAN Rp 9.-
2. PEMBELIAN 100 SATUAN Rp 12.
3. PEMBELIAN 100 SATUAN Rp 11,25
4. PENJUALAN/DIPAKAI
5. PENJUALAN/DIPAKAI

PASAL 10 AYAT (6)


N DI DIPAKAI SISA/ PERSEDIAAN.
O DAPAT
RATA –RATA FIFO RATA-RATA FIFO
1. 100 Sat @ Rp 9.=Rp900 100 Sat Rp 9.=Rp900.

2. 100 Sat @ 200 Sat @ RP 10.50.= 100 Sat @ Rp 9.=Rp


Rp 12,= Rp Rp 2.100.- 900.
1.200. 100 Sat @
Rp12.=Rp1200.
3. 100 Sat @ 300 Sat @ Rp 10,75 = Rp 100 Sat @ Rp 9.
Rp 11,25= 3.225.- =Rp900.
Rp 1.125.- 100 Sat @ Rp 12. =
Rp 1.200.-
100 Sat @ Rp 11.25.=
Rp 1.125.-
4. 100 Sat @ Rp 100 Sat @ Rp 200 Sat @ Rp 10,75 = Rp 100 Sat Rp 12.=Rp
10,75=Rp 1.075.- 9.=Rp 900.- 2.150.- 1.200.
100 Sat=Rp1.125

5. 100 Sat @ 100 Sat @ Rp 100 Sat @ Rp 10,75=Rp 100 Sat @ Rp 11,25=
Rp10,75=Rp1.075. 12.= Rp 1.200.- 1.075.- Rp 1.125.
Contoh Kasus:

Dari perusahaan PT. “ACP” pada Desember


2007 diperoleh informasi tentang persediaan
sebagai berikut:
• 01/12 – Persediaan awal 1000 unit @ Rp. 500
• 10/12 – Pembelian 800 unit 550
• 20/12 – Pembelian 700 unit 600
• 18/12 – Penjualan 900 unit
• 27/12 – Penjualan 500 unit

Ditanya:
Berapakah jumlah/nilai persediaan (akhir) dalam unit
dan Rupiah ? (Gunakan metode Fisik dan Perpetual
FIFO, LIFO, Average)
Pengaruh Asumsi Aliran Biaya terhadap
Laporan Keuangan
Cost Flow Neraca Rugi/Laba
FIFO Menggambarkan nilai yang Menggambarkan harga
mendekati harga pasar pokok penjualan yang
(harga yang bisa direalisir) tidak sebanding dengan
harga pasar. Dalam hal ini
laba dinilai terlalu besar
LIFO Menggambarkan nilai Menggambarkan harga
persediaan yang terlalu pokok penjualan yang
kecil mendekati harga pasar.
Dalam hal ini laba dinilai
wajar
Average Menggambarkan nilai Menggambarkan harga
persediaan yang terlalu pokok penjualan yang
kecil tetapi lebih besar mendekati harga pasar,
daripada LIFO tetapi lebih kecil daripada
LIFO. Dalam hal ini laba
dinilai lebih besar daripada
LIFO, tetapi lebih kecil dari
FIFO
4

PEMILIHAN METODE PENYUSUTAN

• Landasan Hukum:
• UU Pajak Penghasilan

71
PENYUSUTAN…

KMK No 138/KMK.03/2002, 96/PMK.03/2009


Penyusutan
• Harga perolehan (harga perolehan ditambah biaya-biaya yang
dikeluarkan, misalnya bea cukai, biaya transportasi, biaya instalasi)
• Harga yang wajar (jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau
diterima) apabila terdapat hubungan istimewa
• Harga pasar (dalam hal terjadi tukar menukar harta)
• Nilai sisa buku dari pihak yang melakukan pengalihan (apabila
pengalihan harta tersebut bukan merupakan objek pajak, misalnya
sumbangan) Untuk mengurangi biaya aktiva yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 tahun
…..PENYUSUTAN

• Metode penyusutan
– Garis lurus
– Saldo menurun
• Bangunan disusutkan dengan metode garis lurus
• Penyusutan dilakukan untuk setiap bulan
• Tanah tidak disusutkan, kecuali jika nilai tanah mengalami
penurunan untuk memperoleh penghasilan
• Di akhir masa manfaat, sisa nilai buku disusutkan seluruhnya
PENYUSUTAN
HARTA BERWUJUD KECUALI
TANAH YG BERSTATUS HAK DILAKUKAN DALAM BAGIAN-BAGIAN YANG SAMA BESAR
MILIK, HGB, HGU, DAN HAK PAKAI SELAMA MASA YG TELAH DITENTUKAN

DILAKUKAN DALAM BAGIAN-BAGIAN YG MENURUN SELAMA


BANGUNAN
MASA MANFAAT YG DIHITUNG DENGAN TARIF ATAS NILAI
SISA BUKU DAN PADA AKHIR MASA MANFAAT, NILAI SISA BUKU
SELAIN BANGUNAN DISUSUTKAN SEKALIGUS

DITETAPKAN MENTERI KEUANGAN.


USAHA TERTENTU
PADA BULAN DILAKUKANNYA PENGELUARAN, KECUALI
MULAI PENYUSUTAN HARTA YG MASIH DALAM PROSES PENGERJAAN, PADA
TAHUN SELESAINYA PENGERJAAN HARTA TERSEBUT.
DENGAN PERSETUJUAN DIRJEN PAJAK:
DASAR PENYUSUTAN BAGI -PADA BULAN HARTA TSB DIGUNAKAN, ATAU
WP YG MELAKUKAN - PADA BULAN HARTA TSB MULAI MENGHASILKAN.
PENILAIAN KEMBALI AKTIVA
SESUAI DENGAN PSL 19
NILAI SETELAH DILAKUKAN PENILAIAN
PASAL 11 AYAT (1),(2),(3),(4),(5),(7) KEMBALI AKTIVA
SAAT MULAI PENYUSUTAN
-BULAN DILAKUKANNYA PENGELUARAN, ATAU
-BULAN SELESAINYA PENGERJAAN SUATU HARTA.

-BULAN HARTA TSB DIGUNAKAN


UNTUK MENDAPATKAN , MENAGIH, BERDASARKAN
DAN MEMELIHARA PENGHASILAN, PERSETUJUAN
ATAU PADA DIRJEN PAJAK
-BULAN HARTA TSB MULAI
MENGHASILKAN
CONTOH 1

PENGELUARAN UNTUK PEMBANGUNAN SEBUAH GEDUNG SENILAI Rp 1 M.


PEMBANGUNAN DIMULAI BULAN OKTOBER 2009, DAN SELESAI UNTUK DIGUNA-
KAN BULAN MARET 2010.
PENYUSUTAN ATAS HARGA PEROLEHAN BANGUNAN GEDUNG DIMULAI PADA
BULAN MARET 2010.
SAAT MULAI PENYUSUTAN
CONTOH 2

SEBUAH MESIN DIBELI DAN DITEMPATKAN PADA BULAN


JANUARI 2009, DENGAN HARGA PEROLEHAN Rp 150 JUTA
MASA MANFAAT MESIN TSB 4 TAHUN. KALAU TARIF
PENYUSUTAN MISALNYA DITETAPKAN 50%, MAKA
PERHITUNGAN PENYUSUTANNYA ADALAH SBB :

TAHUN TARIF PENYUSUTAN NILAI SISA BUKU


HARGA PEROLEHAN Rp150.000.000,-
2009 50% Rp75.000.000,- Rp75.000.000,-
2010 50% Rp37.500.000,- Rp37.500.000,-
2011 50% Rp18.750.000,- Rp18.750.000,-
2012 50% Rp18.750.000.- ---------0-----------
DISUSUTKAN
SEKALIGUS
MASA MANFAAT DAN TARIF PENYUSUTAN
Pasal 11 ayat (6) dan (7)

TARIF PENYUSUTAN
KEL. HARTA MASA
BERWUJUD MANFAAT
GARIS SALDO
LURUS MENURUN
1. Bukan
Bangunan
- Kel. 1 4 Thn 25 % 50 %
- Kel. 2 8 Thn 12,5 % 25 %
- Kel. 3 16 Thn 6,25 % 12,5 %
- Kel 4 20 Thn 5% 10 %

2. Bangunan
Permanen 20 Thn 5%
Tdk Permanen 10 Thn 10 %

PENENTUAN KELOMPOK HARTA BERWUJUD DITETAPKAN


dengan 96/PMK.03/2009
PENGELOMPOKAN HARTA
BERWUJUD

SESUAI DENGAN MASA


MANFAAT

GUNA

KEPENTINGAN PENYUSUTAN

DITETAPKAN DENGAN
PERATURAN MENKEU

PASAL 11 AYAT (11)


Syarat Aktiva dpt disusutkan

1. Aktiva berwujud, masa manfaat > 1 tahun


2. Dimiliki perusahaan
3. Digunakan 3M
4. Saat memperolehnya dikeluarkan biaya
Saat mulai disusutkan

• Bulan perolehan aktiva


• Bulan penyelesaian
• Bulan menghasilkan (lapor ke KPP)
PT. ABC (berdiri sejak 2 Jan 2002)

• 2 Peb 2002 dibeli kendaraan operasional


• 30 Maret dibeli kendaraan bermotor (3M)
• 2 Apr 2002 dibeli mesin produksi (impor), 2
Juni 2002 selesai terpasang, mesin tsb mulai
digunakan 2 Agustus 2002
• 2 Jan 2002 dimulai pembangunan gedung
kantor II, selesai 10 Nopember 2002
• 30 Nopember 2002 dibeli 5 unit komputer (maka
penyusutan 2002 = .... bulan)
• 11 Januari 2003, 2 buah unit mesin dijual oleh
perusahaan. B.Penyusutan th 2003 = ....
Bulan ?
PENGELOMPOKAN AKTIVA

1. BANGUNAN
PERMANEN
TIDAK PERMANEN
2. BUKAN BANGUNAN
- KELOMPOK 1
- KELOMPOK 2
- KELOMPOK 3
- KELOMPOK 4
Contoh Menghitung Biaya
Penyusutan
Sepeda motor (digunakan usaha), dibeli 12 Januari 2005 --- KELOMPOK 1
Harga Perolehan Rp. 12.000.000
G. LURUS Saldo MENURUN
…% X H PEROLEHAN ….% X NILAI SISA BUKU FISKAL
NSBF = H.perolehan - Ak.penyusutan
kelompok 1 = 25% kel 1 = 50% H PEROLEHAN 12.000.000
2005 25% X 12 JT 3.000.000 50% X 12 JT 6.000.000 -
NSBF 6.000.000
2006 25% X 12 JT 3.000.000 50% X 6 JT 3.000.000 -
NSBF 3.000.000
2007 25% X 12 JT 3.000.000 50% X 3 JT 1.500.000 -
2008 25% X 12 JT 3.000.000 NSBF 1.500.000
th 2008 1.500.000

B.Penyusutan dalam ketentuan fiskal : Tidak ada Nilai RESIDU


Penyusutan Komputer (Fiskal)

KOMPUTER

HARDWARE SOFTWARE

APLIKASI KHUSUS
PENYUSUTAN APLIKASI UMUM
AMORTISASI
KELOMPOK 1 - EXPENSE -
Kelompok 1-
Komputer Canggih
Biaya Handphone (Fiskal)

Ponsel

Penyusutan
Pemeliharaan Pulsa
50%
50% 50%
(Kelompok 1)
Sedan & Sejenisnya utk pegawai tertentu

Sedan &
Sejenisnya

Penyusutan
Pemeliharaan BBM, STNK
50%
50% 50%
(Kelompok 2)
Sedan untuk usaha persewaan mobil ???

Bagaimana pendapat anda ???


Hotel Berbintang

• Memiliki mobil sedan untuk antar jemput tamu


dari/ke bandara
• Biaya penyusutannya secara fiskal ?
Villa yang dimiliki perusahaan ???

Bagaimana pendapat anda ???


Mess diklat

Bagaimana pendapat anda ???


Binatang yg digunakan dlm usaha

Bagaimana pendapat anda ???


Kendaraan

Mobil perusahaan yg dibawa


pulang oleh seorang pegawai

Kendaraan perusahaan untuk


antar jemput pegawai
Perolehan aktiva melalui leasing
LEASING
SGU
sewa guna
usaha

TANPA HAK OPSI


OPSI
(Operating
(Finance Lease)
Lease)

Lessor: Lessee: B.Penyusutan


B.Penyusutan B.Penyusutan bagi pemilik
(NDE) (NDE) aktiva (DE)
PENYESUAIAN FISKAL ATAS AKTIVA LEASING

ACCOUNT KOMERSIAL FISKAL


B.PENYUSUTAN MESIN 100.000.000 100.000.000
B.PENYUSUTAN ALAT 90.000.000 0
BERAT (DARI LEASING)
ANGSURAN LEASING 95.000.000
B.BUNGA LEASING 20.000.000 20.000.000
PENYUSUTAN GEDUNG YAYASAN PENDIDIKAN

• Yayasan memperoleh laba/selisih lebih


• Yayasan menyampaikan pemberitahuan ke KPP
bahwa selisih lebih tsb akan digunakan untuk
membangun sarana/prasarana pendidikan.
• Maka atas selisih lebih tsb tidak terutang PPh
• Gedung dibangun dengan dana dari laba/selisih
lebih yg diperoleh yayasan (tdk terutang PPh)
• Biaya penyusutan gedung tsb adalah non
deductible
Revaluasi Aktiva Tetap

• Penilaian Kembali aktiva tetap


• Hanya untuk WP Badan dan BUT
• Aktiva : berwujud, berlokasi di Indonesia, 3M
• Menyampaikan permohonan izin ke DJP
• Revaluasi dilakukan oleh Penilai resmi (diakui
pemerintah)
• Lap keuangan diaudit oleh Ak publik
• WP telah memenuhi semua kewajiban perpajakan
• Membayar PPh Final = 10% x (Hasil penilaian aktiva –
NSBF – kerugian yg blm dikompensasi)
Revaluasi dan biaya penyusutan

• WP yang melakukan revaluasi bermotif :


1. Kenaikan Biaya Penyusutan : penurunan Ph :
penurunan PPh
2. Nilai aktiva menjadi lebih besar (neraca) :
untuk perusahaan yg akan merger atau go
public, juga utk perusahaan dalam kondisi
defisit (ekuitas)
BOT (Build – Operate – Transfer)/ Bangun Guna Serah

• Kontrak antara pemilik tanah dengan investor untuk


membangun gedung atau bangunan lainnya.
• Selama masa kontrak/operasi, gedung merupakan hak
investor maka investor berhak membiayakan seluruh
pengeluaran untuk membangun gedung tsb.
• Biaya tersebut adalah Amortisasi
• Setelah masa kontrak selesai maka gedung diserahkan
ke pemilik tanah, jika digunakan sebagai usaha maka
dibiayakan dgn b. Penyusutan
PENYUSUTAN atas pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud yg dimiliki & Digunakan dlm bid usaha tertentu

a. bidang usaha kehutanan, yaitu bidang usaha hutan, kawasan


hutan, dan hasil hutan yang tanamannya dapat berproduksi
berkali-kali dan baru menghasilkan setelah ditanam lebih dari 1
(satu) tahun.
meliputi tanaman kehutanan, kayu
b. bidang usaha perkebunan tanaman keras, yaitu bidang usaha
perkebunan yang tanamannya dapat berproduksi berkali-kali dan
baru menghasilkan setelah ditanam lebih dari 1 (satu) tahun.
c. bidang usaha peternakan, yaitu bidang usaha peternakan dimana
ternak dapat berproduksi berkali-kali dan baru dapat dijual setelah
dipelihara sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun.
diantaranya ternak sapi pejantan
PENYUSUTAN atas pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud yg dimiliki & Digunakan dlm bid usaha tertentu

• Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud


dimulai pada bulan produksi komersial.
• Bulan produksi komersial adalah bulan dimana penjualan mulai
dilakukan.
• Pengeluaran untuk memperoleh harta termasuk biaya pembelian
bibit, biaya untuk membesarkan dan memelihara bibit.
• Tidak termasuk sebagai adalah biaya yang berhubungan dengan
tenaga kerja.
• Dalam hal harta berwujud tsb dijual, maka harga jual mrpk
penghasilan dan nilai sisa buku merupakan kerugian

PMK NOMOR 249/PMK.03/2008


5

MENYIASATI SE-46/PJ.4/21995

1. Jika tingkat bunga pinjaman dan tingkat bunga


deposito FLAT (Tetap)

2. Jika tingkat bunga pinjaman dan tingkat bunga


deposito NON FLAT (Berubah-ubah)

104
Ilustrasi
SE-46/PJ./1995

Biaya bunga pinjaman 300 (30%)


Working capital=800

Pinjaman PT. X

Deposito=200
Biaya bunga pinjaman=DE
= Rp. 300 x 800/1000
= Rp. 240
Ph Bunga =20% => Objek PPh Final
Nilai biaya bunga pinjaman => PPh-nya tidak masuk sbg kredit pajak
yg dikoreksi = Biaya bunga => PPh-nya tidakmasuk di F-1771
pinjaman x modal kerja/total => Biaya terkaitnya tidak bopleh masuk
pinjaman x 100% atau Rp. juga di F-1771;
300 x 200/1000 yg ekuivalen Biaya yg mana ???!
dgn Rp. 60, maka (Rp. 300-
Rp. 60=Rp. 240)
Cara yg dapat ditempuh perusahaan, sbb:

• Perusahaan sebaiknya menempatkan dana yg belum dipergunakan


dlm bentuk rekening goro, tidak dlm bentuk deposito. Jika
memungkinkankan dilakukan negosiasi dgn bank ybs agar bunga
gironya l;eboh besar dari biasanya karena saldi uyg kita miliki cukup
besar.
• Alaternatif lain yg dapat diambil adalah dgn memanfaatkan dana tsb
di dalam instrumen keuangan yg tidak terkena pajak final, misal;nya
promes, didepositokan di Luar Negeri, atau dipinjamkan pd
perusahaan afiliasi.
PERLAKUAN BUNGA PINJAMAN

Bunga Pinjaman
Dapat
dibebankan

Sepanjang berhubungan dg biaya untuk


3 M penghasilan (obyek PPh non-final)
Kecuali

Bunga tersebut dikapitalisasi, pada :


- pembelian saham
- pembelian tanah (real estate)
- masa konstruksi

UU PPh Pasal ……. SE-46/PJ.4/1995


PERLAKUAN BIAYA BUNGA DALAM HAL WAJIB
PAJAK MENERIMA ATAU MEMPEROLEH
PENGHASILAN BUNGA DEPOSITO
SE-46/PJ.4/1995
BIAYA BUNGA PINJAMAN VS PENDAPATAN BUNGA DEPOSITO
• Dana yang ditempatkan dalam bentuk deposito langsung atau tidak
langsung berasal dari pinjaman pihak ketiga yang dibebani biaya
bunga.
• Apabila jumlah rata-rata pinjaman sama besarnya dengan atau lebih
kecil dari jumlah rata-rata dana yang ditempatkan sebagai deposito,
maka bunga yang dibayar atau terutang atas pinjaman tersebut
seluruhnya tidak dapat dibebankan sebagai biaya
• Apabila jumlah rata-rata pinjaman lebih besar dari jumlah rata-rata
dana yang ditempatkan dalam deposito, maka bunga pinjaman yang
boleh dibebankan adalah bunga yang dibayar atau terutang atas
rata-rata pinjaman yang melebihi jumlah rata-rata deposito
PERLAKUAN BUNGA PINJAMAN

Apabila WP juga mempunyai deposito atau tabungan :

Rata-rata Pinjaman Rata-rata Pinjaman


=< >
Rata-rata Dep/Tab Rata-rata Dep/Tab

Bunga tidak boleh Bunga dibebankan


dibebankan atas selisih lebih
rata-rata pinjaman

Bunga dapat dibebankan seluruhnya dalam hal :


- Dana pinjaman ditempatkan dalam rekening giro
Top - Ketentuan mengharuskan dana pinjaman ditempatkan di dep/tab
Back
- Saldo dep/tab dananya berasal dari tambahan modal/sisa laba
Next

UU PPh Pasal ……. SE-46/PJ.4/1995


PERLAKUAN BUNGA PINJAMAN Contoh Soal:

• Pada th 2009 PT ABC mendpt pinjaman dari Bank Mandiri


– Nilai Rp 200 Juta dan
– tingkat bunga pinjaman 20%.
• Dari jumlah tersebut telah diambil pada bulan Februari sebesar Rp
125 Juta, pada bulan Juni diambil lagi sebesar Rp 25 Juta dan sisanya
diambil bulan Agustus.
• Disamping itu PT ABC mempunyai dana yang ditempatkan dalam
bentuk deposito dengan perincian sebagai berikut :
– Februari s/d Maret sebesar Rp 25 Juta
– April s/d Agustus sebesar Rp 46 Juta
– September s/d Desember sebesar Rp 50 Juta
• Hitung bunga yang dapat dibebankan sebagai biaya..!
PERLAKUAN BUNGA PINJAMAN

• Rata-rata Pinjaman:
Bulan Pinjaman Jk Waktu Jumlah
– Januari - 1 bln -
– Feb – Mei 125 Juta 4 bln 500 Juta
– Juni – Juli 150 Juta 2 bln 300 Juta
– Agt – Des 200 Juta 5 bln 1.000 Juta
Total 1.800 Juta
Rata-rata pinjaman = 1,8 M : 12 bln = 150.000.000
• Rata-rata Deposito
Bulan Pinjaman Jk Waktu Jumlah
– Januari - 1 bln -
– Feb – Mar 25 Juta 2 bln 50 Juta
– April – Juli 46 Juta 5 bln 230 Juta
– Agt – Des 50 Juta 4 bln 200 Juta
Total 480 Juta
Rata-rata Deposito = 480 Juta : 12 = 40.000.000
• Bunga yang dapat dibebankan sebagai biaya =
20% x (150 Juta – 40 Juta) = Rp 22.000.000,-
• Bunga yang dapat dikurangkan: (150 jt – 40 jt) x 20% = 22 juta
• Pengecualian:
• dana pinjaman tersebut disimpan/ditempatkan dalam bentuk rekening
giro yang dikenakan PPh final,
• adanya keharusan bagi WP untuk menempatkan sejumlah dana
dalam bentuk deposito berdasarkan ketentuan yang berlaku,
sepanjang jumlah deposito dan tabungan tersebut semata-mata untuk
memenuhi keharusan tersebut: misalnya cadangan biaya reklamasi
yang harus ditempatkan dalam bentuk deposito di Bank Pemerintah,
• dapat dibuktikan bahwa penempatan deposito atau tabungan tersebut
dananya berasal dari tambahan modal dan sisa laba setelah kena
pajak
Catatan:
Jika tingkat bunga pinjaman berbeda maka
rumus sbb :
NON
Rata-rata Deposito FLAT
X Bunga yg dibayar
Rata-rata Pinjaman
See Contoh lainnya
SE-46/PJ.4/1995 tgl 5/10/1995
• Contoh penghitungan biaya bunga yang
dapat dibebankan sebagian apabila jumlah
pinjaman lebih besar dibandingkan dengan FLAT
pendapatan bunga simpanan/deposito
Rincian Bunga Pinjaman Bank

Pokok Tingkat Masa Bunga


Pinjaman Bunga Pinjaman Pinjaman
125 jt 24% Feb s.d Mei 10 jt
150 jt 24% Juni s.d Juli 6 jt
200 jt 24% Agt s.d Des 20 jt
Jumlah Bunga Pinjaman 36 jt
114
Cont’d

Rincian Pendapatan Bunga Simpanan/Deposito

Jumlah Tingkat Masa Bunga


Deposito Bunga Deposito Deposito
25 jt 12% Feb s.d Apr 0,75 jt
25 jt 12% Mei s.d. Juli 0,75 jt
25 jt 12% Agt s.d. okt 0,75 jt
Jumlah 2,25 jt

115
Cont’d

SOLUSI
Rata-rata pinjaman
Feb-Mei 4 x Rp 125 jt = Rp 500 jt
Juni – Juli 2 x Rp 150 jt = Rp 300 jt
Agt – Des 5 x Rp 200 jt = Rp 1.000 jt
JUMLAH Rp 1.800 jt

Rata² Pinjaman = 1/12 x Rp 1.800 jt = 150 jt


116
Cont’d

• Rata-rata Deposito
Feb – Apr 3 x Rp 25 jt = Rp 75 jt
Mei – Juli 3 x Rp 25 jt = Rp 75 jt
Agts – Okt 3 x Rp 25 jt = Rp 75 jt
JUMLAH Rp 225 jt
Rata² = 1/12 x Rp 225 jt = Rp 18,75 jt

Biaya bunga yang dapat dibebankan:


24% x (150 jt – 18,75 jt) = Rp 31,5 jt
117
Contoh 2:
•PT. ABC dalam th 2014 mempunyai Deposito & Bunga Pinjaman Bank
sbb.:
a. Rincian Pendapatan Bunga Deposito dr BCA sbb :

Pengh % Bunga Juml Masa


Bunga Deposito Deposito NON
2,16 jt 10 % 130 jt Peb-Mrt FLAT
4,0 jt 12 % 80 jt Apr-Agust
2,0 jt 10 % 60 jt Sep-Des
8,16 jt - - -

118
b. Rincian bunga pinjaman kpd BNI sbb :

Bunga % Bunga Juml Masa Pinjaman


Pinjaman Pinjaman

10 jt 12 % 250 jt Peb-Mei
7 jt 14 % 300 jt Jun-Jul
20 jt 12 % 400 jt Agust-Des

-
37 jt - -

119
PERTANYAAN:
Bila dilakukan Pemeriksaan Hitung Bunga Pinjaman
yg diperkenankan dibiayakan oleh PT. ABC th. 2008.
(menurut ketentuan Perpajakan apabila ada Bunga
Pinjaman Bank juga ada Deposito).
JAWAB :

130 x 2 + 80 x 5 + 60 x 4
X 37 jt= 9,25 juta
250 x 4 + 300 x 2 + 400x 5

120
6

CADANGAN KERUGIAN
PIUTANG TAK TERTAGIH

121
DEFINISI

 Piutang usaha adalah tuntutan (claims) thd


pihak tertentu yg penyelesainnya diharapkan
dlm bentuk kas selama kegiatan normal
perusahaan.
Klaim timbul krn berbagai sebab, misalnya
penjualan secara kredit, pemberian pinjaman
kpd karyawan.
Penjelasan

Klasifikasi piutang Diskon/ potongan dagang

Metode tidak langsung/


penyisihan
Piutang Retur penjualan &
pengurangan harga

Metode penghapusan piutang Penilaian piutang

Continue
Cont’d
Penjelasan

Penghapusan piutang tak tertagih Estimasi piutang tak tertagih


menurut metode penyisihan berdasarkan persentase penjualan

Piutang Estimasi piutang tak tertagih


Berdasarkan saldo piutang
usaha

Koreksi thd penyisihan piutang Umur piutang


tak tertagih
CONTOH :
Konservatis
• AKUNTANSI menggunakan prinsip konservatis, yaitu mengakui kerugian yg mgk
timbul (belum direalisasi) yg dpt diperkirakan atau ditaksir dgn membentuk
penyisihan.
Misalnya penurunan nilai surat2 berharga,kerugian piutang, potongan
penjualan, retur penjualan, penilaian persediaan berd COMWIL
• Ketentuan Fiskal : Pasal 9 (1) c UU PPh, untuk menentukan besarnya
penghasilan kena pajak bagi WP dalam negeri & BUT tidak boleh dikurangkan :
pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali :
1.cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
6. industricadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan
limbah industri untuk usaha pengolahan limbah
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
PMK No. 57/PMK.03/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menkeu No. 105/PMK.03/2009

• Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih adalah piutang yang timbul
dari transaksi bisnis yang wajar sesuai dengan bidang usahanya, yang
nyata-nyata tidak dapat ditagih meskipun telah dilakukan upaya-upaya
penagihan yang maksimal atau terakhir oleh Wajib Pajak.
• (1) Syarat Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dapat dibebankan
sebagai biaya :
a. telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang nyata-nyata tidak
dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
c. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut telah diserahkan
perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah
yang menangani piutang negara, atau terdapat perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur atas
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut, atau telah
dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus, atau adanya
pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah
utang tertentu.
Cont’d

(1a) Daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih


sebagaimana dimaksud pada huruf b berbentuk hard copy
dan/atau soft copy.
(2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf c tidak berlaku
untuk piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur
kecil atau debitur kecil lainnya.
• (3) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur
kecil adalah piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), yang merupakan
gunggungan jumlah piutang dari beberapa kredit yang diberikan
oleh suatu institusi bank/lembaga pembiayaan dalam negeri
sebagai akibat adanya pemberian:
a. Kredit Usaha Keluarga Prasejahtera (Kukesra), yaitu kredit lunak
untuk usaha ekonomi produktif yang diberikan kepada Keluarga
Prasejahtera dan Keluarga Sejahtera I yang telah menjadi peserta
Takesra dan tergabung dalam kegiatan kelompok Prokesra-OPPKS;
Piutang Debitur kecil
b. Kredit Usaha Tani (KUT), yaitu kredit modal kerja yang diberikan oleh bank
kepada koperasi primer baik sebagai pelaksana (executing) maupun penyalur
(channeling) atau kepada Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai
pelaksana pemberian kredit, untuk keperluan petani yang tergabung dalam
kelompok tani guna membiayai usaha taninya dalam rangka intensifikasi padi,
palawija, dan hortikultura;
c. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS), yaitu kredit yang
diberikan oleh bank kepada masyarakat untuk pemilihan rumah sangat
sederhana (RSS);
d. Kredit Usaha Kecil (KUK), yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah usaha
kecil;
e. Kredit Usaha Rakyat (KUR), yaitu kredit yang diberikan untuk keperluan
modal usaha kecil lainnya selain KUK; dan/atau f. Kredit kecil lainnya dalam
rangka kebijakan perkreditan Bank Indonesia dalam mengembangkan usaha
kecil dan koperasi.
(4) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih kepada debitur kecil lainnya
adalah piutang debitur kecil lainnya yang jumlahnya tidak melebihi Rp
5.000.000,00 (lima juta rupiah).
Jenis usaha yg diperkenankan
membentuk dana cadangan
• Bank,
• Leasing (Sewa Guna Usaha) dgn Hak Opsi
• Asuransi
• Lembaga penjamin simpanan
• Penyalur kredit
• Pertambangan
• Pengolahan limbah
7

BIAYA
ENTERTAINMENT

131
ENTERTAINMENT

DAFTAR NOMINATIF ENTERTAINMENT


SE-27/PJ.22/1986 , tgl. 14 Juni 1986:
• Biaya entertainment, representasi, jamuan, dan sejenisnya utk mendptkan,
menagih, & memelihara penghasilan pd dasarnya dpt dikurangkan dr
penghasilan bruto (Psl. 6 ayat (1) huruf a UU PPh.
• WP hrs dpt membuktikan, bhw biaya-biaya tsb benar-benar telah
dikeluarkan (formal) dan benar ada hubungan dg kegiatan perush (materiil)
• Agar dpt dikurangkan dr penghasilan kena pajak, WP wajib melampirkan
daftar nominatif biaya entertainment & sejenisnya pd SPT Tahunan
PPh Badan
ENTERTAINMENT

Contoh
8

PERSYARATAN-PERSYARATAN
BEBAN PROMOSI SESUAI ATURAN
PERPAJAKAN

134
Biaya Promosi Yang Dapat Dikurangkan
Dari Penghasilan Bruto (1)
02/PMK.03/2010, SE-09/PJ/2010

Biaya promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, yaitu :


o Biaya periklanan di media elektronik, media cetak, dan/atau media
lainnya
o Biaya pameran produk
o Biaya pengenalan produk baru
o Biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk

Tidak termasuk biaya promosi :


o Pemberian imbalan berupa uang dan/atau fasilitas, dengan nama
dan dalam bentuk apapun, yang tidak berkaitan langsung dengan
penyelenggaraan kegiatan promosi.
o Biaya promosi untuk 3M yang bukan merupakan objek pajak dan
yang telah dikenai pajak bersifat final.

135
Biaya Promosi Yang Dapat Dikurangkan
Dari Penghasilan Bruto (2)
02/PMK.03/2010, SE-09/PJ/2010

o Wajib pajak wajib membuat daftar nominatif atas


pengeluaran biaya promosi yang paling sedikit harus memuat
data penerima berupa nama, NPWP, alamat, tanggal, bentuk
dan jenis biaya, besarnya biaya, nomor bukti pemotongan dan
besarnya PPh yang dipotong

o Daftar nominatif tersebut diatas wajib dilaporkan sebagai


lampiran saat Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh
Badan.

136
Daftar nominatif

No. Nama NPWP Alamat Tgl. Bentuk& Jumlah No. PPh yg


??!! Jenis Biaya Bukti dipoto
Usaha (Rp) Potong ng (Rp)

Sumber: Permenkeu No. 02/PMK.02/PMK.03/2002


9

BERBAGAI PENGUJIAN UTK


MENGUJI KEBENARAN BPP

• Landasan Hukum:
UU Pajak Penghasilan, terkait
masalah ekualisasi pajak dan
rekonsiliasi fiskal

138
PENJUALAN & HPP (FISKAL)

•Penjualan : Diterima & Diperoleh


(CASH) (KREDIT)
•Retur : Prinsip Realisasi
•Potongan : Prinsip Realisasi
•Persediaan : FIFO atau Average
•Pembelian : lokal & Impor
PEMBELIAN

• Harga perolehan pembelian lokal =


Nilai Pembelian + Biaya2 sehubungan
pembelian lokal
• Harga Perolehan Impor =
Nilai Impor + Biaya2 sehubungan impor + PPn
BM
- PPN (impor) dikreditkan di SPT Masa PPN
- PPh ps 22 (impor) dikreditkan di SPT tahunan Badan
INPUT PROSES OUTPUT
INTERNAL :
-DIREKSI
-MANAJEMEN
BUKTI TRANSAKSI PENCATATAN I LAPORAN -KOMISARIS
-BON,NOTA (JURNAL) KEUANGAN
-FAKTUR
KWITANSI
EXTERNAL:
PENGKLASIFIKASIAN -BANK
(BK BESAR) NERACA
LAP. LABA RUGI -PASAR MODAL
-PEMERINTAH
ARUS KAS
… (PAJAK)
REKAP SALDO
MASING2 PERKIRAAN
(NERACA SALDO)
LAPORAN KEUANGAN PENGHITUNGAN PENGISIAN
WAJIB PAJAK PAJAK SPT
(LAP.LABA RUGI) PENGHASILAN TAHUNAN

BEBERAPA
SESUAI
SESUAI PERBEDAAN
KETENTUAN
PSAK PERPAJAKAN

PENGHASILAN : BIAYA : Peny Fiskal Peny Fiskal


OBJEK (FINAL & - DEDUCTIBLE POSITIF NEGATIF
NON FINAL)
- NON DEDUCT
BUKAN OBJEK

Beda Tetap PENYESUAIAN


FISKAL
(REKONSILIASI
Beda Waktu FISKAL)
Rekonsiliasi
Beban Pokok Produksi
Fungsi dalam Organisasi
Kaitannya dengan Pelaporan Pajak
Asset/Liab’s

Biaya BS/ PNL


Fungsi Mgt
Administratif
Administratif

Fungsi Bi Prod
PPh
Operasional/
HPP
Produksi
Tax
Bi. Penjualan Reporting
Fungsi
Marketing
Gross Sales
Sales
PPN/PPn BM
Sumber Jurnal Buku Neraca Laporan Keuangan
Dokumen Besar Saldo

Neraca

PSAK Laporan Laba/Rugi

Praktek akuntansi yang lazim

Rekonsiliasi Fiskal
Penyesuaian Positif
Penyesuaian Negatif

UU Perpajakan
Laba (Rugi) Fiskal

Laba xxx
Kompensasi ( xxx )
Penghasilan Kena Pajak xxx
PPh Terutang: (psl 17UU PPh) xxx
(25%)
Accounting Vs Tax Audit Process

Documents •Journals Balance Sheet


•Postings
•Ledgers P&L
•T B

Sub Fiscal
Ledgers Adjustment

SPT SPT PPh


PPN
Korelasi SPT PPh dengan BS/P&L Accounts
dan Catatan lainnya

• Peredaran Usaha • Piutang, Kas/Bank,


discounts, Inventory,
debt write- offs
• Harga Pokok • Inventory, Hutang,
Kas/Bank, Aktiva, Adm.
Pegawai, Laporan
Produksi, dsb.
Korelasi SPT PPh dengan BS/P&L Accounts
dan Catatan lainnya
• Pengurangan • Kas/Bank, Aktiva,
Penghasilan Bruto Pemakaian hak,
kontrak/perjanjian, Rek.
Kredit, Adm. Pegawai,
Korelasi SPT PPh dengan BS/P&L Accounts
dan Catatan lainnya

• Financial Assets • Current Liabilities


• Fixed assets • Longterm and Other
• Other Asstes Liab’s
• Stock Holder’s Equity
10

EKUALISASI BPP & BEBAN


OPERASIONAL DGN DPP PPN
MASUKAN

• Landasan Hukum:
• UU Pajak Penghasilan
• UU PPN & PPnBM

150
Biaya yg diperbolehkan (Pasal 6 UU PPh)
Nama Biaya Nama Biaya
A. biaya yang secara langsung atau tidak langsung D. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta
berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain: yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau
yang dimiliki untuk 3M
- Biaya pembelian bahan E. kerugian selisih kurs mata uang asing

- Biaya berkenaan dgn pekerjaan F. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan


jasa termasuk upah, gaji, honor yang dilakukan di Indonesia;
bonus, gratifikasi, & tunjangan dlm
bentuk uang
- Bunga, sewa, dan royalti G. biaya beasiswa, magang, & pelatihan

-Biaya perjalanan H. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih


-Biaya Pengolahan Limbah
-Biaya Asuransi I. sumbangan dalam rangka penanggulangan
-Biaya Promosi & Penjualan bencana nasional
-Biaya Administrasi J. sumbangan dalam rangka penelitian dan
-Pajak kecuali Pajak Penghasilan pengembangan yang dilakukan di Indonesia
B. Biaya Penyusutan dan Amortisasi K. biaya pembangunan infrastruktur sosial
C. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah L. sumbangan fasilitas pendidikan
disahkan oleh Menteri Keuangan M. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga ...
(sumbangan-sumbangan tsb diatas diatur dgn
Peraturan Pemerintah)
Biaya yg tidak diperbolehkan
(pasal 9(1) UU PPh)
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen
yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi;
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham,
sekutu, atau anggota;
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali: 1. cadangan piutang tak tertagih
untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha
dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang; 2.
cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;3.cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin
Simpanan; 4.cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan; 5. cadangan
biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan 6. cadangan biaya penutupan dan
pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah
industri, yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;
d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh
pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang
bersangkutan;
e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam
bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh
pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah
tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
Biaya yg tidak diperbolehkan
(pasal 9(1) UU PPh)
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada
pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan;
g. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh
badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah
atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
h. Pajak Penghasilan;
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau
orang yang menjadi tanggungannya;
j. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham;
k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda
yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Pasal 9 (2)
Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk dibebankan
sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11A.
Profesi untuk
Mengabdi pada
TERIMA KASIH Negeri
Iji Samaji, S.E., M.Si., Ak., C.A., BKP.
GSM :081357 822744; 0819 13200 364;
085 101 567822
CDMA : 08888299629; 02231129253
iji_sam@yahoo.co.id; kkpisam_cmh@yahoo.co.id;
Iji.samaji@akuntanindonesia.or.id

Anda mungkin juga menyukai