Anda di halaman 1dari 4

Nama: Ridho Ramadhan Ismet

NPM: 191210190

Kelas: 4AKT EPagi

1. Bagaimana pengaruh pencadangan/penghapusan piutang tak tertagih terhadap upaya


optimalisasi pembayaran pajak perusahaan? Dan apakah pencadangan piutang tak tergaih perlu
dilakukan oleh perusahaan, jelaskan alasannya!
Jawab:
Pencadangan/penghapusan piutang tak tertagih memiliki pengaruh terhadap optimalisasi
pembayaran pajak perusahaan. Pencadangan piutang tak tertagih tidak diakui sebagai biaya
atau pendapatan dalam perpajakan, maka pencadangan piutang tak tertagih akan dilakukan
koreksi negatif yang dimana dapat mengurangi laba kena pajak.
Tentunya beberapa perusahaan seperti perusahaan perusahaan perbankan, perusahaan
asuransi, dan perusahaan pembiayaan perlu melakukan pencadangan piutang tak tertagih guna
mengoptimalisasi pembayaran pajak.

2. Bagaimana perlakukan terhadap Biaya Pendirian maupun Biaya Pra Operasi Perusahaan baik
secara akuntansi maupun secara perpajakan?
Jawab:
Pengeluaran untuk biaya pendirian suatu perusahaan dibebankan pada tahun terjadinya
pengeluaran atau amortisasi sesuai kelompok harta tak berwujud, masa manfaat, dan tarif yang
ditetapkan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 A ayat (2) UU PPh No. 36
Tahun 2008. Amortisasi atas biaya pendirian tersebut dapat dilakukan dengan straight line
method maupun declining balance method dan pada akhir tahun masa manfaat diamortisasi
sekaligus (close end).

3. Jelaskan ketentuan terkait dengan reimbursement secara perpajakan!


Jawab:
Secara perpajakan Reimbursment harus memenuhi ketentuan sbb :
1) Faktur tagihan dari pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis
2) Sebagai penggantian pembayaran, bukti harus dibuat atas nama penanggung beban
atau atas nama pihak yang membayarkan terlebih dahulu qq penanggung beban
3) Jumlahnya nyata-nyata telah dibayarkan, artinya tidak boleh ada murk-up atau mark-
down
4) Terdapat faktur tagihan atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan oleh pihak kedua
kepada pihak ketiga
4. Jelaskan bagaimana ketentuan penyelenggaraan pembukuan dengan valuta asing!
Jawab:
1) Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing yang beroperasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang Penanaman MoWajib dal Asing;

2) Wajib Pajak Kontrak Karya yang beroperasi berdasarkan kontrak/perjanjian dengan


Pemerintah Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentudalam rangka an
peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan mineral dan batubara;
3) Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan minyak dan gas bumi;

4) Bentuk Usaha Tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5) Undang-Undang PPh
atau sebagaimana diatur dalam Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda (P3B) terkait;

5) Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di
bursa efek luar negeri;

6) Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan reksadana dalam denominasi satuan
mata uang Dolar Amerika Serikat dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan Efektif
Pernyataan Pendaftaran dari Lembaga independen yang melakukan pengaturan dan
pengawasan jasa keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang Otoritas Jasa Keuangan;

7) Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu
perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan/atau dikuasai oleh perusahaan
induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan huruf b Undang-Undang
PPh; atau

8) Wajib Pajak yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang fungsionalnya
menggunakan satuan mata uang Dolar Amerika Serikat sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia.

5. Jelaskan bagaimana ketentuan konversi ke satuan valuta asing USD!


Jawab:
A. Untuk harga perolehan harta berwujud dan/atau tidak berwujud yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada saat
perolehan harta tersebut.

B. Untuk akumulasi penyusutan dan atau amortisasi harta menggunakan kurs sebenarnya
berlaku pada saat perolehan harta tersebut

C. Untuk harta lainnya dan kewajiban menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku pada
akhir tahun buku sebelumnya, berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang
dilakukan secara taat asas.

D. Apabila terjadi revaluasi aktiva tetap, disamping menggunakan nilai historis, atas nilai
selisih lebih dikonversi ke dalam satuan mata uang USD dengan menggunakan kurs yang
sebenarnya berlaku pada saat dilakukan revaluasi.
E. Untuk laba ditahan atau sisa kerugian dalam satuan mata uang IDR dari tahun-tahun
sebelumnya, dikonversi ke dalam satuan mata uang USD dengan menggunakan kurs
yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun buku sebelumnya yakni kurs tengah BI dan
berdasarkan sistem pembukuan yang dianut yang dilkukan secara taa asas.

F. Untuk modal saham dan ekuitas lainnya menggunakan kurs yang sebenarnya berlaku
pada saat terjadinya transaksi.

G. Dalam hal terdapat selisih laba atau rugi sebagai akiibat konversi dari sauan mata uang
IDR ke satuan mata uang USD sebagaimana dimaksud pada huruf a, b, c , d, dan e, selisih
laba atau rugi tersebut dibebankan pada rekening laba ditahan.

6. Jelaskan bagaimana perlakukan atas selisih kurs secara perpajakan!


Jawab:
PASAL 9 PERATURAN PEMERINTAH NO. 94 TAHUN 2010
 Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing diakui sebagai penghasilan atau
biaya berdasarkan sistem pembukuan yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia.

 Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing yang berkaitan langsung dengan
usaha Wajib Pajak yang: dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau tidak
termasuk objek pajak, tidak diakui sebagai penghasilan atau biaya.

 Keuntungan atau kerugian selisih kurs mata uang asing yang tidak berkaitan langsung
dengan usaha Wajib Pajak yang: dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final; atau
tidak termasuk objek pajak, diakui sebagai penghasilan atau biaya sepanjang biaya
tersebut dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ.31/1997 :

 Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing termasuk penghasilan yang menjadi
Objek Pajak Penghasilan. Pengenaan pajaknya dikaitkan dengan sistem pembukuan
yang dianut oleh Wajib Pajak dengan syarat dilakukan secara taat asas. Oleh karena itu
keuntungan selisih kurs yang diperoleh Wajib Pajak badan maupun orang pribadi harus
dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan.

 Kerugian karena selisih kurs mata uang asing merupakan unsur pengurang penghasilan
bruto. Kerugian selisih kurs mata uang asing akibat fluktuasi kurs, pembebanannya
dilakukan berdasarkan pembukuan yang dianut oleh Wajib Pajak dan dilakukan secara
taat asas. Apabila Wajib Pajak menggunakan sistem pembukuan berdasarkan : 1) .Kurs
tetap, pembebanan selisih kurs dilakukan pada saat terjadinya realisasi perkiraan mata
uang asing tersebut. 2). Kurs tengah Bank Indonesia atau kurs yang sebenarnya berlaku
pada akhir tahun, pembebanannya dilakukan pada setiap akhir tahun berdasarkan kurs
tengah Bank indonesia atau kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun. Kerugian
yang terjadi karena selisih kurs, dapat diakui sebagai pengurang penghasilan sepanjang
Wajib Pajak tersebut mempunyai sistem pembukuan yang diselenggarakan secara taat
asas, sesuai dengan bukti dan keadaan yang sebenarnya, dan dalam rangka kegiatan
usahanya atau berkaitan dengan usahanya.

 Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang memilih mempergunakan norma penghitungan
penghasilan netto kerugian karena selisih kurs tidak dapat diakui sebagai pengurang
penghasilan.

7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ketidak adilan vertikal dan ketidak adilan horizontal dalam
kebijakan perpajakan UMKM!
Jawab:
Kebijakan penurunan/diskon tarif PPh hingga 50% dalam Pasal 31E UU PPh bertentangan
dengan prinsip horizontal equity hal ini karena dengan penghasilan kena pajak yang sama akan
dihasilkan pajak terutang yang tidak sama

 Syarat keadilan horizontal :

1) WP berada dalam kondisi penghasilan kena pajak yang sama diperlakukan sama (equal
treatment for the equals)

2) Semua orang yang mempunyai tambahan ekonimi yan sama dengan tanggungan yang
sama tanpa membedakan jenis atau sumber penghasilan, harus membayar pajak dalam
jumlah yang sama.

 Syarat keadilan vertikal :

a. WP berada dalam kondisi penghasilan kena pajak yang berbeda diperlakukan


secara berbeda pula (unequal treatment for the unequals)

b. Dalam kondisi penghasilan kena pajak yang tidak sama akan dihasilkan pajak
terutang yang tidak sama pula. Jumlah pajak yang dibayar semakin besar,
sebanding dengan semakin besarnya kemampuan badan UMKM membayar
pajak

Anda mungkin juga menyukai