Anda di halaman 1dari 9

Akuntansi Perpajakan (PSAK 46)

Konsep Dasar Entitas :

1. Entitas sebagai subjek pajak atau wajib pajak


a. Orang Pribadi
b. Warisan yang belum terbagi
c. Badan
d. BUT

Akuntansi dalam Perpajakan Indonesia :

1. Pembukuan (UU KUP pasal 1)


Proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meilupti harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga
perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang ditutup dengan menyesun laporan keuangan
berupa neraca dan laporan laba rugi tahun pajak.

Syarat Pembukuan dalam Perpajakan :


a. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau
kegiatan usaha yang sebenernya
b. di Indonesia
c. Latin dan angka Arab
d. Rp atau satuan mata uang lain yang diperbolehkan
e. Bahasa Indonesia atau bahasa lain yang diperbolehkan
f. accrual atau cash basis
g. perubahan metode pencatatan/pembukuan harus ada dirjen pajak
h. dokumen wajib disimpan 10 tahun di Indonesia
i. Pembukuan minimal catatan mengenai harta, kewajiban modal, penghasilan dan biaya, serta
penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung pajak yang terutang.

Sanksi tidak melaksanakan Pembukuan :


a. Pidana Penjara paling singkat 6 bulan dan lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak
yang terutang tidak atau kurang dibayar.
b. Apabila sesorang melakukan tindak pidana lagi sebelum lewat satu tahun maka setelah
setelai pidana, hukuman pidana dilipatkan dua.
Hal-hal yang menimbulkan sanksi :
a. Menolak pemeriksaan pajak
b. Memperlihatkan dokumen palsu
c. Tidak ada pencatatan dan pembukuan, tidak memperlihatkan atau meminjamkan
dokumen atau catatan
d. Tidak menyimpan catatan, buku dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan.

2. Pencatatan (UU KUP pasal 28)


Pencatatan adalah pengumpulan data secara teratur tentang peredaran atau penerimaan
barang bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang
terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang
bersifat final.

Dikecualikan dari kewajiban Pembukuan

Pasal 28 ayat 2, yang dikecualikan pembukuan tetapi wajib melakukan pencatatan adalah WPOP
yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dan WPOP yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

3. Penyelenggaran Pembukuan dengan Bahasa Asing dan Mata Uang Asing

Bahasa Ingris Mata uang $


Menerima izin tertulis dari Menteri Keuangan kecuali untuk WP Kontrak Karya atau Kontrak
Bagi Hasil.
3 bulan sebelum tahun buku dengan Bahasa ingris dan mata uang $ dimulai atau 3 bulan
setelah pendirian WP baru.

WP yang dapat melaksanakan pembukuan dalam bahasa dan mata uang asing :
 WP dalam rangka penanaman modal asing
 WP Kontrak Karya
 WP Kontrak Bagi hasil
 BUT (Pasal 2 ayat 5 UU PPh 2000)
 WP yang berafiliasi dengan perusahaan induk di luar negeri (Pasal 18(4) huruf a dan b
UU PPh 2000)

4. Hubungan Akuntansi Komersial dan Perpajakan


Komersial -> lap keu untuk internal dan eksternal
Perpajakan -> lap keu untuk pepajakan
Ketidaksesuaian antara UU dan PSAK -> UU pajak diprioritaskan untuk dipatuhi atas praktek dan
kelaziman akuntansi.

5. Konsep Dasar Akuntansi Perpajakan


 Accrual dan Cash Basis
Accrual = diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu terutang
Cash = diakui pada saat penghasilan diterima dan biaya dibayar secara tunai.
 Going concern
 Business entity concept
 Unit of measure concept

6. Sifat dan Keterbataasan Keuangan Fiskal


a. Lap,Keu bersifat historis
b. Penyusunan tidak luput dari estimasi dan pertimbangan
c. Mengutamakan yang material
d. Menekankan pada makna ekonomis
e. Terdapat alternative metode yang digunakan -> variasi pengukuran sebenernya
ekonomis dan tk kesuksesan antar WP
f. Informative kualitatif

AKUNTANSI PAJAK (AKTIVA LANCAR)

1. Kas dan Bank


Tidak ada pengaturan tersendiri utnuk UU perpajakan yang berlaku.
Dicantumkan sebesar nilai nominal
Dalam mata uang asing, dijabarkan dalam Rupiah dan Kurs yang dipakai adalah nilai kurs tetap
(historis) atau kurs pada tanggal neraca yang dilakukan WP secara taat asaz.
2. Investasi Jangka Pendek
Tidak ada pengaturan tersendiri utnuk UU perpajakan yang berlaku.
Dicantumkan sebesar nilai perolehannya
Dalam mata uang asing, dijabarkan dalam Rupiah dan Kurs yang dipakai adalah nilai kurs tetap
(historis) atau kurs pada tanggal neraca yang dilakukan WP secara taat asaz.
Keuntungan Transaksi penjualan saham = objek PPh

3. Piutang
 Untuk kepentingan Pajak disajikan saldo piutang ke pihak kedua yang ada hubungan
istimewa untuk menghindari praktek transfer pricing.
 Pembukuan piutang harus memiliki piutang dan utang
 Pembukuan Piutang dalam Perpajakan :
o Keterangan mengenai Nama, alamat, jumlah piutang masing-masing debitur,
saat timbul dan berkurangnya piutang, jenis piutang, hak penerimaan bunga,
tanggal jatuh tempo, jumlah piutang yang dapat dihapuskan, keterangan lain.
o Sebesar Nilai Piutang Neto (Saldo piutang – nilai yang benar-benar tidak tertagih
lagi dengan metode penghapusan langsung)
 Piutang dalam Hubungan Istimewa :
o Penyajian piutang dalam hubungan istimewa tidak diharuskan dalam akuntansi
komersial dan tidak lazim.
o Untuk kepentingan perpajakan -> memperhitungkan harga wajar.
o Harus disajikan dalam jumlah neto (dalam satu rek,) secara fiscal.
o Piutang dalam hub.istimewa timbul dari penyerahan barang/jasa dalam usaha
normal harus disajikan dalam akun ini -> dimaksudkan agar tiap pengalihan
harta secara transfer pricing dapat terlihat dengan jelas.
 Penghapusan dan Piutang tak tertagih
o Agar dapat menjadi pengurang penghasilan di laporan laba/rugi fiscal harus
memenuhi syarat Pasal 6 ayat 1 UU PPh 2008.
 Telah dibiayakan di komersial
 WP menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih ke DJP
 Telah diserahkan perkara penagihannya kepada pengadilan negeri atau
instansi pemerintah yang menangani piutang Negara atau perjanjian
tertulis dengan debitur bersangkutan, telah dipublikasi di penerbitan
umum atau khusus, atau ada pengakuan dari debitur bahwa utang
sudah dihapuskan.
o WP tidak diperkenankan membentuk atau memupuk dana cadangan untuk
dibebankan sebagai biaya. (Kecuali diatur dalam ketentuan pasal 9 (1) huruf c
UU PPh 2008. )
4. Persediaan
Pencatatan : Perpetual
Penilaian Persediaan Akhir :
 Harga Perolehan : FIFO, Average
 Pelaporan persediaan selalu di harga pokok atau harga perolehan (at cost)
5. Uang Muka
Awalnya asset lalu jadi beban,
Terdiri dari Asuransi dibayar dimuka, Sewa dibayar dimuka dan Pajak dibayar dimuka (PPh 22,
23, 25).

Asuransi Dibayar dimuka


Tidak ada PPh dan PPN,
Asuransi dibayar dimuka xx
Kas xxx
Sewa Dibayar dimuka
Pasal 4(2) tariff 10% final
Setor tanggal 10 bulan berikutnya dan lapor paling lambat tgl 20 bulan berikutnya.
Sudah PKP
Kas
PPh 4(2)
PPN Out
Pendapatan Sewa
Sewa dibayar dimuka
PPN IN
PPh 4(2)
Kas

Belum PKP
Kas
PPh 4(2)
Pendapatan Sewa

Sewa dibayar dimuka


PPh 4(2)
Kas

Pajak Dibayar dimuka


PPh 22, 23, 24, 15, PPN IN

PPh 22 Bendaharawanan :
Kas
PPh 22
PPN Pemungut
Penjualan
PPN Keluaran
PPh 21 Impor
Importir :
Persediaan Barang Dagangan
PPN IN
PPh 22 Impor
Kas/Utang Dagang

PPh 22 Penjualan Hasil Produksi kertas :


Pembukuan Pembeli kertas :
Pembeli kertas
PPN IN
PPh 22
Kas
Pembukuan Pabrikan Kertas
Kas
PPN OUT
Utang PPh 22
Penjualan Kertas
PPh 23
WP
Kas
PPh 23
PPN Out
Pendapatan Jasa/Royalti
Pemotong Pajak
Beban Jasa
PPN IN
Utang PPh 23
Kas
PPh 24
PPh 24
Kas
PPh 25
WP
PPh 25 dibayar dimuka
Kas

6. Aktiva Tetap
Berdasarkan Harga Perolehan , PPN + harga + modifikasi yang dapat dikapitalisasi.

Tax Policy untuk Penyusutan :


Keadilan Pajak, Kebijakan Ekonomi, administrasi

Penyusutan Fiskal
Mulainya Penyusutan Fiskal
Pada bulan perolehan dan dilakukan sebulan penuh, kecuali :
 Harta/aktiva yang masih dalam proses pengerjaan
 Harta/aktiva dalam usaha leasing
 WP yang mengajukan permohonan kepada DJP.

Metode Penyusutan

Harta Berwujud Masa MAnfaat Garis Lurus Saldo Menurun


Kelompok 1 4 25% 50%
Kelompok 1 8 12,5% 25%
Kelompok 1 16 6,25% 12,5%
Kelompok 1 20 5% 10%
Bangunan Masa Tarif
Permanen 20 5%
Tidak Permanen 10 10%

Revaluasi

 Membayar PPh 4(2) atas selisih dari revaluasi sebesar 10% yang bersifat final.
 Revaluasi berdasarkan Akuntansi keuangan (tidak diperkenankan karena akun menganut
dasar harga perolehan atau harga pertukaran).
 Keputusan DJP untuk revaluasi, satu bulan sejak diterimanya pemberitahuan Wp.
 Revaluasi berdasar UU Pajak
o WP dalam Negeri yang terletak atua berada di indonesia
o Telah memenuhi semua kewajiban pajak sampai masa pajak berakhit sebelum masa
pajak dilakukan penilaian kembali.

 Ketentuan Fiskal atas Aktiva Tetap yang direvaluasi :


o Asset tidak dimaksudkan untuk dialihkan atau dijual
o Berada di Indonesia
o Revaluasi total atau parsial
o Revaluasi dari nilai pasar atau nilai wajar
o Jika dianggap nilai wajar tidak mencerminkan, maka DJP akan menetapkan kembali nilai
pasar yang bersangkutan
o Selisih antara nilai pasar atau nilai wajar dengan nilai buku fiscal wajib dikompensasikan
dengan kerugian fiscal yang dapat dikompensasikan.
o PPh final 10% setelah dilakukan kompensasi kerugian
o Dapat dibayar paling lama 5 tahun
o PPh yang harus dilunasi setiap tahun paling sedikit sebesar 20%
o Apabila WP melalukan penilaian kembali aktiva tetap sebelum akhir tahun pajak, maka
kerugian fiscal pada tahun buku yang bersangkutan, diperhitungkan sampai dengan
dilakukannya revaluasi asset tetap tersebut.
o Nilai pasar atau nilai wajar merupakan dasar penyusutan aktiva mulai tahun pajak
dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap tersebut.
o Jangka waktu 5 tahun
o WP mengalihkan aktiva tetap tersebut sebelum jangka waktu 5 tahun, maka dikenakan
pajak PPh 10% + final 15%
o Dikecualikan jika dari jangka waktu 5 tahun jika aktiva tetap tersebut dialihkan kepada
pemerintah atau dialihkan dalam rangka penggabungan, peleburan atau pemekaran
usaha.

Pasal 18(3b) UU no 36 tahun 2008


WP yang melakukan pembelian saham atau aktiva perusahaan melalui pihak lain atau
badan yang dibentuk untuk maksud demikian, dapat ditetapkan sebagai pihak yang
sebenernya melakuakn pembelian tersebut sepanjang WP yang bersangkutan
mempunyai Hubungan Istimewa dengan pihak lain atau badan tersebut dan terdapat
ketidakwajaran penetapan harga.
Jika pembelian dibawah 25% ditetapkan PPh 23.
Pembelian lebih dari 25% ada peraturan sendiri.
7. Laporan Keuangan Fiskal
a. Neraca Fiskal
b. L/R Fiskal
c. Perubahan Laba ditahan fiscal
d. Penjelasan Laporan Keuangan Fiskal
e. Rekonsiliasi Lap Keu Komersial & Fiskal
f. Ikhtisar Kewajiban Pajak
Pendekatan Dalam Penyusunan Lap Keu Fiskal :
Perbedaan Metode dan Prosedur Akuntansi :
a. Metode Penilaian Persediaan
b. Metode Penyusutan dan Amortisasi
c. Metode Penghapusan Piutang Tak Tertagih
d. Metode Penentuan Keuntungan dari konstruksi
e. Stelset kas dan akrual
8. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal.
a. LK Komersial -> Koreksi Fiskal -> LK Fiskal
Koreksi Fiskal Positif = PKP bertambah besar dan PPh terutang besar
Koreksi Fiskal Negatif = PKP bertambah kecil dan PPh berkurang.
9. Beda Tetap (Permanent Different)
Perbedaan pengakuan atas penghasilan dan biaya berdasarkan ketentuan fiscal dengan
komersial, dimana penghasilan dan biaya yang timbul diakui meenurut komersial tetapi tidak
diakui secara fiscal
COntoh : 4 (2) (3) dan 9(1)
10. Beda Waktu (Time Different)
Merupakan perbedaan pengakuan atas penghasilan dan biaya berdasarkan ketentuan fiscal
dengan komersial, dimana penghasilan dan biaya yang timbul diakui menurut komersial dan
ketentuan fiscal tapi beda dalam waktu pengakutannya (metode perhitugnan)
Pasal 11, 11 A dan 10(6) UU PPh
11. Penghitungan Penghasilan Netto Dalam Rugi Laba Fiskal
 Penghasilan Netto Dihitung dari pembukuan.
o Menghitung semua penghasilan yang diperoleh wajib pajak dan dikurangi harga dengan
harga pokok serta biaya yang berhubungaan kegiatan wajib pajak untuk memperoleh
penghasilan.
o Penghasilan netto merupakan penjumlahan dari laba usaha degnan berbagai
penghasilan lainnya baik didapat dari indoesia maupun luar.
 Penghasilan netto dihitung dengan norma.
o Dihitung dair peredaran bruto dikalikan dengan presentase tertentu yang untuk setiap
jenis kegiatan sudah ditentukan.
o Biaya yang telah dikeluarkan oleh wajib pajak orang pribadi yang memilih norma
penghasilan netto untuk penghitungan penghasilan nettonya tidak dapat dikurangkan
sebagai biaya untuk mengurangi penghasilan kotor atau bruto.
12. Akuntansi Pajak Penghasilan
Fokus pada pajak penghasilan
Sebelum PSAK 46 :
 Beban Pajak dalam laporan laba rugi adalah pajak terutang menurut fiscal (PSAL ETAP).
13. Pajak Kini dan Pajak Tangguhan
Pajak Kini adalah jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak
Jumlah Pajak kini harus diitung sendiri oleh Wajib Pajak berdasarkan penghasilan kena pajak
dikalikan dengan tariff pajak kemudian dibayar sendiri dan dilaporkan dalam surat
pemberitahuan sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku.
Pajak Tangguhan merupakan dampak PPh di masa yang akan dating yang disebabkan oleh
perbedaan temporer (waktu) antara perlakuan akuntansi dan perpajakan serta kerugian fiscal
yang masih dapat dikompensasikan dimasa dating yang perlu disajikan dalam laporan keuangan
suatu periode tertentu.
14.

15.

16.
17.

Statutory Accountin

g (Akuntansi yang dibatasi dengan peraturan tertentu).

Anda mungkin juga menyukai