Anda di halaman 1dari 12

TAX PLANNING DAN

PENGENDALIAN ATAS
PENGHASILAN USAHA DAN
PENGHASILAN LAINNYA

1
KELOMPOK :

Muchammad Henry T Prakosa


Naurma Islamy Saridewi
Sri Agustina Basuki
Siti Sundari
Tjio Himawan

Manajemen Perpajakan
Pengelompokan Jenis Penghasilan

Pengelompokan penghasilan berdasarkan sumbernya dibagi menjadi:


1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerja bebas, seperti gaji dan honorarium
2. Penghasilan dalam usaha kegiatan,
3. Penghasilan dari modal,
4. Penghasilan lain-lain.

Perencanaan pajak dalam hal perhitungan angsuran masa PPh Pasal 25 terkait juga dengan pemisahan penghasilan
Teratur dan penghasilan tidak teratur, oleh karenanya penghasilan tidak teratur harus dikeluarkan terlebih dahulu dari
Perhitungan Angsuran PPh Ps. 25

2
Lanjutan.......
Perbedaan Penghasilan Teratur dan Tidak Teratur
• Penghasilan Teratur adalah penghasilan yang lazimnya diterima atau diperoleh secara berkala sekurang-
kurangnya sekali dalam setiap tahun pajak.
• Penghasilan Tidak Teratur adalah keuntungan dari pengalihan harta sepanjang bukan merupakan penghasilan
dari kegiatan pokok serta penghasilan lainya yang bersifat insidentil.

Tujuan perencanaan pajaknya untuk meminimalkan pembayaran PPh Ps. 25. jika penghasilan tidak teratur tersebut
tidak dikelompokan,dan tidak dicatat sesuai teransaksi yang sebenarnya maka, angsuran PPh Ps. 25 yang dibayar
setiap bulanya lebih besar dan bisa jadi akan berefek menjadi lebih bayar pada SPT Tahunan PPh Badan tahun
berikutnya

3
Foreign Exchange Revenue

Terdapat dua pilihan pembukuan valas, yaitu :

1. Berdasarkan kurs tetap dengan mengakui keuntungan selisih kurs pada saat realisasi valas,

2. Berdasarkan kurs tengah BI atau kurs yang sebenarnya berlaku pada akhir tahun dengan mengakui

keuntungan selisih kurs pada setiap akhir tahun.

4
Rekonsiliasi Peredaran Usaha dan Penghasilan
Lainya Dengan DPP PPN Keluaran dan DPP PPh
Yang Dipotong/Dipungut

Ini merupakan salah satu cara untuk mendeteksi adakah PPN kurang setor atau PPh yang justru kurang bayar. Pada

Pemeriksaan pajak, rekonsiliasi antara penghasilan yang dilaporkan pada SPT badan dan DPP pajak keluaran pada

SPM PPN adaalh suatu hal yang lazim, oleh karenanya WP melakuakan rekonsiliasi peredaran usaha secara

Rutin.

5
Peredaran Usaha Lebih Besar Dibandingkan
Peredaran Usaha pada SPM PPN

Kemungkinan terdapat penyerahan BKP atau JKP yang belum di pungut PPNnya. Atas kekurangan pungut PPN ini

Adalah merupakan obyek PPN kurang bayar 2% per bulan, maksimal 24 bulan. Selainatas pinalti bunga 2%, atas

penyerahan yang kurang pungut tersebut juga terutang penalti 2% dari DPP penyerahan yang belum dipungut PPN

karena WP belum menerbitkan faktur.

6
Peredaran Usaha Lebih Kecil Dibandingkan
Peredaran Usaha pada SPM PPN

Kemungkinan terdapat penghasilan yang belum dilaporkan di PPN, atas kekurangan lapor penghasilan ini adalah

objek PPh badan dengan tarif Ps. 17 atau pasal 31e dan penalti 2% per bulan ,maksimal 24 Bulan.

Hal-hal yang menyebabkan perbedaan pencatatan peredaran usaha pada SPT dan Penyerahan BKP dan JKP SPM

PPN (Reconcilling items):

1. Terdapat penghasilan yang diakui PPh Badan namun bukan objek PPN,

2. Terdapat nota retur pajak keluaran yang beda waktu.

3. Selisih Kurs atas penggunaan mata uang asing

4. Terdapat penghasilan yang diakui sebagai penyerah BKP dan/atau JKPnamun bukan objek PPh melainkan
7
merupakan biaya.
Pengujian Kebenaran Perhitungan Peredaran
Usaha

1.Pengujian dokumen

2. Uji Arus Uang

Uji ini dilakukan dengan melakukan rekonsiliasi antara penerimaan pada bank atau kas

dengan peredaran usaha WP.

3.Uji Arus Piutang

Uji ini dilakuakan jika sebagian besar penjualan atau peredaran usaha berbasis kredit

4.Uji Arus Barang

Uji ini dilakukan dengan melakukan rekonsiliasi antar akun persediaan dengan nilai 8

penjualan
Pengendalian Bea Keluar atas Penjualan Ekspor
yang Terutang Bea Keluar

Bea Keluar adalah pungutan negara berdasarkan undang-undang kepabean yang dikenakan terhadap barang ekspor.

a. Bea keluar ditetapkan berdasarkan persentase dari harga ekspor :

Tarif Bea Keluar x Jumlah Satuan Barang x Harga Ekspor per Satuan
Barang x Nilai Tukar Mata Uang.

b. Bea Keluar ditetapkan secara spesifik

Tarif Bea Keluar per Satuan Barang Dalam Satuan Mata Uang
Tertentu x Jumlah Satuan Barang x Nilai Tukar Mata Uang.

9
CONTOH
PT Abadi yang bergerak pada bidang manufaktur, pada bulan April
2013 melaporkan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2012 dengan
keterangan sebagai berikut:

a) Penghasilan Kena Pajak (Penghasilan Neto) yang dilaporkan di


Induk SPT Tahunan PPh sebesar Rp. 500.000.000,00 dan untuk
PPh yang terutang diasumsikan tarif PPh Badan yang digunakan
adalah 25%.
b) Namun Penghasilan Kena Pajak tersebut terdiri dari penghasilan
neto dari kegiatan usaha setelah ditambah dengan laba penjualan
aktiva Rp. 10.000.000,00 dan laba selisih kurs Rp. 5.000.000,00.
c) Kredit PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23 yang dilaporkan berjumlah
Rp. 100.000.000,00
d) Kredit PPh Pasal 24 yang dilaporkan berjumlah Rp 10.000.000,00

Bagaimana pengelompokan jenis penghasilan yang ada untuk


menghitung besarnya PPh Pasal 25 yang harus disetorkan PT
Abadi setiap bulannya di Tahun 2013?
10
Maka, perhitungan PPh Pasal 25 PT Abadi adalah sebagai berikut:
 Penghasilan Kena Pajak Rp 500.000.000,00
 Laba Penjualan Aktiva(tidak teratur) (Rp 10.000.000,00)
 Laba Selisih Kurs (tidak teratur) (Rp 5.000.000,00)
 Penghasilan Kena Pajak (Penghasilan Teratur) Rp 485.000.000,00

 PPh Terutang (Tarif Pajak diasumsikan 25%) Rp 121.250.000,00


 Kredit PPh Pasal 22 dan PPh Pasal 23 (Rp 100.000.000,00)
 Kredit PPh Pasal 24 (Rp 10.000.000,00)
 PPh yang harus dibayar Rp 11.250.000,00
 PPh Pasal 25 setiap bulannya Rp 937.500,00

11
TERIMA KASIH

12

Anda mungkin juga menyukai