Anda di halaman 1dari 7

PELAPORAN KORPORAT

“ASET LANCAR”
Dosen Pengampu: Agus Fredy Maradona, Ph. D., Ak., C.A., C.P.A

Oleh:

Putu Tiya Kirana Wibawa (2107611013)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM


STUDI PROFESI AKUNTAN
2022
I. Pengertian Aset Lancar
Aset lancar adalah kas dan aset lain yang diperkirakan akan dikonversi menjadi kas,
atau dijual, atau digunakan perusahaan dalam satu tahun atau dalam satu siklus operasi
normal, mana yang lebih panjang. Siklus operasi normal perusahaan merupakan periode
waktu rata-rata sejak perusahaan memperoleh persediaan hingga perusahaan menerima kas
dari penjualan produk tersebut. Siklus tersebut dimulai dari pengeluaran kas untuk membeli
persediaan, memproduksi persediaan, mengakui piutang, hingga penerima an kas dari
pelunasan piutang. Ketika siklus operasi tersebut terjadi dalam satu tahun, maka perusahaan
biasanya menggunakan periode dua belas bulan. Sebaliknya jika siklus tersebut lebih lama
dibanding satu tahun, maka perusahaan menggunakan periode yaitu dua belas bulan.
Kriteria aset lancar ini lebih rinci dijelaskan dalam PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan,
yaitu suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar, jika memenuhi salah satu dari kriteria
berikut:
a) Aset tersebut diperkirakan akan direalisasikan, atau terdapat intensi untuk dijual atau
digunakan dalam siklus operasi normal. Siklus operasi entitas merupakan jangka waktu
antara perolehan aset untuk pemrosesan dan realisasinya menjadi kas atau setara kas.
Ketika entitas tidak dapat mengidentifikasi siklus operasi normal, maka siklus operasi
normal diasumsikan dua belas bulan;
b) Aset tersebut dimiliki untuk tujuan diperdagangkan;
c) Aset tersebut diperkirakan akan direalisasikan dalam jangka waktu dua belas bulan;
atau
d) Aset tersebut merupakan kas atau setara kas, kecuali aset tersebut dibatasi pertukaran
atau penggunaanya untuk menyelesaikan liabilitas, sekurang-kurangnya dua belas bulan
setelah periode pelaporan.
Sebaliknya, jika suatu aset tidak termasuk dalam kriteria-kriteria di atas maka aset tersebut
diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar.
Aset lancar biasanya disajikan dalam laporan posisi keuangan berdasarkan urutan
likuiditasnya. Sebagai contoh, urutan penyajiannya aset lancar biasanya dimulai dari kas dan
setara kas, investasi jangka pendek, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka. Aset-aset
tersebut tidak akan disajikan sebagai aset lancar jika diperkirakan tidak akan direalisasi dalam
satu tahun atau siklus operasi normal, mana yang lebih lama. Sebagai contoh, suatu kas
ketika penggunaannya dibatasi untuk pembayaran obligasi yang jatuh temponya lima tahun,
maka kas tersebut tidak diklasifikasikan sebagai aset lancar. Contoh lain, investasi pada

1
saham yang dipegang untuk jangka panjang juga bukan merupakan aset lancar. Kemudian,
bagaimana dengan biaya dibayar di muka yang disajikan sebagai aset lancar? Biaya dibayar
di muka merupakan aset lancar karena jika perusahaan tidak membayar pengeluaran tersebut
di muka, perusahaan akan tetap akan mengeluarkan kas di tahun mendatang atau selama
siklus operasi normal.

II. Persediaan
PSAK 14 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan persediaan adalah aset yang (i)
tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa; (ii) dalam proses produksi untuk penjualan
tersebut; (iii) dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa. Artinya, persediaan tidak hanya mencakup barang jadi melainkan juga
bahan baku dan setengah jadi, tergantung dari jenis perusahaannya.
Untuk perusahaan dagang misalnya, perusahaan tersebut membeli persediaan yang
memang sudah siap untuk dijual, sehingga dalam laporan posisi keuangan hanya akan
terdapat satu akun persediaan, yaitu Persediaan Barang Dagang. Sebaliknya, untuk
perusahaan manufaktur, perusahaan tersebut harus memproduksi barang jadinya terlebih
dahulu, sehingga perusahaan manufaktur menggunakan tiga jenis akun persediaan, yaitu
Persediaan Bahan Baku, Persediaan Dalam Proses, dan Persediaan Barang Jadi.
Untuk perusahaan jasa yang menjual jasa takberwujud, persediaannya bukan berupa
produk yang dijual melainkan berupa perlengkapan. Selanjutnya untuk perusahaan agrikultur,
aset yang dianggap sebagai persediaan adalah produk agrikultur yang telah dipanen dari aset
biologis.

III. Aset Tidak Lancar Yang Dimiliki Untuk Dijual


Berdasarkan PSAK 58, suatu aset tidak lancar boleh direklasifikasi menjadi aset lancar
jika memenuhi kriteria aset tidak lancar dikuasai untuk dijual. Aset tidak lancar tersebut dapat
berupa aset individual seperti properti investasi, aset tetap, atau aset takberwujud atau dapat
pula berbentuk kelompok lepasan.
Definisi kelompok lepasan adalah suatu kelompok aset yang dilepaskan, dengan dijual
atau lainnya, secara bersama-sama sebagai kelompok dalam suatu transaksi tunggal dan
liabilitas yang berhubungan secara langsung dengan aset tersebut yang akan dialihkan dalam
transaksi tersebut. Dalam kelompok ini termasuk goodwill yang diperoleh dalam
penggabungan usaha jika kelompok ini adalah unit penghasil kas dimana goodwill telah

2
dialokasikan sesuai dengan paragraf PSAK 48: Penurunan Nilai Aset atau jika merupakan
unit penghasil kas.

1. Kriteria ATUD
Suatu aset tidak lancar dapat diklasifikasikan menjadi ATUD, jika jumlah tercatatnya
akan dipulihkan melalui penjualan, bukan melalui pemakaian dalam kegiatan operasi
berkelanjutan. Agar dapat diklasifikasikan menjadi ATUD, aset tidak lancar tersebut
harus memenuhi dua kriteria berikut:
a) Berada dalam keadaan segera dapat dijual dengan syarat-syarat yang biasa dan
umum
b) Penjualannya harus sangat mungkin terjadi
Penjualan aset tidak lancar dapat dikatakan sangat mungkin terjadi, jika syarat-
syarat berikut terpenuhi.
 Manajemen di tingkat yang sesuai harus berkomitmen terhadap rencana
penjualan aset (atau kelompok lepasan) tersebut.
 Manajemen harus sudah mengadakan suatu program aktif untuk mencari
pembeli dan menyelesaikan rencana tersebut.
 Aset (atau kelompok lepasan) tersebut harus dipasarkan secara aktif pada
harga yang pantas sesuai dengan nilai wajar kininya.
 Penjualan ini diharapkan memenuhi ketentuan pengakuan sebagai penjualan
dalam waktu satu tahun dari tanggal klasifikasi, kecuali terdapat pengecualian.
 Tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan rencana tersebut
harus mengindikasikan bahwa tidak mungkin terjadi perubahan signifkan atau
pembatalan rencana tersebut.
Definisi penjualan ATUD tersebut tidak hanya berbentuk transaksi penjualan,
tetapi juga mencakup transaksi pertukaran aset tidak lancar dengan aset tidak
lancar lainnya apabila pertukaran tersebut memiliki substansi komersial sesuai
dengan PSAK 16: Aset Tetap. Sebagaimana dijelaskan di atas, salah satu syarat
agar penjualan dikatakan sangat mungkin terjadi adalah penjualan aset tersebut
diharapkan terjadi paling lama satu tahun setelah diklasifisikasikan sebagai ATUD.
Namun, sangat mungkin terdapat peristiwa atau kondisi yang memperpanjang
periode penjualan tersebut. Perusahaan tetap dapat mengklasifasikan sebagai
ATUD jika dua syarat berikut terpenuhi.

3
 Penundaan tersebut disebabkan oleh peristiwa atau keadaan di luar kendali
entitas tersebut, dan
 Terdapat cukup bukti bahwa entitas tersebut tetap berkomitmen dengan
rencana penjualan aset (atau kelompok lepasan).
2. Pemenuhan Kriteria ATUD Setelah Periode Pelaporan
Jika kedua kriteria ATUD yang dijelaskan sebelumnya terpenuhi setelah periode
pelaporan, maka entitas tidak boleh mengklasifikasikan aset tidak lancar (atau
kelompok lepasan) sebagai ATUD dalam laporan keuangan yang diterbitkan. Namun
demikian, perusahaan harus mengungkapkan informasi berikut dalam catatan atas
laporan keuangan.
a) Uraian dari aset tidak lancar (atau kelompok lepasan)
b) Uraian fakta dan keadaan dari penjualan, atau yang mengarah kepada pelepasan
yang diharapkan, dan cara dan waktu pelepasan tersebut
c) Jika dapat diterapkan, pelaporan segmen dari aset tidak lancar (atau kelompok
lepasan) disajikan sesuai dengan psak 5: pelaporan segmen.
3. Pengukuran Awal ATUD
Pada saat pengakuan awal, ATUD diukur pada pada nilai yang lebih rendah antara
jumlah tercatat dan nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual. Yang dimaksud
dengan jumlah tercatat adalah jumlah tercatat dari aset tidak lancar pada tanggal akan
diklasifikasikan menjadi ATUD, misalnya aset tetap maka jumlah tercatatnya
mengikuti aturan PSAK 16: Aset Tetap. Nilai wajar adalah harga yang akan diterima
untuk menjual aset atau dibayarkan untuk mentransfer liabilitas dalam transaksi teratur
antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran. Biaya untuk menjual adalah biaya
tambahan yang secara langsung dapaat diatribusikan kepada pelepasan aset (atau
kelompok lepasan), selain biaya pembiayaan dan beban pajak penghasilan. Misalnya
biaya transportasi untuk mengantar aset ke tempat pembeli atau biaya untuk
mengiklankan aset tersebut. Ketika penjualan diperkirakan akan terjadi lebih dari satu
tahun, maka biaya untuk menjual harus diukur pada nilai kininya. Peningkatan nilai
kini biaya untuk menjual sehubungan dengan berlalunya waktu harus disajikan sebagai
biaya keuangan dalam laporan laba rugi komprehensif. Selisih antara jumlah tercatat
dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual diakui sebagai rugi penurunan nilai
awal.
4. Pengukuran Selanjutnya ATUD

4
Setelah aset tidak lancar diklasifikasikan menjadi ATUD, maka untuk pengukuran
selanjutnya, aset tersebut tidak boleh disusutkan atau diamortisasi. Bunga dan beban
lainnya yang dapat diatribusikan ke liabilitas dari kelompok lepasan yang
diklasifikasikan sebagai dikuasai untuk dijual harus tetap diakui.
Selain itu, entitas juga harus me-review apakah jumlah tercatat ATUD lebih rendah
diban dingkan nilai wajar ATUD dikurangi biaya untuk menjual. Ketika terjadi
demikian, maka entitas harus mengakui rugi penurunan nilai. Namun, ketika pada
periode selanjutnya terdapat peningkatan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual,
maka entitas mengakui pemulihan penurunan nilai tetapi pemulihan tersebut tidak
boleh melebihi akumulasi rugi penurunan nilai yang telah diakui sejak klasifikasi
ATUD.
5. Perubahan Rencana Penjualan ATUD
Ketika entitas mengubah rencana untuk tidak menjual aset yang telah diklasifikasikan
sebagai ATUD, maka aset tersebut harus dihentikan pengakuannya sebagai ATUD dan
kembali diklasifikasikan menjadi aset tidak lancar. Ketika terjadi hal tersebut, pada saat
tanggal keputusan untuk menjual, aset tersebut harus diukur pada nilai yang lebih
rendah antara: a) Jumlah tercatat aset tersebut saat ini, seandainya aset tersebut tidak
pernah diklasifikasikan, b) menjadi ATUD, atau, c) Jumlah terpulihkan.
6. Penjualan ATUD
Penghentian pengakuan juga terjadi ketika ATUD tersebut dijual kepada pembeli. Pada
tanggal penghentian pengakuan, keuntungan atau kerugian diakui sebesar jumlah
tercatat ATUD pada tanggal tersebut dengan harga jual ATUD.
7. Penyajian dan Pengungkapan ATUD
Ketentuan penyajian dan pengungkapan ATUD adalah sebagai berikut:
a) Aset tidak lancar dan kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai ATUD harus
disajikan secara terpisah dari aset-aset lainnya dalam laporan posisi keuangan.
b) Liabilitas dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dikuasai untuk
dijual harus di sajikan secara terpisah dari liabilitas lainnya di laporan posisi
keuangan.
c) Aset dan laibilitas ini tidak boleh saling hapus dan disajikan sebagai suatu jumlah
tunggal.
d) Kelompok aset dan liabilitas utama yang diklasifikasikan sebagai untuk dijual
harus diungkapkan secara terpisah dalam laporan posisi keuangan atau catatan atas
laporan keuangan.

5
e) Setiap penghasilan atau beban kumulatif yang diakui secara langsung dalam
penghasilan komprehensif lain yang terkait dengan aset tidak lancar (atau
kelompok lepasan) yang diklasifikasikan sebagai dikuasai untuk dijual, harus
disajikan secara terpisah.

Anda mungkin juga menyukai