Anda di halaman 1dari 8

Manajemen Rugi Fiskal dan Strategi Perpajakannya

Oleh

1. Komang Ira Meindrawati 1533121243


2. Fransisca Ayu Eka Sukmariani 1533121302
3. Ni Putu Kiki Migantari 1533121350

UNIVERSITAS WARMADEWA

FAKULTAS EKONOMI

2018

1. Pendahuluan
Bila SPT Tahunan Badan yang melampirkan Laporan Keuangan Fiskal
sudah dimasukkan ke Kantor Pelayanan Pajak setelah berakhirnya masa pajak
tahun yang bersangkutan, maka pada sat itu juga terdapat pengakuan secara fiskal
(sebelum pemeriksaaan pajak) apakah perusahaan mengalami kerugian atau
mendapatkan laba usaha. Laba/rugi fskal tersebut sebenarnya adalah hasil dari
perhitungan laba/tugi komersial setelah dilakukan penyesuaian atau koreksifikal
baik positif maupun negatif. Jika pengeluaran yang diperkenankan, setelah
dikurangkan dati pengasilan bruto didapat kerugian, kerugian tersebut
dikompensasikan dengan penghasilan neto atau laba fiskal selama 5 (lma) tahun
berturutturut, dimulai sejak tahun berikutnya sesudah tahu tersebut.

Dalam menyiasati kerugian perusahaan, ada beberapa strategi yang bisa


ditempuh unnuk menyelamatkan kelangsungan hidup perusahaan dari kerugian
yang lebih parah antara lain :
1. Melakukan penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap
2. Melakukan penggabungan usaha (merger/business combination)
3. Menunda biaya penyusutan.

2. Penilaian Kembali/Revaluasi Aktiva Tetap


Revaluasi aktiva tetap perusahaan dilakukan karena ada ketidaksesuaian
yang cukup materiil antara unsur biaya dengan penghasilan, karena perkembangan
atau fluktuasi harga, baik harga barang (karena faktor inflasi) maupun karena
terjadinya luktuasi nilai tukar mata uang yang tinggi Jadi tindakan revaluasi
dimaksudkan agar perusahaan dapat melakukan perhitungan biaya dan
penghasilan secara lebih wajar yang dapat mencerminkan kemampuan dan nilai
perusahaan yang sesungguhnya.
Tindakan revaluasi ini akan memberi manfaat bagi perusahaan, sebagai berikut:
1. Posisi kekayaan perusahaan yang tercermin dalam neraca perusähan akan
menunjukkan posisi yang sama atau mendekati harga pasar yang wajar,
sehingga nilai solvabilitas perusahaan akan semakin dimata investor atau
calon investor dan pemakai laporan tersebut. Semakin solvable suatu
perusahaan, akan semakin tinggi tingkat kepercayaan para investor atau
calon investor terhadap bonafiditas perusahaan, dan akan semakin tinggi
pula nilai perusahaan yang dicerminkan dengan semakin baiknya niłai
saham perusahaan (bagi yang sudah Tbk) tercatat di pasar modal.

2. Terjadi peningkatan struktur modal (capital structur) sendiri, di mana Debt


to Equity Ratio (DER) atau perbandingan antara pinjaman (debe) dengan
modal sendiri (equity) menjadi membaik. Dengan membaiknya DER,
penusahaan akan lebih mudah menarik dana melakui pinjaman dari pihak
ketiga atau melalui emisi saham untuk meningkarkan likuiditasnya.

3. Perhitungan biaya dan penghasilan dilakukan secara lebih


wajarPerhitungan harga pokok akan menghasilkan nilai yang mendekari
harga pokok yang wajar.

Dalam melakukan revaluasi, kita harus mempertimbangkan beberapa


hal berikut ini:
1. Apakah perusahaan mengalami rugi atau memperoleh laba fiskal?
2. Apakah rugi fhskal tersebut sudah pernah dikompensasi kerugian ditahun-
tahun sebelumnya, dan kapan batas terakhir kompensasi kerugian
tersebut?
3. Bagaimana dampak revaluasi tersebut terhadap beban pajak di masa yang
akan datang.

Tarif PPh Penilaian Kembali Aktiva Tetap


Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva adalah merupakan objek
pajak penghasilan (Pasal 4m UU PPh No. 36 tahun 2008). Atas selisih lebih
penilaian kembali aktiva tetap perusahaan, nilai sisa buku fiskal semula dikenakan
Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 10% (sepuluh persen).
 Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan utuk tujuan perpajakan
Penilaian kembali aktiva tetap perusahaan dilakukan terhadap:
1. Seluruh akriva tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak
milik atau hak guna bangunan.
2. Seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak atau
berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak.

Perusahaan dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap


perusahaan untuk tujuan perpajakan dengan ketemtuan sebagai berikut:

1. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap, tidak
termasuk perusahaan perusahaan yang memperoleh izin
menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa inggris dan mata uang
dollar AS.
2. Penilaian kembali sktiva tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan
dilakukan terhadap:
a. Seluruh aktiva tetap berwujud.
b. Seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah.
- Penilaian kembali aktiva tetap perushaan untuk tujuan
perpajakan tudan dapat dilakukan kembali sebelum lewat
jangka waktu 5 tahun terhitung sejak penilaian kenbali aktiva
terap perusahaan terakhir yang dilakukan berdasarkan
peraturan menteri keuangan nomir 79/PMK.03/2008 tentang
penilaian kembali aktiva ttap perusahaan untuk tujuan
perpajakan.
- Sisa kerugian tidak dapat diperhitungkan lagi dalam penentuan
pakak penghasilan berdifat final atas penilaian kembali aktiva
tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan.
- Pelunasan pajak penghasilan yang bersifat final yang terutang
dalam rangka penilaian kembali aktiva tetap perusahaan dapat
silakukan secara angsuran dalam jangka waktu paling lama 12
bulan
- Perusahaan yang melaukan lenilaian kembali aktiva tetap jarus
mendapatkan persetujuan direjtur jenderal pajak dengan cara
mengajukan permohonan kepada kepala kantor wilayah DJP
yang membawahi kantor pelayanan pajak tempat perusahaan
terdaftar (KTP domisili), dengan menggunakan formulir
sebagaimana dimaksud dalam lampiran 1 peraturan direktorat
jenderal pajak nomor PER-12/PJ./2009.

 Pengukuran aktiva tetap berdasarkan PSAK berbasis IFRS


Dengan perlakuan PSAK nomir 16 berbasis IFRS yang telah beaku
efektif pada 1 Januari 2008 sebagai konsekuensi adanya kesepakatan
pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 forum, maka penyesuain
tersebut telah menghadirkan sejumlah perubahan dalam pengukuran aktiva
tetap. Perubahan yang cukup fundamental justru terjadi pada aturan main
pengukuran aset atau aktiva tetap setelah pengakuan awal. Suatu entitas
harus memilih model biaya atau model relavuasi sebagai kebijakan
akuntansinyw dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset
tetap dalam kelompok yang sama yakni:

1. Model biaya.
Suatu aset tetap dicatat sebesar buaya perolehan dikirangi
akumulasi penyusutan dan akulasi rugi penuruan nilai aset.
2. Model revaluasi
Suatu aset tetap yang nilai wajarnya dspay diukur secara andal
harus dicatat pada jumlah revaluasi yaitu nilai wajar pada tanggal
revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akulasi rugi penurunan
nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi tetap dalam
akuntansi cenderung tidak diperkenankan, frekuensi revaluasi
tergantung perubahan nilai wajar daru suatu aset tetap tg direvaluasi.
Beberapa aset tetap mengalami perunahan nilai wahar secara
signifikan dan fluktuatif., sehingga perlu direvaluasi secara tahunan.
Revaluasi tahunan seperti itu tidak perlu dilakukan apabila perubahan
nilai wajar tidak signifikan. Namun demikian, aset tersebut mungkin
perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali.
 Perlakuan akuntansi terhadap surplus revaluasi
1. Dalam PSAK No16 paragra 39 diatur: jika jumlah aset tercatat
meningkat akibuat revaluasi, kenaikan tersebut langsung di kredit ke
ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun kenaikan tersebut harus
diakui dalsm laporan lava rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai
aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laporan
laba rugi.
2. Dalam PSAK No.16 paragraf 40 diatur: jika jumlah aset tercatat turun
akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui dalam laporan laba rugi.

3. Pengabungan Usaha ( Merger)


Merger meliputi penggabungan usaha atau peleburan usaha.
Penggabungan usaha adalah penggabungan dua atau lebih wajib pajak badan yang
modalnya terbagi atas saham dengan cara tetap mempertahankan berdirinya satu
badan usaha yang tidak mempunyai sisa kerugian atau mempunyai sisa kerugian
yang lebih kecil. Peleburan usaha adalah penggabungan dari dua atau lebih wajib
pajak badan yang modalnya terbagi atas saham dengan cara mendirikan badan
usaha baru.
Proses merger biasanya dilakukan atas dorongan untuk mempercepat
penyelesaian kemelut keuangan di salah satu bank peserta. Dengan merger dan
akuisis akan diperoleh peningkatan modal perusahaan sehingga CAR (capital
adequacy ratio) akan meningkat sehingga dapat memenage biaya serta
memperbesar margin bunga pinjaman.
Wajib pajak yang melakukan merger dapat menggunakan nilai buku
dengan beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Wajib pajak yang melakukan merger dengan menggunkan nilai buku, tidak
boleh mengkompensasikan kerugian atau sisa kerugian dari wajib pajak
yang menggabungkan diri atau wajib pajak yang dilebur.
b. Wajib pajak yang menerima pengalihan harta mencatat nilai perolehan
harta tersebut sesuai dengan nilai sisa buku sebagaimana tercantum dalam
pembukuan pihak atau pihak-pihak yang mengalihkan
c. Penyusutan atas harta yang diterima bagi pihak yang menirima pengalihan
harta tersebut dilakukan berdasarkan masa manfaat yang tersisa
sebagaimana terrcantum dalam pembukuan pihak atau pihak-pihak yang
mengaihkan.
Wajib pajak yang melakukan merger wajib memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Data SPT rigi tidak lebih bayar
2. Data wajib pajak badan yang melakukan penggabungan usaha,
peleburan usaha, pemekaran usaha, pemecahan usaha, pengambilalihan
usaha dan likuidasi/penutupan usaha.

 Menunda Biaya Penyusutan


Menunda biaya penyusutan harta berwujud hanya diperbolehkan
bagi wajib pajak yag bergerak dalam bidang usaha tertentu dengn kriteria
bahwa harta berwujud tersebut berupa aktiva tetap yang dimiliki dan
digunakan sert merupakan komoditas pokok dalam bidang usaha tertentu
yaitu:
a. Bidang usaha kehutanan, meliputi tanaman kehutanan, kayu
b. Bidang usaha industry perkebunan tanaman keras meliputi tanaman keras
c. Bidang usaha peternakan meliputi ternak, termasuk ternak sapi pejantan
Dengan ketentuan sebagai berikut:
 Dapat melakukan penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud dalam bagian-bagian yang sama besar selama masa manfaat
yang tealah ditentukan bagi harta
 Pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud tersebut termasuk biaya
pembelian bibit, biaya untuk membesarkan dan memelihara bibit, tetpi
tidak termasuk sebagai pengeluaran biaya yang berhubungan dengan
tenaga kerja
 Penyusutan atas pengeluran untuk memperoleh harta berwujud tersebut
dimulai pada bulan produksi komersial, yakni bulan dimana penjualan
mulai dilakukan
Berdasarkan persetujuan Direktur Jendral Pajak, saat mulainya
penyusutan dapat dilakukan pada bulan harta tersebut digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta
tersebut mulai menghasilkan. Saat mulai menghasilkan dalam ketentuan
ini dikaitkan dengan saat mulai berproduksi dan tidak dikaitkan dengan
saat diterima atau diperolehnya penghasilan.

Anda mungkin juga menyukai