Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Menurut PSAK 16 revisi 2007, revaluasi merupakan salah satu metode penilaian asset
tetap. Penilaian asset tetap lebih menekankan pada aspek relevansi laporan keuangan untuk
pengambilan keputusan. Penggunaan nilai historis (harga perolehan) menjadikan nilai aset
tetap kehilangan relevansi karena tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang
sesungguhnya, sehingga perlu dilakukan revaluasi agar nilai asset tetap suatu perusahaan
menggambarkan kondisi sesungguhnya.

Dalam pemerintahan Presiden Jokowi menerbitkan Paket Kebijakan Perekonomian


Jilid V. Salah satu aspek yang ada dalam kebijakan ini adalah tentang insentif pajak dalam
revaluasi asset tetap perusahaan baik BUMN ataupun Swasta yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.10/2015 tentang penilaian kembali aktiva tetap untuk
tujuan perpajakan bagi permohonan yang diajukan pada tahun 2015 dan tahun 2016

Kebijakan tentang revaluasi asset tetap ini dikeluarkan karena masih banyak
perusahaan yang belum melakukan revaluasi aktiva karena terlalu tingginya tarif pajak untuk
revaluasi yang sebesar 10%. Kebijakan ini diharapkan bisa membantu perusahaan
meningkatkan performa finansialnya melalui perbaikan nilai asset. Dengan perbaikan performa
finansial, ada ruang bagi perusahaan untuk mendapatkan pinjaman modal lebih tinggi.

2. Perumusan Masalah

Revaluasi asset tetap memiliki banyak manfaat bagi perusahaan salah satunya adalah
relevansi perusahaan dalam pengambilan keputusan, namun masih banyak perusahaan yang
belum menggunakan model ini, maka yang menjadi permasalahan adalah sebagai berikut :

 Apa keuntungan dan kerugian bagi perusahaan yang menerapkan model revaluasi?
 Apa tujuan pemerintah dalam menerbitkan kebijakan ekonomi jilid V tentang revaluasi
asset tetap ?
 Apa poin poin dalam kabijakan yang baru tentang revaluasi asset tetap?
BAB II
LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

I. LANDASAN TEORI
1. Pengertian dan Karakteristik Asset Tetap
Asset tetap didefinisikan dalam PSAK 16 sebagai asset berwujud yang : (a) dimiliki
untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk disewakan kepada
pihak lain, atau untuk tujuan administrative, dan (b) diharapkan untuk digunakan selama
lebih dari satu periode.
Dengan demikian, agar dapat diklasifikasikan sebagai asset tetap menurut PSAK 16,
suatu asset harus memiliki karakteristik-karakteristik berikut :
 Asset tersebut digunakan dalam kegiatan operasi. Hanya asset yang digunakan dalam
operasi normal perusahaan saja yang dapat diklasifikasikan sebagai sebagai asset tetap.
 Asset tersebut memiliki masa (umur) manfaat yang panjang. Lebih dari satu periode.
 Asset tersebut memiliki substansi fisik. Asset tetap memiliki ciri substansi fisik kasat
mata sehingga dapat dibedakan dari asset tak berwujud seperti hak paten dan merk
dagang.
2. Pengakuan Asset Tetap
PSAK 16 menyatakan bahwa asset tetap harus diakui jika dan hanya jika :
 Besar kemungkinan manfaat ekonomis yang berhubungan dengan asset tersebut akan
mengalir ke perusahaan, dan;
 Biaya perolehan asset dapat diukur secara andal.
Asset tetap yang diperoleh dari pasar dapat memenuhi kriteria kedua dengan mudah
akibat adanya transaksi eksternal. Untuk asset tetap yang dibangun secara internal ,
pengukuran secara andal terhadap biaya yang timbul dalam pembangunan tersebut juga
sering kali tersedia. Adanya bentuk fisik pada umumnya memungkinkan pengakuan
asset tetap berdasarkan kedua kriteria di atas menjadi lebih mudah dibandingkan asset
tidak berwujud.
3. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Suatu entitas harus memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan
akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh asset tetap dalam
kelompok yang sama.
1. Model Biaya : Setelah diakui sebagai asset, suatu asset tetap dicatat sebesar biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai
asset.
2. Model Revaluasi :
 Setelah diakui sebagai asset, suatu asset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur
secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal
revaluasian dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai
yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan
keteraturan yang cukup regular untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak
berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai
wajar pada tanggal neraca.
 Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang
dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi professional berdasarkan bukti
pasar. Nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya menggunakan nilai pasar yang
ditentukan oleh penilai.
 Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu asset tetap yang
direvaluasi. Jika nilai wajar dari asset yang direvaluasi berbeda secara material dari
jumlah tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilanjutkan. Beberapa asset tetap
mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu di
revaluasi secara tahunan. Revaluasi tahunan seperti itu tidak perlu dilakukan
apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan. Namun demikian, asset tersebut
perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali.
5. Aspek Perpajakan
Undang-Undang Pajak Penghasilan menyebutkan bahwa selisih lebih penilaian
kembali aktiva tetap merupakan obyek pajak. Ketentuan dalam UU PPh ini dijabarkan
lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor 79/PMK.03/2008. PSAK 16
tahun 1994 dan peraturan dalam PMK sejalan karena pengaturan lebih detail dalam
peraturan perpajakan menjadi aturan pelaksana revaluasi aset tetap yang ada dalam
standar akuntansi.
Dalam pemerintahan Presiden Jokowi menerbitkan Paket Kebijakan Perekonomian
Jilid V. Salah satu aspek yang ada dalam kebijakan ini adalah tentang insentif pajak
dalam revaluasi asset tetap perusahaan baik BUMN ataupun Swasta yang tertuang
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191/PMK.10/2015 tentang penilaian
kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajakan bagi permohonan yang diajukan pada
tahun 2015 dan tahun 2016. Tarif pajak penghasilan (PPh) dalam revaluasi aset
normalnya dikenakan 10%, namun dalam paket ini ada insentif potongan, sebagai
berikut:
 Revaluasi aset hingga 31 Desember 2015, tarif PPh 3%
 Revaluasi aset 1 Januari hingga 30 Juni 2016, tarif PPh 4%
 Revaluasi aset 1 Juli hingga 31 Desember 2016, tarif PPh 6%
 Revaluasi retelah 31 Desember 2016, tariff PPh 10%
II. PEMBAHASAN
1. Keuntungan dan Kerugian Menggunakan Model Revaluasi
Revaluasi aktiva tetap adalah penilaian kembali aktiva tetap perusahaan yang
diakibatkan adanya kenaikan nilai aktiva tersebut di pasaran atau karena rendahnya
nilai aktiva tetap dalan laporan keuangan perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi
atau sebab lain. Hal ini mengakibatkan nilai aktiva tetap dalam laporan keuangan tidak
mencerminkan nilai yang wajar. Atau dapat juga dikatakan revaluasi aktiva tetap
merupakan penilaian kembali aktiva tetap yang tercatat didalam buku perusahaan dan
masih digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Tujuan revaluasi adalah agar
nilai yang tercantum didalam buku perusahaan / laporan keuangan perusahaan sesuai
dengan nilai wajar yang berlaku pada saat dilakukannya revaluasi.
Revaluasi aktiva tetap dapat digunakan sebagai sarana bagi pemerintah atau
Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan penerimaan negara yang berasal dari
Pajak Penghasilan Badan, sedangkan bagi wajib pajak sendiri penilaian kembali aktiva
dapat dijadikan sebagai sarana untuk melakukan perencanaan perpajakannya dengan
tujuan untuk menghemat pembayaran pajak penghasilan badan.
Penilaian aktiva tetap memberikan keuntungan dan kerugian bagi perusahaan.
Beberapa keuntungannya adalah sebagai berikut :
 Neraca akan menunjukkan posisi kekayaan yang wajar sehingga pemakai laporan
keuangan dapat memperoleh informasi yang lebih akurat dan tepat untuk
pengambilan keputusan.
 Selisih lebih penilaian kembali juga akan meningkatkan struktur modal sendiri,
yang artinya perbandingan antara pinjaman (debt) dengan modal sendiri (equity)
atau DER membaik.
 Dengan membaiknya DER, perusahaan dapat menarik dana melalui pinjaman dari
pihak ketiga maupun emisi saham.
Kekurangan dari revaluasi aktiva tetap antara lain :
 Naiknya beban penyusutan aktiva tetap yang dibebankan dalam laba rugi atau
dibebankan ke harga pokok produksi.
 Dari sisi perpajakan, selisih lebih yang diakibatkan dari revaluasi aktiva tetap
merupakan objek pajak yang dikenai pajak final 10%, diperaturan yang baru:
- Revaluasi aset hingga 31 Desember 2015, tarif PPh 3%
- Revaluasi aset 1 Januari hingga 30 Juni 2016, tarif PPh 4%
- Revaluasi aset 1 Juli hingga 31 Desember 2016, tarif PPh 6%
- Revaluasi retelah 31 Desember 2016, tariff PPh 10%
Dengan adanya berbagai kelebihan dan kekurangan yang ditimbulkan oleh
revaluasi, pihak manajemen perusahaan harus mempertimbangkan secara baik-baik
manfaat dan kerugian yang akan dialami perusahaan di masa sekarang dan masa depan
apabila memutuskan untuk melakukan revaluasi aktiva tetap.
2. Manfaat Adanya Kebijakan Perekonomian Baru tentang Revaluasi Asset Tetap bagi
Perusahaan
 Intensif pajak yang dikeluarkan pemerintah untuk revaluasi asset tetap akan
meringankan perusahaan dalam penilaian kambali asset tetap perusahaan yang
nilainya sudah tidak relevan lagi karena penilaian sebelumnya menggunakan harga
perolehan.
 Membantu perusahaan BUMN dan Swasta untuk memperoleh sumber modal
karena jika penilaian kembali asset tetap oleh perusahaan mengakibatkan nilai asset
naik, nilai aktiva perusahaan juga akan naik dan tingginya nilai asset perusahaan
merupakan penilaian penting bagi kreditur dalam menilai layak atau tidaknya
perusahaan pendapat pinjaman.
 Jika nilai asset perusahaan naik, perusahaan akan mendapat pinjaman dana (uang)
kreditur lebih tinggi.
3. Tujuan Pemerintah Dalam Menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PK) Nomor
191/PMK.010/2015 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap untuk Tujuan Perpajakan
Bagi Permohonan Yang Diajukan Pada Tahun 2015 dan 2016
 Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara, dengan adanya insentif
pajak untuk penilaian asset tetap banyak perusahaan BUMN maupun Swasta yang
tertarik untuk revaluasi asset tetap diperusahaan mereka dan Negara juga mendapat
pemasukan dari banyaknya perusahaan yang melakukan revaluasi asset mereka.
 Pemerintah memberikan jalan kepada perusahaan BUMN maupun Swasta dengan
cara menurunkan tarif pajak untuk perusahaan yang mengajuakn permohonan
revaluasi asset tetap pada tahun 2015 dan 2016. Dengan merevaluasi asset
perusahaan, nilai perusahaan akan naik dan membantu perusahaan supaya leverage
BUMN lebih bagus dan perusahaan bisa mendapat tambahan modal.
4. Poin Poin Penting Revaluasi Aset Sesuai PMK-191/PMK.10/2015
 Yang dapat melakukan revaluasi asset tetap adalah Wajib Pajak Badan Dalam
Negeri, BUT, WP OP yang melakukan pembukuan; termasuk WP yang telah
memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dengan Bahasa Inggris dan satuan
mata uang Dollar Amerika Serikat serta WP yang masih berada dalam jangka waktu
5 tahun sejak dilakukannya penilaian kembali terakhir berdasarkan PMK
79/PMK.03/2008.
 Aset yang dapat direvaluasi adalah sebagian atau seluruh aktiva tetap berwujud
yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak.
 Penilaian kembali aktiva tetap dilakukan oleh kantor jasa penilai public (KJPP) atau
ahli penilai, yang memperoleh izin dari pemerintah. Dalam hal nilai pasar atau nilai
wajar yang ditetapkan oleh KJPP ternyata tidak mencerminkan keadaan yang
sebenarnya, Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan kembali nilai pasar atau
nilai wajar asset tetap yang bersangkutan.
 Penilaian kembali asset tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar
asset tetap yang berlaku pada saat penilaian kembali asset tetap.
 Selisih lebih revaluasi = Nilai Pasar – Nilai Buku Fiskal (catatan : Perlu
diperhatikan bahwa revaluasi untuk tujuan perpajakan tidak mengenal istilah selisih
kurang. Selisih lebih merupakan objek pajak penghasilan yang akan diberikan yang
akan diberikan insentif pengurangan tarif).
 Tarif Pajak Penghasilan bersifat final atas selisih lebih penilaian kembali asset tetap:
- 3 % untuk permohonan yang diajukan sejak berlakunya Peraturan Menteri ini
sampai denga tanggal 31 Desember 2015
- 4% untuk permohonan yang diajukan sejak 1 januari 2016 sampai 30 Juni 2016
- 6 % untuk permohonan yang diajukan sejak 1 Juli 2016 sampai dengan tanggal
31 Desember 2016.
Ketentuan khusus :
- Pelunasan PPh Final terkait dilakukannya penilaian kembali asset tetap
dilakukan sebelum diajukannya permohonan dan dilengkapinya dokumen.
- Wajib pajak dapat melakukan penilaian sendiri terlebih dahulu berdasarkan
perkiraan untuk dapat melunasi perkiraan pajak terutang karena penilaian
kembali asset tetap dan pengajuan permohonan. Meski demikian, hasil
perkiraan penilaian, wajib pajak tetap harus dilakukan penilaian kembali
oleh KJPP atau ahli.
- Tambahan Objek PPh Final = Nilai Aktiva hasil KJPP – Nilai Aktiva hasil
Perkiraan Sendiri
- Dalam hal Wajib Pajak telah memperoleh izin menyelenggarakan
pembukuan dengan Bahasa Inggris dan mata uang Dollar, selisih lebih
penilaian kembali (dasar pengenaan Pajak) dikonversi ke dalam rupiah
dengan KURS KMK pada saat pembayaran Pajak Penghasilan.
-
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
I. KESIMPULAN
Kesimpulan dari topik yang dibahas dalam makalah ini tentang revaluasi asset tetap
dan dikaitkan dengan kebijakan pemerintah yang baru adalah tentang usaha pemerintah
dalam membantu perusahaan BUMN maupun swasta menaikan nilai perusahaan mereka.
Dengan melakukan revaluasi asset tetap oleh perusahaan, perusahaan akan memperoleh
banyak keuntungan seperti yang telah dijelaskan dalam makalah ini apalagi proses
pengajuan revaluasi asset tetap dilakukan ditahun 2015-2016 karena ditahun tersebut ada
insentif pajak atas kenaikan nilai suatu asset yang direvaluasi yang semula tarif pajak
sebesar 10%. Selain keuntungan yang didapat dari sisi perusahaan, keuntungan juga
diperoleh dari sisi pemerintah khususnya tentang pemasukan pemerintah lewat pajak yang
dirasa masih kurang sehingga pemerintah menerbitkan kebijakan baru dengan batas waktu
tertentu untuk menarik minat perusahaan agar tertarik melakukan revaluasi asset tetap
dengan adanya insentif pajak.
II. SARAN
1. Diharapkan kebijakan baru ini bisa berlaku ditahun tahun berikutnya agar perusahaan
bisa rutin melakukan revaluasi asset tetap.
2. Semoga kebijaan – kebijakan yang akan datang tidak memberatkan perusahaan
perusahaan dan memperhatikan entitas entitas kecil sehingga mereka juga dapat
berkembang.
3. Diharapkan perusahaan memanfaatkan kesempatan ini mengingat keuntungan dari
revaluasi asset tetap bagi perusahaan sangat penting

Anda mungkin juga menyukai