Perpajakan
Perencanaan Pajak Untuk Penyusutan
Ruklie Abadi
20200102009 Akuntansi
Latar Belakang Penyusutan
Dalam menjalankan kegiatan bisnis, perusahaan umumnya memiliki asset berupa
bangunan, mesin, mobil dinas, komputer dan asset berwujud lainnya yang memiliki
masa manfaat lebih dari satu tahun.
Penyusutan atau depresiasi merupakan salah satu unsur pengurang dalam menghitung
laba/rugi perusahaan.
Pengertian Penyusutan
Berdasarkan PSAK 17 penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat
disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi.
Penyusutan diperlukan karena manfaat yang diberikan dan nilai dari aset
tersebut semakin berkurang, dan pengurangan nilainya dibebankan secara
bertahap
Kebijakan Pajak untuk Penyusutan
1. Keadilan Pajak
Yang diperhatikan adalah kegiatan dari WP, apakah perusahaan manufaktur atau
perusahaan jasa. Dan bagaimana struktur modalnya. Kegiatan manufaktur dengan
padat modal akan lebih diuntungkan
2. Kebijakan Ekonomi
Mengakibatkan pada peningkatan modal. Jika penyusutan besar maka laba
setelah pajak juga besar, dan ROI besar mengakibatkan arus kas tinggi
3. Administrasi
Secara administrasi ada penyusutan sederhana dan penyusutan kompleks, dan hal
ini bergantung pada SDM, biaya administrasi, dan kepatuhan WP
Karakteristik Dari Aset yang Dapat
Disusutkan
1. Digunakan dalam kegiatan usaha
2. Nilainya menurun secara bertahap
3. Aset berwujud dan tidak berwujud
4. Pihak yang berhak melakukan penyusutan
5. Saat dilakukannya penyusutan
6. Dasar melakukan penyusutan biasanya ada 3 yaitu:
a. harga perolehan
b. Harga penggantian
c. revaluasi
Penyusutan Berdasarkan Peraturan
Perpajakan
Saat Mulainya Penyusutan Fiskal : ditetapkan pada bulan perolehan. Dan
penyusutan fiskal dilakukan selama sebulan penuh. Pengecualian karena hal-
hal berikut
a. Harta/aset yang masih dalam proses pengerjaan: penyusutan dilakukan pada
tahun selesainya pekerjaan tersebut.
b. Harta/aset dalam usaha sewa guna usaha: penyusutan khususnya pada
operating lease dilakukan pada saat bulan harta tersebut
disewagunausahakan
c. Persetujuan Dirjen Pajak: WP dapat mengajukan apabila tidak melakukan
prinsip penyusutan pada umumnya.
Pengelompokan Harta Berwujud (1)
Terbagi atas dua golongan yaitu:
1. Harta berwujud kelompok bukan bangunan
KELOMPOK 1 4 tahun
KELOMPOK 2 8 tahun
KELOMPOK 3 16 tahun
KELOMPOK 4 20 tahun
Pengelompokan Harta Berwujud (2)
2. Harta berwujud kelompok bangunan
Sejak tahun 1995 WP dibebaskan memilih metode penyusutan fiskal untuk aset tetap berwujud
bukan bangunan, yaitu metode saldo menurun ganda atau metode garis lurus. Dan metode
yang dipilih harus ditetapkan kepada seluruh kelompok harta. Sedangkan aset tetap bangunan
tetap memakai satu metode, yaitu metode garis lurus.
Tarif Penyusutan untuk Aset Tetap Bukan Bangunan
Tarif Penyusutan
Kelompok Bukan
Bangunan Metode Garis Lurus Metode Saldo Menurun
Bangunan Permanen 5%
Aset Tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun
terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasional perusahaan, tidak dimaksudkan untuk
dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih
dari satu periode akuntansi.
Penyusutan adalah alokasi sistematis suatu nilai aset yang dapat disusutkan sepanjang
masa manfaat yang dapat diestimasi
Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount) adalah jumlah perolehan suatu aset atau
jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya perolehan dalam laporan keuangan dikurangi nilai
sisanya.
Nilai Sisa (Residual Value) adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada akhir masa
manfaat suatu aset setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan.
Nilai Wajar (Fair Value) adalah suatu jumlah, untuk itu aset mungkin dapat ditukar atau suatu
kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan
transaksi yang wajar (arm’s length transaction).
Jumlah tercatat (carrying amount) adalah nilai buku, yaitu biaya perolehan atas suatu aset
setelah dikurangi dengan akumulasi penyusutan.
Biaya Perolehan
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai
wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat
perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk digunakan.
Kriteria Aset yang Dapat Disusutkan
Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokan menurut
kriteria berikut ini:
1. Berdasarkan Waktu
Metode garis lurus (straight-line method)
i. Metode pembebaMetode jumlah angka tahun (sum of the years digit method)
ii. Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double declining balance method)nan yang menurun
2. Berdasarkan Penggunaan
Metode jam jasa (service hours method)
Metode jumlah unit produksi (productive output method)
3. Berdasarkan Kriteria lainnya
Metode berdasarkan jenis & kelompok (group composite method)
Metode anuitas (annuity method)
Sistem persediaan (inventory systems)
Penyusutan Kelompok dan Gabungan
Dasar penyusutan yang digunakan adalah biaya perolehan awal, baik melalui
pembelian maupun pendirian, penambahan, dan perbaikan. Apabila
perusahaan melakukan revaluasi, maka dasar penyusutannya adalah nilai
setelah revaluasi.
Pengungkapan
Pemilihan suatu metode alokasi dan estimasi masa manfaat suatu aktiva yang
dapat disusutkan adalah merupakan masalah pertimbangan. Pengungkapan
metode yang digunakan dan estimasi masa manfaat atau tingkat penyusutan
yang digunakan menyediakan bagi para pemakai laporan keuangan informasi
yang membuat mereka dapat menelaah kebijakan yang dipilih manajemen
dan dapat membuat perbandingan dengan perusahaan lain. Untuk alasan
serupa, adalah perlu untuk mengungkapkan jumlah yang dapat disusutkan
yang dialokasikan dalam suatu periode dan akumulasi penyusutan pada akhir
periode tersebut.
Persamaan Akuntansi Komersial dan
Akuntansi Fiskal
Persamaan yang terdapat dalam akuntansi komersial dan
akuntansi fiskal adalah sebagai berikut:
Aset/harta tetap yang memberikan manfaat lebih dari satu
periode tidak boleh langsung dibebankan pada tahun
pengeluarannya, tetapi harus dikapitalisasi dan disusutkan sesuai
dengan masa manfaatnya;
Aset/harta yang dapat disusutkan adalah aset tetap, baik
bangunan maupun bukan bangunan;
Tanah pada prinsipnya tidak disusutkan, kecuali jika tanah
tersebut memiliki masa manfaat terbatas
Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi
Fiskal – Masa Manfaat & Harga Perolehan
Akuntansi Komersial Akuntansi Fiskal
Masa Manfaat: Masa Manfaat:
a. Masa manfaat ditentukan aset berdasarkan a. Ditetapkan berdasarkan keputusan Menteri
taksiran umur ekonomis maupun umur teknis; Keuangan;
b. Ditelaah ulang secara periodik; b. Nilai residu tidak diperhitungkan
c. Nilai residu bisa diperhitungkan
Harga Perolehan:
Harga Perolehan: c. Untuk transaksi yang tidak mempunyai
d. Untuk pembelian menggunakan harga hubungan istimewa berdasarkan harga yang
sesungguhnya; sesungguhnya;
e. Untuk pertukaran aset tidak sejenis d. Untuk transaksi yang mempunyai hubungan
menggunakan harga wajar; istimewa berdasarkan harga pasar;
f. Untuk pertukaran sejenis berdasarkan nilai e. Untuk transaksi tukar-menukar adalah
buku aset yang dilepas; berdasarkan harga pasar;
g. Aset sumbangan berdasarkan harga pasar f. Dalam rangka likuidasi, peleburan,
pemekaran, pemecahan, atau penggabungan
adalah harga pasar kecuali ditentukan lain
oleh Menteri Keuangan;
Perbedaan Akuntansi Komersial dan
Akuntansi Fiskal – Metode Penyusutan
Akuntansi Komersial Akuntansi Fiskal
Metode Penyusutan: Metode Penyusutan:
a. Garis lurus; a. Untuk aset tetap bangunan adalah
b. Jumlah angka tahun; garis lurus;
c. Saldo menurun/menurun ganda; b. Untuk aset tetap bukan banbgunan
d. Metode jam jasa; Wajib Pajak dapat memilih garis
e. Unit produksi; lurus atau saldo menurun ganda asal
f. Anuitas; diterapkan secara taat asas
g. Sistem persediaan
Biaya perolehan atas harta berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari
satu tahun harus dibebankan secara bertahap dengan cara melakukan
Penyusutan sesuai dengan Pasal 11 ayat 1 UU Nomor 36 Tahun 2008.
Secara fiskal metode yang digunakan dalam penyusutan dapat dilakukan
dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun.
Dalam penggunaan metode tersebut harus dilakukan secara taat azas dan
konsisten.
Pengelompokan jenis harta serta umur masa manfaat secara fiskal diatur
dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.03/2009.