Anda di halaman 1dari 20

AKTIVA TETAP &

CONTOH SOAL

Pertemuan 4

Kelompok 4
Anggota Kelompok

 Ariq Kusuma Athalla (152010713018)


 Selma Indah Prameswari (152010713021)
 Irfan Novansya (152010713049)
 Satrio Athallah Ramadhan (152010713058)
 Naufal Yahya Hareti (152010713059)
 Nanda Regita (152010713061)
 Maharani Lutfiah Choirun N (152010713067)
 Muhammad Fais Akbar (152010713077)
 Warda Yasmina (152010713117)
Klasifikasi Aset Tetap & Aset Tidak Berwujud
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009: 68) aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki
untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak
lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode.
Menurut pajak, sesuai dangan pasal 11 UU PPh nomor 36 tahun 2008, aset tetap adalah harta
berwujud yang dapat disusutkan dan terletak atau berada di indonesia, dimiliki dan
dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan
objek pajak serta mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun.

Klasifikasi Aset Tetap:


- Tanah
- Peralatan dan Mesin
- Gedung dan Bangunan
- Jalan, Irigasi, dan Jaringan
- Konstruksi dalam Pengerjaan
Menurut SAK-ETAP yang diatur oleh IAI (2009:76), aset tak berwujud adalah aset
nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik.

Klasifikasi Aset Tak Berwujud:


-Franchise dan Licences
-Goodwill
-Trademark (Hak Merek Dagang)
-Copyright (Hak Cipta)
-Patent (Hak Paten)
Konsep Perolehan Aset Tetap & Aset Tidak Berwujud

Konsep perolehan aset tetap

Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya
dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap harus dipenuhi kriteria
sebagai berikut :
 Berwujud;
 Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
 Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
 Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan
 Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan
Penyusutan Dan Amortisasi Secara
Fiskal
Penyusutan Fiskal
Penyusutan Fiskal adalah alokasi biaya perolehan suatu aktiva tetap selama
masa manfaat yang diatur dalam ketentuan Undang-undang PPh. Penyusutan
fiskal diatur di Pasal 11 Undang-undang PPh. Penyusutan terjadi ketika WP
melakukan pengeluaran untuk pembelian, kecuali untuk harta atau bangunan
yang masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan
selesainya pengerjaan harta tersebut. Selain itu, penyusutan untuk
pengeluaran harta berwujud dapat juga dilakukan berdasarkan penurunan masa
manfaat atau dihitung dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa
buku. Misalnya, dalam bulan mulai produksi yang berarti harta tersebut sudah
mulai menghasilkan. Sepanjang melalui persetujuan dari Direktorat Jenderal
Pajak. Dengan begitu, pada akhir masa manfaat nilai sisa buku, dapat
disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan berdasarkan taat asas.
Tarif Penyusutan Fiskal
Berdasarkan tabel penyusutan fiskal milik Dirjen Pajak, tarif penyusutan fiskal ditentukan
berdasarkan pada kelompok harta berwujud, masa manfaat, penghitungan tarif dengan
metode saldo menurun.
Kelompok Harta Masa Manfaat Penyusutan Penyusutan
Berwujud Berdasarkan Berdasarkan
Ayat 1 Ayat 2

Bukan Bangunan

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%


Kelompok 2 8 tahun 12.5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6.25% 12.5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
Bangunan

Permanen 20 tahun 5% -
Tidak Permanen 10 tahun 10% -
Amortisasi Fiskal
Amortisasi adalah alokasi perolehan harta tidak berwujud selama masa manfaat. Amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya
perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan muhibah (goodwill) yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang dipergunakan untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan. Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran. Pengeluaran
yang dilakukan sebelum operasi komersial yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,
maka nilai sisa buku harta atau hak-hak tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah yang
diterima sebagai penggantian merupakan penghasilan pada tahun terjadinya pengalihan tersebut.
Untuk menghitung amortisasi, masa manfaat dan tarif amortisasi ditetapkan sebagai berikut:
Kelompok Harta Tak Masa Manfaat Tarif Amortisasi – Garis Tarif Amortisasi –
Berwujud Lurus Saldo Menurun

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%

Kelompok 2 8 tahun 12.5% 25%

Kelompok 3 16 tahun 6.25% 12.5%

Kelompok 4 20 tahun 5% 10%


Penarikan Atau Pelepasan Aset
Aktiva tetap yang tidak bermanfaat lagi, dapat di lepas dengan cara:
1. Pembuangan Aktiva Tetap (Discarding of Plant Assets)
Aktiva tetap yang sudah habis masa guna atau umur ekonomisnya atau mungkin mengalami
kerusakan karena proses produksi, dan tidak dapat diperbaiki lagi, perusahaan dapat mengambil
keputusan untuk membuang aktiva tetap tersebut.

2. Penjualan Aktiva Tetap (Selling of Plant Assets)


Aktiva yang tidak terpakai lagi jika masih laku, maka perusahaan dapat menjual aktiva tersebut.

3. Pertukaran Aktiva Tetap (Exchange of Plant Assets )


Aktiva yang sudah tidak terpakai, selain dibuang dan dijual, dapat ditukar dengan aktiva tetap
yang lain, baik dengan perusahaan lain, maupun ditukar yang baru dengan menambah uang atau
pembayaran. Aktiva tersebut dapat ditukar dengan aktiva sejenis maupun aktiva lain.
Pencatatan, Pengakuan, Pengukuran, Pengungkapan,
dan Penyajian di Laporan Keuangan Fiskal

 Metode Pencatatan Aset Tetap


1. Diperoleh melalui pembelian tunai
Metode pencatatan aktiva atau aset tetap ini digunakan untuk aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian
tunai dicatat dalam pembukuan dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Jumlah uang yang dikeluarkan
untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga yang tercantum di faktur dan semua biaya yang dikeluarkan
agar aktiva tetap tersebut siap dipakai.
2. Diperoleh dari angsuran kredit
Metode pencatatan aktiva atau aset tetap ini digunakan untuk aktiva tetap yang diperoleh dari pembelian
angsuran atau kredit, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Cara
pencatatannya adalah pembayaran setiap tahun dibuat jurnal yang mengurangi utang sebesar pokok pinjaman
yang dilunasi dan mendebit biaya bunga untuk tahun yang bersangkutan dan kreditnya kas sebesar angsuran.
3. Diperoleh melalui ditukar dengan surat-surat berharga
Metode pencatatan aktiva atau aset tetap ini digunakan untuk aktiva tetap yang diperoleh dengan cara
ditukar dengan saham atau obligasi perusahaan, dicatat dalam buku besar sebesar harga pasar saham atau
obligasi yang digunakan sebagai penukar.
4. Diperoleh melalui cara ditukar dengan aktiva tetap yang lain (Trade-In)
Metode pencatatan aktiva atau aset tetap ini digunakan untuk pembelian aktiva tetap
dengan cara tukar menukar atau istilah populernya “tukar tambah/Trade-In”. Aktiva lama
digunakan untuk membayar aktiva baru baik seluruhnya atau sebagian di mana
kekurangannya dibayar tunai.

5. Diperoleh dengan cara dibuat sendiri


Semua biaya yang dibebankan untuk pembuatan aktiva sendiri seperti bahan, upah
langsung, dan factory overhead langsung serta biaya factory overhead tidak langsung.
Ada 2 cara untuk membebankan biaya factory overhead yaitu:
 Kenaikan biaya factory overhead yang dibebankan pada aktiva yang dibuat.
 Biaya factory overhead dialokasikan dengan tarif untuk pembuatan aktiva dan produksi
 Pengakuan Aset Tetap
Aset Tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh dan nilainya dapat diukur
dengan andal. Pengakuan Aset Tetap akan sangat andal bila Aset Tetap telah diterima atau
diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah. Kriteria untuk dapat
diakui sebagai Aset Tetap adalah:
1. Berwujud;
2. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
3. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
4. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan
5. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.

Aset Tetap yang diperoleh dari hibah/donasi diakui pada saat Aset Tetap tersebut diterima dan/atau
hak kepemilikannya berpindah.

Aset Tetap yang diperoleh dari sitaan/rampasan diakui pada saat terdapat keputusan instansi yang
berwenang yang memiliki kekuatan hukum tetap.
Pengakuan atas Aset Tetap berdasarkan jenis transaksinya, antara lain perolehan, pengembangan,
pengurangan serta penghentian dan pelepasan. Penjelasan masing-masing transaksi dimaksud
adalah sebagai berikut:
1. Perolehan adalah suatu transaksi perolehan aset tetap sampai dengan aset tersebut dalam
kondisi siap digunakan.
2. Pengembangan adalah suatu transaksi peningkatan nilai Aset Tetap yang berakibat pada
peningkatan masa manfaat, peningkatan efisiensi, peningkatan kapasitas, mutu produksi dan
kinerja dan/atau penurunan biaya pengoperasian.
3. Pengurangan adalah suatu transaksi penurunan nilai Aset Tetap dikarenakan berkurangnya
volume/nilai Aset Tetap tersebut atau dikarenakan penyusutan.
4. Penghentian dan pelepasan adalah suatu transaksi penghentian dari penggunaan aktif atau
penghentian permanen suatu aset tetap.
 Pengukuran Aset Tetap
Terkait dengan pengukuran Aset Tetap, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
A. Komponen Biaya Perolehan
Biaya perolehan aset terdiri dari:
1. Harga pembelian atau biaya konstruksinya, termasuk bea impor dan pajak pembelian, setelah dikurangi dengan
diskon dan/atau rabat;
2. Seluruh biaya lainnya yang secara langsung dapat dihubungkan/diatribusikan kepada aset sehingga dapat membawa
aset tersebut ke kondisi yang membuat aset dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.

B. Pengeluaran Setelah Tanggal Perolehan


Pengeluaran setelah perolehan awal suatu Aset Tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar
memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam bentuk peningkatan kapasitas, peningkatan mutu produksi,
atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan (carrying amount).
Pengeluaran lainnya yang timbul setelah perolehan awal (selain pengeluaran yang memberi nilai manfaat tersebut)
diakui sebagai beban pengeluaran (expenses) pada periode dimana beban pengeluaran tersebut terjadi.
Pengeluaran setelah perolehan awal suatu Aset Tetap hanya dapat dikapitalisasi pada nilai aset jika memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
3. Pengeluaran tersebut mengakibatkan bertambahnya masa manfaat, kapasitas, kualitas, dan volume aset yang telah
dimiliki; dan
4. Pengeluaran tersebut memenuhi batasan minimal nilai kapitalisasi Aset Tetap/ aset lainnya.
C. Pertukaran
Suatu aset dapat diperoleh melalui pertukaran seluruh aset atau sebagian aset yang tidak serupa dan memiliki nilai
wajar yang tidak sama. Biaya perolehan aset tersebut diukur dengan nilai wajar aset yang dilepas dan disesuaikan
dengan jumlah kas atau setara kas lainnya yang ditransfer/diserahkan. Dalam hal aset yang diperoleh memiliki nilai
wajar yang sama dengan aset yang dilepas namun demikian terdapat indikasi dari nilai wajar aset yang diterima bahwa
aset tersebut masih harus dilakukan perbaikan untuk membawa aset dalam kondisi bekerja seperti yang diharapkan,
maka biaya perolehan yang diakui adalah sebesar nilai aset yang dilepas dan disesuaikan dengan jumlah kas yang harus
dikeluarkan untuk perbaikan aset tersebut.

D. Penyusutan
Penyusutan adalah alokasi yang sistematis atas nilai suatu Aset Tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets)
selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Nilai penyusutan untuk masing-masing periode diakui sebagai
pengurang nilai tercatat Aset Tetap dalam neraca dan beban penyusutan dalam laporan operasional. Selain tanah dan
konstruksi dalam pengerjaan, seluruh Aset Tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan karakteristik aset tersebut.
Penyusutan Aset Tetap dilakukan untuk:
1. Menyajikan nilai Aset Tetap secara wajar sesuai dengan manfaat ekonomi aset dalam laporan keuangan;
2. Mengetahui potensi BMN dengan memperkirakan sisa masa manfaat suatu BMN yang diharapkan masih dapat
diperoleh dalam beberapa periode ke depan; dan
3. Memberikan bentuk pendekatan yang lebih sistematis dan logis dalam menganggarkan belanja pemeliharaan atau
belanja modal untuk mengganti atau menambah Aset Tetap yang sudah dimiliki.
E. Penghentian dan Pelepasan
Suatu Aset Tetap dieliminasi dari neraca ketika dilepaskan atau bila aset tetap secara permanen dihentikan
penggunaannya dan tidak ada manfaat ekonomi masa yang akan datang. Aset Tetap yang secara permanen
dihentikan atau dilepas harus dieliminasi dari Neraca dan diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Aset Tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi definisi Aset Tetap dan harus
dipindahkan ke pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.

F. Penilaian kembali
Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap pada umumnya tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi
Pemerintahan menganut prinsip penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau pertukaran. Penyimpangan dari
ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional.

G. Penyusunan Neraca Awal


Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya perolehan aset tetap yang digunakan adalah nilai
wajar pada saat neraca awal tersebut. Untuk periode selanjutnya setelah tanggal penyajian neraca awal, atas
perolehan aset tetap baru, suatu entitas menggunakan biaya perolehan atau nilai wajar bila biaya perolehan tidak
ada.
 Pengungkapan Aset Tetap
Laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing jenis Aset Tetap sebagai berikut:
1. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat (carrying amount);
2. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
a. Penambahan;
b. Pelepasan;
c. Akumulasi penyusutan dan perubahan nilai, jika ada;
d. Mutasi Aset Tetap lainnya.
3. Informasi penyusutan, meliputi:
a. Nilai penyusutan;
b. Metode penyusutan yang digunakan;
c. Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
d. Nilai tercatat bruto dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.
4. Informasi terkait pertukaran Aset Tetap jika ada), meliputi:
a. Pihak yang melakukan pertukaran Aset Tetap;
b. Jenis Aset Tetap yang diserahkan dan nilainya;
c. Jenis Aset Tetap yang diterima beserta nilainya; dan
d. Jumlah hibah selisih lebih dari pertukaran Aset Tetap.
5. Hal lain yang juga harus mengungkapkan:
a. Eksistensi dan batasan hak milik atas Aset Tetap;
b. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset Tetap;
c. Jumlah pengeluaran pada pos Aset Tetap dalam konstruksi; dan
d. Jumlah komitmen untuk akuisisi Aset Tetap.
 Penyajian di Laporan Keuangan Fiskal
 Penyajian Aset Tetap adalah berdasarkan biaya perolehan Aset Tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.
 Berikut adalah ilustrasi penyajian Aset Tetap pada neraca :
PEMERINTAH ABC
NERACA
Per 31 Desember 20Xl
URAIAN JUMLAH
ASET  

  ASET LANCAR  

    ....  

    .....  

  ASET TETAP  

    Tanah xxx

    Peralatan dan Mesin xxx

    Gedung dan Bangunan xxx

    Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx

    Konstruksi dalam Pengerjaan xxx

    Aset Tetap Lainnya xxx

    (Akumulasi Penyusunan Aset Tetap) (xxx)

  ASET LAINNYA  

KEWAJIBAN  

EKUITAS
CONTOH SOAL :
Sebuah mobil boks dibeli pada tanggal 6 Desember 2009 dengan harga perolehan sebesar Rp 100 juta dan diestimasi memiliki
masa manfaat 10 tahun (berakhir 6 Desember 2019). Untuk memperpanjang masa manfaatnya, pada tanggal 20 Oktober 2014
perusahaan mengeluarkan Rp 20 juta sebagai biaya pembelian atas beberapa suku cadang yang baru. Dengan dilakukannya
tambahan pengeluaran modal ini, diestimasi bahwa umur ekonomis kendaraan akan bertambah 3 tahun dan masa manfaatnya
akan berakhir pada tanggal 6 Desember 2022. Kendaraan disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus.
Jawab :
Harga Perolehan 6 Des 09 Rp 100.000.000
Akm Penyusutan 6 Des 09-20 Okt 2014 (59/120 x 100 jt) (Rp 49.167.000)
Nilai buku per tanggal 20 Oktober 2014 Rp 50.833.000
Pengeluaran modal pada tanggal 20 Oktober 2014 Rp 20.000.000
Harga perolehan setelah disesuaikan per tanggal 20 Okt 14 Rp 70.833.000
Tahun 2014
Beban Penyusutan = (10/120 bulan x Rp 100 juta) + (2/97 bulan x Rp 70,833 juta)
= Rp 8.333.333 + Rp 1.460.474
= Rp 9.793.807
Tahun 2015
Beban Penyusutan = 12/97 x Rp 70,833 juta
= Rp 8.762.845
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai