DISUSUN OLEH :
ELSA MBURA
RAFIQ ASGARA
PENDAHULUAN
Aset tetap sebuah perusahan berbeda-beda satu dengan yang lain tergantung kepada
aktivitas perusahan itu sendiri.Dalam PSAK No 16, “Aset tetap adalah asetberwujud
yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu,yang
digunakan dalam operasi perusahaan,tidak dimaksud untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.”
Pemakaian aset tetap biasanya penggunanya lebih dari setahun.sehingga diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dalam jangka waktu yang relatif
lama,namun manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama semakin
menurun manfaatnya secara terus menerus,dan menyebabkan terjadi penyusutan
(depreciation). Seiring dengan berlalunya waktu,aset tetap akan mengalami penyusutan
(kecuali tanah). Masalah pengalokasian biaya penyusutan merupakan masalah
penting,karena mempengaruhi laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan,apabila
sebuah perusahaan menggunakan metode penyusutan yang tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip yang berlaku atau kondisi perusahaan tersebut, maka akan mempengaruhi
pendapatan yang dilaporkan setiap periode akuntansi. Selain itu juga mempengaruhi
nilai dari aset tetap tersebut dalam perhitungan penyusutan aset tetap terdapat
beberapa metode yang digunakan,antara lain : metode garis lurus, metode saldo
menurun, metode jumlah angka tahun, metode unit imput, metode unit output.
Perusahaan melakukan revaluasi terhadap aktiva tetapnya. Revaluasi aktiva tetap
merupakan penilaian kembali atas aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan.
Keuntungan bagi perusahaan yang melakukan revaluasi aset tetap, diantaranya dapat
menciptakan performance of balance sheet yang lebih baik,sebagai akibat
meningkatnya nilai aktiva dan modal. Selain itu dapat meningkatkan kepercayaan para
pemegang saham,karena kenaikan nilai aktiva dapat dicatat sebagai tambahan nilai
saham. Dengan adanya revaluasi aktiva tetap juga memiliki keuntungan dari segi
perpajakan,yaitu dapat melakukan penghematan pajak sebagai akibat bertambahnya
besarnya nilai penyusutan aktiva. Revaluasi aset tetap cenderung dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang tercatat di bursa, hal ini dikarenakan tuntutan untuk
menyajikan laporan keuangannya secara berkala kepada umum dan tuntutan financial
performance kepada pihak ketiga. Pelaksanaan revaluasi aset tetap diatur dalam
ketentuan perpajakan dan akuntansi. Kebijakan mengenai revaluasi aset tetap ini
dikeluarkan bergantung terhadap situasi ekonomi dan moneter yang
melatarbelakanginya, serta konteks arah kebijakan pajak.
Menurut perpajakan, kebijakan mengenai revaluasi aktiva tetap diatur pada peraturan
Menteri Keuangan (PMK) bernomor 191/PMK.10/2015 tentang penilaian kembali
Aktiva Tetap untuk tujuan perpajakan bagi permohonan yang diajukan pada tahun
2015 dan tahun 2016 (PMK191/2015) atau lebih dikenal sebagai Kebijakan Revaluasi
Aset Tetap.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan penghentian dan revaluasi aset tetap?
2. Bagaiamana Sudut pandang penghentian dan revaluasi aset tetap ?
3. Apa Manfaat penghentian dan revaluasi aset tetap?
4. Berikan Contoh kasus penghentian dan revaluasi aset tetap!
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penghentian dan revaluasi aset tetap.
2. Untuk mengetahui sudut pandang penghentian dan revaluasi aset tetap.
3. Untuk mengetahui manfaat penghentian dan revaluasi aset tetap.
4. Untuk mengetahui contoh kasus pengehentian dan revaluasi aset tetap.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penghentian dan revaluasi aset tetap
Menurut perpajakan penghentian aset tetap merupakan pengalihan aset sesuai Pasal 10
UU pajak penghasilan yang mengatur nilai perolehan atau penjualan harta,pengalihan
harta, dan penentuan nilai pemakaian persediaan. Berdasarkan UU Pph, ada beberapa
cara untuk memperoleh dan mengalihkan aset yaitu, dengan cara :
Jual beli.
Pertukaran aset.
Likuidasi,penggabungan,peleburan,pemekaran,pemecahan atau
pengambilan alihan usaha.
Bantuan,sumbangan, dan hibah.
Warisan.
Pengganti saham atau pengganti penyertaan modal.
Jika harga juaal lebih besar dibandigkan dengan nilai buku aset maka timbul
keuntungan/laba.
Jika harga jual lebih kecil dibandingkan dengan nilai buku aset maka, timbul
kerugian.
Perlakuan standar akuntansi keuangan untuk pengalihan aset tetap melalui pembelian
dan penjualan barang relatif sama dengan ketentuan perpajakan. Standar akuntansi
keuangan juga menerapkan prinsip arm’s length principle. Berdasarkan prinsip ini,
harga yang terjadi dari transaksi penjualan adalah harga wajar. Perbedaannya adalah
bahwa jika aset yang dijual adalah aset tetap, nilai buku komersial umumnya bebrbeda
dari buku fiscal, sehinggah keuntungan/kerugian komersial berbed dari
keuntungan/kerugian fiscal.
2.1.2 Revaluasi aset tetap.
Revaluasi aset tetap adalah aktivitas penilaian kembali suatu aset atau aset tetap
perusahaan karena, dianggap tidak lagi mencerminkan nilai sesungguhnya. Nilai aset
sejatinya akan mengalami perubahan dan umumnya terus meeningkat yang diakibatkan
oleh situasi tertentu. Berdasarkan PSAK 16 yang baru, perusahaan dapat memilih
model biaya atau model revaluai sebagai dasar menilai setelah dimiliki. Ketika entitas
bisnis memilih untuk menilai aset tetap menggunakan nilai wajar maka, entitas tersebut
memilih untuk mrenggunakan model revaluasi dalam menilai aset tetap. Jika nilai wajar
leih besar dari pada nilai buku maka, dinamakan revaluai aset tetap dan jika sebaliknya
disebut impairmen aset tetap.
Seluruh aktiva tetap berwujud,termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak
guna bangunan.
Seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah yang terletak atau berada
diIndonesia, dimiliki atau dipergunakan untuk mendapatkan,menagih,dan
memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak.
Siapakah yang berhak melakukan revaluasi ? sesuai peraturan Menteri Keuangan
No.79/PMK.03/2008 Pasal 1 yang dapat melakukan revaluasi aset tetap adalah :
Perusahaan yang telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan
masa pajak berakhir sebelum masa pajak dilakukan penilaian kembali.
Perusahaan sebagai mana dimaksud pada Ayat(1) adalah wajib pajak badan
dalam Negeri dan bentuk usaha tetap (BUT),tidak termasuk perusahaan yang
memperoleh izin menyelenggarakan pembukaan dalam bahasa inggris dan mata
uang Dolar Amerika Serikat.
2.2 Sudut pandang penghentian dan revaluasi aset tetap.
Penghentian aset tetap dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, di antaranya:
Penghentian aset tetap harus dicatat dalam laporan keuangan sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku.
Hal ini biasanya melibatkan penghapusan aset dari neraca dan pengakuan rugi
atau keuntungan dari penghentian aset.
Contohnya, jika perusahaan menjual mesin lama dengan harga Rp 10 juta, tetapi
nilai bukunya Rp 20 juta, maka perusahaan harus mencatat kerugian dari
penghentian aset sebesar Rp 10 juta.
Penghentian aset tetap harus dilakukan dengan cara yang ramah lingkungan.
Hal ini penting untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Contohnya, jika perusahaan menghentikan aset elektronik, maka aset tersebut
harus didaur ulang atau dibuang dengan cara yang aman dan tidak mencemari
lingkungan.
5. Sudut Pandang Sosial:
Secara keseluruhan, penghentian aset tetap merupakan keputusan yang kompleks yang
harus diambil dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Penting untuk
melakukan analisis yang menyeluruh dan mempertimbangkan semua faktor yang
relevan sebelum memutuskan untuk menghentikan aset tetap.
Selain itu, penting untuk dicatat bahwa terdapat beberapa peraturan dan standar yang
mengatur penghentian aset tetap, seperti standar akuntansi dan peraturan perpajakan.
Perusahaan harus mematuhi peraturan dan standar ini untuk memastikan bahwa
penghentian aset tetap dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai dengan hukum.
1. Berdasarkan PSAK
Dalam PSAK nomor 16 disebutkan bahwa penilaian kembali aset tetap pada umumnya
tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menganut penilaian
aset berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan
ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah.
Kebijakan Revaluasi Aktiva Tetap bukanlah instrumen baru karena Menteri Keuangan
pernah meluncurkan instrumen yang sama pada tahun pada tahun 2008 yaitu melalui
PMK Nomor: 79/PMK.03/2008 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan
Untuk Tujuan Perpajakan (PMK 79/2008). Dengan diterbitkannya peraturan ini adalah
diharapkan dapat menambah setoran tunai pajak penghasilan yang berasal dari aset
yang dimiliki oleh para wajib pajak. Selain itu peraturan ini juga bertujuan untuk
menjaga stabilitas ekonomi makro serta membuat perusahaan dapat menampilkan nilai
aset yang wajar dalam laporan keuangan mereka. Akan tetapi fasilitas ini hanya berlaku
hingga akhir tahun 2016 saja karena itu diharapkan wajib pajak dapat memanfaatkan
betul fasilitas yang diberikan oleh dirjen pajak.
PMK 191 Tahun 2015 merupakan pengembangan dari PMK Nomor 79/PMK.03/2008.
PMK 191 Tahun 2015 berisi antara lain antara lain:
a. Aktiva yang dapat di-revaluasi adalah sebagian atau seluruh aktiva tetap
berwujud yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan
Objek Pajak.
b. Penilaian kembali harus dilakukan oleh kantor jasa penilai publik (KJPP) atau
ahli penilai yang memperoleh izin dari pemerintah. Dalam hal nilai pasar atau
nilai wajar yang ditetapkan oleh kantor jasa penilai public atau ahli penilai
ternyata tidak mencerminkan keadaan sebenarnya, Direktorat Jenderal Pajak
dapat menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap yang
bersangkutan.
c. Penilaian kembali aktiva tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar
aktiva tetap yang berlaku pada saat penlaian kembali aktiva tetap.
d. Selisih lebih revaluasi = Nilai Pasar – Nilai Buku Fiskal.
(Catatan : Perlu diperhatikan bahwa revaluasi untuk tujuan perpajakan tidak
mengenal istilah selisih kurang. Dan Selisih lebih merupakan obyek pajak
penghasilan yang akan diberikan insentif pengurangan tarif.)
e. Penilaian kembali tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat jangka waktu
lima tahun sejak dilakukan penilaian dengan dasar PMK 191 Tahun 2005.
Dari 2 (dua) standar tersebut, paling tidak terdapat 8 (delapan) perbedaan signifikan
sebagai berikut:
Penghentian aset tetap, baik melalui penjualan, tukar tambah, atau dihapusbukukan,
menawarkan beberapa manfaat bagi perusahaan, di antaranya:
6. Memperoleh Keuntungan:
Dalam beberapa kasus, penghentian aset tetap dapat menghasilkan keuntungan
bagi perusahaan.
Hal ini terjadi jika aset tersebut dijual dengan harga yang lebih tinggi dari nilai
bukunya.
Keuntungan ini dapat digunakan untuk meningkatkan laba perusahaan atau
diinvestasikan kembali dalam bisnis.
Contohnya, dengan menjual tanah yang tidak terpakai dengan harga yang tinggi,
perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang signifikan dan meningkatkan
nilai asetnya.
Penting untuk dicatat bahwa penghentian aset tetap juga memiliki beberapa
konsekuensi yang perlu dipertimbangkan, seperti potensi kerugian dari penjualan aset
dengan harga rendah dan biaya yang terkait dengan penghentian aset. Oleh karena itu,
perusahaan harus mempertimbangkan dengan cermat semua faktor yang relevan
sebelum memutuskan untuk menghentikan aset tetap.