Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGHENTIAN DAN REVALUASI ASET TETAP MENURUT


AKUNTANSI DAN PERPAJAKAN

DISUSUN OLEH :

MARIA MAGDALENA BURA WEKING

MARIA ANJELORUN DUA NDOLU

PUTRI STABELA SOUK

TIARA PRISCHA DJARI

ELSA MBURA

RAFIQ ASGARA

ADRIAN ASHER TAEBENU

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

POLITEKNIK NEGERI KUPANG


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Revaluasi Aset Tetap
ini. Makalah ini merupakan salah satu bagian tugas Mata kuliah Perpajakan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang aturan baru
dalam Revaluasi Aktiva Tetap yang sangat diperlukan dengan suatu harapan
mendapat penjelasan tentang masalah tersebut dan melakukan apa yang menjadi
tugas kami sabagai mahasiswa, yang mengikuti mata kuliah Perpajakan. Dalam
proses pendalaman materi Perpajakan ini, tentunya kami mendapatkan
bimbingan, arahan, koreksi dan saran. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu tiffany N.P Gah, selaku pengampu Mata Kuliah perpajakan.
Tentunya tidak ada gading yang tak retak, untuk itu kami mohon maaf atas segala
kekurangan dalam makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Aset tetap sebuah perusahan berbeda-beda satu dengan yang lain tergantung kepada
aktivitas perusahan itu sendiri.Dalam PSAK No 16, “Aset tetap adalah asetberwujud
yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu,yang
digunakan dalam operasi perusahaan,tidak dimaksud untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.”
Pemakaian aset tetap biasanya penggunanya lebih dari setahun.sehingga diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dalam jangka waktu yang relatif
lama,namun manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama semakin
menurun manfaatnya secara terus menerus,dan menyebabkan terjadi penyusutan
(depreciation). Seiring dengan berlalunya waktu,aset tetap akan mengalami penyusutan
(kecuali tanah). Masalah pengalokasian biaya penyusutan merupakan masalah
penting,karena mempengaruhi laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan,apabila
sebuah perusahaan menggunakan metode penyusutan yang tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip yang berlaku atau kondisi perusahaan tersebut, maka akan mempengaruhi
pendapatan yang dilaporkan setiap periode akuntansi. Selain itu juga mempengaruhi
nilai dari aset tetap tersebut dalam perhitungan penyusutan aset tetap terdapat
beberapa metode yang digunakan,antara lain : metode garis lurus, metode saldo
menurun, metode jumlah angka tahun, metode unit imput, metode unit output.
Perusahaan melakukan revaluasi terhadap aktiva tetapnya. Revaluasi aktiva tetap
merupakan penilaian kembali atas aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan.
Keuntungan bagi perusahaan yang melakukan revaluasi aset tetap, diantaranya dapat
menciptakan performance of balance sheet yang lebih baik,sebagai akibat
meningkatnya nilai aktiva dan modal. Selain itu dapat meningkatkan kepercayaan para
pemegang saham,karena kenaikan nilai aktiva dapat dicatat sebagai tambahan nilai
saham. Dengan adanya revaluasi aktiva tetap juga memiliki keuntungan dari segi
perpajakan,yaitu dapat melakukan penghematan pajak sebagai akibat bertambahnya
besarnya nilai penyusutan aktiva. Revaluasi aset tetap cenderung dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan yang tercatat di bursa, hal ini dikarenakan tuntutan untuk
menyajikan laporan keuangannya secara berkala kepada umum dan tuntutan financial
performance kepada pihak ketiga. Pelaksanaan revaluasi aset tetap diatur dalam
ketentuan perpajakan dan akuntansi. Kebijakan mengenai revaluasi aset tetap ini
dikeluarkan bergantung terhadap situasi ekonomi dan moneter yang
melatarbelakanginya, serta konteks arah kebijakan pajak.
Menurut perpajakan, kebijakan mengenai revaluasi aktiva tetap diatur pada peraturan
Menteri Keuangan (PMK) bernomor 191/PMK.10/2015 tentang penilaian kembali
Aktiva Tetap untuk tujuan perpajakan bagi permohonan yang diajukan pada tahun
2015 dan tahun 2016 (PMK191/2015) atau lebih dikenal sebagai Kebijakan Revaluasi
Aset Tetap.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan penghentian dan revaluasi aset tetap?
2. Bagaiamana Sudut pandang penghentian dan revaluasi aset tetap ?
3. Apa Manfaat penghentian dan revaluasi aset tetap?
4. Berikan Contoh kasus penghentian dan revaluasi aset tetap!

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penghentian dan revaluasi aset tetap.
2. Untuk mengetahui sudut pandang penghentian dan revaluasi aset tetap.
3. Untuk mengetahui manfaat penghentian dan revaluasi aset tetap.
4. Untuk mengetahui contoh kasus pengehentian dan revaluasi aset tetap.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Penghentian dan revaluasi aset tetap

2.1.1 Penghentian aset tetap.


Aset tetap merupakan aset yang bersifat jangka panjang atau memiliki sifat permanen dan
digunakan dalam jangka paanjang. Aset tetap tidak dapat digunakan secaara terus
menerus karena,aset tetap mempunyai batas tertentu hingga suatu saat tidak dapat
berfungsi lagi, sehingga perlu dilakukan penghntian atas aset tetap tersebut.
Aset tetap diberhentikan karena, hal-hal berikut :
 Rusak.
 Berakhir masa manfaat aset tetap.
 Penjualan aset tetap.
 Pertukaran aset.

Menurut perpajakan penghentian aset tetap merupakan pengalihan aset sesuai Pasal 10
UU pajak penghasilan yang mengatur nilai perolehan atau penjualan harta,pengalihan
harta, dan penentuan nilai pemakaian persediaan. Berdasarkan UU Pph, ada beberapa
cara untuk memperoleh dan mengalihkan aset yaitu, dengan cara :

 Jual beli.
 Pertukaran aset.
 Likuidasi,penggabungan,peleburan,pemekaran,pemecahan atau
pengambilan alihan usaha.
 Bantuan,sumbangan, dan hibah.
 Warisan.
 Pengganti saham atau pengganti penyertaan modal.

a. Penjualan Aset Tetap.


Apabilah penghentian aset tetap tersebut disebabkan transaksi penjualan maka, selisih
harga jual dibandingkan dengan nilai buku aset dicatat sebagai laba atau rugi.

 Jika harga juaal lebih besar dibandigkan dengan nilai buku aset maka timbul
keuntungan/laba.
 Jika harga jual lebih kecil dibandingkan dengan nilai buku aset maka, timbul
kerugian.

Perlakuan standar akuntansi keuangan untuk pengalihan aset tetap melalui pembelian
dan penjualan barang relatif sama dengan ketentuan perpajakan. Standar akuntansi
keuangan juga menerapkan prinsip arm’s length principle. Berdasarkan prinsip ini,
harga yang terjadi dari transaksi penjualan adalah harga wajar. Perbedaannya adalah
bahwa jika aset yang dijual adalah aset tetap, nilai buku komersial umumnya bebrbeda
dari buku fiscal, sehinggah keuntungan/kerugian komersial berbed dari
keuntungan/kerugian fiscal.
2.1.2 Revaluasi aset tetap.

Revaluasi aset tetap adalah aktivitas penilaian kembali suatu aset atau aset tetap
perusahaan karena, dianggap tidak lagi mencerminkan nilai sesungguhnya. Nilai aset
sejatinya akan mengalami perubahan dan umumnya terus meeningkat yang diakibatkan
oleh situasi tertentu. Berdasarkan PSAK 16 yang baru, perusahaan dapat memilih
model biaya atau model revaluai sebagai dasar menilai setelah dimiliki. Ketika entitas
bisnis memilih untuk menilai aset tetap menggunakan nilai wajar maka, entitas tersebut
memilih untuk mrenggunakan model revaluasi dalam menilai aset tetap. Jika nilai wajar
leih besar dari pada nilai buku maka, dinamakan revaluai aset tetap dan jika sebaliknya
disebut impairmen aset tetap.

Sedangkan menurut peraturan perppajakan yang menjadi dasar pelaksanaan revaluasi


aset tetap adalah UU pajak penghasilan Pasal 4 Ayat(1) huruf m menyatakan bahwa
selisih lebih penilaian kembali aktiva merupakan objek pajak. Ketentuan dalam UU
PPh ini dijabarkan lebih lanjut dalam PMK191/PMK.0102015,PMK233/PMK.03/2015,
dan PMK29/PMK.03/2016. Tarif pajak penghasilan (PPh) dalam revaluasi aktiva
normalnya dikenakan 10%,namun dalam peraturan ini ada perlakuan khusus bagi wajib
pajak yang melakukan penilaian kembali aktiva tetap untuk tujuan perpajak pada tahun
2015 dan 2016 sebagai berikut :

 Revaluasi aktiva hingga 31 desember 2015,tarif PPh 3%.


 Revaluasi aktiva 1 januari hingga 30 juni 2016,tarif PPh 4%.
 Revaluasi aktiva 1 juli hinnga 31 desember 2016,tariff PPh 6%.
 Revaluasi setelah 31 desember 2016,tarif PPh 10%.

Aset tetap yang dapat direvaluasi adalah :

 Seluruh aktiva tetap berwujud,termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak
guna bangunan.
 Seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah yang terletak atau berada
diIndonesia, dimiliki atau dipergunakan untuk mendapatkan,menagih,dan
memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak.
Siapakah yang berhak melakukan revaluasi ? sesuai peraturan Menteri Keuangan
No.79/PMK.03/2008 Pasal 1 yang dapat melakukan revaluasi aset tetap adalah :
 Perusahaan yang telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan
masa pajak berakhir sebelum masa pajak dilakukan penilaian kembali.
 Perusahaan sebagai mana dimaksud pada Ayat(1) adalah wajib pajak badan
dalam Negeri dan bentuk usaha tetap (BUT),tidak termasuk perusahaan yang
memperoleh izin menyelenggarakan pembukaan dalam bahasa inggris dan mata
uang Dolar Amerika Serikat.
2.2 Sudut pandang penghentian dan revaluasi aset tetap.

2.2.1 Sudut pandang penghentian aset tetap.

Penghentian aset tetap dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, di antaranya:

1. Sudut Pandang Akuntansi:

 Penghentian aset tetap harus dicatat dalam laporan keuangan sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku.
 Hal ini biasanya melibatkan penghapusan aset dari neraca dan pengakuan rugi
atau keuntungan dari penghentian aset.
 Contohnya, jika perusahaan menjual mesin lama dengan harga Rp 10 juta, tetapi
nilai bukunya Rp 20 juta, maka perusahaan harus mencatat kerugian dari
penghentian aset sebesar Rp 10 juta.

2. Sudut Pandang Pajak:

 Penghentian aset tetap dapat memiliki implikasi pajak bagi perusahaan.


 Keuntungan dari penjualan aset tetap biasanya dikenakan pajak penghasilan,
sedangkan kerugian dari penjualan aset tetap dapat dikurangkan dari
penghasilan kena pajak.
 Penting untuk berkonsultasi dengan konsultan pajak untuk memastikan bahwa
penghentian aset tetap dilakukan dengan cara yang sesuai dengan peraturan
perpajakan.

3. Sudut Pandang Operasional:

 Penghentian aset tetap dapat berdampak pada operasi perusahaan.


 Hal ini perlu dipertimbangkan dengan cermat sebelum memutuskan untuk
menghentikan aset.
 Contohnya, jika perusahaan menghentikan mesin produksi utama, maka hal ini
dapat mengganggu proses produksi dan berakibat pada hilangnya pendapatan.

4. Sudut Pandang Lingkungan:

 Penghentian aset tetap harus dilakukan dengan cara yang ramah lingkungan.
 Hal ini penting untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
 Contohnya, jika perusahaan menghentikan aset elektronik, maka aset tersebut
harus didaur ulang atau dibuang dengan cara yang aman dan tidak mencemari
lingkungan.
5. Sudut Pandang Sosial:

 Penghentian aset tetap dapat berdampak pada karyawan perusahaan.


 Hal ini perlu dipertimbangkan dengan cermat sebelum memutuskan untuk
menghentikan aset.
 Contohnya, jika perusahaan menghentikan mesin produksi yang dioperasikan
oleh beberapa karyawan, maka hal ini dapat menyebabkan pemutusan hubungan
kerja (PHK) atau penempatan kembali karyawan ke departemen lain.

Secara keseluruhan, penghentian aset tetap merupakan keputusan yang kompleks yang
harus diambil dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang. Penting untuk
melakukan analisis yang menyeluruh dan mempertimbangkan semua faktor yang
relevan sebelum memutuskan untuk menghentikan aset tetap.

Selain itu, penting untuk dicatat bahwa terdapat beberapa peraturan dan standar yang
mengatur penghentian aset tetap, seperti standar akuntansi dan peraturan perpajakan.
Perusahaan harus mematuhi peraturan dan standar ini untuk memastikan bahwa
penghentian aset tetap dilakukan dengan cara yang benar dan sesuai dengan hukum.

2.2.2 Sudut Pandang Revaluasi Aktiva Tetap.

1. Berdasarkan PSAK

PSAK 16 adalah standar akuntansi keuangan resmi di Indonesia yang menggunakan


IAS 16 - Property, Plant and Equipment sebagai acuan utama dan dikeluarkan oleh
DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) Ikatan Akuntan Indonesia.

Dalam PSAK nomor 16 disebutkan bahwa penilaian kembali aset tetap pada umumnya
tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menganut penilaian
aset berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan
ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah.

Revaluasi atau penyajian kembali (restatement) aset dan kewajiban menimbulkan


kenaikan atau penurunan ekuitas. Meskipun memenuhi definisi penghasilan dan beban
menurut pemeliharaan modal tertentu, kenaikan dan penurunan ini tidak dimasukkan
kedalam laporan laba rugi. Sebagai alternatif pos ini dimasukkan ke dalam ekuitas
sebagi penyesuaian pemeliharaan modal atau cadangan revaluasi.

2. Menurut Peraturan Menteri Keuangan ( PMK )

Kebijakan Revaluasi Aktiva Tetap bukanlah instrumen baru karena Menteri Keuangan
pernah meluncurkan instrumen yang sama pada tahun pada tahun 2008 yaitu melalui
PMK Nomor: 79/PMK.03/2008 tentang Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan
Untuk Tujuan Perpajakan (PMK 79/2008). Dengan diterbitkannya peraturan ini adalah
diharapkan dapat menambah setoran tunai pajak penghasilan yang berasal dari aset
yang dimiliki oleh para wajib pajak. Selain itu peraturan ini juga bertujuan untuk
menjaga stabilitas ekonomi makro serta membuat perusahaan dapat menampilkan nilai
aset yang wajar dalam laporan keuangan mereka. Akan tetapi fasilitas ini hanya berlaku
hingga akhir tahun 2016 saja karena itu diharapkan wajib pajak dapat memanfaatkan
betul fasilitas yang diberikan oleh dirjen pajak.

PMK 191 Tahun 2015 merupakan pengembangan dari PMK Nomor 79/PMK.03/2008.
PMK 191 Tahun 2015 berisi antara lain antara lain:

a. Aktiva yang dapat di-revaluasi adalah sebagian atau seluruh aktiva tetap
berwujud yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan
Objek Pajak.
b. Penilaian kembali harus dilakukan oleh kantor jasa penilai publik (KJPP) atau
ahli penilai yang memperoleh izin dari pemerintah. Dalam hal nilai pasar atau
nilai wajar yang ditetapkan oleh kantor jasa penilai public atau ahli penilai
ternyata tidak mencerminkan keadaan sebenarnya, Direktorat Jenderal Pajak
dapat menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap yang
bersangkutan.
c. Penilaian kembali aktiva tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar
aktiva tetap yang berlaku pada saat penlaian kembali aktiva tetap.
d. Selisih lebih revaluasi = Nilai Pasar – Nilai Buku Fiskal.
(Catatan : Perlu diperhatikan bahwa revaluasi untuk tujuan perpajakan tidak
mengenal istilah selisih kurang. Dan Selisih lebih merupakan obyek pajak
penghasilan yang akan diberikan insentif pengurangan tarif.)
e. Penilaian kembali tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat jangka waktu
lima tahun sejak dilakukan penilaian dengan dasar PMK 191 Tahun 2005.

Dari 2 (dua) standar tersebut, paling tidak terdapat 8 (delapan) perbedaan signifikan
sebagai berikut:

Point Aspek PMK 191 (2015)-Perpajakan PMK 16 (2011)- Komersial


1 Aset yg Direvaluasi Dapat dilakukan terhadap Harus dilakukan atas
sebagian atau seluruh aktiva Kelompok asset yang sama
tetap (psl.3) (par.36)
2 Frekuensi Revaluasi Dapat dilakukan kembali Jika nilai wajar dari asset
setelah 5 tahun sejak yang direvaluasi berbeda
penilaian sebelumnya (psl.3) secara material dengan
jumlah tercatat, maka
direvaluasi kembali (par.34)
3 Hasil penilaian oleh Direktur Jenderal Pajak Tidak diatur. Menggunakan
appraisal tidak dapat menetapkan kembali nilai pasar berdasarkan
mencerminkan nilai-nilai pasar atau aktiva appraisal saja (par.32).
keadaan sebenarnya yang bersangkutan (psl.4)
4 Masa manfaat asset Kembali menjadi masa Berlaku
setelah revaluasi manfaat penuh sesuai prospektif.disusutkan
dengan kelompok berdasarkan sisa masa
perpajakan (psl.7) manfaat asset yang
bersangkutan (par.43)
5 Konsekuensi atas Jika asset dijual dalam 10 Jika asset dijual, maka
penjualan asset tetap tahun setelah revaluasi surplus revaluasi atas asset
yang sudah dilakukan,maka surplus tersebut dipindahkan ke
direvaluasi revaluasi asset terkait saldo laba,bukan di OCI
dikenakan tambahan Pph lagi.untuk
final dengan tariff tertinggi penjualannya,tidak ada
yang berlaku pada saat perlakuan khusus, gain/loss
revaluasi dilakukan asset membandingkan NBV hasil
kel.3,4,tanah,bangunan, revaluasi dengan hasil
(psl.8) penjualan (par.41)
6 Nama Account atas Disajikan sebagai ‘’selisih Tidak diatur secara
surplus revaluasi lebih penilaian kembali asset khusus,namun secara
dalam neraca aktiva tetap wajib pajak tersirat disebutkan surplus
tanggal…’’ (psl.9) revaluasi (par.41)
7 Defisit revaluasi Tidak diatur secara Deficit revaluasi diakui
(Hasil penilaian eksplisit.konsep pemikiran dalam laba rugi, bukan OCI,
kembali < nilai lebih pada surplus namun jika sebelumnya
tercatat revaluasi,namun tetap diatur masih terdapat saldo surplus
jika terjadi kelebihan revaluasi di OCI , maka rugi
pembayaran Ppn final. tersebut harus saling hapus
(Berdasarkan permohonan (nett off) dengan surplus
awal vs.hasil real appraisal ), sampai sebesar surplus
maka kelebihan tersebut revaluasi tersebut (dilihat
bukan pajak yang terutang ilustrasi 1) (par.40)
(psl.6)
8 Kapitalisasi surplus Dapat dikapitalisasi menjadi Diakui sebagai OCI, namun
revaluasi saham bonus dan bukan jika sudah pernah diakui
objek pajak, namun jika deficit revaluasi dalam laba
surplus fiscal “komersial” , rugi sebelumnya, maka
maka yang dapat diakui dilaba rugi sampai
dikapitalisasi hanya sampai sebesar deficit tersebut.
sebesar surplus komersial ( par.39)
(psl.19 ayat 2 dan 3 )
2.3 Manfaat penghentian dan revaluasi aset tetap.

2.3.1 Manfaat penghentian aset tetap.

Penghentian aset tetap, baik melalui penjualan, tukar tambah, atau dihapusbukukan,
menawarkan beberapa manfaat bagi perusahaan, di antaranya:

1. Meningkatkan Efisiensi Operasional:


 Menghapus aset yang sudah usang, rusak, atau tidak terpakai membantu
perusahaan mengoptimalkan ruang dan sumber daya.
 Hal ini memungkinkan perusahaan untuk fokus pada aset yang lebih produktif
dan menghasilkan laba.
 Contohnya, dengan menjual mesin lama yang tidak efisien dan menggantinya
dengan mesin baru yang hemat energi, perusahaan dapat mengurangi biaya
operasional dan meningkatkan produktivitas.

2. Mengurangi Biaya Pemeliharaan:


 Aset tetap yang tidak digunakan atau rusak memerlukan biaya pemeliharaan
yang signifikan.
 Penghentian aset ini dapat membantu perusahaan menghemat biaya
pemeliharaan tersebut.
 Contohnya, dengan menghapusbukukan komputer lama yang tidak lagi
digunakan, perusahaan tidak perlu lagi membayar biaya perawatan dan
perbaikannya.

3. Meningkatkan Modal Kerja:


 Penjualan atau tukar tambah aset tetap dapat menghasilkan kas bagi perusahaan.
 Kas ini dapat digunakan untuk membiayai investasi baru, melunasi hutang, atau
meningkatkan dividen bagi pemegang saham.
 Contohnya, dengan menjual truk lama dan menggunakan uangnya untuk
membeli truk baru yang lebih hemat bahan bakar, perusahaan dapat
meningkatkan modal kerjanya dan meningkatkan profitabilitas.

4. Mendukung Kepatuhan terhadap Peraturan:


 Ada peraturan tertentu yang mengatur pengelolaan aset tetap, seperti peraturan
lingkungan dan keselamatan kerja.
 Penghentian aset yang tidak sesuai dengan peraturan ini dapat membantu
perusahaan menghindari denda dan sanksi.
 Contohnya, dengan menghapusbukukan peralatan yang mengandung bahan
berbahaya, perusahaan dapat mematuhi peraturan lingkungan dan menghindari
denda.
5. Memperbaiki Citra Perusahaan:
 Menjaga aset tetap dalam kondisi baik dan rapi dapat meningkatkan citra
perusahaan di mata pelanggan, investor, dan pemangku kepentingan lainnya.
 Penghentian aset yang sudah usang dan tidak terawat dapat membantu
perusahaan menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan dan tanggung
jawab sosial.
 Contohnya, dengan mendonasikan komputer lama yang masih berfungsi kepada
sekolah di daerah terpencil, perusahaan dapat meningkatkan citra publiknya dan
menunjukkan kepeduliannya terhadap pendidikan.

6. Memperoleh Keuntungan:
 Dalam beberapa kasus, penghentian aset tetap dapat menghasilkan keuntungan
bagi perusahaan.
 Hal ini terjadi jika aset tersebut dijual dengan harga yang lebih tinggi dari nilai
bukunya.
 Keuntungan ini dapat digunakan untuk meningkatkan laba perusahaan atau
diinvestasikan kembali dalam bisnis.
 Contohnya, dengan menjual tanah yang tidak terpakai dengan harga yang tinggi,
perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang signifikan dan meningkatkan
nilai asetnya.

Penting untuk dicatat bahwa penghentian aset tetap juga memiliki beberapa
konsekuensi yang perlu dipertimbangkan, seperti potensi kerugian dari penjualan aset
dengan harga rendah dan biaya yang terkait dengan penghentian aset. Oleh karena itu,
perusahaan harus mempertimbangkan dengan cermat semua faktor yang relevan
sebelum memutuskan untuk menghentikan aset tetap.

2.3.2 Manfaat Revaluasi Aset Tetap.

1. Dapat menciptakan performance of balance sheet yang lebih baik, sebagai


akibat meningkatnya nilai aktiva dan modal
2. Meningkatkan kepercayaan para pemegang saham, karena kenaikan nilai aktiva
dapat dicatat sebagai tambahan nilai saham (saham bonus)
3. Meningkatkan kepercayaan kreditur, sebagai dampak membaiknya beberapa
rasio keuangan perusahaan, khususnya yang ditunjukkan oleh debt to assets
ratio dan debt to equity ratio.
4. Meningkatkan nilai perusahaan (mark-up) sehingga memudahkan perusahaan
dalam proses pencarian dana, baik melalui pinjaman bank maupun peniualan
saham (go public).
5. Meningkatkan biaya penyusutan aktiva tetap dimasa datang sehingga
deductible expense dimasa datang semakin besar dan beban pajak samakin
kecil. 6.
6. Meningkatkan keakuratan penghitungan penghasilan maupun biaya sehingga
mencerminkan kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam menghasilkan
laba.
7. Agar neraca perusahaan menunjukan posisi kekayaan perusahaan yang
sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai