Aset tidak lancar berupa aset tetap / aset tidak berwujud, sedangkan maksud dari
“dimiliki untuk dijual” adalah aset yang dapat dijual dan tidak digunakan dalam kegiatan
usaha. Istilah tersebut diatur dalam PSAK 58 (revisi2009) yang berlaku untuk semua aset
tidak lancar namun tidakk dalam aset tersedia untuk dijual.
Aset yang dinilai dengan nilai wajar, Aset tidak lancar (aset pajak tangguhan, aset
keuangan, properti investasi, aset biolojik).
PENGAKUAN AWAL
PSAK 58 (Revisi 2009) mengatur bahwa suatu aset tidak lancar harus diklasifikasikan
sebagai aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual, ketika entitas tidak akan menggunakan
aset ersebut dalam kegiatan operasi berkelanjutan, namun berniat untuk menjualnya dan
memulihkan nilai aset tersebut melalui penjualan. Untuk dapat diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual, aset harus memenuhi dua syarat, yaitu sebagai berikut:
Kondisi yang harus tercapai agar termasuk ke dalam kriteria penjualan yang
sangat mungkin terjadi yaitu penjualannya harus diharapkan dapat terjadi paling
lambat dalam 1 (satu) tahun ke depan. Namun, sangat mungkin kondisi yang terjadi
akan menyebabkan penjualan tersebut dapat melampaui akhir periode lebih dari 1
tahun. Kondisi yang diperbolehkan terjadi agar aset tersebut tetap diklasifikasi
sebagai tersedia untuk dijual walaupun kemungkinan realisasi penjualan lebih dari 1
tahun, yaitu:
1. Penundaan tersebut disebabkan oleh situasi dan kondisi yang berada diluar kendali
entitas;
2. Terdapat cukup bukti bahwa entitas tetap berkomitmen untuk menjual aset
tersebut.
Jika aset tidak lancar ini diperoleh secara khusus dengan tujuan untuk kemudian
dilepaskan, maka aset tidak lancar tersebut diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
dijual pada tanggal perolehan jika terpenuhi kondisi:
Pada aset tetap diklasifikasi menjadi aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual, aset
tersebut diukur pada nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat atau nilai wajar neto. Nilai
tercatat adalah nilai terakhir yang diakui pada Laporan Posisi Keuangan. nilai wajar neto
adalah nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Biaya untuk menjual adalah biaya yang
akan terjadi ketika entias melepas asetnya. Misalnya biaya transportasi untuk mengantar aset
sampai ke tempat pembeli atau biaya untuk membuat iklan penjualan aset.
Jika penjualan diperkirakan diselesaikan dlam periode waktu lebih dari satu tahun dan
memenuhi kriteria pengakuan karena penundaan berasal dari pihak diluar kendali entitas,
maka entitas harus menghitung biaya untuk menjual aset tersebut pada nilai kininya (present
value).
Jika pada saat awal pengakuan, nilai wajar neto aset lebih rendah dari nilai
tercatatnya, maka entitas harus mengakui sebesar nilai wajar netonya, sehingga rugi
penurunan nilai aset tersebut langsung diakui di Laba Rugi pada saat awal pengakuan.
Dengan menerapkan pengukuran ini mala entitas akan mengakui rugi yang mungkin
muncul dari penjualan, sebagai rugi penurunan nilai segera setelah keputusan untuk menjual
aset tersebut dibuat.
Sebagai contoh, PT Prau Persada memebeli mesin yang diakui sebagi aset tetap pada
1 Januari 2012 pada biaya perolehan Rp100.000.000. Aset ini diestimasi akan mempunyai
nilai residu Rp10.000.000 dan masa manfaat 10 tahun. Pada tanggal 1 Januari 2015 aset
tersebut diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual. Nilai wajarnya Rp60.000.000 dan
diperkirakan akan mengeluarkan biaya ongkos angkut ke tempat pembeli sebesar
Rp2.000.000.
Pada tanggal 1 Januaru 2015, mesin tersebut diklasifikasikan sebagai aset tidal lancar
yang dimiliki untuk dijual dan diukur pada mana yang terendah antara nilai tercatat dengan
nilai wajar neto.
Nilai yang harus diakui adalah yang lebih rendah yaitu arap58.000.000
Dengan demikian entitas harus mencatat rugi penurunan nilai untuk menurunkan nilai
tercatat ke nilai wajar netonya, yaitu sebesar Rp73.000.000 – Rp58.000.000 = Rp15.000.000.
jurnalnya adalah sebagai berikut:
Jurnal pengakuan rugi penurunan nilai juga dapat dikreditkan sebagai cadangan
penurunan nilai, tidak langsung mengurangi nilai aset.
Kemudian entitas juga membuat jurnal reklasifikasi aset sebagai berikut:
Mesin Rp58.000.000
Sekarang,jadi diasumsikan nilai wajar neto ad;ah Rp75.000.000, maka nilai yang
lebih rendah adalah nilai tercatat aset sebesar Rp73.000.000. Dengan demikian, entitas tidak
perlu mengakui rugi penurunan nilai, namun tetap perlu membuat jurnal reklasifikasi ke aset
tersedia untuk dijual. Nilai aset tetap disajikan sebesar nilai tercatat Rp73.000.000.
Pada PSAK 48 Penurunan Nilai, entitas diwajibkan melakukan review terhadap nilai
tercatat aset. Penrunan nilai terjadi ketika nilai tercatat aset lebh tinggi daripada nilai yang
dapat terpulihkan. Nilai yang dapat terpulihkan adalah mana yang lebih rendah antara nilai
pakai dengan nilai wajar neto. Nilai pakai mencerminkan nilai yang dapat terpulihkan melalui
penjualan.
PENGUKURAN SELANUTNYA
Jika nilai wajar neto mengalami penurunan dibandingkan nilai tercatat terakhir maka
entitas harus mengakui penurunan tersebut dan jika sebaliknya maka entitas dapat mengakui
penukuran tersebut tetapi tidak melebihi nilai yang dicatat sejak klasifikasi aset yang dimiliki
untuk dijual.
Selanjutnya pada tanggal 30 Juni 2015 nilai wajar neto aset tersebut mengalami
kenaikan sebesar Rp57.000.000 dan diasumsikan antara 31 Januari 2015 sampai 30 Juni 2015
tidak terdapat perubahan nilai, maka PT Prau Persada harus membuat jurnal penyesuaian
pada 30 Juni 2015, sebagai berikut.
Mesin Dimiliki untuk Dijual Rp2.000.000
Entitas diatas dapat mengakui keuntungan dari pemulihan kerugian dan penurunan
nilai yang belum mamapu melampaui akumulasi rugi penurunan nilai yang diakui sebelum
nilai aset pada awal klasifikasi sebesar Rp58.000.00
Ketika suatu perusahaan mengunakan metode atau model in maka aset tersebut harus
direvaluasi kenilai wajarnya sebelum direklasifikasi.
Sebagai contoh, PT FGH mempunyai aset etap berupa tanah dan mengukur tanahnya
menggunakan model revaluasi. Sebidang tanah yersebut mempunyai nilai tercatat sebesar
Rp120.000.000. Tanah tersebut pada 1 Januari 2015 diklasifikasi sebagai aset tidak lancar
dimiliki untuk dijual, dan diketahui nilai wajarnya sebesar Rp140.000.00 dan estimasi biaya
menjual sebesar Rp4.000.000. Aset tersebut terjual pada 30 Juni 2015 pada harga
Rp134.000.000.
Pada tanggal 1 Januari 2015, tanah tersebut harus direvaluasi ke nilai wajarnya
sebesar Rp140.000.000. Keuntungan Rp20.000..000 diakui sebagai surplus revaluasi pada
pendapatan komprehensif lain. Selanjutnya Tanah tersebut diklasifikasikan sebagai aset tidak
lancar dimiliki untuk dijual. Kemudian, biaya menjual sebesar Rp4.000.000 akan diakui di
laba rugi periode berjalan sebagai rugi penurunan nilai, sehingga nilai tercatatnya menjadi
Rp136.000.000.
Pada saat penjualan tanggal 30 Juni 2015, terdapat rugi sebesar Rp2.000.000 yang
diakui sebagai rugi pelepasan aset karena harga jual lebih rendah daripada nilai tercatat
(Rp136.000.000 – Rp134.000.000). Pada saat ini Surplus revaluasi telah terealisai dan
ditransfer seluruhnya ke saldo laba.
PENGHENTIAN PENGAKUAN DAN PERUBAHAN RENCANA
Entitas telah mengklasifikasi aset tidak lancar sebagai dimiliki untuk dijual, kemudian
kriteria pegakuan aset tersebut tidak lagi terpenuhi atau perusahaan mengubah rencana untuk
tidak menjualnnya, maka dari itu entitas harus menghentikan pengklasifikasian aset tidak
lancar sebagai dimiliki untuk dijual misal karena manajemen memutuskan akan
menggunakan kembali aset ini.
Penghentian pengklasifikasian aset tidak lancar sebagai dimiliki untuk dijual, selanjutnya
harus diukur pada nilai yang lebih rendah antara:
1. Nilai tercatat aset tersebut sebelum aset diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk diual,
disesuaikan dengan penyusutan, amortisasi atau penilaian kembali yan telah diakui
jika aset tersebut tidak diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual, atau
2. Nilai terpulihkan pada saat tanggal keputusan untuk tidak menjual.
Melanjutkan ilustrasi PT Prau Persada, misal pada 31 Desember 2015 karena upaya
mendapatkan kontrak pembelian belum dapat segera terealisasikan, maka manajemen
memutuskan untuk membatalkan rencana penjualan tersebut dan menggunakan kembali aset
tersebut sebagai aset tetap. Oleh karena itu, pada tangal 31 Desember 2015 PT Prau Persada
harus mereklasifikasi ulang aset menjadi aset tetap, dan menghitung nilai tercatat yang baru.
Misal diketahui bahwa nilai terpulihkan aset tersebut sebesar Rp57.000.000, sama dengan
nilai tercatat aset saat ini pada 31 Desember 2015 sebelum penyesuaian adalah
Rp57.000.000. Nilai tercatat aset jika tidak diklasifikasikan sebagai aset tersedia dijual dapat
dihitung = Rp100.000.000 – ((Rp100.000.000) 4/10)) = Rp64.000.000. Nilai yang lebih
rendah adalah nilai terpulihkan sebesar Rp57.000.000 akan digunakan sebagai nilai aset pada
31 Desember 2015.
Demikian, tidak ada jurnal penyesuaian atas nilai tercatat yang perlu dibuat pada 31
Desember 2015, keuali jurnal reklasifikasi sebagai berikut.
Mesin Rp57.000.000
Contoh, PT OPQ telah mreklasifikasi aset tetapny sebagai aset tidal lancar dimiliki untuk
dijual pada 2 Januari 2015. Penjualan terjadi pada tanggal 2 Juli 2015 dengan harga jual
Rp70.000.000. PT OPQ harus mencatat penjualan tersebut sebagai
Kas Rp70.000.000
Aset yang termasuk dalam aset tidak lancar dimiliki untuk dijual, disajikan berbeda
dengan aset lain di laporan posisi keuangan. Aset ini ditampilkan terpisah di kelompok aset
tidak lancar karena saat direalisasikan butuh satu tahun melalui penjualan.
Jika aset termasuk kelompok aset, perlu dipisahkan antara aset dan liabilitas. Aset
maupun liabilitas ditampilkan secara net-off. Kelompok aset dan liabilitas utama ditampilkan
berbeda, di laporan posisi keuangan dan catatan laporan keuangan.
Penyajian terpisah atas aset dimiliki untuk dijual diperlukan penyajian ulang dalam
periode komparasi. Ini dilakukan demi pengelompokkan periode kini.
PEGUNGKAPAN
Dalam suatu periode, perlu dilakukan pengelompokkan aset menjadi aset tidak
dimiliki untuk dijual juga dalam periode kini aset dijual, entitas dijadikan informasi dalam
laporan keuangan:
1. Uraian aset
2. Uraian fakta keadaan penjualan dan pelepasan diinginkan, termasuk waktu, cara
pelepasan.
3. Untung atau rugi diakui. Jika tidak ditampilkan terpisah dalam laporan laba rugi
komprehensif, perlu dijelaskan judul pos termasuk untung atau rugi.
4. Jika ada perubahan rencana penjualan, diperlukan beberapa fakta untuk
mendukung keputusan juga memikirkan dampaknya dalam hasil operasi di
periode tersebur ataupun periode komparasi.