Anda di halaman 1dari 9

QnA Aset tidak lancar

dimiliki untuk dijual ( PSAK


58 ) : Definisi, Klasifikasi,
Pengukuran
dan Pencatatan
 Tharizayuniarr  Tak Berkategori  15 April 2021 2 Minutes

Q & A Kelompok 7
1. Siska Aulia_Tanya
Kenapa Operasi dihentikan termasuk kedalam aset yg dimiliki untuk
dijual , Padahal dari awal pembelian aset tsb, Perusahaan tidak
berniat untuk menjual aset, dan hanya digolongkan sebagai aset
tetap saja,?

Jawab
Saya akan menjawab pertanyaan dari Siska Aulia
Aset lancar dan tidak lancar menjadi hal yang penting di dalam
perusahaan. Setelah membahas aset lancar, saatnya membahas
mengenai aset tidak lancar.

Dalam praktiknya, aset tidak lancar adalah aset yang tidak dapat
langsung dicairkan menjadi uang tunai. Biasanya, aset ini membutuhkan
waktu yang relatif lama untuk diperdagangkan. Untuk aset tidak lancar
tidak dapat diukur dalam satuan nilai mata uang seperti aset lancar.

Aset tidak lancar ada tiga macam. Ketiga macam aset tidak lancar
tersebut adalah aset tetap, aset tidak berwujud, dan investasi jangka
panjang. Aset tidak lancar adalah aset yang tidak memenuhi definisi aset
lancar, misalnya aset tetap atau aset takberwujud. Dimiliki untuk dijual
artinya nilai tercatat aset akan dipulihkan melalui penjualan, bukan
digunakan dalam kegiatan usaha.
2. Saya Dani Liza Saputra_1903016
Ingin bertanya, Kapan aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual
diakui ?

Dan Mengapa Aset Tidak Lancar yang ditinggalkan tidak diklasifikasikan


sebagai aset dimiliki untuk dijual?

Jawab
Saya akan menjawab pertanyaan dari Dani Liza Syahputra.

PSAK tentang Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi
yang Dihentikan telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan. PSAK ini merevisi PSAK tentang Operasi dalam Penghentian
yang telah dikeluarkan pada Mei. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan
untuk unsur yang tidak material.

Entitas tidak boleh mengklasifikasikan aset tidak lancar (atau kelompok


lepasan) yang akan ditinggalkan sebagai dimiliki untuk dijual, karena
jumlah tercatatnya secara prinsip akan dipulihkan melalui pemakaian
berlanjut.
3. Siska Aulia _Tanya
Untuk contoh kasus 1 dalam Video kelompok praktek, Tahun
pembelian aset 2004,sedangkan pengangkuan sebagai aset dimiliki
untuk dijual adalah 2007 selama dari 2004-2007 apakah aset tsb di
gunakan untuk operasional? Jika iya kenapa tidak masuk kedalam
Operasi dihentikan, Jika tidak digunakan mulai dari 2004 kenapa
tidak langsung diakui pada saat pembelian aset tsb di beli untuk aset
yang dimiliki untuk dijual, Terimakasih Jawab
kami akan mencoba menjawab pertanyaan dari siska aulia
Sebelumnya maaf karna perusahaan xyz tidak menampilkan
pengerjaan operasi dihentikan
jawaban ya, dalam tahun 2004-2007 aset tersebut digunakan untuk
operasional
Pengerjaan operasi dihentikan untuk asset tersebut adalah
Nilai tercatat asset = 100.000.000 – ((100.000.000- 10.000.000)
x4/10))
= 64.000.000
Nilai wajar = 80.000.000-3.000.000
=77.000.000
Nilai yang harus diakui adalah yg lebih rendah : 64.000.000
Entitas harus mencatat laba yang tercatat yaitu= 77.000.000-
64.000.000= 13.000.000
Jurnalnya:
Kas (d) 13.000.000
Laba penjualan asset (k) 13.000.000
Jurnal reklasifikasi:
Mesin untuk dijual (d) 64.000.000
Mesin (k) 64.000.000
Maaf jika ada kesalahan

BULETIN AKUNTANSI STAF NO. 2

Buletin Akuntansi Staf ini memberikan interpretasi atas


implementasi PSAK No. 58 khususnya paragraf 03. PSAK No. 58
bertujuan untuk mengatur prinsip-prinsip pelaporan informasi
tentang operasi dalam penghentian, sehingga meningkatkan
kemampuan pengguna laporan keuangan dalam membuat proyeksi
tentang arus kas perusahaan, kemampuan perusahaan menghasilkan
laba, dan posisi keuangan perusahaan dengan memisahkan
informasi tentang operasi dalam penghentian dengan informasi
tentang operasi yang tetap berlangsung.

Adapun paragraf 03 PSAK No. 58 menyatakan sebagai berikut:

Operasi dalam penghentian adalah suatu komponen perusahaan:


(a)

yang oleh perusahaan, sesuai dengan rencana tunggal tertentu:

(i)

dilepas secara keseluruhan, misalnya dengan menjual komponen


perusahaan tersebut dalam suatu transaksi tunggal, dengan
pemisahan usaha (demerger) atau pengalihan kepemilikan
komponen perusahaan ke pihak lain;

(ii)

dilepas sebagian demi sebagian, misalnya dengan menjual aktiva


komponen perusahaan tersebut dan menyelesaikan kewajibannya
satu per satu; atau (iii) diakhiri operasinya dengan meninggalkan
kegiatan usaha

(b)

yang merupakan lini usaha utama atau wilayah geografis utama


tersendiri; dan

(c)

yang secara operasional dan untuk tujuan pelaporan keuangan dapat


dibedakan.
Selanjutnya dalam paragraf 09 dinyatakan bahwa salah satu contoh
kegiatan yang tidak memenuhi kriteria (a) dari paragraf 03 di atas
adalah “penjualan anak perusahaan yang aktivitasnya sejenis dengan
aktivitas induk perusahaan atau anak perusahaan lain”.

Fakta:

PT ABC adalah induk perusahaan dari perusahaan PT X dan PT Y.


Pada tanggal 31 Desember 2003 kepemilikan PT ABC atas saham PT
X dan PT Y masing-masing sebesar 51% dan 80%.

PT ABC bergerak dalam bidang polimerisasi, twisting dan


pemintalan, PT X bergerak dalam bidang produksi dan pemasaran
benang wol, dan PT Y bergerak dalam bidang pertenunan, industri
tekstil, dan perdagangan umum.

Sebelumnya pada tanggal 31 Oktober 2003, PT ABC telah


menandatangani kontrak penjualan seluruh kepemilikan atas saham
PT X sebesar 51% kepada pihak lain. Pada tanggal 31 Januari 2004,
proses penjualan PT X selesai dilaksanakan.

Selanjutnya, pada tanggal 31 Agustus 2004, PT Y melakukan


restrukturisasi hutang kepada salah satu krediturnya, dimana
sebagian besar hutang tersebut dikonversi menjadi saham. Dengan
penerbitan saham baru PT Y sebanyak 1.000.000 saham dengan
nilai nominal Rp 100 per saham yang diambil bagian seluruhnya
oleh kreditur tersebut, maka kepemilikan PT ABC di dalam PT Y
berkurang dari 80% menjadi 25%.
Pertanyaan 1:

Berkaitan dengan transaksi pelepasan PT X kepada pihak lain:

a)

apakah aktivitas anak perusahaan (PT X) bisa dikatakan sejenis


dengan aktivitas perusahaan induk (PT ABC) sehingga memenuhi
kriteria dalam paragraf 09 di atas?

b)

apakah PT ABC perlu menyajikan laporan keuangan per 31


Desember 2003 dan 2004 berdasarkan PSAK 58 tentang Operasi
Dalam Penghentian, yaitu dengan memisahkan informasi tentang
operasi dalam penghentian dengan informasi tentang operasi yang
dilanjutkan?

Jawab :

Berdasarkan PSAK No. 5 tentang Segmen Usaha dan PSAK No. 58


tentang Operasi Dalam Penghentian dinyatakan sebagai berikut:

a) PSAK No. 5 paragraf 09

“Segmen usaha adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan


dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa
individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan
komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan
risiko dan imbalan segmen lain”
PSAK No. 5 paragaraf 11

“Produk atau jasa yang memiliki karakteristik risiko dan imbalan


yang berbeda secara signifikan tidak boleh dikelompokkan ke dalam
segmen usaha yang sama” PSAK No. 58 paragraf 11 “PSAK 5
mengizinkan, tetapi tidak mengharuskan, berbagai tahap operasi
yang terintegrasi secara vertikal untuk diidentifikasi sebagai segmen
usaha yang terpisah.

Segmen usaha yang terintegrasi tersebut mungkin memenuhi


kriteria (b) dari definisi operasi dalam penghentian” Berdasarkan
hal-hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa segmen usaha induk
perusahaan (PT ABC) dan anak perusahaan yang dilepas (PT X)
adalah tidak sejenis atau berbeda.

b. PSAK No. 58 Paragraf 36

“Pengungkapan yang diharuskan oleh paragraf 28-35 harus tetap


disajikan dalam laporan keuangan untuk periode sampai dengan,
dan mencakup, periode saat proses penghentian tersebut
selesai.......”

Dalam kaitannya dengan pelepasan anak perusahaan, apabila


aktivitas induk dengan anak perusahaan tidak sejenis atau dapat
dibedakan maka PSAK dimaksud harus diterapkan. Dengan
demikian dalam kasus di atas PT ABC harus menerapkan PSAK No.
58, yaitu memisahkan informasi tentang operasi dalam penghentian
dengan informasi tentang operasi yang dilanjutkan untuk laporan
keuangan per 31 Desember 2003 dan 2004. Khusus untuk Laporan
Keuangan tahun 2004, pengungkapan mencakup fakta bahwa proses
penghentian telah selesai.

Pertanyaan 2:

Berkaitan dengan terdilusinya kepemilikan PT ABC atas saham PT Y,


apakah PT ABC perlu menyajikan laporan keuangannya berdasarkan
PSAK 58 tentang Operasi Dalam Penghentian?

Jawab :

Akibat terdilusinya kepemilikan PT ABC atas saham PT Y dari 80%


menjadi 25%, maka laporan keuangan PT Y tidak lagi
dikonsolidasikan ke laporan keuangan PT ABC dan induk
perusahaan mencatat investasi atas PT Y tersebut dengan metode
ekuitas.

Berkurangnya kepemilikan saham PT ABC pada PT Y tersebut tidak


memenuhi kriteria sebagai operasi dalam penghentian sebagaimana
dimaksud dalam PSAK No. 58 paragraf 03 khususnya butir (a).
Dengan demikian dalam kasus di atas PSAK No. 58 tidak dapat
diterapkan.

Aset lancar dan tidak lancar menjadi hal yang penting di dalam perusahaan.

Dalam praktiknya, aset tidak lancar adalah aset yang tidak dapat langsung dicairkan menjadi uang tunai.
Biasanya, aset ini membutuhkan waktu yang relatif lama untuk diperdagangkan. Untuk aset tidak lancar
tidak dapat diukur dalam satuan nilai mata uang seperti aset lancar.
Aset tidak lancar ada tiga macam. Ketiga macam aset tidak lancar tersebut adalah aset tetap, aset tidak
berwujud, dan investasi jangka panjang. Aset tidak lancar adalah aset yang tidak memenuhi definisi aset
lancar, misalnya aset tetap atau aset takberwujud. Dimiliki untuk dijual artinya nilai tercatat aset akan
dipulihkan melalui penjualan, bukan digunakan dalam kegiatan usaha.

Anda mungkin juga menyukai