BAB 1
PENDAHULUAN
TABEL 1.1
Pada tabel 1.1 diatas, terjadi peningkatan penerimaan pajak di tahun 2009
sebesar Rp619.922 Milyar menjadi Rp1.192.994 milyar di tahun 2013.
Peningkatan pendapatan negara ini merupakan keberhasilan pemerintah dalam
meningkatkan peran pajak untuk pembangunan di segala bidang, baik di bidang
fisik atau non fisik. Pemerintah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan
penerimaan di sektor pajak untuk pengeluaran rutin negara sesuai dengan yang
tercantum dalam pasal 23 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “segala pajak dan
pungutan lainnya yang bersifat memaksa digunakan untuk keperluan negara
berdasarkan undang-undang”.
TABEL 1.2
PPH PPN dan Pajak
PBB Total
Non Migas Migas PPnBM Lainnya
realisasi tahun 413,897.9 88,747.4 383,423.9 25,296.8 916,299.5
2013 7 8 4 4 4,933.35 7
realisasi tahun 381,203.9 83,460.9 337,413.3 28,966.4 835,255.1
2012 8 5 7 1 4,210.40 2
Pertumbuhan
2012 – 2013 8.58% 6.33% 13.64% -12.67% 17.17% 9.70%
Realisasi Penerimaan Derektorat Jendral Pajak
(Sumber: Laporan Rincian Penerimaan Perpajakan Tahun Anggaran 2013 – DJPb / diolah penulis)
atas pengeluaran yang di tujukan untuk konsumsi di dalam negeri (di dalam
daerah pabean).”
Sedangkan Jasa Kena Pajak adalah Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan
pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang
menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk
dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan
atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai. Suatu Jasa Kena Pajak dapat dikenakan PPN apabila
memenuhi unsur-unsur :
6
1. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
terutang dalam satu Masa Pajak, harus disetor paling lambat tanggal 15
(lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
2. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
pemungutannya dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah atau instansi
Pemerintah yang ditunjuk, harus disetor paling lambat tanggal 7 (tujuh)
bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
3. Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
pemungutannya dilakukan oleh Pemungut Pajak Pertambahan Nilai selain
Bendaharawan Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk, harus
disetor paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir.
Gambar 1.1
Objek PPN
Tukar menukar
Tunai
Penyerahan Hak atas
BKP karena suatu Jual Angsuran
perjanjian
Beli
Dasar Pengenaan Pajak adalah dasar yang dipakai untuk menghitung pajak
yang terutang, berupa: jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor,
atau Nilai Lain yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
1. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena
Pajak (BKP), tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang
PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
2. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena
Pajak (JKP),ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-
Undang PPN dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak
atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh penerima
jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.
3. Nilai Impor adalah nilai berupa uang menjadi dasar penghitungan bea
masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pabean untuk Impor BKP,
tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang PPN.
4. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh eksportir.
5. Nilai Lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar
Pengenaan Pajak dengan Keputusan Menteri Keuangan.
Dengan demikian, secara umum PPN dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak
yang melakukan penjualan barang kena pajak atau penyerahan jasa kena pajak.
Namun demikian, dalam sistem PPN Indonesia juga terdapat mekanisme khusus
pemungutan PPN di mana justru pembeli yang ditunjuk sebagai pemungut PPN.
Pembeli yang ditunjuk khusus untuk memungut PPN ini kemudian diberikan label
khusus oleh Undang-undang PPN 1984 sebagai Pemungut PPN. Salah satu
Pemungut PPN adalah Badan Usaha Milik Negara. Ketentuan tentang tatacara
pelaksanaan pemungutan, penyetoran dan pelaporan pemungutan PPN oleh
BUMN adalah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2012
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
136/PMK.03/2012.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan
meminimalkan beban pajak dalam batas yang tidak melanggar aturan, karena
pajak merupakan salah satu faktor pengurang laba. Besarnya pajak, seperti yang
telah kita ketahui, tergantung dari besarnya penghasilan. Semakin besar
penghasilan yang didapat, maka semakin besar pula pajak yang terutang yang
harus dibayar ke pemerintah. Oleh karena itu wajib pajak membutuhkan tax
planning yang tepat agar wajib pajak membayar dengan efisien. Untuk
meminimalisasi beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari
memanfaatkan celah peraturan perpajakan sampai dengan melanggar peraturan
perpajakan. Upaya meminimalisasi pajak secara eufisme sering disebut dengan
perencanaan pajak (tax planning) atau tax sheltering. Umumnya perencanaan
pajak merujuk kepada proses mengorganisasi usaha wajib pajak sedemikian rupa
agar hutang pajaknya baik itu pajak penghasilan atau pajak yang lainnya berada
pada jumlah minimal, selama hal tersebut tidak melanggar ketentuan undang-
undang.
Perencanaan Pajak memiliki banyak arti karena para pakar, praktisi, dan
pengajar perpajakan mendefinisikannya menurut persepsi dan pemahaman mereka
masing-masing. Namun sebenarnya kita bisa menarik benang merah untuk
mengetahui apa sebenarnya tax planning itu, sejauh apa luang lingkupnya dan apa
tujuannya. Berikut ini beberapa definisi dari tax planning yang dikemukakan oleh
beberapa pakar perpajakan:
penghindaran pajak yang dapat diterima oleh fiskus dan sama sekali bukan
karena penyelundupan pajak yang tidak dapat diterima oleh fiskus tidak
dapat ditolerir.
1. Tax Saving
Merupakan upaya untuk mengefisiensikan beban pajak melalui pemilihan
alternatif pengenaan pajak dengan menggunakan tarif yang lebih rendah
2. Tax Avoidance
Strategi dan teknik penghindaran pajak yang dilakukan secara legal dan
aman bagi Wajib Pajak dengan cara mengefisiensi beban pajak dengan
cara menghindari pengenaan pajak dengan mengarahkan kepada transaksi
yang bukan objek pajak. Metode dan teknik ini digunakan dengan
memanfaatkan grey area yang terdapat di dalam undang-undang dan
peraturan perpajakan yang berlaku.
3. Mengoptimalkan Kredit Pajak
Merupakan upaya untuk memanfaatkan kredit pajak yang diperkenankan
dengan membandingkan keuntungan yang diperoleh dari pembayaran yang
dapat dikreditkan dengan dibebankan sebagai biaya.
4. Menghindari Pelanggaran
Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan dapat dilakukan
dengan cara menguasai dan memahami peraturan pajak yang berlaku.
setelah pada tahun 2013 mengakuisisi 70 persen saham Thang Long Cement.
Sebagai Wajib Pajak badan dalam negeri, PT. Semen Indonesia (persero) Tbk
berkewajiban untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya, baik yang dibayar
sendiri, dipungut/dipotong pihak lain maupun kewajiban untuk memotong dan
memungut pajak dari pihak lain. Dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan
tersebut, perusahaan berusaha menerapkan perencanaan pajak agar pemenuhan
kewajiban perpajakannya dapat terlaksana dengan baik, benar dan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
1. Bagi Penulis :
a. Untuk mengetahui pengaplikasian perpajakan dilapangan dengan teori
yang diperoleh selama menempuh studi di Diploma III Perpajakan
Universitas Airlangga.
b. Untuk mengembangkan wawasan dan memperdalam pengetahuan
mengenai perencanaan pajak
c. Memperoleh pengalaman tentang dunia kerja secara nyata di lingkungan
PT.Semen Indonesia (persero) Tbk
d. Untuk memperdalam dan meningkatkan keterampilan juga kreatifitas
mahasiswa.
2. Bagi Almamater :
15
4. Bagi Pembaca :
a. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai ilmu
Perpajakan.
b. Memberikan sedikit gambaran mengenai tugas praktik kerja lapangan dan
cara menyusunnya.
c. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk melaksanakan kegiatan
yang sejenis diwaktu yang akan datang terutama dibidang Perpajakan.