Anda di halaman 1dari 16

1

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aset tetap adalah suatu alat yang mendukung adanya pelaksanaan operasional
perusahaan dalam menghasilkan suatu laba atau keuntungan yang akan dicapai. Tanpa adanya
aset tetap di dalam sebuah perusahaan, maka memungkinkan semua rencana dan pelaksanaan
operasional perusahaan tidak dapat dilakukan secara baik.

Oleh karena itu, sebuah perusahaan harus mengungkapkan aset tetap sebagai komponen
yang amat penting dalam laporan keuangan guna untuk informasi bagi pihak-pihak yang
terlibat. Keberadaan aset tetap memerlukan penanganan yang sangat baik. Dengan
mempertimbangkan seberapa pentingnya peran aset tetap dan jumlah dana yang dibutuhkan
untuk mendapatkannya, penting untuk menerapkan praktik akuntansi yang baik dan benar
terhadap setiap aset tetap yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Perlakuan ini meliputi
penentuan dan pencatatan harga perolehan, penyusutan aset tetap, pengeluaran selama aset
tetap digunakan, dan penyajian aset dalam laporan keuangan.

Di dalam aktivitas bisnis, aset tetap memiliki peranan yang sangat penting dalam sebuah
perusahaan atau badan usaha. Pengadaan aset tetap diharuskan sesuai dengan kebutuhan agar
investasi yang dilakukan terhadap aset tetap menjadi efektif sesuai dengan rencana visi dan
misi sebuah perusahaan.

Untuk aset yang dimiliki oleh sebuah perusahaan ini dapat berupa tanah, bangunan, pabrik,
mesin, kendaraan, peralatan kantor, dan lain-lain. Suatu aset dapat diklasifikasikan dan dicatat
sebagai aset tetap sebuah perusahaan apabila memenuhi kriteria berikut: aset tersebut dimiliki
oleh sebuah perusahaan, memiliki bentuk fisik yang nyata, ditujukan untuk digunakan dalam
kegiatan operasional perusahaan dan bukan untuk dijual, serta mempunyai masa manfaat lebih
dari satu dekade.

Selain itu juga, aset tetap memiliki nilai yang sangat penting dan sangat berdampak
pada posisi kekayaan dalam laporan keuangan. Oleh sebab itu, penyajian aset tetap
membutuhkan perlakuan khusus dan perhitungan cermat. Pengelolaan akuntansi yang
berkaitan dengan aset tetap dapat meliputi penentuan harga perolehan atau nilai perolehan aset
tetap, penyusutan aset tetap, pengeluaran setelah masa perolehan aset tetap, penghapusan aset
tetap, dan penyajian aset tetap dalam laporan keuangan.

4
Penyajian aset tetap yang dilakukan dengan tidak wajar atau tepat dapat memiliki
dampak pada perkiraan yang terkait dengan aset tetap, seperti penyusutan. Kesalahan dalam
menetapkan harga perolehan dan pengeluaran setelah masa perolehan aset tetap dapat
mempengaruhi biaya penyusutan dan akhirnya berdampak pada laba serta kewajaran penyajian
dalam laporan keuangan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pelepasan aset tetap?


2. Apa aitu revaluasi aset tetap?
3. Bagaimana penyajian aset tetap?

1.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan pelepasan aset tetap
2. Dapat memahami dengan apa itu revaluasi aset tetap
3. Dapat mengetahui bagaimana penyajian aset tetap

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pelepasan Aset Tetap


Pelepasan aset tetap dalam laporan keuangan adalah proses dimana sebuah perusahaan
menjual atau menghapus aset tetap yang dimilikinya, Aset tetap merupakan Semua jenis aset
yang dimiliki oleh perusahaan dan digunakan untuk keperluan operasional dalam jangka waktu
lebih dari satu tahun atau satu siklus akuntansi.

Contoh aset tetap termasuk gedung, peralatan, kendaraan, dan barang modal lainnya. Ada
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pelepasan aset tetap. Salah satunya
adalah faktor finansial, di mana penjualan aset tetap dapat menghasilkan modal yang dapat
digunakan untuk keperluan operasional lainnya.

Selain itu, pelepasan aset tetap juga dapat dilakukan terkait dengan perubahan strategi
bisnis perusahaan, di mana aset yang dimiliki tidak lagi sesuai atau relevan dengan tujuan bisnis
yang dijalankan. Proses pelepasan aset tetap memainkan peran penting dalam penyusunan
laporan keuangan perusahaan.

Dalam proses ini, beberapa akun akan terpengaruh, misalnya akun aset tetap. Nilai buku aset
yang dijual atau dihapus akan dikurangi dengan akumulasi depresiasi yang diperoleh selama
aset tetap tersebut dimiliki oleh perusahaan. Perbedaan antara harga jual aset dan nilai buku
adalah hal yang diperhatikan dalam proses pelepasan aset tetap.

Jika nilai buku aset tetap yang dijual atau dihapus lebih tinggi daripada harga jualnya, maka
perbedaan tersebut akan dicatat sebagai rugi di dalam laporan keuangan. Namun, jika harga
jual lebih tinggi daripada nilai buku, perbedaan tersebut akan dicatat sebagai keuntungan,
sehingga dapat meningkatkan laba bersih perusahaan.

Saat melakukan pelepasan aset tetap, perusahaan juga harus mempertimbangkan kemungkinan
dampak negatif yang mungkin timbul. Sebagai contoh, apabila aset yang dijual atau dihapus
sangat penting dalam operasional perusahaan, maka pelepasannya dapat mengganggu
kontinuitas operasional, sehingga bisa mempengaruhi pendapatan dan kinerja perusahaan.

Selain itu, perusahaan juga perlu memperhatikan faktor-faktor lain seperti pajak, biaya
transaksi, dan biaya lain yang dapat timbul sehubungan dengan proses pelepasan aset tetap.
Pajak yang harus dibayarkan biasanya terkait dengan perbedaan antara harga jual dan nilai

6
buku aset yang dijual atau dihapus. Pelepasan aset tetap juga dapat dilakukan melalui proses
lelang. Dalam hal ini, perusahaan akan mencari pembeli melalui proses penawaran terbuka,
dan aset akan dijual kepada pihak yang menawarkan harga tertinggi. Proses lelang dapat
menghasilkan nilai yang lebih tinggi dari penjualan langsung, tetapi juga dapat memakan waktu
dan biaya yang lebih tinggi.

Jika perusahaan menjual aset tetap karena keadaan darurat atau kecelakaan, maka prosedur
yang berbeda akan diterapkan. Misalnya, Jika perusahaan mengalami kebakaran yang
memusnahkan gedung atau peralatan, maka perusahaan dapat mengklaim asuransi untuk
mengganti kerugian tersebut, Pelepasan aset tetap juga berkaitan dengan pembiayaan.
Beberapa perusahaan menjual aset tetap mereka untuk memperoleh dana segar dalam rangka
membayar hutang atau membiayai keperluan yang lain. Pilihan Ini biasanya dipilih saat
perusahaan mengalami masalah keuangan akibat defisit Ingar atau permodalan yang tidak
memadai.

Dalam istilah akuntansi, pembiayaan dengan membentuk aset tetap dipandang sebagai
salah satu cara dalam pengelolaan modal. Namun, pembiayaan dengan cara ini juga memiliki
risiko yang dapat mengganggu kestabilan keuangan perusahaan,

Dalam kesimpulannya, pelepasan aset tetap adalah proses di mana sebuah perusahaan
menjual atau menghapus aset tetap yang dimilikinya. Hal Ini berkaitan dengan faktor ekonomi
dan strategi bisnis, serta dapat mempengaruhi performa keuangan perusahaan, Aset yang dijual
atau dihapus akan dicatat dalam laporan keuangan perusahaan melalui beberapa akun terkait,
sehingga penting bagi perusahaan untuk memperlakukan proses pelepasan aset tetap dengan
hati-hati, Kembaliannya, proses Ini memiliki dampak positif dan negatif, sehingga perlu
dipertimbangkan dengan matang oleh perusahaan.

2.2 Revaluasi Aset Tetap

Revaluasi aset tetap merupakan sebuah proses penilaian kembali terhadap aset tetap.
Dalam kehidupan sehari-hari, revaluasi seringkali diartikan sebagai penilaian ulang yang
mengakibatkan peningkatan nilai aset. Namun, sebenarnya revaluasi dapat menghasilkan nilai
aset yang lebih rendah atau lebih tinggi dari nilai tercatat sebelumnya.

7
Revaluasi aset tetap dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan PSAK 16 tahun 1994.
Standar ini menjelaskan bahwa secara umum, revaluasi aset tetap tidak dapat diizinkan karena
penilaian dilakukan berdasarkan harga perolehan.

Akan tetapi, dalam beberapa situasi, penyimpangan terhadap ketentuan ini dapat terjadi sesuai
dengan ketentuan pemerintah. Ketentuan perpajakan yang ditetapkan oleh pemerintah
memungkinkan entitas untuk melakukan penilaian ulang aset, sehingga revaluasi aset tetap
dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan revaluasi aset menurut peraturan perpajakan yang
berlaku.

Menurut aturan PSAK 16 tahun 1994, perusahaan diizinkan untuk mengevaluasi


kembali nilai aset mereka sesuai kebutuhan entitas tersebut. Revaluasi aset biasanya dilakukan
dalam situasi seperti persiapan untuk melaksanakan penawaran umum perdana (IPO),
peningkatan modal melalui penerbitan saham tambahan, restrukturisasi perusahaan, akuisisi,
atau dalam konteks kuasi reorganisasi

Tujuan dari adanya revaluasi ini untuk memastikan bahwa nilai asset suatu perusahaan
mencerminkan keadaan aktualnya, apabila entitas bisa menjual sahamnya dengan harga yang
lebih tinggi atau memiliki nilai yang sangat tinggi saat diakuisisi oleh pihak lain. Dengan
melakukan revaluasi aset, perusahaan dapat memperbarui nilai-nilai asetnya sesuai dengan
perubahan kondisi pasar atau situasi perusahaan, sehingga informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan menjadi lebih akurat dan relevan.

Menurut PSAK 16 revisi 2007, revaluasi diakui sebagai salah satu metode penilaian aset tetap.
Jika suatu entitas memilih untuk menggunakan metode revaluasi, maka metode tersebut harus
diterapkan secara konsisten oleh perusahaan. Perusahaan tidak diizinkan untuk melakukan
revaluasi aset secara sporadis hanya untuk tujuan yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi
revaluasi harus dilakukan secara teratur.

Dengan kata lain, jika perusahaan memutuskan untuk menggunakan metode revaluasi, maka
mereka harus melakukan penilaian ulang aset tetap secara berkala dan rutin, tanpa adanya
selektivitas atau ketergantungan pada situasi khusus. Hal ini memastikan bahwa nilai aset tetap
mencerminkan kondisi aktual perusahaan sepanjang waktu, dan informasi yang diungkapkan
dalam laporan keuangan tetap akurat dan dapat diandalkan.

Metode revaluasi diterapkan pada aset tetap dalam kelompok yang sama. Tidak ada penjelasan
secara jelas mengenai pengertian kelompok yang sama, akan tetapi secara implisit bisa

8
diungkapkan bahwa suatu entitas ini memiliki aset tetap yang disajikan dalam satu kelompok,
sehingga model penilaian yang digunakan haruslah sama.

Sebagai contoh, apabila suatu entitas induk menggunakan metode revaluasi untuk aset tetap,
maka anak perusahaan yang termasuk dalam kelompok aset tanah juga harus menggunakan
metode revaluasi. Akan tetapi, untuk peralatan, tidak ada pedoman yang mengaturnya apakah
harus dianggap sebagai satu kelompok atau apakah bisa menggunakan subkelompok seperti
kendaraan, mesin, atau peralatan kantor.

Ketika hendak melakukan revaluasi, perbedaan dengan nilai tercatat aset dan nilai hasil
revaluasi akan dicatat sebagai surplus revaluasi. Revaluasi tersebut tidak diakui dalam laporan
laba rugi tahun berjalan, akan tetapi sebagai bagian dari laba rugi komprehensif dan merupakan
bagian dari ekuitas. Namun, apabila entitas telah melakukan penurunan nilai sebelum
melakukan revaluasi, pembalikan penurunan nilai akan dilakukan terlebih dahulu sebelum
diakui sebagai surplus revaluasi.

Apabila hasil revaluasi dapat menghasilkan nilai yang lebih rendah daripada nilai
tercatat aset, yang terjadi akan ada penurunan nilai tersebut sehingga diakui terlebih dahulu
dengan mengurangi surplus revaluasi yang ada (jika ada). Setelah surplus revaluasi habis,
penurunan nilai akan dikurangkan dari saldo laba. Dengan adanya pencatatan tersebut, maka
entitas akan mengakui adanya penurunan nilai (impairment) ketika suatu hasil revaluasi dapat
menghasilkan nilai aset yang lebih rendah dibandingkan dengan nilai tercatat (carrying value)
yang telah dihitung menggunakan metode biaya.

Surplus revaluasi yang telah diakui sebelumnya akan dipindahkan menuju saldo laba saat
setelah aset tersebut diberhentikan pengakuannya. Pemindahan surplus revaluasi akan
dilakukan selama sisa masa manfaat aset tersebut. Jika aset tersebut dihentikan pengakuannya,
pemindahan akan dilakukan sekaligus dengan menggunakan sisa surplus revaluasi yang masih
tersedia. Pemindahan tersebut dilakukan secara langsung dengan mendebit surplus revaluasi
dan mengkredit saldo laba, tanpa melibatkan laporan laba rugi terkait.

Pengkajian ulang aset tetap harus dilakukan secara berkala agar nilai dapat tercatat aset tidak
berbeda secara signifikan dengan nilai wajar yang sebenarnya. Meskipun standar tidak
mengatur secara spesifik berapa kali dalam setahun revaluasi harus dilakukan, frekuensi
revaluasi akan bergantung pada pertumbuhan nilai wajar aset tetap tersebut. Apabila harga
tidak mengalami perubahan yang signifikan, maka revaluasi mungkin dapat dilakukan dalam

9
rentang waktu 3 samapi 5 tahun sekali. Akan tetapi, jika terdapat perubahan harga yang
signifikan, revaluasi mungkin perlu dilakukan setiap tahun.

Nilai wajar merupakan nilai di mana suatu aset dapat diperdagangkan atau suatu kewajiban
dapat diselesaikan antara pihak yang memiliki pemahaman dan keinginan untuk melakukan
transaksi yang adil. Konsep nilai wajar mengacu pada harga pasar aktif sebagai nilai wajar
yang ideal dan memiliki tingkat keandalan yang tinggi karena dapat diverifikasi dengan mudah.
Namun, jika tidak ada harga pasar aktif yang tersedia, nilai wajar dapat ditentukan dengan
menggunakan nilai pasar terbaru, harga pasar aset yang sama, pendekatan nilai sekarang dari
arus kas masa depan, atau melalui metode nilai opsi. Pendekatan ini digunakan sebagai
alternatif untuk mengestimasi nilai wajar ketika harga pasar aktif tidak tersedia.

Dalam konteks model revaluasi aset tetap, standar dengan tegas mengatakan bahwa
penilaian nilai tanah dan bangunan harus dilakukan dengan penilai independen yang
profesional, berdasarkan bukti pasar yang ada. Sama halnya, penilaian tentang nilai wajar
pabrik dan peralatan harus menggunakan nilai pasar yang ditetapkan oleh seorang penilai.
Penting untuk mencatat bahwa nama penilai harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan, sehingga transparansi dan akuntabilitas dalam proses penilaian dapat terjaga.

Apabila dilakukan revaluasi, terdapat dua metode yang dapat diterapkan pada akumulasi
penyusutan, yaitu metode eliminasi dan metode proporsional.

1. Metode eliminasi: Dalam metode ini, akumulasi penyusutan akan ditutup sehingga
diperoleh nilai buku aset. Nilai buku tersebut kemudian akan disesuaikan dengan
menambah atau mengurangi nilai revaluasi terbaru. Dengan kata lain, akumulasi
penyusutan sebelumnya tidak lagi diperhitungkan dan nilai buku aset akan disesuaikan
dengan nilai hasil revaluasi yang terbaru.
2. Metode proporsional: Dalam metode tersebut, nilai aset dan akumulasi penyusutan
dapat ditingkatkan secara proporsional sesuai dengan rasio revaluasi. Rasio revaluasi
merupakan perbandingan antara nilai hasil revaluasi dengan nilai buku aset
sebelumnya. Dengan menerapkan metode proporsional, nilai aset dan akumulasi
penyusutan dapat meningkat sebesar rasio tersebut.

Pilihan antara metode eliminasi dan metode proporsional tergantung pada kebijakan dan
kebutuhan entitas yang melakukan revaluasi.

10
Menurut PSAK 16, pajak yang timbul akibat revaluasi aset akan ditangani sesuai dengan
ketentuan yang terdapat dalam PSAK 46 terkair pajak penghasilan. Ketika terdapat perbedaan
revaluasi, selisih tersebut tidak diakui dalam laporan laba rugi tahun berjalan, melainkan diakui
saat laporan laba komprehensif. Oleh karena itu, konsekuensi pajak yang timbul akan
dimasukkan ke dalam komponen laba komprehensif.

Ketika pajak atas revaluasi tidak didapatkan berdasarkan peraturan perpajakan yang sedang
berlaku, kemungkinan konsekuensi pajaknya akan diakui sebagai aset atau kewajiban pajak
tangguhan. Seperti contoh, jika terdapat keuntungan revaluasi pada tanah, maka dapat dicatat
debit pada beban pajak tangguhan untuk surplus revaluasi dan kredit pada kewajiban pajak
tangguhan. Dalam hal ini, perlakuan pajak tangguhan digunakan untuk mencerminkan
pembayaran pajak yang tertunda atau penghematan pajak yang akan direalisasikan di masa
depan sebagai akibat dari selisih revaluasi tersebut.

2.3 Penyajian Aset Tetap

Menurut Martani (2016:290), aktiva tetap dicatat dalam neraca (laporan perubahan
ekuitas) dengan judul aktiva tetap. Penyajian aset tetap yang wajar dan benar dalam laporan
keuangan tahunan dapat membantu terkait manajemen perusahaan untuk menyediakan
informasi keuangan yang andal kepada pihak yang berkepentingan dan bisa digunakan untuk
menentukan aktivitas perusahaan dan mengambil keputusan.

Menurut PSAK No. 1 (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) mengenai "Penyajian


Laporan Keuangan," aset tetap akan terlihat dalam bagian neraca laporan keuangan. Neraca
adalah salah satu komponen utama dalam sebuah laporan keuangan yang menyajikan posisi
keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. Aset tetap termasuk dalam kategori aset tidak
lancar atau aset jangka panjang, dan nilai mereka akan dicatat dalam bagian aset dalam neraca.

Neraca adalah suatu daftar yang dapat menggambarkan komposisi harta (aset), kewajiban, dan
modal pada suatu periode tertentu. Neraca menyajikan informasi mengenai aset perusahaan
(seperti kas, piutang, persediaan, dan aset tetap), kewajiban (seperti hutang, utang, dan
kewajiban jangka panjang), serta modal (seperti modal pemilik, laba ditahan, dan laba rugi
tahun berjalan). Dengan demikian, neraca memberikan gambaran tentang sumber daya yang
dimiliki perusahaan dan sumber pembiayaan yang digunakan untuk mengelola operasionalnya
pada suatu titik waktu tertentu.

11
Seperti yang dikemukakan oleh Ernawati (2014), dalam neraca, aset tetap dicatat dengan nilai
bukunya. Nilai buku aset tetap tersebut merupakan hasil pengurangan antara harga perolehan
aset tetap dengan jumlah akumulasi depresiasi yang telah terjadi pada aset tetap tersebut. Nilai
buku mencerminkan nilai aset tetap setelah mempertimbangkan penurunan nilai karena
depresiasi selama masa penggunaannya. Dengan mencatat aset tetap dengan nilai buku, neraca
memberikan informasi tentang nilai ekonomis yang tersisa dari aset tetap perusahaan pada saat
laporan keuangan disusun.

Berikut adalah unsur-unsur penyajian aset tetap:

1. Nama dan deskripsi

Setiap aset tetap harus diberi nama dan deskripsi yang memadai agar dapat diidentifikasi
dengan jelas dalam laporan keuangan.

2. Nilai buku

Nilai buku aset tetap merupakan nilai yang tercatat dalam neraca setelah dikurangi dengan
akumulasi depresiasi atau amortisasi yang telah terjadi. Nilai ini mencerminkan nilai ekonomis
yang tersisa dari aset tetap pada saat laporan keuangan disusun.

3. Metode penyajian

Metode penyajian aset tetap harus dijelaskan dengan jelas, termasuk metode perhitungan
depresiasi atau amortisasi yang digunakan.

4. Informasi tambahan

Dalam penyajian aset tetap, informasi tambahan yang relevan juga dapat disertakan, seperti
umur manfaat yang diperkirakan, metode penilaian yang digunakan, dan kebijakan
penghapusan atau penurunan nilai.

5. Pengungkapan

Pengungkapan yang memadai harus dilakukan mengenai aset tetap, termasuk informasi
mengenai jumlah akumulasi depresiasi, perubahan nilai aset, dan informasi lain yang relevan
untuk memahami posisi dan kinerja aset tetap perusahaan.

Dengan memperhatikan unsur-unsur tersebut, penyajian aset tetap dalam laporan keuangan
akan menjadi lebih jelas dan informatif bagi pengguna laporan keuangan.

Contoh Penyajian Aset tetap dalam Laporan Keuangan


12
Dalam sebuah laporan keuangan PT. AKAM, aset tetap perusahaan disajikan dalam tiga laporan
keuangan utama, yaitu:

1. Neraca

Aset tetap perusahaan akan tercantum dalam bagian aset pada neraca. Neraca menyajikan
komposisi harta, kewajiban, dan modal perusahaan pada suatu periode tertentu. Nilai buku aset
tetap akan dicatat dalam neraca untuk mencerminkan nilai ekonomis yang tersisa setelah
dikurangi dengan akumulasi depresiasi. Contoh dari neraca berupa tanah, bangunan, kendaraan,
peralatan, dan inventaris kantor.

2. Laporan Laba Rugi

Dalam laporan laba rugi, aset tetap tidak langsung terlibat dalam perhitungan pendapatan dan
biaya. Namun, laporan laba rugi dapat mencakup informasi mengenai beban depresiasi yang
berkaitan dengan aset tetap, yang akan mempengaruhi laba atau rugi perusahaan.

Contoh dari laba rugi

1. Biaya pemeliharaan dan perbaikan harian tercermin dalam laporan laba rugi
2. Beban penyusutan yang merupakan pengakuan atas penggunaan manfaat potensial dari
suatu aset
3. Laba atau rugi akibat likuidasi atau pengalihan aktiva tetap
4. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas mencatat aliran masuk dan keluar kas suatu perusahaan selama periode
tertentu. Meskipun tidak secara langsung menyajikan informasi tentang aset tetap, laporan arus
kas dapat mencakup transaksi seperti investasi dalam aset tetap atau penghasilan dari penjualan
aset tetap.

Contoh arus kas:

1. Pengeluaran kas untuk perolehan aktiva tetap


2. Penerimaan kas dari penjualan aktiva tetap

Dengan penyajian aset tetap dalam ketiga laporan keuangan tersebut, informasi yang
komprehensif dan terintegrasi mengenai aset tetap perusahaan dapat disampaikan kepada para
pemangku kepentingan.

13
Dalam laporan neraca, aset tetap biasanya dilaporkan di bagian aset tidak lancar. Aset tidak
lancar terletak di bawah posisi aset lancar dalam neraca. Aset tetap akan dicatat dengan nilai
perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan atau depresiasi.

Berikut ini tabel tentang penyajian aset tetap di neraca pada tahun 2015 dan tahun 2016.

Penyajian Aset Tetap pada Neraca PT. AKAM tahun 2015 dan 2016

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pelepasan aset tetap adalah proses di mana sebuah perusahaan menjual atau menghapus
aset tetap yang dimilikinya. Hal Ini berkaitan dengan faktor ekonomi dan strategi bisnis, serta
dapat mempengaruhi performa keuangan perusahaan, Aset yang dijual atau dihapus akan
dicatat dalam laporan keuangan perusahaan melalui beberapa akun terkait, sehingga penting
bagi perusahaan untuk memperlakukan proses pelepasan aset tetap dengan hati-hati,
Kembaliannya, proses Ini memiliki dampak positif dan negatif, sehingga perlu
dipertimbangkan dengan matang oleh perusahaan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Z. W. (2020). Pelepasan Aset Tetap dan Dampak Pada Kinerja Keuangan Perusahaan.
Journal od Finance and Banking Review, 34-48.

Budi, A. W. (2019). Analisis Manajamen Aset Tetap dan Implikasi Terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan. Jurnal Manajemen dan Bisnis, 22-35.

Ernawati. (2014). Analisis Penerapan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK No. 16) Atas Aset
Tetap Pada PT. Pelayaran Liba Marindo Tanjung Pinang. Universitas Maritim Raja Ali
Tanjung Pinang.

Hope, J. (2016). Pelepasan Aset Tetap Untuk Perusahaan Swasta Kecil. Jurnal Akuntansi, 25-
38.

Kimmel, P. D. (2020). Buku Akuntansi Keuangan Menengah. Jakarta: Selemba Empat.

16

Anda mungkin juga menyukai