Disusun oleh:
2022
1
KATA PENGANTAR
Segala Puji syukur atas rahmat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Menyusun Kalimat Efektif Dalam Karya
Ilmiah" dengan tepat waktu. Tidak lupa juga sholawat beserta salam kita haturkan
kepada Rasuluallah SAW semoga kita semua mendapatkan syafa’at beliau di akhirat
kelak.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan dan pengetahuan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia,
yang telah membimbing dan memberikan ilmu. Tidak lupa juga saya ucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang membantu dan memotivasi sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Karya ilmiah merupakan karya tulis yang disusun dan disajikan berdasarkan pada
kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Dalam penyusunan dan pengkajiannya didahului oleh
studi pustaka dan studi lapangan karena karya ilmiah memiliki aturan baku dan
persyaratan khusus dalam penulisannya maka kemampuan penulisan mutlak diperlukan
(Ifada, 2009).
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Menganalisis Kesalahan Dalam Penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia
Menurut Uttomo dkk 2019 dalam jurnal skripsi Kartika Dewi Lutfianti kesalahan
berbahasa merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap kode bahasa yang tidak hanya
berupa fisik, tetapi juga merupakan ketidaksempurnaan pengetahuan dan penguasaan
terhadap kode bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa
adalah bentuk pelanggaran kode bahasa yang terjadi dalam proses mempelajari Bahasa.
Kesalahan berbahasa umum terjadi, tetapi tidak boleh dibiarkan begitu saja karena
semakin tinggi tingkat kesalahan berbahasa siswa, maka pencapaian tujuan pengajaran
berbahasa akan semakin rendah. Melalui kegiatan analisis kesalahan berbahasa dalam
karangan siswa, diharapkan hasil dari analisis tersebut nantinya mampu dijadikan langkah
untuk meningkatkan kualitas siswa dalam menerapkakan kaidah berbahasa Indonesia
dalam setiap tulisannya. Pemakai bahasa mengetahui apa yang dilakukannya dapat
merusak tata bahasa yang sudah ditetapkan, akan tetapi tetap melakukannya seolah
bahasa yang digunakan adalah bahasa yang benar dan tidak melanggar kaidah-kaidah
yang berlaku. Sikap pemakai bahasa seperti ini sangat tidak baik untuk dicontoh karena
hal tersebut merupakan sikap tidak disiplin terhadap berbahasa, sehingga pemakai bahasa
tidak dapat menyampaikan pesan dalam tulisannya secara tepat. Untuk lebih memahami
kesalahan berbahasa, pengguna bahasa juga perlu memahami apa itu kekeliruan.
Kesalahan dan kekeliruan adalah dua kata yang berbeda. Kesalahan disebabkan oleh
faktor kompetensi, sedangkan kekeliruan disebabkan oleh faktor performasi.
Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam
6
melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata, tekanan kalimat dan
sebagainya. Kekeliruan bersifat acak, artinya dapat terjadi pada tataran linguistik.
2. Pengertian Ejaan
Ejaan merupakan suatu hal yang harus sangat diperhatikan dalam penulisan
sebuah karya ilmiah atau yang lainnya dalam penulisan bahasa indonesia. Ejaan
merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.
Menurut Setyawati, secara teknis ejaan adalah aturan tulis- menulis dalam suatu
bahasa yang berhubungan dengan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur
serapan, dan penggunaan tanda baca.
Huruf kapital atau huruf besar dapat dipergunakan dalam hal-hal berikut.
7
Misalnya: Kita harus bergotong-royong membersihkan lingkungan sekolah.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya: Ibu bertanya. “Kapan kamu pulang?”
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya: Tuhan akan menambah rezeki pada umat-NYA yang pandai bersyukur.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya: Mahaputra Yasmin, Sultan Hasanudin, Haji Agus Salim, Imam Syafii,
Nabi Ibrahim.
Pemakaian huruf miring memiliki tiga kegunaan, yaitu untuk menuliskan nama
buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan, menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata, dan menuliskan kata ilmiah
atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Ketiganya masih sering
mengalami kesalahan disebabkan kurangnya pemahaman tentang kaidah pemakaian huruf
miring atau dapat juga disebabkan kurangnya ketelitian penulis. Perlu diingat juga bahwa
dalam tulisan tangan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di
bawahnya. Salah satu contoh penulisan huruf miring pada penulisan nama buku, yaitu
“Habis Gelap Terbitlah Terang” yang merupakan buku yang berisi kumpulan-kumpulan
surat yang ditulis oleh R.A. Kartini dan dikirimkan kepada teman-temannya di Eropa.
BAB I : PENDAHULUAN
BAB V : PENUTUP
Pemakaian huruf tebal diatas digunakan untuk menegaskan bagian-bagian sub bab.
4. Gabungan Kata
a. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
ditulis terpisah.
b. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan
membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya: anak-istri
pejabat, ibu-bapak kami
c. Awalan atau akhiran
a. Tanda titik
digunakan pada akhir kalimat yang bukan merupakan seruan atau pertanyaan.
6. Penulisan Kata
Misalnya: Kantor pajak penuh sesak. Saya pergi ke sekolah. Buku itu sangat tebal.
9
Kata depan, Kata depan adalah seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Partikel
➢ Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu? Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
➢ Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia. Jangankan
dua kali, satu kali pun engkau belum pernah berkunjung ke rumahku.
Catatan:
Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.
Misalnya:
Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.
➢ Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.
10
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diksi diartikan sebagai pilihan
kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan
sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.
1. Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham
terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
2. Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
3. Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
4. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi)
sehingga
5. menyenangkan pendengar atau pembaca.
Ada dua persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu
persyaratan yakni, ketetapan dan kesesuaian.
Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang
ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan itu juga harus dipahami pembaca dengan
tepat, artinya tafsiran pembaca sama dengan apa yang dimaksud dengan penulis. Untuk
memenuhi persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu
diperhatikan
Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya
merupakan pilihan kata/diksi yang tepat,seksama, lazim,dan benar.
1. Tepat
11
Contohnya : Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi
kelompok kata pandangan mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata.
2. Seksama
Contohnya : Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang
bersinonim. Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak
pernah mengatakan hari agung, hari akbar ataupun hari tinggi. Begitu pula dengan
kata jaksa agung tidak dapat digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya,
atau pun jaksa tinggi karena kata tersebut tidak seksama.
3. Lazim
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang tidak
lazim dalam bahasa Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan
membingungkan pengertian saja.
Contohnya, Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat
mengatakan Anjing bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kemudian kata
santapan rohani tidak dapat pula digantikan dengan makanan rohani. Kedua kata
ini mungkin tepat pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim dari
sudut makna dan pemakain-nya.
1. Makna Leksikal adalah makna kamus atau makna yang terdapat di dalam kamus.
Makna ini dimiliki oleh kata dasar. Contoh : makan, tidur, ibu, adik, buku
2. Makna Gramatikal adalah makna yang dimiliki kata setelah mengalami proses
gramatikal, seperti proses afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi(pengulangan), dan
komposisi(pemajemukan).
Contoh :
➢ Proses afiksasi awalan me- pada kata dasar kotor
12
➢ Proses komposisi pada kata rumah sakit bersalin Ia bekerja di rumah sakit
bersalin Peranan Diksi Dalam Karya Ilmiah
1. Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil observasi panca
indra dan tidak menimbulkan penafsiran lain. Makna denotasi disebut juga
sebagai makna sebenarnya.
Contoh:
a. Kepala: organ tubuh yang letaknya paling atas
b. Besi: logam yang sangat keras
2. Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil observasi
pancaindra dan menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi disebut juga
sebagai makna kias atau makna kontekstual.
Contoh :
a. Ibu kota : pusat pemerintahan
b. Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol
c. Jamban : kamar kecil
1. Makna referensial adalah makna kata yang mempunyai rujukan yang konkret.
Contoh : meja, baju, membaca, menulis
2. Makna inferensial adalah makna kata yang tidak mempunyai rujukan yang
konkret.
Contoh : baik, indah, sedih, gembira
13
Contoh: Kata- kata mati, meninggal dunia, wafat, tewas, mampus, mangkat kita
bedakan penggunaanya di dalam bahasa Indonesia berdasarkan rasa bahasa
bukanlah melihat tingkat sosialnya Daerah/geografi yang mengakibatkan dialek
Contoh: Kata-kata bis,kereta, dan motor kita bedakan penggunaanya berdasarkan
geografinya
b. Formal/nonformal yang mengakibatkan bahasa baku/ tidak baku
Contoh: Kata tersangka, terdakwa, dan tertuduh kita bedakan berdasarkan
maknanya.
c. Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya bahasa umum dan khusus.
– Makna Umum (hipernim) adalah makna yang cakupannya luas.
Contoh: bunga, bulan, hewan, kendaraan
– Makna khusus (hiponim) adalah makna yang cakupannya sempit atau
terbatas.
Pilihan kata akan memberikan imformasi sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pilihan
kata dengan kaidah mengarang memiliki kelompok kata yang berpasangan tetap, pilihan
kata langsung dan pilihan kata yang dekat dengar pembaca.
Contoh:
➢ Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
14
➢ Kata popular adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari
masyarakat umum.
➢ Jargon adalah kata-kata yang mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau
tutur yang dianggap aneh kata ini juga merupakan kata sandi/kode rahasia
untuk kalangan terterntu (dokter,militer,perkumpulan rahasia,ilmuwan dsb).
Contohnya:, populasi, volume, abses, H2O, dan sebagainya
➢ Kata slang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau kadang berupa
pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna yang lain.
Kata-kata ini bersifat sementara,kalau sudah teras usang hilang atau menjadi
kata-kata biasa. Contoh Slang: asoy, manatahan dan sesuatu ya.
Hal-hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam bagian-bagian di bawah ini
Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapat dibatasi sebagai tutur dari mereka
yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang cukup dalam
suatu masyarakat. Kelas ini meliputi pejabat-pejabat pemerintah, ahli bahasa, ahli hukum,
dokter, pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman, insinyur, dan lain sebagainya.
Bahasa non stsndar adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh pendidikan yang
tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan biasa, tidak di pakai dalam
tulisan. Kadang unsur ini digunakan juga oleh para kaum pelajar dalam bersenda gurau,
dan berhumor. Bahasa non stadar juga berlaku untuk suatu wilayah yang luas dalam
wilayah bahasa standar.
Bahsa standar lebih efektif dari pada bahasa non standar. Bahasa non standar biasanya
cukup untuk digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan umum.
Pilihan kata dalam hubungan dengan kesempatan yang dihadapi seseorang dapat dibagi
atas beberapa macam kategori salah satunya adalah kata-kata ilmiah melawan kata-kata
populer. Bagian terbesar dari kosa kata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata yang umum
yang dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang terpelajar maupun orang atau
rakyat jelata. Maka kata ini dinamakan kata-kata populer. Kata-kata ini juga dipakai
15
dalam pertemuan-pertemuan resmi, dalam diskusi-diskusi yang khusus, dan dalam
diskusi-diskusi ilmiah.
3. Jargon
Jargon adalah suatu bahasa,dialek, atau struktur yang dianggap kurang sopan atau aneh
tetapi istilah itu dipakai juga untuk mengacu semacam bahasa atau dialek hybrid yang
timbul dari percampuran bahasa-bahasa, dan sekaligus dianggap sebagai bahasa
perhubungan atau lingua franca. Jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia
dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia,
atau kelompok-kelompok khusus lainnya. Oleh karena jargon merupakan bahasa yang
khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai untuk suatu sasaran yang
umum. Sebab itu, hendaknya dihindari sejauh mungkin unsur jargon dalam sebuah tulisan
umum.
4. Kata Percakapan
Kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau pergaulan
orang-orang yang terdidik. Pengertian percakapan ini disini sama sekali tidak boleh
disejajarkan dengan bahasa yang tidak benar, tidak terpelehara atau tidak disenangi.
Bahasa percakapan yang dimaksud disini lebih luas dari pengertian kat-kat populer, kata-
kata percakapan mencakup pula sebagian kata-kata ilmiah yang biasa dipakai oleh
golongan terpelajar.
5. Kata Slang
Kata slang adalah kata-kata non standar yang disusun secara khas; bertenaga dan jenaka
yang dipakai dalam percakapan. Kadang kala kata slang yang dihasilkan dari salah ucap
yang disengaja. Kata-kata slang sebenarnya bukan hanya terdapat pada golongan
terpelajar, tetapi juga pada semua lapisan masyarakat.
6. Idiom
Idiom adalah pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum,
biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis, dengan
bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya.
misalnya: seorang asing yang sudah mengetahui makna kata makan dan tangan, tidak
akan memahami makna perasa makan tangan. Siapa yang berfikir bahwa makan tangan
16
sama artinya dengan kena tinju atau beruntung besar ? dan selanjutnya idiom-idiom yang
menggunakan kata makan seperti: makan garam, makan hati, dan senagainya.
7. Bahasa Artifisial
Artifisial: Ia mendengar kepak sayap kalelawar dan guyuran sisa hujan dari dedaunan,
karena angin kepada kemuning. Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika
langit bersih kembali menampakkan bima sakti yang jauh.
Biasa: Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di daun.
A. Kelugasan
Kalimat efektif harus lugas, dalam arti informasi yang disampaikan dalam kalimat hanya
yang pokok-pokok saja, tidak berbelit-belit, dan disampaikan secara sederhana.
17
pada tanggal 1 Juni 2003 oleh Bpk. Koko Dirgantoro yang berlokasi di Jl.
Kencur No.3 Jakarta Selatan.”
B. Ketepatan
Kalimat efektif mensyaratkan agar informasi yang akan disampaikan harus tepat atau
kena benar dan sesuai dengan sasaran. Untuk itu dibutuhkanketelitian penulis. Kalimat
yang tidak tepat menimbulkan tafsir yang berbeda- beda (multitafsir) sehingga menjadi
ambigu atau membingungkan.
Awal Rumah seniman yang antik itu dijual dengan harga murah
(tidak
efektif)
Revisi-1 Rumah yang antik milik seniman itu dijual dengan harga
murah
Revisi-2 Rumah antik milik seniman itu dijual dengan harga murah
18
Revisi-4 Seniman itu memiliki rumah yang antik yang akan dijual
dengan harga murah
C. Kejelasan
Kalimat efektif mensyaratkan agar struktur kalimat harus jelas dan unsur- unsurnya harus
lengkap.
a. “Kalau dahulu masalah itu segera diatasi, maka pemerintah tidak akan repot
seperti sekarang ini.”
D. Kehematan
Kalimat efektif mensyaratkan bahwa informasi yang akan disampaikan harus cermat,
tidak boros, dan hati-hati dalam penyampaiannya. Disarankan agar diminimalisir
penggunaan bentuk-bentuk sinonim.
19
Awal Pemberian penghargaan dapat diberikan dalam bentuk tanda
(tidak jasa, kenaikan pangkat istimewa, uang, piagam, dan/atau
efektif) bentuk penghargaan lain
E. Kesejajaran
Kalimat efektif mensyaratkan agar bentuk dan struktur kalimat harus paralel,sama atau
sederajat.
20
Revisi-2 Tugas tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan
keberterimaan produk nasional untuk mendorong
produktivitas dan daya guna produksi, serta menjamin mutu
barang dan jasa sehingga meningkatkan daya saing
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Cahyaningrum, D. (2012). Panduan Penulisan Ilmiah dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Javakarsa Media.
Chear, A. (2006). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chear, A. (2011). Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.
Endah, A. N. (n.d.). Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia dalam Karangan Eksposisi SMA.
Bahasa Sastra Indonesia dan Pengajarannya, Nomor 1 .
Kasir, I. (1993). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Pustaka Tinta Emas.
Noerzisri, N. (2004). Bahasa Indonesia Karangan Ilmiah. Bandung: Humaniora.
Zaenal, A. (2005). Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.
23