Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MENYUSUN KALIMAT EFKTIF DALAM KARYA ILMIAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata Kuliah: Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu: Dr. Roni Subhan, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

Linda Putri Arizka (224105030020)

Fitri Dwi Cahya (224105030029)

Solailluna Roisa Balgis (224105030036)

Salman Alfarisi (224105030045)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARI'AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS KH. ACHMAD SIDDIQ JEMBER

2022
1
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur atas rahmat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Menyusun Kalimat Efektif Dalam Karya
Ilmiah" dengan tepat waktu. Tidak lupa juga sholawat beserta salam kita haturkan
kepada Rasuluallah SAW semoga kita semua mendapatkan syafa’at beliau di akhirat
kelak.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan dan pengetahuan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia,
yang telah membimbing dan memberikan ilmu. Tidak lupa juga saya ucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang membantu dan memotivasi sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Jember, 4 November 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover Makalah ..................................................................................................................... 1


Kata Pengantar ..................................................................................................................... 2
Daftar Isi .............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 4


1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 4
1.2 Rumuan Masalah ............................................................................................... 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 6


2.1 Menganalisis Kesalahan Penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia ......................... 6
2.2 Memilih Kata ................................................................................................... 10
2.3 Menyusun Kalimat Efektif ............................................................................... 17

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 22


3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 22
3.2 Saran ................................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 23

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya ilmiah merupakan karya tulis yang disusun dan disajikan berdasarkan pada
kajian ilmiah dan cara kerja ilmiah. Dalam penyusunan dan pengkajiannya didahului oleh
studi pustaka dan studi lapangan karena karya ilmiah memiliki aturan baku dan
persyaratan khusus dalam penulisannya maka kemampuan penulisan mutlak diperlukan
(Ifada, 2009).

Kemampuan tersebut diperlukan agar tulisan yang dihasilkan dapat dimengerti


secara benar bagi pembacanya. Kemampuan menulis dalam menyusun karya ilmiah
sangat penting karena berisi tentang ilmu pengetahuan yang akan diteruskan oleh para
peneliti lainnya sehingga perlu adanya pemahaman dari apa yang dituliskan dalam sebuah
karya ilmiah. Salah satunya dengan kemampuan menulis dengan kalimat bahasa yang
efektif. Karya tulis ilmiah yang efektif mengharuskan pemakaian bahasa yang tepat,
singkat, jelas, teratur, dan resmi (Turistiani, 2013). Oleh karena itu, bagi pembuat karya
ilmiah perlu menguasai keterampilan bahasa meliputi penguasaan ejaan, penguasaan
pembentukan kata, penguasaan pemilihan kata, penguasaan penyusunan kalimat yang
efektif, dan penguasaan penulisan paragraf yang utuh (Yulianto, 2003).

Lemahnya penguasaan bahasa penulis karya ilmiah menyebabkan penulisan


sebuah karya ilmiah sering terjadi kesalahan-kesalahan yang membuat tulisan karya
ilmiah menjadi sulit untuk dipahami. Lebih lanjut, kesalahan-kesalahan tersebut dapat
dikelompokan menjadi enam kesalahan yang paling umum dilakukan dalam
pembentukan kalimat meliputi bentuk tunggal/jamak, bentuk kata kerja, pilihan kata,
preposisi, kesesuaian subjek dan kata kerja, dan susunan kalimat (Turistiani, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara menganalisis kesalahan penggunaan ejaan Bahasa Indonesia?


2. Bagaimana memilih kata?
3. Bagaimana cara Menyusun kalimat efektif?
4
1.3 Tujuan

1. Mengetahui cara menganalisis kesalahan ejaan dalam Bahasa Indonesia


2. Mengetahui memilih kata
3. Memahami cara menyusun kalimat efektif
4. Menambah wawasan dalam menyusun kalimat

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Menganalisis Kesalahan Dalam Penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia

Kesalahan berbahasa merupakan tindakan penyimpangan terhadap suatu ujaran


atau tulisan yang dilakukan oleh seseorang (siswa). Kesalahan tersebut merupakan bagian
dari penyelewengan atau penyimpangan dari kaidah-kaidah berbahasa yang berlaku,
khususnya kaidah bahasa Indonesia. Kesalahan berbahasa yang dilakukan dalam lingkup
pembelajaran bahasa memang sulit dihindari.

Menurut Uttomo dkk 2019 dalam jurnal skripsi Kartika Dewi Lutfianti kesalahan
berbahasa merupakan suatu bentuk pelanggaran terhadap kode bahasa yang tidak hanya
berupa fisik, tetapi juga merupakan ketidaksempurnaan pengetahuan dan penguasaan
terhadap kode bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa
adalah bentuk pelanggaran kode bahasa yang terjadi dalam proses mempelajari Bahasa.

Kesalahan berbahasa umum terjadi, tetapi tidak boleh dibiarkan begitu saja karena
semakin tinggi tingkat kesalahan berbahasa siswa, maka pencapaian tujuan pengajaran
berbahasa akan semakin rendah. Melalui kegiatan analisis kesalahan berbahasa dalam
karangan siswa, diharapkan hasil dari analisis tersebut nantinya mampu dijadikan langkah
untuk meningkatkan kualitas siswa dalam menerapkakan kaidah berbahasa Indonesia
dalam setiap tulisannya. Pemakai bahasa mengetahui apa yang dilakukannya dapat
merusak tata bahasa yang sudah ditetapkan, akan tetapi tetap melakukannya seolah
bahasa yang digunakan adalah bahasa yang benar dan tidak melanggar kaidah-kaidah
yang berlaku. Sikap pemakai bahasa seperti ini sangat tidak baik untuk dicontoh karena
hal tersebut merupakan sikap tidak disiplin terhadap berbahasa, sehingga pemakai bahasa
tidak dapat menyampaikan pesan dalam tulisannya secara tepat. Untuk lebih memahami
kesalahan berbahasa, pengguna bahasa juga perlu memahami apa itu kekeliruan.
Kesalahan dan kekeliruan adalah dua kata yang berbeda. Kesalahan disebabkan oleh
faktor kompetensi, sedangkan kekeliruan disebabkan oleh faktor performasi.
Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan dalam

6
melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata, tekanan kalimat dan
sebagainya. Kekeliruan bersifat acak, artinya dapat terjadi pada tataran linguistik.

1. Klasifikasi Kesalahan Berbahasa

Tarigan menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa dalam bahasa Indonesia dapat


diklasifikasikan menjadi;

1. Berdasrkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan


menjadi: kesalahan berbahasa dibidang fonologi, morfologi, sintaksis
(frasa,klausa, kalimat), semantic, dan wacana.
2. Berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa dapat
diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis.
3. Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat terwujud kesalahan
berbahasa secara lisan maupun secara tertulis.
4. Berdasarkan penyebab kesalahan berbahasa tersebut, dapat diklasifikasikan
mejadi kesalahan berbahasa karena pengajaran dan kesalahan karena
interferensi.

Kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya, dapat diklasifikasikan atau


kesalahan berbahasa yang paling sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi.

2. Pengertian Ejaan

Ejaan merupakan suatu hal yang harus sangat diperhatikan dalam penulisan
sebuah karya ilmiah atau yang lainnya dalam penulisan bahasa indonesia. Ejaan
merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.

Menurut Setyawati, secara teknis ejaan adalah aturan tulis- menulis dalam suatu
bahasa yang berhubungan dengan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur
serapan, dan penggunaan tanda baca.

1. Penulisan Huruf Kapital

Huruf kapital atau huruf besar dapat dipergunakan dalam hal-hal berikut.

1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata padaawal kalimat.

7
Misalnya: Kita harus bergotong-royong membersihkan lingkungan sekolah.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya: Ibu bertanya. “Kapan kamu pulang?”
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan
dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Misalnya: Tuhan akan menambah rezeki pada umat-NYA yang pandai bersyukur.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan,
keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya: Mahaputra Yasmin, Sultan Hasanudin, Haji Agus Salim, Imam Syafii,
Nabi Ibrahim.

2. Penulisan Huruf Miring

Pemakaian huruf miring memiliki tiga kegunaan, yaitu untuk menuliskan nama
buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan, menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata, dan menuliskan kata ilmiah
atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Ketiganya masih sering
mengalami kesalahan disebabkan kurangnya pemahaman tentang kaidah pemakaian huruf
miring atau dapat juga disebabkan kurangnya ketelitian penulis. Perlu diingat juga bahwa
dalam tulisan tangan, huruf atau kata yang akan dicetak miring diberi satu garis di
bawahnya. Salah satu contoh penulisan huruf miring pada penulisan nama buku, yaitu
“Habis Gelap Terbitlah Terang” yang merupakan buku yang berisi kumpulan-kumpulan
surat yang ditulis oleh R.A. Kartini dan dikirimkan kepada teman-temannya di Eropa.

3. Penulisan Huruf Tebal

Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-bagian karangan, seperti


judul buku, bab, atau subbab.13Jadi, penggunaan huruf tebal ini dapat dipakai untuk
menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata atau kelompok kata dalam
kalimat.

Contoh penulisan huruf tebal pada cover: Bab:

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : DASAR TEORI

BAB III : METODE PENELITIAN


8
BAB IV : PEMBAHASAN

BAB V : PENUTUP

Pemakaian huruf tebal diatas digunakan untuk menegaskan bagian-bagian sub bab.

4. Gabungan Kata

a. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
ditulis terpisah.
b. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan
membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya: anak-istri
pejabat, ibu-bapak kami
c. Awalan atau akhiran

5. Penulisan Tanda Baca

a. Tanda titik

Dalam pedoman ejaan bahasa Indonesia diterangkan bahwa tanda titik

digunakan pada akhir kalimat yang bukan merupakan seruan atau pertanyaan.

1. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.


Misalnya: Bentuk Tidak Baku; W S Jaya Bentuk Baku W.S. Jaya
2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Misalnya: Bentuk Tidak Baku DR Bentuk Baku Dr.
3. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat.
4. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda
titik.
5. Misalnya: Bentuk Tidak Baku t.s.b. (tersebut) Bentuk Baku tsb. (tersebut)

6. Penulisan Kata

Dasar, Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.

Misalnya: Kantor pajak penuh sesak. Saya pergi ke sekolah. Buku itu sangat tebal.

9
Kata depan, Kata depan adalah seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.

Di mana dia sekarang?


Kain itu disimpan di dalam Kata lemari.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan. Mari kita berangkat ke kantor.
Saya pergi ke sana mencarinya. Ia berasal dari Pulau Penyengat. Cincin itu terbuat
dari emas.

Partikel

➢ Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu? Siapakah gerangan dia?
Apatah gunanya bersedih hati?
➢ Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana.
Jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih tersedia. Jangankan
dua kali, satu kali pun engkau belum pernah berkunjung ke rumahku.
Catatan:
Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.
Misalnya:
Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.
Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu depan.
➢ Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari kata
yang mengikutinya.

2.2 Memilih Kata

10
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diksi diartikan sebagai pilihan
kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya untuk mengungkapkan gagasan
sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan.

Fungsi dari diksi dalam penulisan karya ilmiah antara lain:

1. Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham
terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis.
2. Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
3. Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
4. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi)
sehingga
5. menyenangkan pendengar atau pembaca.

Ada dua persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu
persyaratan yakni, ketetapan dan kesesuaian.

Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang
ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan itu juga harus dipahami pembaca dengan
tepat, artinya tafsiran pembaca sama dengan apa yang dimaksud dengan penulis. Untuk
memenuhi persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu
diperhatikan

1. Kaidah kelompok kata/ frase


2. Kaidah makna kata
3. Kaidah lingkungan sosial
4. Kaidah karang –mengarang

Memilih Diksi atau Kata

1. Pilihan Kata Sesuai dengan Kaidah Kelompok Kata /Frase

Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya
merupakan pilihan kata/diksi yang tepat,seksama, lazim,dan benar.

1. Tepat

11
Contohnya : Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi
kelompok kata pandangan mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata.
2. Seksama
Contohnya : Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang
bersinonim. Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak
pernah mengatakan hari agung, hari akbar ataupun hari tinggi. Begitu pula dengan
kata jaksa agung tidak dapat digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya,
atau pun jaksa tinggi karena kata tersebut tidak seksama.
3. Lazim
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang tidak
lazim dalam bahasa Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan
membingungkan pengertian saja.
Contohnya, Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat
mengatakan Anjing bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kemudian kata
santapan rohani tidak dapat pula digantikan dengan makanan rohani. Kedua kata
ini mungkin tepat pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim dari
sudut makna dan pemakain-nya.

2. Pilihan Kata Sesuai dengan Kaidah Makna Kata

Berdasarkan bentuk maknanya, makna dibedakan atas dua macam yaitu:

1. Makna Leksikal adalah makna kamus atau makna yang terdapat di dalam kamus.
Makna ini dimiliki oleh kata dasar. Contoh : makan, tidur, ibu, adik, buku
2. Makna Gramatikal adalah makna yang dimiliki kata setelah mengalami proses
gramatikal, seperti proses afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi(pengulangan), dan
komposisi(pemajemukan).
Contoh :
➢ Proses afiksasi awalan me- pada kata dasar kotor

Adik mengotori lantai itu.

➢ Proses reduplikasi pada kata kacang


Kacang-kacangan merupakan salah satu sumber protein nabati.

12
➢ Proses komposisi pada kata rumah sakit bersalin Ia bekerja di rumah sakit
bersalin Peranan Diksi Dalam Karya Ilmiah

Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan atas dua macam:

1. Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil observasi panca
indra dan tidak menimbulkan penafsiran lain. Makna denotasi disebut juga
sebagai makna sebenarnya.
Contoh:
a. Kepala: organ tubuh yang letaknya paling atas
b. Besi: logam yang sangat keras
2. Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan hasil observasi
pancaindra dan menimbulkan penafsiran lain. Makna konotasi disebut juga
sebagai makna kias atau makna kontekstual.
Contoh :
a. Ibu kota : pusat pemerintahan
b. Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol
c. Jamban : kamar kecil

Berdasarkan wujudnya, makna dibedakan atas :

1. Makna referensial adalah makna kata yang mempunyai rujukan yang konkret.
Contoh : meja, baju, membaca, menulis
2. Makna inferensial adalah makna kata yang tidak mempunyai rujukan yang
konkret.
Contoh : baik, indah, sedih, gembira

3. Pilihan Kata Sesuai dengan Kaidah Lingkungan Sosial Kata


Diksi harus selalu diperhatikan lingkungan pemakian kata-kata. Dengan membedakan
lingkungan itu, pilihan kata yang kita lakukan akan lebih tepat dan mengena.

Lingkungan itu dapat kita lihat berdasarkan :

a. Tingkat sosial yang mengakibatkan terjadinya sosiolek

13
Contoh: Kata- kata mati, meninggal dunia, wafat, tewas, mampus, mangkat kita
bedakan penggunaanya di dalam bahasa Indonesia berdasarkan rasa bahasa
bukanlah melihat tingkat sosialnya Daerah/geografi yang mengakibatkan dialek
Contoh: Kata-kata bis,kereta, dan motor kita bedakan penggunaanya berdasarkan
geografinya
b. Formal/nonformal yang mengakibatkan bahasa baku/ tidak baku
Contoh: Kata tersangka, terdakwa, dan tertuduh kita bedakan berdasarkan
maknanya.
c. Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya bahasa umum dan khusus.
– Makna Umum (hipernim) adalah makna yang cakupannya luas.
Contoh: bunga, bulan, hewan, kendaraan
– Makna khusus (hiponim) adalah makna yang cakupannya sempit atau
terbatas.

4. Pilihan kata sesuai dengan kaidah mengarang

Pilihan kata akan memberikan imformasi sesuai dengan apa yang dikehendaki. Pilihan
kata dengan kaidah mengarang memiliki kelompok kata yang berpasangan tetap, pilihan
kata langsung dan pilihan kata yang dekat dengar pembaca.

Contoh:

a. Terdiri dari, terdiri dalam, terdiri atas


b. Ditemani oleh, ditemani dari, ditemani dengan
c. Ia menelpon kekasihnya (pilihan kata langsung), Ia memanggil kekasihnya
melalui
d. telepon (pilihan kata yang panjang dan berbelit-belit)
e. Tidak semua pendengar/pembaca mengerti singkatan balita, KISS, dan
kelompencir

5. Kata Ilmiah, Kata Populer, Kata Jargon dan Slang

➢ Kata ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
14
➢ Kata popular adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari
masyarakat umum.
➢ Jargon adalah kata-kata yang mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau
tutur yang dianggap aneh kata ini juga merupakan kata sandi/kode rahasia
untuk kalangan terterntu (dokter,militer,perkumpulan rahasia,ilmuwan dsb).
Contohnya:, populasi, volume, abses, H2O, dan sebagainya
➢ Kata slang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau kadang berupa
pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna yang lain.
Kata-kata ini bersifat sementara,kalau sudah teras usang hilang atau menjadi
kata-kata biasa. Contoh Slang: asoy, manatahan dan sesuatu ya.

Hal-hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam bagian-bagian di bawah ini

1. Bahasa Standar dan Sub Standar

Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapat dibatasi sebagai tutur dari mereka
yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang cukup dalam
suatu masyarakat. Kelas ini meliputi pejabat-pejabat pemerintah, ahli bahasa, ahli hukum,
dokter, pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman, insinyur, dan lain sebagainya.

Bahasa non stsndar adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh pendidikan yang
tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan biasa, tidak di pakai dalam
tulisan. Kadang unsur ini digunakan juga oleh para kaum pelajar dalam bersenda gurau,
dan berhumor. Bahasa non stadar juga berlaku untuk suatu wilayah yang luas dalam
wilayah bahasa standar.

Bahsa standar lebih efektif dari pada bahasa non standar. Bahasa non standar biasanya
cukup untuk digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan umum.

2. Kata Ilmiah dan Kata Populer

Pilihan kata dalam hubungan dengan kesempatan yang dihadapi seseorang dapat dibagi
atas beberapa macam kategori salah satunya adalah kata-kata ilmiah melawan kata-kata
populer. Bagian terbesar dari kosa kata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata yang umum
yang dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang terpelajar maupun orang atau
rakyat jelata. Maka kata ini dinamakan kata-kata populer. Kata-kata ini juga dipakai
15
dalam pertemuan-pertemuan resmi, dalam diskusi-diskusi yang khusus, dan dalam
diskusi-diskusi ilmiah.

3. Jargon

Jargon adalah suatu bahasa,dialek, atau struktur yang dianggap kurang sopan atau aneh
tetapi istilah itu dipakai juga untuk mengacu semacam bahasa atau dialek hybrid yang
timbul dari percampuran bahasa-bahasa, dan sekaligus dianggap sebagai bahasa
perhubungan atau lingua franca. Jargon diartikan sebagai kata-kata teknis atau rahasia
dalam suatu bidang ilmu tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia,
atau kelompok-kelompok khusus lainnya. Oleh karena jargon merupakan bahasa yang
khusus sekali, maka tidak akan banyak artinya bila dipakai untuk suatu sasaran yang
umum. Sebab itu, hendaknya dihindari sejauh mungkin unsur jargon dalam sebuah tulisan
umum.

4. Kata Percakapan

Kata percakapan adalah kata-kata yang biasa dipakai dalam percakapan atau pergaulan
orang-orang yang terdidik. Pengertian percakapan ini disini sama sekali tidak boleh
disejajarkan dengan bahasa yang tidak benar, tidak terpelehara atau tidak disenangi.
Bahasa percakapan yang dimaksud disini lebih luas dari pengertian kat-kat populer, kata-
kata percakapan mencakup pula sebagian kata-kata ilmiah yang biasa dipakai oleh
golongan terpelajar.

5. Kata Slang

Kata slang adalah kata-kata non standar yang disusun secara khas; bertenaga dan jenaka
yang dipakai dalam percakapan. Kadang kala kata slang yang dihasilkan dari salah ucap
yang disengaja. Kata-kata slang sebenarnya bukan hanya terdapat pada golongan
terpelajar, tetapi juga pada semua lapisan masyarakat.

6. Idiom

Idiom adalah pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum,
biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis, dengan
bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya.

misalnya: seorang asing yang sudah mengetahui makna kata makan dan tangan, tidak
akan memahami makna perasa makan tangan. Siapa yang berfikir bahwa makan tangan
16
sama artinya dengan kena tinju atau beruntung besar ? dan selanjutnya idiom-idiom yang
menggunakan kata makan seperti: makan garam, makan hati, dan senagainya.

7. Bahasa Artifisial

Bahasa artifilasi adalah Bahasa yang disusun secara seni.

Fakta dan pernyataan-pernyataan yang sederhana dapat diungkapkan dengan sederhana


dan langsung tak perlu disembunyikan.

Artifisial: Ia mendengar kepak sayap kalelawar dan guyuran sisa hujan dari dedaunan,
karena angin kepada kemuning. Ia mendengar resah kuda serta langkah pedati ketika
langit bersih kembali menampakkan bima sakti yang jauh.

Biasa: Ia mendengar bunyi sayap kelelawar dan sisa hujan yang ditiup angin di daun.

Ia mendengar derap kuda dan pedati ketika langit mulai terang.

2.3 Menyusun Kalimat Efektif


Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan
pembicara/penulis dengan baik sehingga pendengar/pembaca dapat menangkap maksud
dari gagasan yang diterima. Berdasarkan tujuan pembicara/penulis yang ingin
mengkomunikasikan gagasannya dan dapat diterima dengan baik oleh orang lain, maka
kalimat efektif adalah sarana yang tepat untuk hal tersebut (Keraf, 1997).

Ciri-ciri Kalimat Efektif


Dari uraian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif memiliki
karakteristik tertentu yang membedakannya dengan kalimat lain. Dalam buku yang
diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2015, disebutkan ada
lima ciri-ciri kalimat efektif yaitu: kelugasan, ketepatan, kejelasan, kehematan, dan
kesejajaran (Sasangka, 2015).

A. Kelugasan
Kalimat efektif harus lugas, dalam arti informasi yang disampaikan dalam kalimat hanya
yang pokok-pokok saja, tidak berbelit-belit, dan disampaikan secara sederhana.

a. “Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PT Jamu Hebat yang berdiri

17
pada tanggal 1 Juni 2003 oleh Bpk. Koko Dirgantoro yang berlokasi di Jl.
Kencur No.3 Jakarta Selatan.”

Kalimat tersebut tidak efektif maka usulan perbaikannya adalah:

Awal Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh PT Jamu Hebat


(tidak yang berdiri pada tanggal 1 Juni 2003 oleh Bpk. Koko
efektif) Dirgantoro yang berlokasi di Jl. Kencur No.3 Jakarta Selatan

Revisi-1 Berdasarkan penelitian, PT Jamu Hebat didirikan oleh Bpk.


Koko Dirgantoro pada tanggal 1 Juni 2003 dan berlokasi di
Jl. Kencur No.3, Jakarta Selatan.

Revisi-2 Berdasarkan penelitian, PT Jamu Hebat yang berlokasi di Jl.


Kencur No.3, Jakarta Selatan didirikan oleh Bpk. Koko
Dirgantoro pada tanggal 1 Juni 2003.

B. Ketepatan
Kalimat efektif mensyaratkan agar informasi yang akan disampaikan harus tepat atau
kena benar dan sesuai dengan sasaran. Untuk itu dibutuhkanketelitian penulis. Kalimat
yang tidak tepat menimbulkan tafsir yang berbeda- beda (multitafsir) sehingga menjadi
ambigu atau membingungkan.

a. “Rumah seniman yang antik itu dijual dengan harga murah.”


Kalimat tersebut tidak efektif maka usulan perbaikannya adalah:

Awal Rumah seniman yang antik itu dijual dengan harga murah
(tidak
efektif)
Revisi-1 Rumah yang antik milik seniman itu dijual dengan harga
murah

Revisi-2 Rumah antik milik seniman itu dijual dengan harga murah

Revisi-3 Seniman yang antik itu menjual rumahnya dengan harga


murah

18
Revisi-4 Seniman itu memiliki rumah yang antik yang akan dijual
dengan harga murah

C. Kejelasan
Kalimat efektif mensyaratkan agar struktur kalimat harus jelas dan unsur- unsurnya harus
lengkap.

a. “Kalau dahulu masalah itu segera diatasi, maka pemerintah tidak akan repot
seperti sekarang ini.”

Kalimat tersebut tidak efektif maka usulan perbaikannya adalah:

Awal Kalau dahulu masalah itu segera diatasi, maka pemerintah


(tidak tidak akan repot seperti sekarang ini
efektif)
Revisi-1 Kalau dahulu masalah itu segera diatasi, pemerintah tidak
akan repot seperti sekarang ini

Revisi-2 Pemerintah tidak akan repot seperti sekarang ini , kalau


dahulu masalah itu segera diatasi,

D. Kehematan
Kalimat efektif mensyaratkan bahwa informasi yang akan disampaikan harus cermat,
tidak boros, dan hati-hati dalam penyampaiannya. Disarankan agar diminimalisir
penggunaan bentuk-bentuk sinonim.

a. Pemberian penghargaan dapat diberikan dalam bentuk tanda jasa,


kenaikan pangkat istimewa, uang, piagam, dan/atau bentuk penghargaan
lain.”

Kalimat tersebut tidak efektif maka usulan perbaikannya adalah:

19
Awal Pemberian penghargaan dapat diberikan dalam bentuk tanda
(tidak jasa, kenaikan pangkat istimewa, uang, piagam, dan/atau
efektif) bentuk penghargaan lain

Revisi-1 Pemberian penghargaan dapat berbentuk tanda jasa,


kenaikan pangkat istimewa, uang, piagam, dan/atau bentuk
penghargaan lain

Revisi-2 Penghargaan dapat diberikan dalam bentuk tanda jasa,


kenaikan pangkat istimewa, uang, piagam, dan/atau bentuk
penghargaan lain

E. Kesejajaran
Kalimat efektif mensyaratkan agar bentuk dan struktur kalimat harus paralel,sama atau
sederajat.

a. “Tugas tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan keberterimaan produk


nasional, mendorong produktivitas dan daya guna produksi, serta menjamin
mutu barang dan jasa sehingga meningkatkan daya saing.”

Kalimat tersebut tidak efektif maka usulan perbaikannya adalah:

Awal Tugas tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan


(tidak keberterimaan produk nasional, mendorong produktivitas
efektif) dan daya guna produksi, serta menjamin mutu barang dan
jasa sehingga meningkatkan daya saing

Revisi-1 Tugas tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan


keberterimaan produk nasional, mendorong produktivitas
dan daya guna produksi, serta menjamin mutu barang dan
jasa sehingga meningkatkan daya saing

20
Revisi-2 Tugas tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan
keberterimaan produk nasional untuk mendorong
produktivitas dan daya guna produksi, serta menjamin mutu
barang dan jasa sehingga meningkatkan daya saing

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Karya ilmiah dalam bentuk tertulis merupakan karya yang mempersyaratkan


kecermatan berbahasa. Artinya, dalam penulisan karya ilmiah hal-hal yang perlu diperhatikan
antara lain adalah ketepatan penggunaan ejaan yang disempurnakan, ketepatan penggunaan
kata-kata, serta penggunaan struktur kalimat taat kaidah. Menurut Budiharso (2007:58) karya
ilmiah merupakan karya yang memiliki bobot akademis tertentu ditinjau dari aspek organisasi
tulisan, substansi masalah, akurasi data, dan penyajian. Karya lmiah dievaluasi secara ketat
dari beberapa aspek sebagai kriteria sehingga karya ilmiah yang berbobot harus ditulis
dengan cermat.

3.2 Saran

Demikianlah makalah yang penulis paparkan, semoga bermanfaat dan menambah


pengetahuan bagi pembaca. Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan kata dalam penulisan.
Karena penulis hanyalah manusia biasa yang tidak lupa dari kesalahan dan penulis juga
sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian penutup dari penulis semoga dapat diterima di hati, penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya.

22
DAFTAR PUSTAKA
Cahyaningrum, D. (2012). Panduan Penulisan Ilmiah dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta:
Javakarsa Media.
Chear, A. (2006). Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chear, A. (2011). Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.
Endah, A. N. (n.d.). Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia dalam Karangan Eksposisi SMA.
Bahasa Sastra Indonesia dan Pengajarannya, Nomor 1 .
Kasir, I. (1993). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Pustaka Tinta Emas.
Noerzisri, N. (2004). Bahasa Indonesia Karangan Ilmiah. Bandung: Humaniora.
Zaenal, A. (2005). Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.

23

Anda mungkin juga menyukai