DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
Puji syukur kami ucapkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, kerena dengan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Bahasa Indonesia yang berjudul
“KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA” yang telah kami kerjakan dengan baik.
Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen pengampu mata kuliah Bahasa
Indonesia pada semester 6.
Tugas ini diberikan sebagai salah satu implementasi dari pelajaran teori dari mata
kuliah Bahasa Indonesia yang telah diberikan yang kemudian diaplikasikan dalam kenyataan,
yang memiliki tujuan sebagai bekal dalam menyusun laporan dan skripsi nantinya.
Tugas ini tidak terlepas dari bantuan serta dorongan dari semua pihak secara moral
maupun material, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak I Made Darma Sucipta, Spd.MPd sebagai Dosen Pengampu mata kuliah
Bahasa Indonesia.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi yang membacanya,
semoga Tugas ini bermanfaat di kemudian hari.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.4.1 Subjek........................................................................................................................6
2.4.2 Predikat......................................................................................................................7
2.4.3 Objek..........................................................................................................................7
2.4.4 Pelengkap...................................................................................................................8
2.4.5 Keterangan.................................................................................................................8
ii
2.6.5 Jenis Kalimat Berdasarkan Gaya Penyajiannya.......................................................13
BAB III
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................16
3.2 Saran...............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang disampaikan, maka Rumusan masalah yang didapat adalah
sebagai berikut :
1. Mengapa mempelajari Tata Bahasa itu penting?
2. Apa yang dimaksud penggunaan kalimat yang baik dan benar?
3. Bagaimana cara menyusun kalimat yang baik dan benar?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kalimat / Ka-li-mat/ adalah :
2. Perkataan; linguistic
3. Satuan Bahasa yang secara relative berdiri sendiri, mempunyao pola inttonasi final dan
secara actual maupun potensial terdiri atas klausa.
2. Subjek-predikat-objek (S-P-O)
3. Subjek-predikat-pelengkap (S-P-Pel)
4. Subjek-predikat-objek-pelengkap (S-P-O-Pel)
5. Subjek-predikat-objek-keterangan (S-P-O-K)
6. Subjek-predikat-keterangan (S-P-K)
A. Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini
dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:
- Mereka / sedang berenang. = S / P (Kata Kerja)
- Ayahnya / guru SMA. = S / P (Kata Benda)
4
B. Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina
atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa
nominal. Misalnya:
- Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah. = S / P / O
C. Kalimat Dasar Berpola S P Pel
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa
nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap
berupa nomina atau adjektiva. Misalnya:
- Anaknya / beternak / ayam. = S / P / Pel.
D. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek
berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, objek berupa nomina atau
frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal. Misalnya:
- Dia / mengirimi / saya / surat. = S / P / O / Pel.
E. Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur
keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal,
predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
- Mereka / berasal / dari Surabaya. = S / P / K
F. Kalimat Dasar Berpola S P O K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek
berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba transitif, objek berupa nomina atau
frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
- Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari. = S / P / O / K
G. Kalimat Dasar Berpola S P Pel. K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan.
Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitive atau kata sifat,
pelengkap berupa nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi. Misalnya:
- Ungu / bermain / musik / di atas panggung. = S / P / Pel. / K
H. Kalimat Dasar Berpola S P O Pel. K
5
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa
nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan
berupa frasa berpreposisi.
Misalnya:
- Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan. = S / P / O / Pel. / K
2.4.1 Subjek
Subjek (S) merupakan salah satu fungsi dalam kalimat yang merupakan bagian klausa yang
menjadi pokok kalimat. Subjek dapat berupa kata benda (nomina), kelompok kata benda
(frasa nominal), atau klausa. Selain itu, subjek dapat pula disertai kata itu. Subjek dapat dicari
dengan menggunakan kata tanya siapa atau apa. Kata tanya siapa digunakan untuk mencari
subjek yang berupa orang atau sesuatu yang bernyawa, sedangkan kata tanya apa digunakan
untuk mencari subjek yang bukan berupa orang atau sesuatu yang tidak bernyawa. Subjek
dalam bahasa Indonesia biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Contoh subjek dalam
suatu kalimat ditandai dengan kata yang dicetak tebal:
- Gina adalah teman kami.
- Ayah kami sedang lomba memancing.
Subjek memiliki delapan ciri sebagai berikut.
1. Kata atau frase biasanya berkelas kata benda (nomina), contohnya pada kalimat
berikut, “Ilmu kehutanan akan tetap dibutuhkan selama manusia hidup di bumi”.
2. Nomina tidak pernah diawali oleh kata tugas (kata depan atau kata sambung) karena kata
tugas mengubah fungsi nomina menjadi keterangan. Kalimat berikut menunjukan bahwa
kata benda yang diawali kata tugas akan menjadi keterangan. “Tentang ilmu
kehutanan membahas mengenai kelestarian pepohonan di hutan.”
3. Ada kata petunjuk (artikel) ini atau itu. Contohnya adalah “Suara ini dikenal sebagai suara
burung yang paling terancam punah di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.”
4. Subjek bukan kata ganti tanya.
5. Adakalanya subjek bukan sebagai kata benda (nomina), namun pada umumnya diikuti
artikel ini atau itu. Sebagai contoh pada kalimat berikut, “Berenang (itu)”
6. Subjek dapat dicari dengan menggunakan kata tanya siapa dan apa.
7. Subjek dapat ditambahkan akhiran -nya. Sebagai contoh, “Masalahnya ialah tersangka
tidak bisa digiring ke Polres untuk dimintai keterangan.”
8. Pada struktur bahasa Indonesia, subjek pada umumnya berada pada awal kalimat.
6
2.4.2 Predikat
Predikat (P) merupakan salah satu fungsi di dalam kalimat yang merupakan bagian
klausa yang menjadi unsur 27 utama di dalam kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia
dapat berupa kata kerja (verba) atau kelompok kata kerja (frasa verbal), kata sifat (adjektiva)
atau kelompok kata sifat (frasa adjektival), atau kata benda (nomina) atau kelompok kata
benda (frasa nominal). Letak predikat lazimnya berada di sebelah kanan subjek. Contoh
dalam kalimat adalah kata-kata yang dicetak tebal.
- Merokok membahayakan kesehatan.
- Keladi itu tumbuhan.
Ciri-ciri predikat dalam sebuah kalimat adalah sebagai berikut:
1. Pada umumnya predikat berada di sebelah kanan subjek.
2. Predikat menjelaskan subjek sehingga kalimat menjadi bermakna, sebagai contoh “Sektor
kehutanan berkembang secara fluktuatif.”
3. Predikat dapat berkategori kata kerja (verba), kata benda (nomina), kata depan (preposisi),
atau kata sifat (adjektiva) sehingga predikat menyebabkan beberapa jenis kalimat tunggal.
4. Predikat mengisyaratkan perlu tidaknya kata lain di sebelah kanannya agar kalimat
menjadi lebih lengkap.
5. Pada umumnya, predikat dapat dicari dengan menggunakan kata tanya bagaimana.
6. Predikat dapat diikuti partikel -lah, contohnya adalah sebagai berikut “Tertawalah ia pada
saat malam itu.”
2.4.3 Objek
Objek (O) merupakan salah satu fungsi di dalam kalimat yang kehadirannya bergantung pada
jenis predikatnya. Objek biasanya berupa nomina, frasa nominal, atau klausa yang selalu
muncul di sebelah kanan predikat yang berupa kata kerja transitif (verba transitif). Jika
predikat bukan berupa verba transitif, objek tidak hadir (tidak muncul) di dalam kalimat
tersebut. Ciri-ciri objek adalah :
1. Objek berada di samping kanan predikat tanpa disisipi kata, kecuali pada kalimat pasif.
Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut, “ITB mengadakan langkah-langkah pelestarian
alam di sekitar kampus.”
2. Kata atau frasa yang bisa menjadi objek berkelas kata benda, contohnya “Tingkat
pendidikan petani yang rendah menyebabkan penguasaan teknologi”
7
3. Objek dapat berpindah posisi menjadi subjek bila predikatnya diubah menjadi pasif,
contohnya “Pemerintah dapat menciptakan kondisi yang kondusif” menjadi “Kondisi yang
kondusif dapat diciptakan oleh pemerintah.”
4. Objek dapat tersurat atau tersirat. Contoh objek tersirat terdapat pada kalimat berikut
“Kecurangan dalam pemilu dilaporkan ke Mahkamah Konstitusi”, sedangkan contoh
kalimat objek tersurat adalah sebagai berikut “Kecurangan dalam pemilu dilaporkan oleh
Panwaslu ke Mahkamah Konstitusi.”
5. Objek dapat diganti dengan akhiran -nya.
2.4.4 Pelengkap
Pelengkap (Pel)—seperti halnya objek—adalah unsur kalimat yang kehadirannya juga
bergantung pada predikat. Pelengkap dapat berupa nomina atau frasa nominal, verba atau
frasa verbal, dan adjektiva atau frasa adjektival. Ciri-ciri pelengkap adalah :
1. Pelengkap berkategori kata atau frasa nominal, verbal, atau adjektival.
2. Pelengkap berada setelah verba semitransitif dan dwitransitif. Contoh pada kalimat yang
mengandung verba semitransitif adalah “Hal itu merupakan masalah besar.” Contoh pada
kalimat yang mengandung verba dwitransitif adalah “Pak Wirya menugasi
mahasiswa membuat desain.”
3. Pelengkap dapat didahului oleh preposisi.
4. Pelengkap tidak dapat dipasifkan (jika dapat dipasifkan tidak dapat menjadi subjek).
Posisi pelengkap dapat terletak di sebelah kanan (setelah atau di belakang) objek atau
terletak langsung di sebelah kanan predikat. Jika predikat berupa kata kerja transitif,
pelengkap terletak di sebelah kanan objek. Namun, jika predikat bukan berupa kata kerja
transitif, mungkin berupa kata kerja intransitif atau berupa kata kerja pasif, pelengkap terletak
langsung di sebelah kanan predikat.
2.4.5 Keterangan
Keterangan (K) adalah unsur kalimat yang kehadirannya bersifat tidak wajib (opsional).
Keterangan dapat berupa nomina (frasa nominal), frasa numeral, berupa frasa preposisional,
atau berupa adverbia. Nomina atau frasa nominal yang dapat menduduki fungsi keterangan
biasanya berupa nomina temporal atau nomina yang menyatakan waktu. Selain itu,
keterangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keterangan wajib (wajib hadir/wajib muncul
dalam kalimat) dan keterangan manasuka. Keterangan wajib merupakan bagian dari predikat,
8
sedangkan keterangan manasuka bukan bagian dari predikat. Keterangan manasuka
merupakan keterangan yang sejajar dengan subjek dan predikat.
Ciri-ciri unsur kalimat keterangan adalah
1. Letaknya bisa berpindah-pindah. Misalnya “Hari ini kami akan praktik lapangan ke hutan”
menjadi “Kami akan praktik lapangan hari ini ke hutan.”
2. Keterangan dapat dihilangkan dalam sebuah kalimat.
3. Biasanya, kata atau kelompok kata didahului kata depan.
9
- Aku pernah mendengar Aisya bercerita bahwa sebenarnya ia tidak terlalu senang dengan
kabar perjodohan yang diatur oleh orang tuanya.
10
pengembangan dari salah satu fungsi yang ada dalam klausa itu. Hubungan antara klausa
yang satu dan yang lain dalam kalimat ini menyatakan hubungan koordinatif.
Contoh :
a. Yanto membaca stilistika. ( Kalimat tunggal 1)
b. Istrinya membuatkan susu jahe. ( Kalimat tunggal 2)
Menjadi : Yanto membaca stilistika dan istrinya membuatkan susu jahe.
D. Kalimat Majemuk Kompleks
Kalimat majemuk kompleks adalah kalimat yang terdiri atas tiga klausa atau lebih. Dua
di antara klausa dalam kalimat majemuk ini merupakan klausa utama, sedangkan klausa yang
lain merupakan klausa subordinatif yang berfungsi sebagai pemerluas salah satu atau kedua
fungsi dalam klausa utama. Kekompleksan dalam kalimat majemuk ini ditandai dengan
perluasan salah satu atau lebih unsur (fungsi) dalam kalimat.
Contoh :
a. Toni bermain dengan Kevin. (kalimat tunggal 1)
b. Rina membaca buku di kamar kemarin. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
c. Ketika aku datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
Menjadi : Toni bermain dengan Kevin dan Rina membaca buku di kamar, ketika aku datang
ke rumahnya kemarin.
14
E. Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan atau tindakan. Kalimat
pasif biasanya memiliki predikat berupa kata kerja berawalan “di-” dan “ter-” serta diikuti
kata depan “oleh”
Contoh :
- Bola ditendang Adnan.
- Kertas itu tertiup angin.
- Akan aku tunjukan kemampuanku disini.
- Akan saya sampaikan pesanmu padanya.
15
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang didapat dari rumusan masalah diatas adalah pentingnya
mempelajari tata Bahasa adalah agar dalam berbahasa Indonesia baik itu digunakan dalam
berkomunikasi langsung ataupun tidak langsung, lebih mudah dimengerti dan juga tidak
menghilangkan rasa hormat kepada orang-orang yang memiliki jabatan penting. Karena
dalam pengucapan ataupun penggunaan kata sangatlah berbeda, tergantung dengan siapa kita
sedang berkomunikasi.
Kalimat yang baik dan benar adalah kalimat yang didalamnya memiliki minimal subjek
dan predikat serta diawali huruf capital dan diakhiri tanda Tanya,tanda titik, ataupun tanda
seru. Kalimat yang baik dan benar juga yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula,karena apa yang dipikirkan atau dirasakan
oleh pembaca (penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar
(pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh
penuturatau penulis. Serta sebuah kalimat dapat dikatakan baik dan benar apabila mencapai
sasaran dengan baik sebagai alat komunikasi.
3.2 Saran
Menurut pendapat kami, dalam mempelajari Bahasa Indonesia sangatlah penting
mempelajari Tata Bahasa dalam pelajaran Bahasa Indonesia, karena itu merupakan dasar
dalam berkomunikasi baik dan benar, dalam berkomunikasi yang baik dan benar juga harus
mengetahui kalimat yang baik dan benar serta cara menyusun kalimat yang baik dan benar ,
kami berharap makalah ini dapat berguna dalam penyusunan kalimat yang baik dan benar.
Kami juga mengharapkan kritik dan saran dalam penulisan makalah di kemudian hari.
16
DAFTAR PUSTAKA
17