Anda di halaman 1dari 6

Prinsip-Prinsip Metodologi

A. Latar Belakang
Metodologi merupakan hal yang mengkaji perihal urutan langkah-langkah yang ditempuh
supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri ilmiah.
Sering kita berfikir ketika kita hendak melakukan sesuatu, seperti hanlnya belajar,
membaca, berlatih atau apapun, kita slalu memulainya dengan suatu pertanyaan, “metode
apa yang dapat efesien efektif untuk digunakan”. Pertanyaan tersebut selalu terngiang
dalam pikiran kita, akan tetapi sering juga kita tak dapat menemukannya. Lalu apakah
yang dimaksud metodologi, atau bahasa modern nya metode. Justru hal ini lah yang
paling mendasar, kita sering kali bertanya mengenai “apa metode yang dapat efesien dan
efektif untuk digunakan” akan tetapi kita tidak paham secara mendasar mengenai
metodologi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari metodologi

C. PENGERTIAN METODOLOGI
Metodologi bisa diartikan ilmu yang mempelajari tentang metode-metode. Berasal dari
bahasa yunani yaitu methodos. Methodos berarti penelitian, metode ilmiah, hipotesis,
uraian ilmiah. Menurut Anton Bakker (1984) metode adalah cara bertindak menurut
aturan tertentu.

Pengertian metode berbeda dengan metodologi dimana metode adalah suatu cara atau
jalan, petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis, sehingga memiliki sifat yang praktis.
Metodologi disebut juga sebagai science of method yaitu ilmu yang membicarakan
tentang cara atau petunjuk yang praktis di dalam penelitian, sehingga metodologi
penelitian membahas konsep teoretis sebagai metode. Metodologi dapat pula dikatakan
membahas tentang dasar filsafat dari ilmu metode penelitian, karena metodologi belum
memiliki langkah praktis. Bagi sebagian besar jenis ilmu Metodologi merupakan dasar
filsafat ilmu dari suatu metode, atau langkah praktis dari suatu penelitian.
Kaelan, 2005 berpendapat bahwa ‘seorang peneliti dapat memilih suatu metode dengan
dasar filosofis tertentu, yang konsekuensinya diikuti dengan metode penelitian yang
konsisten dengan metode yang dipilihnya.

Suparlan Supartono, 2005 perpendapat bahwa metodologi adalah pengkajian mengenai


bentuk dan model metode, aturan yang dipakai dalam kegiatan ilmu
pengetahuan.metodelogi bersifat umum dan metode bersifat lebih khusus.

Peter R, Senn berpendapat bahwa metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui
sesuatu yang mempunyai langkah sistematis sedangkan suatu pengkajian dalam
mempelajari peraturan dalam metode tersebut.

D. UNSUR-UNSUR METODOLOGI

Unsur – unsur metodologi sebagaimana telah dirumuskan oleh Anton Bakker dan Achmad
Zubair dalam buku Metodologi Penelitian Filsafat (1994), antara lain dijelaskan sebagai berikut :

1. Interpretasi
Artinya menafsirkan, membuat tafsiran, tetapi yang tidak bersifat subjektif
melainkan harus bertumpu pada evidensi objektif untuk mencapai kebenaran yang
autentik. Dengan interpretasi ini diharapkan manusia dapat memperoleh pebgertian,
pemahaman atau Verstehen. Pada dasarnya interpretasi berarti tercapainya pemahaman
yang benar mengenai ekspresi manusiawi yang dipelajari.
2. Induksi dan Deduksi
Dikatakan oleh Beerling, bahwa setiap ilmu terdapat penggunaan metode induksi
dan deduksi, menurut pengertian siklus empiris. Siklus empiris meliputi beberapa
tahapan, yakni observasi, induksi, deduksi, kajian ( eksperimentasi ) dan evaluasi.
3. Koherensi Intern
Yaitu usaha untuk memahami secara benar guna memperoleh hakikat dengan
menunjukkan semua unsur structural di lihat dalam suatu struktur yang konsisten,
sehingga benar-benar merupakan internal structure atau internal relation.
4. Holistis
Yaitu tinjauan secara lebih dalam untuk mencapai kebenaran secara utuh, dimana
objek dilihat dari interaksi dengan seluruh kenyataannya. Identitas objek akan terlihat bila
ada korelasi dan komunikasi dengan lingkungannya.
5. Kesinambungan Historis
Jika ditinjau dari perkembangannya, manusia itu adalah makhluk historis.
Manusia disebut demikian karena ia berkembang dalam pengalaman dan fikiran. Dalam
perkembangan pribadi itu harus dapat dipahami melalui suatu proses kesinambungan.

6. Idealisasi
Idealisasi merupakan proses untuk membuat ideal, artinya upaya dalam penelitian
untuk memperoleh hsil yang ideal atau sempurna.
7. Komparasi
Adalah usaha memperbandingkan sifat hakiki dalam objek penelitian sehingga
dapat menjadi lebih jelas dan lebih tajam. Komparasi dapat diadakan dengan objek lain
yang sangat dekat dan serupa dengan objek utama. Komparasi juga dapat diadakan
dengan objek lain yang sangat berbeda dan jauh dri objek utama. Dalam perbandingan itu
dimaksimalkan perbedaan-perbedaan yang berlaku untuk dua objek, namun sekaligus
dapat ditemukan beberapa persamaan yang mungkin sangat strategis.
8. Heuristika
Adalah metode untuk menemukan jalan baru secara ilmiah untuk memecahkan
masalah. Heuristika benar-benar dapat mengatur terjadinya pembaharuan ilmiah dan
sekurang-kurangnya dapat memberikan kaidah yang mengacu.
9. Analogikal
Adalah filsafah meneliti arti, nilai dan maksud yang diekspresikan dalam fakta
dan data. Dengan demikian, akan dilihat analogi antara situasi atau kasus yang lebih
terbatas dengan yang lebih luas.
10. Deskripsi
Seluruh hasil penelitian harus dapat dideskripsikan. Data yang dieksplisitkan
memungkinkan dapat dipahami secara mantap.
E. BEBERAPA PANDANGAN TENTANG PRINSIP METODOLOGI

1. Rene Descartes
Rene Descartes mengusulkan suatu metode umum yang memiliki kebenaran yang pasti.
Dalam karyanya termasyhur Discourse on Method, risalah tentang metode, diajukan
enam bagian penting (Dalam Rizal Mustansyir, dkk., 2001) sebagai berikut:
a. Membicarakan masalah ilmu-ilmu yang diawali dengan menyebutkan akal sehat
(common sense) yang pada umumnya dimiliki semua orang. Menurut Descartes, akal
sehat ada yang kurang, ada pula yang lebih banyak memilikinya, namun yang
terpenting adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah. Metode yang ia coba
temukan merupakan upaya untuk mengarahkan nalarnya sendiri secara optimal.
b. Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode yang akan dipergunakan dalam
aktivitas ilmiah. Descartes mengajukan empat langkah atau aturan yang dapat
mendukung metode yang dimaksud sebagai berikut (dalam Rizal
Mustansyir,dkk.,2001).
1. Janganlah pernah menerima baik apa saja sebagai benar, jika Anda tidak
mempunyai pengetahuan yang jelas mengenai kebenarannya.
2. Pecahkanlah tiap kesulitan Anda menjadi sebanyak mungkin bagian dan
sebanyak yang dapat dilakukan untuk mempermudah penyelesaiannya secara
lebih baik.
3. Arahkan pemikiran Anda secar tertib, mulai dari objek yang paling sederhana
dan paling mudah diketahui, lalu meningkat sedikit demi sedikit.
4. Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan selengkap mungkin, dan
tinjauan ulang secara menyeluruh sehingga Anda dapat merasa pasti tidak
sesuatupun yang ketinggalan.
c. Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi landasan bagi penerapan metode
sebagai berikut:
1. Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri, sambil berpegang pada
agama yang diajarkan sejak masa kanak-kanak;
2. Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang paling meyakinkan
maupun yang paling meragukan;
3. Berusaha lebih mengubah diri sendiri daripada merombak tatanan dunia.
d. Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acapkali terkecoh oleh indra.
e. Menegaskan perihal dualisme dalam diri manusia, yang terdiri atas dua substansi,
yaitu res cogitans (jiwa bernalar), dan res extensa (jasmani yang meluas).
f. Dua jenis pegetahuan, yaitu pengetahuan spekulatif dan pengetahuan praktis.

2. Alfred Jules Ayer


Ajaran terpenting dari Alfred Jules Ayer yang terkait dengan masalah metodologi dalam
prinsip verifikasi. Ayer termasuk salah satu penganut Positivisme Logika yang muncul
setelah Moritz Schlik. Positivisme logic berprinsip sesuatu yang tidak dapat diukur itu
tidak mempunyai makna. Dengan demikian makna sebuah proposisi tergantung apakah
kita dapat melakukan verifikasi terhadap proposisi yang bersangkutan’. (Rizal
Mustansyir, dkk.,2001)

Walaupun tokoh Positivisme Logik secara umum menerima prinsip verifikasi sebagai
tolak ukur untuk menentukan konsep tentang makna, namun mereka membuat rincian
yang cukup berbeda mengenai prinsip verifikasi itu sendiri. Prinsip verifikasi itu
merupakan pengandaian untuk melengkapi suatu kriteria, sehingga melalui kriteria
tersebut dapat ditentukan apakah suatu kalimat mengandung makna atau tidak.

3. Karl Raimund Popper


Popper seorang filsuf kontemporer yang melihat kelemahan dalam prinsip verifikasi
berupa sifat pembenaran (justification) terhadap teori yang telah ada. Popper
mengajukan beberapa prinsip sebagai berikut:

1. Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori dirumuskan dan dapat
dibuktikan kebenarannya melalui prinsip verifikasi oleh kaum posititivistik.
2. Cara kerja metode induksi yang secara sistematis dimulai dari pengamatan
(obeservasi) secara teliti gejala yang sedang diselidiki.
3. Popper menawarkan pemecahan baru dengan mengajukan prinsip falsi-fiabilitas,
yaitu bahwa sebuah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya.
Bagi Popper, ilmu pengetahuan dapat berkembang maju manakala suatu hipotesis telah
dibuktikan salah, sehingga dapat digantikan dengan hipotesis baru.

4. Michael Polanyi
Menurut Michael Polanyi pengembangan ilmu pengetahuan menuntut kehidupan kreatif
masyarakat ilmiah yang pada gilirannya didasarkan pada kepercayaan akan kemungkinan
terungkapnya kebenaran-kebenaran yang hingga kini masih tersembunyi. Tugas filsafat
terutama adalah membedah penyakit-penyakit pikiran yang hanya dapat dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan mendasar terhadap setiap pandangan yang mendasari
masyarakat.

Tujuan dari metode maieutika tekhne yaitu untuk menemukan alternative-alternatif baru
bagi hidup manusia sebagai manusia dan sebagai masyarakat. (M. Mukhtasar, 1997, hlm.
24). Kekeliruan tesis Positivisme tidak hanya pada sikapnya yang menolak cita rasa
estetis, dan nilai moral serta ikatan social, karena menggangapnya sebagai realitas
subjectif, melainkan juga pada pandanganya bahwa sesuatu masyarakat tidak dapat
dibangun atas dasar yang berakar pada prinsip moral abstrak, tetapi berakar pada tradisi
masyarakat.

Secara structural, segi ilmu pengetahuan tidak terungkap melibatkan dua hal atau dapat
disebut dua term ilmu pengetahuan tidak terungkap. Polanyi menyebut term pertama
dengan term proksimal, yaitu term yang lebih dekat, dan term kedua adalah term distai,
yaitu term yang lebih jauh. Hubungan kedua term tersebut disebut sebagai hubungan
fungsional yaitu, kita mengetahui term pertama hanya dengan mengandalkan diri pada
kesadaran kita tentangnya agar memberikan perhatian pada term kedua.

Jadi Polanyi telah merintis suatu model perkembangan baru ilmu-ilmu dengan
memadukan secara jernih antara nilai dan fakta, sehingga ilmu-ilmu dikembangkan dapat
sejalan dengan perkembangan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai