Anda di halaman 1dari 34

PAJAK PENGHASILAN

BADAN
PENGERTIAN PAJAK PENGHASILAN BADAN

Pajak negara yang dikenakan pada setiap tambahan kemampuan


ekonomis yang diterima oleh Wajib Pajak dari suatu badan usaha,
baik berasal dari dalam maupun luar negeri. Hal ini dapat menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan.
PENGHASILAN BADAN

Menurut Undang - Undang Perpajakan


Penghasilan Badan adalah setiap tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal
dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang
dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk
Penghasilan Objek Pajak (TI) untuk
apapun.
Wajib Pajak Badan
PENGHASILAN YANG TIDAK
TERMASUK OBJEK PAJAK

Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti
1. saham atau sebagai pengganti penyertaan modal

Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai WP
2. dalam Negeri, koperasi, BUMN, atau BUMD dari pernyataan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia

Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendirinya telah
3. disahkan oleh menteri keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai
PENGHASILAN YANG TIDAK
TERMASUK OBJEK PAJAK

Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-
4. bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan

Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
5. yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma dan kongsi

Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal venture berupa


6. bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha
atau kegiatan di Indonesia dengan memenuhi syarat
BIAYA / PENGURANGAN PENGHASILAN BADAN

Biaya yang tidak dapat


Biaya yang dapat
3. dikurangkan dari
dikurangkan (DE) 1.
penghasilan badan

Biaya yang dapat 4. Biaya yang tidak dapat


2.
dikurangkan dari dikurangkan dari
penghasilan bentuk penghasilan BUT
usaha tetap
Biaya Atau Pengurang Penghasilan DE (Deductible
Expense) Dan Penghasilan Lainya

Biaya Biaya Biaya Biaya


pemakaian kendaraan – kendaraan - perolehan
telepon seluler bus sedan software
Biaya Atau Pengurang Penghasilan DE (Deductible
Expense) Dan Penghasilan Lainya

PBB & BPHTB Biaya promosi Biaya bunga Beasiswa yang


pinjaman bukan OP PPh
(NTI)
Penyusutan Dan Amortisasi

penyusutan adalah alokasi biaya perolehan suatu


aktiva tetap (kecuali tanah) selama masa manfaat
tertentu sesuai dengan kelompok harta. Penyusutan
fiskal diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang (UU) Pajak
Penghasilan (PPh). Sedangkan amortisasi adalah alokasi
perolehan harta tidak berwujud selama masa manfaat
tertentu. Ketentuan mengenai amortisasi diatur dalam
Pasal 11A UU PPh.
Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya
pengeluaran, kecuali untuk harta yang masih dalam
proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan
selesainya pengerjaan harta tersebut. Sementara
amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya
pengeluaran. Baik penyusutan maupun amortisasi,
berakhir pada saat masa manfaatnya habis.
Berikut masa manfaat dan metode penyusutan harta berwujud
Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat Tarif Penyusutan
Garis Lurus Saldo Menurun
I. Bukan bangunan      
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan      
Permanen 20 tahun 5%  
Tidak permanen 10 tahun 10%  
Berikut masa manfaat dan tarif amortisasi harta berwujud

Kelompok Harta Masa Manfaat Tarif Amortisasi Berdasarkan Metode


Tak Berwujud Garis Lurus Saldo Menurun

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%


Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
Contoh Soal

Metode Saldo Menurun :

Sebuah mesin yang dibeli dan ditempatkan pada bulan


Januari 2008 harga perolehan sebesar 150 juta masa manfaat
dari mesin tersebut adalah 4 tahun kalau tarif penyusutan
misalnya ditetapkan 50% bagaimana perhitungan
penyusutannya?
Perhitungan Penyusutan dengan Metode Saldo Menurun

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku


Harga Perolehan     150.000.000,00
2000 50% 75.000.000,00 75.000.000,00
2001 50% 37.500.000,00 37.500.000,00
2002 50% 18.750.000,00 18.750.000,00
2003 Disusutkan sekaligus 18.750.000,00 0
Ketentuan Amortisasi

Amortisasi atas pengeluaran untuk


memperoleh hak dan pengeluaran Pengeluaran yang dilakukan
sebelum operasi komersial yang
lain yang mempunyai masa
01 03 mempunyai masa manfaat lebih
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun di dari 1 (satu) tahun, dikapitalisasi
bidang penambangan minyak dan dan kemudian diamortisasi
sesuai dengan ketentuan.
gas bumi dilakukan dengan
menggunakan metode satuan 02
produksi. Title

Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain penambangan minyak dan gas bumi
diantaranya hak pengusahaan hutan, dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil lam lainnya yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi paling tinggi
20% (dua puluh persen) setahun.
Contoh Soal Amortisasi

Pengeluaran untuk memperoleh hak pengusahaan hutan, yang mempunyai potensi


10.000.000 (sepuluh juta) ton kayu, sebesar Rp500.000.000,00 diamortisasi sesuai dengan
persentase satuan produksi yang direalisasikan dalam tahun yang bersangkutan. Jika
dalam satu tahun pajak ternyata jumlah produksi mencapai 3.000.000 (tiga juta) ton
berarti 30% (tiga puluh persen) dari potensi yang tersedia, maka walaupun jumlah
produksi pada tahun tersebut mencapai 30% (tiga puluh persen) dari jumlah potensi yang
tersedia.

 Besarnya amortisasi yang diperkenankan untuk dikurangkan dari penghasilan bruto


pada tahun tersebut adalah 20% (dua puluh persen) dari pengeluaran atau
Rp100.000.000,00.
Penyesuaian Fiskal

Penyesuian fiskal dimaksudkan untuk Adapun perbedaan prinsip dapat terjadi


menyesuaiakan penghasilan neto antara lain:.
komersial menjadi tahap neto fiskal. 1. Penghasilan menurut akuntansi
Penghasilan neto fiskal ini merupakan namun menurut pajak bukan
dasar penghitungan PPh terutang. penghasilan.
2. Penghasilan menurut akuntansi
Penyesuaian (rekonsiliasi) fiskal namun
Adapun menurut
perbedaan pajak
prinsip dapat terjadi yang
antara
dilakukan karena adanya perbedaan dikenakan PPh final.
lain:
prinsip dan perbedaan metode antara 3. Menurut akuntansi adalah biaya atau
akuntansi dan pajak (fiskal). Perbedaan beban, namun menurut pajak bukan
metode antara akuntansi dan fiskal biaya atau beban
dapat terjadi pada metode penyusutan,
metode persediaan, dan metode
pencatatan penyisihan akun tidak
tertagih.
Penyesuaian Fiskal

Fiskal Positif Fiskal Negatif

 Penggantian atau imbalan sehubungan


dengan pekerjaan atau jasa yang
 Penghasilan yang dikenakan Pajak
diberikan dalam bentuk natura dan
Penghasilan Final (FTI).
kenikmatan;
 Penghasilan tidak termasuk Objek Pajak
 Jumlah yang melebihi kewajaran yang Adapun perbedaan prinsip dapat terjadi antara
(NTI).
lain:
dibayarkan pada pemegang saham atau  Selisih penyusutan/amortisasi komersial
kepada pihak yang mempunyai hubungan
dibawah penyusutan/amortisasi fiskal
istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan yang dilakukan;
 Harta yang dihibahkan, bantuan atau
sumbangan;
Kompensasi Kerugian

PT A dalam tahun 2015 menderita kerugian fiskal sebesar


Rp1.200.000.000,00. Dalam 5 (lima) tahun berikutnya laba rugi fiskal PT A
sebagai berikut:

2016 : laba fiskal Rp200.000.000,00

2017 : rugi fiskal (Rp300.000.000,00)

2018 : laba fiskal Rp N I H I L

2019 : laba fiska Rp100.000.000,00

2020 : laba fiska Rp800.000.000,00

Diminta: Buat perhitungan kompensasi rugi fiskal!


Penyelesaian :
Kompensasi kerugian dilakukan sebagai berikut:

Rugi fiskal tahun 2015 (Rp 1.200.000.000,00)

Laba fiskal tahun 2016 Rp 200.000.000,00 (+)

Sisa rugi fiskal tahun 2015 (Rp 1.000.000.000,00)

Rugi fiskal tahun 2017 (Rp 300.000.000,00) (+)

Sisa rugi fiskal tahun 2015 (Rp 1.000.000.000,00)

Laba fiskal tahun 2018 Rp NIHIL (+)

Sisa rugi fiskal tahun 2015 (Rp 1.000.000.000,00)

Laba fiskal tahun 2019 Rp 100.000.000,00 (+)

Sisa rugi fiskal tahun 2015 (Rp 900.000.000,00)

Laba fiskal tahun 2020 Rp 800.000.000,00 (+)

Sisa rugi fiskal tahun 2015 (Rp 100.000.000,00)


Tarif Pajak
Add title Penghasilan Badan

Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah 28% (dua puluh
delapan persen).

Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib Pajak badan


dalam negeri dan bentuk usaha tetap.

Jumlah Penghasilan Kena Pajak Rp1.250.000.000,00

Pajak Penghasilan yang terutang:

28% x Rp1.250.000.000,00

= Rp350.000.000,00

DEWI 526
Ketentuan Tarif Pajak
Add title Penghasilan Badan

1. Tarif Badan menjadi 25% (dua puluh lima persen) yang mulai berlaku sejak tahun pajak
2010. Wajib Pajak Badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling
sedikit 40% (empat puluh peren) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya
dapat memperoleh sebesar 5% (lima persen) lebih rendah daripada tarif umum yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah

2. Tarif PPh Badan Pasal 31E berlaku pada WP Badan Dalam Negeri dengan peredaran bruto
sampai dengan Rp50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah) mendapatkan fasilitas berupa
pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif Pasal 17 ayat (1) yang
dikenakan Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran sampai dengan Rp4.800.000.000
(empat miliar delapan ratus juta rupiah)
Ketentuan Tarif Pajak
Add title Penghasilan Badan

3. Pedoman dalam penghitungan PPh Badan


 Bila 4,8 Miliar < omzet atau peredaran
adalah:
bruto < 50 Miliar
 Bila omzet atau peredarab bruto < 4,8 Miliar
Wajib pajak menghitung PPh Badan
Wajib pajak menghitung PPh Badan berdasarkan
berdasarkan tarif Pasal 31E sebagaimana
tarif Pasal 31E dikalikan dengan Penghasilan Kena
dalam poin 2 yang telah dijelaskan
Pajak (PhKP). Seluruh Penghasilan Kena Pajak
sebelumnya.
mendapatkan fasilitas pengurangan 50%.
Contoh:
Contoh:
Omzet (peredaran usaha) = Rp9.600.000.000
PT ABC mempunyai omzet sebesar Penghasilan Kena Pajak = Rp 200.000.000
Ro4.800.000.000 dan Penghasilan Kena Pajak Penghasilan Kena Pajak (mendapat fasilitas)
(4.800.000.000/9.600.000.000 x Rp200.000.000
sebesar Rp100.000.000 maka perhitungan PPh
= Rp100.000.000
Badan adalah:
PPh Badan Terutang = 25% x Rp100.000.000 Penghasilan Kena Pajak (tidak mendapat fasilitas)
Rp200.000.000 – Rp100.000.000 = Rp100.000.000
= Rp12.500.000
Ketentuan Tarif Pajak
Penghasilan Badan

Setelah menghitung PhKP yang mendapat  Bila omzet atau peredaran bruto > 50 Miliar

fasilitas dan yang tidak mendapat fasilitas, maka Wajib pajak menghitung PPh Badan
PPh Badan dapat dihitung sebagai berikut: berdasarkan tarif Pasal 17 dikalikan dengan
PPh Badan untuk PhKP yang mendapat fasilitas Penghasilan Kena Pajak (PhKP).
25% x 50% x Rp100.000.000 = Rp12.500.000 Contoh:
Omzet PT ABC = Rp100.000.000.000

PPh Badan untuk PhKP yang tidak mendapat Penghasilan Kena Pajak (PhKP) Rp500.000.000

fasilitas PPh Badan Terutang = 25% x Rp500.000.000

25% x Rp100.000.000 = Rp25.000.000 = Rp.125.000.000


 Untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah
Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah
Total PPh Badan yang terutang dalam ribuan rupiah penuh.
Rp12.500.000 + Rp25.000.000 = Rp.37.500.000
Kredit pajak
Add title

1. PPh pasal 22
f. Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha
Kredil Pajak PPh Pasal 22 adalah jumlah PPh yang telah industri;
dipungut dalam tahun pajak yang bersangkutan oleh: g. Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen
a. Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Pemegang Merek (APM), dan importir umum
Cukai atas: kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan
b. Bendahara pengeluaran pengeluaran berkenaan bermotor di dalam negeri;
dengan pembayaran atas pembelian barang yang h. Produsen atatı importir bahan bakar minyak,
dilakukan dengan mekanisme uang persediaan bahan bakar gası dan pelumas, atas penjualan
(UP); bahan bakar minyak/ bahan bakar gas, dan

c. Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna pelumas;

Anggaran (KPA) i. Industri atatı eksportir yang bergerak dalam

d. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) sektor kehutanan, perkebunan, pertanian,


peternakan, dan perikanan.
e. Badan usaha tertentu
j. Badan usaha yang memproduksi emas batangan,

atas penjualan emas batangan di dalam negeri.


Kredit pajak

2, PPh Pasal (tentang jenis jasa lain yang dikenakan


3. PPh Pasal 24

PPh Pasal 23). Pemotong Plili Pasal 23 meliputi. permohonan kredit pajak luar negeri kepada Direktur

a. Badan Pemerintah, Wajib Pajak Badan Jenderal Pajak dengan dilampiri:

dalam negeri, penyelenggara kegiatan, 1. Laporan Keuangan dari penghasilan yang


Benttik Usaha Tetap (BUT), dan perwakilan berasal dari luar negeri;
perusahaan luar ncgcri di Indonesia. 2. Fotokopi Surat Pemberitahuan pajak yang

b. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri disampaikan di luar negeri; dan

yang dilunjuk sebagai pernotong pajak 3. Fotokopi Dokumen pembayaran pajak di

Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam luar ncgeri.

Pasal 23 Undang-undang Nomor 7 Tahtın 4. PPh Pasal 25


1983 sebagaimana telah diubah terakhir PPh pasal 25 dihitung dari pajak penghasilan terhutang
dengan Undangundang Nomor 10 Tahun Pemberilahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak
1994 yang selanjutnya discbut sebagai Yang laltl dikurangi dengan:
Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 a. Pajak Penghasilan yang dipotong
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan Pajak
Penghasilan yang dipungut.
DEVITA 728

PPh kurang atau lebih bayar

Setelah memperhitungkan kredit pajak terhadap pajak penghasilan terutang, akan dihasilkan PPh
Kurang atau Lebih Bayar.
1. PPh Kurang Bayar
Apabila jumlah pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih besar daripada jumlah
kredit pajaknya, kekurangan pajak yang terutang tersebut harus dilunasi selambat-lambatnya
tanggal 25 bulan kctiga setelah tahun pajak berakhir sebelum SPT Tahunan PPh disampaikan (Surat
Setoran Pajaknya dilampirkan dalam SPT tersebut)
2. PPh Lebih Bayar
Apabila jumlah pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak ternyata lebih kecil daripada jumlah
krodit pajaknya, setclah dilakukan pemeriksaan, kelebihan pembayaran tersebut dikembalikan
setelah diperhitungkan dengan utang pajak berikut sanksi-sanksinya (Pasal 28A ULJ No.36 Tahun
2008)
Hubungan istimewa

Hubungan istimewa di antara Wajib Pajak badan dapat terjadi karena ketergantungan atau
keterikatan satu dengan yang Iain yang disebabkan karena:
a. Kepemilikan dan penyertaan modal
b. adanya penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi,
hubungan istimewah apabila :
1. Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atatt tidak langsung paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) pada Wajib Pajak Iain, atau hubungan antara Wajib Pajak dengan penyertaan
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada dua Wajib Pajak atatl lebih, demikian pula hubungan
antara dua Wajib Pajak atau lebih yang disebut terakhir.
2. Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak Iainnya atau dua atau lebih Wajib Pajak berada di bawah
penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak langsung; atau Hubungan istimewa antara Wajib
Pajak dapat juga terjadi karena penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi, walaupun
tidak terdapat hubungan kepemilikan, Hubungan istimewa dianggap ada apabila satu atau lebih
perusahaan berada di bawah penguasaan yang sama. Demikian juga hubungan antara bebcrapa
perusahaan yang berada dalam penguasaan yang sama tersebut.
Contoh Soal
Add title
Berikut adalah laporan laba rugi komersial PT Ahsan Tahun 2016

No. Deskripsi Nilai (Rp) 8 Reparasi 10.000.000


A Penjualan   9 Jasa Profesional 100.000.000
1 Penjualan 80.000.000.000 10 Pengangkutan 200.000.000
2 Potongan Penjualan ( 2.000.000.000) 11 Penyusutan 200.000.000
3 Retur Penjualan ( 1.000.000.000) 12 Pemasaran / Promosi 452.000.000
    77.000.000.000     3.087.000.000
B HPP   E Laba Usaha 29.193.000.000
4 Pembelian 15.000.000.000 F Pendapatan diluar usaha
5 Persediaan Barang Jadi - Awal 40.000.000.000 1 Dividen PT. Alam (20%) 85.000.000
6 Persediaan Barang Jadi - Akhir ( 8.000.000.000) 2 Dividen PT. Waseda (25%) 150.000.000
    47.000.000.000 3 Royalti 51.000.000
C Laba Bruto 30.000.000.000 4 Sewa mesin / peralatan 58.800.000
D Beban Usaha       344.800.000
1 Gaji, THR & Bonus 1.500.000.000 G Laba Bersih 26.537.800.000
2 Premi Asuransi 500.000.000
3 Perjalanan Dinas 200.000.000
4 Alat Kantor 70.000.000
5 Listrik 150.000.000
6 Telepon/Telex 225.000.000
7 Bunga Pinjaman Bank Sutra 200.000.000
Keterangan yang berkaitan dengan penyesuaian fiskal :

1. Didalam rekening Gaji, THR dan Bonus a. Bangunan permanen yang dibeli pada tanggal 5 januari
terdapat biaya natura dan kenikmatan 2013 dengan harga perolehan Rp4.000.000.000. Masa

sebesar Rp100.000.000. manfaat akuntansi dan fiscal ditetapkan sama yaitu 20

2. Dalam rekening Perjalanan Dinas terdapat tahun dan digunakan metode garis lurus.

biaya yang tidak terdapat bukti dan daftar b. Kendaraan sedan yang dibeli pada tanggal 22 Desember

nominatif senilai Rp10.000.000. 2016 dengan harga perolehan Rp300.000.000. Masa

3. Dalam pembebanan biaya bunga pinjaman manfaat akuntansi dan fiscal ditetapkan sama yaitu 8

tidak terdapat rata-rata Deposito. tahun dan metode garis lurus. Kendaraan dinas ini
4. Rekening biaya reparasi berkaitan dengan diperuntukkan oleh Direktur Keuangan karena

reparasi kendaraan sedan yang digunakan jabatannya.


oleh Direktur secara penuh. 6. Rekening penghasilan dividen, royalty dan sewa/peralatan

5. Nilai beban penyusunan PT Ahsan pada dicatat secara neto (bersih) secara akuntansi setelah

tahun 2016 meliputi: diperhitungkan dengan pemotongan pajak terkait.


Penyelesaian :
No. Deskripsi Komersial Rp Koreksi Fiskal Fiskal Keterangan
   
Add title   Positif Negatif    
A Penjualan          
1 Penjualan 80.000.000.000     80.000.000.000  
2 Potongan Penjualan ( 2.000.000.000)     ( 2.000.000.000)  
3 Retur Penjualan ( 1.000.000.000)     ( 1.000.000.000)  
    77.000.000.000     77.000.000.000  
B HPP          
4 Pembelian 15.000.000.000     15.000.000.000  
5 Persediaan Barang Jadi -
Awal
40.000.000.000     40.000.000.000   Rekonsiliasi
6 Persediaan Barang Jadi - ( 8.000.000.000)     ( 8.000.000.000)   Laba Rugi
Akhir
Fiskal
    47.000.000.000     32.000.000.000  
C Laba Bruto 30.000.000.000     45.000.000.000  
D Beban Usaha          
1 Gaji, THR & Bonus 1.500.000.000 100.000.000   1.400.000.000 Natura/ kenikmatan
2 Premi Asuransi 500.000.000     500.000.000  
3 Perjalanan Dinas 200.000.000 10.000.000   190.000.000 Tidak dapat terbukti
4 Alat Kantor 70.000.000     70.000.000  
5 Listrik 150.000.000     150.000.000  
6 Telepon/Telex 225.000.000     225.000.000  
7 Bunga Pinjaman Bank 200.000.000     200.000.000  
Sutra
Penyelesaian :
Add
Lanjutan title
No. Deskripsi Komersial Rp Koreksi Fiskal Fiskal Keterangan
      Positif Negatif    
8 Reparasi 10.000.000 5.000.000 5.000.000 Mobil sedan karena jabatan
9 Jasa Profesional 100.000.000     100.000.000  
10 Pengangkutan 200.000.000     200.000.000  
11 Penyusutan 200.000.000 1. 562.500 201.562.500 Bangunan permanen +
kendaraan

12 Pemasaran / Promosi 452.000.000     452.000.000  


    3.087.000.000     3.093.562.500  
E Laba Usaha 29.193.000.000     41.306.437.500  
F Pendapatan diluar        
usaha
1 Dividen PT. Alam (20%) 85.000.000 15.000.000   100.000.000 Dividen jumlah bruto
2 Dividen PT. Waseda 150.000.000   150.000.000 - Dividen sebagai NTI
(25%)
 
3 Royalti 51.000.000 9.000.000   60.000.000 Royalti jumlah bruto
4 Sewa mesin / peralatan 58.800.000 1.200.000   60.000.000 Sewa jumlah bruto
    344.800.000     220.000.000  
G Laba Bersih 26.537.800.000 141.762.500 150.000.000 41.526.437.500  
Berdasarkan Kertas Kerja Rekonsiliasi Fiskal, penyesuaian dilakukan pada beberapa pos :

1. Pada rekening Gaji, THR dan Bonus dilkaukan koreksi positif Beban penyusutan (komersial dan fiscal) =
sebesar Rp100.000.000 atas pengeluaran dalam bentuk natura /
1/20 x Rp4.000.00.000 = Rp200.000.000
kenikmatan sebagaimana diatur dalam PMK Noomor
83/PMK.03/2009. b. Beban penyusutan kendaraan
2. Pada rekening Biaya Perjalanan Dinas dilakukan koreksi positif Harga perolehan Rp300.000.000
sebesrt Rp.10.000.000 atas pengeluaran yang tidak terdapat bukti Kelompok II
atau dokumen pendukungnya. Masa Manfaat 8 tahun
3. Pada rekening Biaya Reparasi tersebut berkaita dengan kendaraan Penyusutan secara fiskal dihitung selama 1 (satu) bulan pada tahun 2016 karena aset
sedan yang dimiliki dan dipergunakan untuk pegawai tertentu tersebut diperoleh tanggal 22 Desember 2016. Oleh karena kendaraan sedan tersebut
secara full time. diperuntukkan untuk pegawai tertentu maka beban penyusutan yang boleh
4. Beban penyusutan fiskal dihitung sebagai berikut: dibayarkan sebesar 50%. Hal ini sesuai dengan KEP-220/PJ./2002 dan
a. Beban penyusutan bangunan SE-09/PJ.42/2002. Adapun beban penyusutan secara komersial adalah nol tanggal
Harga Perolehan Rp30.000.000 perolehan Kendaraan Sedan lebih dari tanggal 15 yaitu tanggal 22 Desember
Bangunan Permanen sehingga tahun 2016 tidak menerima alokasi beban penyusutan Kendaraan.
Masa Manfaat 20 tahun Kendaraan baru disusutkan secara komersial (akuntansi) pada tahun 2017.
Beban penyusutan kendaraan (fiscal) :
Beban penyusutan secara komersial dan fiscal nilainya sama
1/8 x 1/12 x 50% x Rp300.000.000 = Rp1.562.500
karena masa manfaat sama dan digunakan metode
Beban penyusutan kendaraan (komersial) =0
penyusutan yang sama yaitu metode garis lurus.
Berdasarkan Kertas Kerja Rekonsiliasi Fiskal, penyesuaian dilakukan pada beberapa pos :

Secara ringkas beban penyusutan secara komersial dan fiscal pada


tahun 2016 adalah: 7. Pada rekening penghasilan royalty dilakukan koreksi fiscal positif sebesar
Rp9.000.000 karena penyajian nilai secara akuntansi menggunakan dasar
neto sedangkan secara fiscal menggunakan dasar bruto. Penghasilan
royalty secara fiscal sebesar Rp60.000.000 dihitung dari 100/85 x
Rp51.000.000/
8. Penghasilan sewa mesin/peralatan dilakukan koreksi fiscal positif sebesar
Rp1.200.000. Sebagaimana penghasilan deviden dan royalty, penghasilan
5. Penghasilan Dividen PT Alam (20%) disajikan dalam jumlah bruto secara
sewa juga disajikan dalam jumlah neto secara fiscal. Perhitungan
fiscal sedangkan secara akuntansi disajikan dalam jumlah neto.
penghasilan secara fiscal adalah 100/98 x Rp58.800.000 didapat angka
Perhitungan jumlah bruto dividen sebesar Rp100.000.000 dihitung dari
Rp60.000.000. nilai Rp.1.200.000 merupakan pemotongan PPh Pasal 23
100/85 x Rp85.000.000. Hal ini mengakibatkan dilakukannya koreksi
atas penghasilan sewa.
fiskal positif sebesar Rp15.000.000. koreksi fiskal sebesar Rp15.000.000
merupakan PPh Pasal 23 atas dividen yang dihitung dari 15% x Setelah diketahui nilai Laba Bersih secara fiskal sebesar Rp41.524.875.000

Rp100.000.000. maka perhitungan PPh Badan mengacu pada tarif Pasal 17 UU PPPh karena PT

6. Penghasilan dividen yang diterima PT Waseda (25%) bukan merupakan Ahsan memiliki omzet (peredaran usaha) diatas 50 Miliar. PPh terutangnya

objek pajak (NTI) sehingga seluruhnya dilakukan koreksi fiskal negatif sebesar Rp10.381.218.750 dihitung dari 25% x Rp41.524.875.000.

sebesar Rp150.000.000.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai