PENYUSUTAN
Dosen Pengampu : Adnan, S.E., M.Si
Disusun Oleh:
Kelompok 3:
M. Daffa Aqmal (1901103010059)
Yukha Ramzian (1901103010052)
Syarifah Nailul Azkia (1901103010093)
Annisa Apriana (1901103010030)
Segala puji kita panjatkan kepada Yang Maha Kuasa Allah SWT. Yang telah
Makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah Perencanaan Pajak. Tidak
lupa pula saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini yaitu
Bapak Adnan, S.E., M.Si. yang telah memberikan kami bimbingan dan dukungan
kepada pembaca. Dalam pembuatan laporan makalah ini kami menyadari akan
banyaknya kekurangan, maka dari itu kami berharap akan kritik dan saran yang
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Penyusutan?
2. Apa saja karakteristik dari aset yang dapat disusutkan?
3. Bagaimana Penyusutan bersarkan peraturan perpajakan?
4. Bagaimana Penyusutan berdasarkan standar akuntansi keuangan?
5. Bagaimana perencanaan pajak untuk penyusutan?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari penyusutan
2. Mengetahui apa saja karakteristik dari aset yang disusutkan
3. Mengetahui penyusutan berdasarkan peraturan perpajakan
4. Mengetahui penyusutan berdasarkan standar akuntansi keuangan
5. Mengetahui perencanaan pajak untuk penyusutan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Pengelompokkan Harta Berwujud
Dalam sistem penyusutan menurut UU PPh, semua aset tetap berwujud yang
memenuhi syarat penyusutan fiskal harus dikelompokkan terlebih dahulu
menjadi dua golongan sebagai berikut:
Harta Berwujud Kelompok Bukan Bangunan
Kelompok Bukan Bangunan Masa Manfaat
Kelompok 1 4 tahun
Kelompok 2 8 tahun
Kelompok 3 16 tahun
Kelompok 4 20 tahun
4
Kelompok 2 12,50% 25,00%
Kelompok 3 6,25% 12,50%
Kelompok 4 5,00% 10,00%
Contoh :
PT Abdi membeli aset tetap berupa mesin dengan harga perolehan Rp 1.000.000.000
mesin tersebut termasuk dalam aset tetap kelompok 1. Besarnya Beban Penyusutan
untuk jenis aset mesin dengan harga perolehan Rp 1.000.000.000 dan umur empat
tahun dapat dilihat pada tabel berikut.
Besarnya Beban Penyusutan per tahun dihitung dengan menggunakan metode garis
lurus dan saldo menurun.
Metode Penyusutan
Tahun Garis Lurus ( Rp) Saldo Menurun
(Rp)
5
1 250.000.000 500.000.000
2 250.000.000 250.000.000
3 250.000.000 125.000.000
4 250.000.000 125.000.000
Ak.Penyusutan 1.000.000.000 1.000.000.000
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa beban penyusutan per tahun berbeda-beda,tetapi
pada akhir masa manfaat (tahun ke-4 ) jumlah akumulasi penyusutan adalah
sama.Dengan demikian,dalam perpajakan perbedaan besarnya beban penyusutan ini
dikenal dengan istilah beda waktu/beda sementara (timing difference /temporary
difference),walaupun berdasarkan nilai nominal pada akhir masa manfaat besarnya
akumulasi beban penyusutan sama,tetapi jika ditinjau dari nilai tunai (present value)
jumlahnya akan menjadi berbeda.dalam contoh ini untuk mengetahui nilai tunai (
present value),tingkat diskon yang digunakan adalah 20% persen.
Besar Beban Penyusutan dan Nilai Tunainya dengan tingkat diskon 20%
Metode Penyusutan
Tahun
Garis Lurus Saldo Menurun Tingkat
Diskon
Nominal PV PV Nominal PV PV
20%
1 250.000.000 208.333.333,30 500.000.000 416.666.666,70 0,833333
2 250.000.000 13.611.111,10 250.000.000 173.611.111,10 0,694444
3 250.000.000 144.675.925,90 120.500.000 72.337963,00 0,578703
4 250.000.000 120.563.271,60 120.500.000 60.281635,80 0,482253
1.000.000.000 647.183.641,90 1.000.000.000 722.897.376,60
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa mesin yang pada saat perolehannya sebesar
Rp 1.000.000.000,pada akhir masa manfaat ( tahun ke-4) dengan discount factor 20
persen jumlah nilai tunai ( Present Value ) dari akumulasi beban penyusutan mesin
6
dengan menggunakan metode garis lurus sebesar Rp 647.183.641,90 dan
menggunakan metode saldo menurun sebesar Rp 722.897.376,60.
Perbandingan Besar Penghematan Pajak antara Metode Garis Lurus dan Metode
Saldo Menurun dengan tingkat diskonto 20 persen
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang
masa manfaat yang diestimasi (PSAK 17). Aset yang boleh disusutkan adalah aset
yang dipakai dalam usaha atau menjalankan usaha. Aset yang disusutkan harus
memiliki nilai yang dapat menurun secara bertahap. Undang-undang Pajak
Penghasilan secara khusus dan eksplisit menetapkan saat dimulainya penyusutan
fiskal adalah pada bulan perolehan. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan
kepada Dirjen Pajak apabila tidak mengikuti prinsip umum penyusutan.
Pemilihan metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset adalah hal-hal
yang memerlukan pertimbangan. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa masalah
utama dalam penyusutan adalah penentuan jumlah yang dapat disusutkan, metode
penyusutan, dan penentuan masa manfaat penyusutan. Pemilihan kebijakan yang
berbeda akan menimbulkan perbedaan dalam menentukan jumlah penyusutan.
Dalam perencanaan pajak, penentuan metode penyusutan secara tepat penting
untuk dilakukan,terutama untuk perusahaan-perusahaan yang padat modal.
Berdasarkan Pasal 11 Undang-undang Pajak Penghasilan metode penyusutan yang
dapat digunakan untuk melakukan penyusutan terhadap aset tetap bukan bangunan
adalah metode garis lurus atau saldo menurun.
8
DAFTAR PUSTAKA
Erly Suandy. 2017. Perencanaan Pajak. Edisi ke-6, Jakarta Selatan : Salemba Empat