Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENYUSUTAN
Dosen Pengampu : Adnan, S.E., M.Si

Disusun Oleh:
Kelompok 3:
M. Daffa Aqmal (1901103010059)
Yukha Ramzian (1901103010052)
Syarifah Nailul Azkia (1901103010093)
Annisa Apriana (1901103010030)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM - BANDA ACEH
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kepada Yang Maha Kuasa Allah SWT. Yang telah

memberikan kekuatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dimana

Makalah ini merupakan salah satu dari tugas mata kuliah Perencanaan Pajak. Tidak

lupa pula saya ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini yaitu

Bapak Adnan, S.E., M.Si. yang telah memberikan kami bimbingan dan dukungan

berupa ilmu sehingga dapat menyelesaikan Makalah ini.

Kami berharap dengan makalah penyusutan ini dapat memberikan manfaat

kepada pembaca. Dalam pembuatan laporan makalah ini kami menyadari akan

banyaknya kekurangan, maka dari itu kami berharap akan kritik dan saran yang

membangun untuk membantu kami dalam melakukan tugas berikutnya.

Banda Aceh, 03 November 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................................ 2
BAB II ...................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 3
2.1 Penyusutan Berdasarkan Peraturan Perpajakan ................................................ 3
2.2 Perencanaan Pajak Untuk penyusutan ................................................................. 5
BAB III..................................................................................................................................... 8
PENUTUP................................................................................................................................ 8
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aset Tetap atau Aktiva Tetap dalam akuntansi adalah aset berwujud yang
dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, yang diharapkan untuk
dapat digunakan selama lebih dari satu periode. Jenis aset tidak lancar ini biasanya
dibeli untuk digunakan dalam operasi dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali.
Contoh aset tetap antara lain adalah properti, bangunan, pabrik, alat-alat produksi,
mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan kantor, komputer, dan lain-lain.

Beban-beban selama masa penggunaan aktiva tetap seperti reparasi dan


pemeliharaan, depresiasi aktiva tetap, dll. Semua bentuk aset tetap dikenai
penyusutan atau depresiasi kecuali tanah atau lahan, aset tetap merupakan subyek dari
depresiasi atau penyusutan artinya nilai aktiva tetap selain tanah, misalnya mobil,
berkurang seiring dengan realisasi masa umur pemanfaatannya, sampai ketika masa
guna itu habis, nilai aktiva mobil yang bersangkutan adalah nol. Secara umum
perusahaan dalam menentukan depresiasi biasanya menggunakan metode garis lurus
dan metode saldo menurun yang dapat digunakan untuk menghitung nilai penyusutan
dari suatu aktiva tetap.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), perhitungan penyusutan aktiva tetap


dapat menggunakan lima macam metode penyusutan yaitu : metode garis lurus,
metode saldo menurun ganda, metode jumlah angka tahun, metode jam jasa, dan
metode hasil produksi. Sedangkan menurut peraturan perpajakan yang berlaku hanya
dapat 3 digunakan dua macam metode penyusutan aktiva tetap yaitu : metode garis
lurus dan metode saldo menurun ganda.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Penyusutan?
2. Apa saja karakteristik dari aset yang dapat disusutkan?
3. Bagaimana Penyusutan bersarkan peraturan perpajakan?
4. Bagaimana Penyusutan berdasarkan standar akuntansi keuangan?
5. Bagaimana perencanaan pajak untuk penyusutan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari penyusutan
2. Mengetahui apa saja karakteristik dari aset yang disusutkan
3. Mengetahui penyusutan berdasarkan peraturan perpajakan
4. Mengetahui penyusutan berdasarkan standar akuntansi keuangan
5. Mengetahui perencanaan pajak untuk penyusutan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyusutan Berdasarkan Peraturan Perpajakan


Pasal 9 ayat 2 UU PPh menyatakan bahwa pengeluaran untuk mendapatkan
manfaat, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun tidak boleh dibebankan sekaligus, tetapi dibebankan melalui
penyusutan. Hal ini sesuai dengan matching cost againsts revenue. Sejak tahun 1995
ketentuan fiskal mengharuskan penyusutan harta tetap dilakukan individual per aset,
tidak lagi berdasarkan golongan seperti yang berlaku sebelumnya kecuali untuk alat-
alat kecil (small tools) yang sama atau sejenis masih boleh menggunakan penyusutan
secara golongan.

1. Saat Mulainya Penyusutan Fiskal


Undang-undang Pajak Penghasilan secara khusus dan eksplisit menetapkan
saat dimulainya penyusutan fiskal adalah pada bulan perolehan. Pengecualian
dari ketentuan ini hanya dapat terjadi karena hal-hal berikut ini:
 Harta/Aset dalam Pengerjaan
Untuk harta/aset tetap dalam proses pengerjaan yang memerlukan waktu
lebih dari satu tahun, penyusutannya dimulai pada tahun selesainya
pekerjaan tersebut.
 Harta/Aset dalam Usaha Sewa Guna Usaha
Penyusutan terhadap harta dalam usaha sewa guna usaha (leasing)
khususnya sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) dimulai pada
bulan harta tersebut disewagunausahakan.
 Persetujuan Dirjen Pajak
Wajib pajak dapat mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak apabila
tidak mengikuti prinsip umum penyusutan. Misalnya, penyusutan baru
dilakukan pada tahun harta/aset tersebut menghasilkan.

3
2. Pengelompokkan Harta Berwujud
Dalam sistem penyusutan menurut UU PPh, semua aset tetap berwujud yang
memenuhi syarat penyusutan fiskal harus dikelompokkan terlebih dahulu
menjadi dua golongan sebagai berikut:
 Harta Berwujud Kelompok Bukan Bangunan
Kelompok Bukan Bangunan Masa Manfaat
Kelompok 1 4 tahun
Kelompok 2 8 tahun
Kelompok 3 16 tahun
Kelompok 4 20 tahun

 Harta Berwujud Kelompok Bangunan


Kelompok bangunan Masa manfaat
Bangunan permanen 20 tahun
Bangunan tidak permanen 10 tahun

3. Metode dan Tarif Penyusutan Fiskal


Sejak tahun 1995 Wajib Pajak diperkenankan untuk memilih metode
penyusutan fiskal untuk aset tetap berwujud bukan bangunan, yaitu metode
saldo menurun ganda atau metode garis lurus. Metode yang dipilih harus
diterapkan terhadap seluruh kelompok harta. Aset tetap bangunan hanya boleh
menggunakan satu metode, yaitu metode garis lurus. Sebagai akibat dari
adanya dua metode penyusutan ini, timbul perbedaan presentase penyusutan
fiskal.
 Tarif Penyusutan untuk Aset Tetap Bukan Bangunan
Kelompok Tarif Penyusutan
Bukan Bangunan Metode Garis Lurus Metode Saldo
Menurun
Kelompok 1 25,00% 50,00%

4
Kelompok 2 12,50% 25,00%
Kelompok 3 6,25% 12,50%
Kelompok 4 5,00% 10,00%

 Tarif Penyusutan untuk Aset Tetap Berupa Bangunan


Kelompok Bangunan Tarif Penyusutan
(Metode Garis Lurus)
Bangunan permanen 5%
Bangunan tidak permanen 10%

2.2 Perencanaan Pajak Untuk penyusutan


Penentuan metode penyusutan secara tepat penting untuk dilakukan dalam
perencanaan pajak,terutama untuk perusahaan-perusahaan yang padat
modal.Berdasarkan Pasal 11 Undang-undang Pajak Penghasilan metode penyusutan
yang dapat digunakan untuk melakukan penyusutan terhadap aset tetap bukan
bangunan adalah metode garis lurus atau saldo menurun.

Contoh :

PT Abdi membeli aset tetap berupa mesin dengan harga perolehan Rp 1.000.000.000
mesin tersebut termasuk dalam aset tetap kelompok 1. Besarnya Beban Penyusutan
untuk jenis aset mesin dengan harga perolehan Rp 1.000.000.000 dan umur empat
tahun dapat dilihat pada tabel berikut.

Besarnya Beban Penyusutan per tahun dihitung dengan menggunakan metode garis
lurus dan saldo menurun.

Metode Penyusutan
Tahun Garis Lurus ( Rp) Saldo Menurun
(Rp)

5
1 250.000.000 500.000.000
2 250.000.000 250.000.000
3 250.000.000 125.000.000
4 250.000.000 125.000.000
Ak.Penyusutan 1.000.000.000 1.000.000.000

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa beban penyusutan per tahun berbeda-beda,tetapi
pada akhir masa manfaat (tahun ke-4 ) jumlah akumulasi penyusutan adalah
sama.Dengan demikian,dalam perpajakan perbedaan besarnya beban penyusutan ini
dikenal dengan istilah beda waktu/beda sementara (timing difference /temporary
difference),walaupun berdasarkan nilai nominal pada akhir masa manfaat besarnya
akumulasi beban penyusutan sama,tetapi jika ditinjau dari nilai tunai (present value)
jumlahnya akan menjadi berbeda.dalam contoh ini untuk mengetahui nilai tunai (
present value),tingkat diskon yang digunakan adalah 20% persen.

Besar Beban Penyusutan dan Nilai Tunainya dengan tingkat diskon 20%

Metode Penyusutan
Tahun
Garis Lurus Saldo Menurun Tingkat
Diskon
Nominal PV PV Nominal PV PV
20%
1 250.000.000 208.333.333,30 500.000.000 416.666.666,70 0,833333
2 250.000.000 13.611.111,10 250.000.000 173.611.111,10 0,694444
3 250.000.000 144.675.925,90 120.500.000 72.337963,00 0,578703
4 250.000.000 120.563.271,60 120.500.000 60.281635,80 0,482253
1.000.000.000 647.183.641,90 1.000.000.000 722.897.376,60

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa mesin yang pada saat perolehannya sebesar
Rp 1.000.000.000,pada akhir masa manfaat ( tahun ke-4) dengan discount factor 20
persen jumlah nilai tunai ( Present Value ) dari akumulasi beban penyusutan mesin

6
dengan menggunakan metode garis lurus sebesar Rp 647.183.641,90 dan
menggunakan metode saldo menurun sebesar Rp 722.897.376,60.

Perbandingan Besar Penghematan Pajak antara Metode Garis Lurus dan Metode
Saldo Menurun dengan tingkat diskonto 20 persen

Garis Lurus ( Rp) Saldo Menurun ( Rp )


Keterangan PV (tingkat PV (tingkat
Nominal PV Nominal PV
diskon 20%) diskon 20%)
Harga 1.000.000.000 1.000.000.000 500.000.000 416.666.666,70
Perolehan
Biaya 1.000.000.000 647.183.641,90 1.000.000.000 722.897.376,60
Penyusutan
PPh 30% 300.000.000 194.155.092,57 300.000.000 216.869.212,98

Penghematan Pajak = Rp 216.869.212,98 -194.155.092,57 = Rp 22.714.120,41

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh besarnya penghematan pajak yang dapat


dilakukan jika perusahaan memilih metode saldo menurun dalam menghitung
besarnya beban penyusutan.Tarif Pajak yang digunakan adalah tarif pajak
tertinggi,yaitu 30%,karena diasumsikan bahwa perusahaan telah mencapai laba diatas
Rp 100.000.000,dengan tingkat diskon 20% besar penghematan pajak adalah Rp
216.869.212,98 - 194.155.092,57 = Rp 22.714.120,41

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang
masa manfaat yang diestimasi (PSAK 17). Aset yang boleh disusutkan adalah aset
yang dipakai dalam usaha atau menjalankan usaha. Aset yang disusutkan harus
memiliki nilai yang dapat menurun secara bertahap. Undang-undang Pajak
Penghasilan secara khusus dan eksplisit menetapkan saat dimulainya penyusutan
fiskal adalah pada bulan perolehan. Wajib pajak dapat mengajukan permohonan
kepada Dirjen Pajak apabila tidak mengikuti prinsip umum penyusutan.
Pemilihan metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset adalah hal-hal
yang memerlukan pertimbangan. Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa masalah
utama dalam penyusutan adalah penentuan jumlah yang dapat disusutkan, metode
penyusutan, dan penentuan masa manfaat penyusutan. Pemilihan kebijakan yang
berbeda akan menimbulkan perbedaan dalam menentukan jumlah penyusutan.
Dalam perencanaan pajak, penentuan metode penyusutan secara tepat penting
untuk dilakukan,terutama untuk perusahaan-perusahaan yang padat modal.
Berdasarkan Pasal 11 Undang-undang Pajak Penghasilan metode penyusutan yang
dapat digunakan untuk melakukan penyusutan terhadap aset tetap bukan bangunan
adalah metode garis lurus atau saldo menurun.

8
DAFTAR PUSTAKA

Erly Suandy. 2017. Perencanaan Pajak. Edisi ke-6, Jakarta Selatan : Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai