Amortisasi
Amortisasi adalah praktik menyebarkan biaya aset tidak berwujud, selama masa manfaat aset
tersebut. Contoh aset aset tidak berwujud:
Amortisasi umumnya dibebankan dengan menggunakan metode Garis Lurus, artinya jumlah
yang sama dibebankan pada setiap periode selama masa manfaat aset tersebut. Selain itu,
aset yang dibebankan dengan metode amortisasi umumnya tidak memiliki nilai jual kembali
atau nilai sisa, berbeda dengan depresiasi.
Depresiasi
Depresiasi diartikan sebagai alokasi biaya penyusutan, terhadap aset-aset perusahaan yang
berwujud selama periode tertentu. Contoh depresiasi atau aset berwujud, di antara lainnya;
(1) gedung; (2) kendaraan dan; (3) lain-lainnya. Aset berwujud yang disusutkan dengan nama
depresiasi.
Depresiasi = (Harga Perolehan - Nilai Sisa) : Usia Ekonomis (atau masa manfaat aset)
Depresiasi =
{ 2 x (100% : Usia Ekonomis) } x Harga Beli atau Nilai Buku (aset)
Usia ekonomis atau seperti masa manfaat dari aset, contoh: kendaraan, disusutkan selama 8
tahun. Lainnya, seperti membeli peralatan: meja, kursi, laptop, disusutkan selama 4 tahun—
didapatkan dari PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) atau SAK (Standar
Akuntansi Keuangan). Jadi, telah terdapat peraturannya. Dari sisi perpajakan terdapat di
dalam peraturan menteri keuangan PMK nomor 96/PMK.01/2009.
Menghitung penyusutan di dalam pajak hanya diperbolehkan menggunakan dua metode; (1)
metode garis lurus (straight line method) dan; (2) Metode Saldo Menurun Ganda (double
declining balance method). Penggunaan dua metode tersebut telah diizinkan di dalam
peraturan perpajakan.
Dua metode, yaitu (metode garis lurus dan saldo menurun ganda) yang paling
menggambarkan kenyataan riil (nyata). Di sisi lain, pajak pun telah mengizinkan, sehingga
perusahaan menggunakan dua metode tersebut. Namun, sebenarnya perusahaan
menggunakan metode yang lebih mendekati untuk menilai aset yang dimiliki. Jadi,
perusahaan sendiri yang akan mencari metode apa yang tepat untuk diterapkan.
Sehingga ada beberapa metode seperti jumlah angka tahun (sum of the year method) karena
terdapat perusahaan yang menggunakan metode tersebut. Namun, secara perpajakan tidak
diizinkan untuk menggunakan metode tersebut. Terkadang perusahaan menerapkan dua
metode (garis lurus dan saldo menurun ganda) agar sesuai dengan ketentuan pajak. Jadi,
tidak perlu menggunakan metode yang lain dan melakukan penyesuaian.
Penyusutan aset dilakukan pada periode-periode tertentu, seperti membeli aset kendaraan
yang memiliki umur ekonomis menurut pajak 8 tahun, artinya kendaraan harus disusutkan
dalam jangka waktu 8 tahun—penyusutan dapat menggunakan metode garis lurus maupun
saldo menurun ganda. Namun, dari sisi pajak untuk kendaraan menggunakan metode garis
lurus.
Amortisasi dan depresiasi berhubungan dengan jurnal penyesuaian, jadi setelah menghitung
depresiasi dan amortisasi, selanjutnya akan menghitung jurnal penyesuaian—cara
menghitung amortisasi dan depresiasi, yaitu sama dengan menggunakan dua metode (garis
lurus dan saldo menurun ganda). Perbedaannya terletak pada aset berwujud dan tidak
berwujud.
Depresiasi Metode
dan Menjadi dan
Amortisasi Tarif Penyusutan
Depresiasi dan amortisasi berubah menjadi metode dan tarif penyusutan sebab memiliki arti
yang sama, di sisi lain kata penyusutan lebih membuat spesifik: depresiasi (aset berwujud)
dan amortisasi (aset tidak berwujud).
I. Bukan Bangunan
II. Bangunan
Permanen 20 Tahun 5%
*Tabel digunakan untuk menghitung penyusutan sesuai dengan peraturan perpajakan.
Untuk bangunan di dalam pajak dibagi dua golongan; (1) bangunan dan; (2) bukan bangunan.
Di dalam bangunan dibagi menjadi dua; (1) tidak permanen dan; (2) permanen. Bukan
bangunan dibagi menjadi 4 kelompok: (1), (2), (3), (4). Contoh, ingin menyusutkan meja, kursi,
laptop dan alat-alat elektronik lainnya, umumnya dimasukkan ke dalam kelompok (1). Jika
kendaraan dimasukkan ke dalam kelompok (2) sesuai umur ekonomisnya—untuk lebih jelas
mengenai pengelompokkan dalam tarif sesuai pajak dapat melihat di PMK nomor
96/PMK.01/2009, lengkap dari detail umur ekonomis, hingga apa saja yang termasuk dalam
kelompok 1-4.
Studi Kasus
Kita membeli meja atau kursi pada tanggal 1 Januari 2021 seharga Rp1.500.000, masuk ke
dalam kelompok 1 dari sisi pajak yang disusutkan selama 4 tahun.
Cara menghitung:
Hasil Rp31.250 tersebut yang akan disusutkan setiap bulan selama 4 tahun atau 48 bulan.
Assessment
I. Bukan Bangunan
II. Bangunan
Permanen 20 Tahun 5%