Anda di halaman 1dari 16

PENYUSUTAN

DAN
AMORTISASI
PENGERTIAN PENYUSUTAN
             Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu
aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa yang
diestimasi. Penyusutan perlu dilakukan karena
manfaat yang diberikan dan nilai dari aktiva
tersebut semakin berkurang. Pengurangan nilai
aktiva dibebankan secara bertahap.
 Ketentuan tentang penyusutan menurut undang-
undang pajak tercantum pada Pasal 11 ayat (1)
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008
Untuk menghitung besarnya penyusutan harta tetap
berwujud dibagi menjadi dua golongan yaitu:

a. Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai


masa manfaat 4 tahun

1.Harta b. Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai


berwujud masa manfaat 8 tahun
yang
bukan
berupa c. Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai
masa manfaat 16 tahun
bangunan

d. Kelompok harta berwujud bukan bangunan yang mempunyai


masa manfaat 20 tahun
a. Permanen : masa
manfaat 20 tahun
2. Harta berwujud
yang berupa
bangunan b. Tidak permanen : bangunan
yang bersifat sementara, terbuat
dari bahan yang tidak tahan lama,
atau bangunan yang dapat
dipindah-pindahkan. Masa
manfaatnya tidak lebih dari 10
tahun.
HARTA YANG DAPAT DISUSUTKAN
 Berdasarkan ketentuan Standar Akuntansi keuangan, untuk dapat disusutkan harta tersebut harus
memenuhi kriteria tertentu. Kriteria tersebut antara lain:

- Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode


akuntasi;
- Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas;
- Ditahan oleh perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau
memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan
administrasi.

 Sedangkan menurut Pasal 11 UU No.36 Tahun 2008, harta yang dapat disusutkan adalah semua
harta yang berwujud yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan atau dimiliki untuk
memperoleh penghasilan, mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun, kecuali tanah. Dengan
demikian menurut pajak harta yang dapat disusutkan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

- Harta berwujud yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan


untuk memperoleh penghasilan;
- Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
DASAR PENYUSUTAN
 Dasar penyusutan antara akuntansi komersial dan akuntansi
pajak adalah sama. Dasar penyusutan antara SAK adalah harga
perolehan aktiva tetap, ditambah dengan beban yang dapat
dikapitalisasi pada perolehan tersebut.
 Menurut Pasal 10 dan 11 Undang-undang Nomor 7 Tahun
1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang
Nomor 36 Tahun 2008, dasar penyusutan adalah harga
perolehan yakni pengeluaran untuk pembelian, pendirian,
penambahan, perbaikan atau perubahan harta berwujud kecuali
tanah, yang dimiliki dan dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa
manfaat lebih dari satu tahun.
METODE DAN TARIF PENYUSUTAN

Menurut SAK (Standar Akuntansi


Keuangan) metode penyusutan yang
diperbolehkan pada dasarnya dibagi
kedalam 3 kelompok, yaitu
(1) berdasarkan waktu,
(2) berdasarkan penggunan,
(3) berdasarkan kriteria lainnya.
 Berdasarkan waktu:
a. Metode garis lurus (straight-line)
b. Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double
declining balance)
 Berdasarkan penggunaan:
a. Metode jam-jasa (service-hours)
b. Metode jumlah unit produksi (productive-output)
 Berdasarkan kriteria lain:
a. Metode jenis-kelompok (group and composite)
b. Metode anuitas (annuity)
c. Sistem persedian (inventory systems)
Metode penyusutan dan tarif penyusutan harta
tetap berwujud, secara ringkas.

TARIF PENYUSUTAN
KELOMPOK
HARTA BERWUJUD MASA SALDO
MANFAAT GARIS LURUS MENURUN

I. BUKAN
BANGUNAN      
* KELOMPOK 1 4 TAHUN 25% 50%
* KELOMPOK 2 8 TAHUN 12,5% 25%
* KELOMPOK 3 16 TAHUN 6,25% 12,5%
* KELOMPOK 4 20 TAHUN 5% 10%
       
II. BANGUNAN      
* PERMANEN 20 TAHUN 5%  
*TIDAK PERMANEN 10 TAHUN 10%  
MENGHITUNG PENYUSUTAN

Dalam menghitung penyusutan, rumus umum yang digunakan adalah:

Tarif Penyusutan x Harga Perolehan atau Nilai Sisa Buku

Beberapa hal yang menentukan besarnya tarif penyusutan adalah


sebagai berikut:

• Jenis harta
• Kelompok harta
• Masa manfaat
• Metode penyusutan
AMORTISASI

 Amorisasi dalam Undang-undang Pajak diatur


dalam Pasal 11A Undang-undang Nomor 36
Tahun 2008, yang menyebutkan bahwa
amortisasi dilakukakan terhadap pengeluaran
untuk memperoleh harta tak berwujud dan
pengeluaran lainnya yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang
digunakan untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan.
HARTA TAK BERWUJUD YANG DAPAT
DIAMORTISASI

Menurut Pasal 11A Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, harta tak


berwujud mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
 Harta tak berwujud yang dimiliki dan dipergunakan dalam peusahaan
untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan;
 Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.

Sedangkan perlakuan pencatatan terhadap harta tak berwujud sama


dengan perlakuan akuntansi terhadap harta berwujud:
 Harta tak berwujud dicatat sebesar harga perolehan pada tanggal
diperoleh;
 Harga peroleh harta tak berwujud sama dengan jumlah yang
dibayarkan atau nilai wajar dari harta yang diperoleh;
 Metode amortisasi adalah garis lurus kecuali kalau ada yang lebih
sesuai.
METODE AMORTISASI

Metode amortisasi yang dipergunakan adalah


metode garis lurus (straight line method) dan
metode saldo menurun (declining balance
method). Wajib pajak diperkenankan untuk
memilih salah satu metode untuk melakukan
amortisasi.
PENGELOMPOKAN HARTA TAK BERWUJUD
DAN TARIF AMORTISASI

Gambar dibawah ini menunjukan kelompok, masa manfaat dan tarif amortisasi
harta tak berwujud :

I. TARIF PENYUSUTAN
KELOMPOK
HARTA TAK
BERWUJUD MASA SALDO
MANFAAT GARIS LURUS MENURUN
 

* KELOMPOK 1 4 TAHUN 25% 50%


 

* KELOMPOK 2 8 TAHUN 12,5% 25%


 

* KELOMPOK 3 16 TAHUN 6,25% 12,5%


 

* KELOMPOK 4 20 TAHUN 5% 10%


Penetapan masa manfaat dan tariff amortisasi diatas
dimaksudkan untuk memberikan keseragaman dalam
melakukan amortisasi. Metode yang digunakan sesuai dengan
metode yang dipilih berdasarkan masa manfaat yang
sebenarnya. Kemungkinan dapat terjadi masa manfaat asset
tetap tak berwujud tidak tercantum pada kelompok masa
manfaat, sehingga wajib pajak menggunakan masa manfaat
terdekat. Sebagai contoh asset tetap tak berwujud masa manfaat
sebenarnya 6 tahun, dapat menggunakan masa manfaat 4 tahun
atau 8 tahun. Apabila masa manfaat sebenarnya 5 tahun maka
menggunakan kelompok masa manfaat 4 tahun.

Anda mungkin juga menyukai