“PENYUSUTAN”
Dosen Pengampu :
Khy’sh Nusri Leapatra Chamalinda, S.E., M.Akun
Disusun Oleh :
1. Dewi Istiqomah (180221100072) 6. Ika Prastiana Hana M. (190221100038)
2. Rizka Amirullah (190221100007) 7. Dwi Nur Maelani (190221100047)
3. Nita Widiya Astutik (190221100015) 8. Mutiara Simbolon (190221100165)
4. Dyan Febita Sari (190221100027) 9. Anita Karunia (190221100027)
5. Dwi Rizky Amalia P. (190221100032)
A. PENGERTIAN PENYUSUTAN
1. Keadilan pajak,
Untuk keadilan pajak perlu diperhatikan jenis kegiatan dari wajib pajak, apakah perusahaan manufaktur
atau perusahaan jasa, bagaimana struktur modalnya.
2. Kebijakan Ekonomi
Menurut ketentuan perpajakan, perhitungan penyusutan dimulai pada tahun perolehan. Secara ekonomis
dapat diatur dengan peraturan tertentu secara selektif untuk mendorong atau menghambat suatu
peningkatan modal. Penyusutan secara selektif dapat dibedalan menjadi:
a. penyusutan untuk barang baru atau barang bekas
b. penyusutan berdasarkan jenis industry tertentu
c. penyusutan berdasarkan jenis aset
d. penyusutan berdasarkan lokasi (terpencil)
3. Administrasi
Secara administrasi penyusutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sederhana dan kompleks.
Pemilihan jenis penyusutan, baik yang sederhana ataupun kompleks, bergantung pada beberapa hal
seperti besarnya biaya administrasi, sumber daya manusia, dan kepatuhan dari Wajib Pajak.
B. KARAKTERISTIK DARI ASET
YANG DAPAT DISUSUTKAN
Penyusutan dapat dipercayai untuk meningkatkan arus kas , karena jika penyusutannya besar
maka pajak yang dibayar lebih kecil dan pengembalian atas investasi menjadi tinggi. Metode
yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :
1. Dipercepat ( accelerated)
2. memperpendek umur ( shorted life)
3. bebas ( arbitrary deduction)
C. PENYUSUTAN BERDASARKAN PERATURAN
PERPAJAKAN
Sebagaimana telah diatur dalam Pasal 9 ayat 2 UU PPh bahwa pengeluaran untuk mendapatkan
manfaat, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai mas manfaat lebih dari satu tahun
tidak boleh dibebankan sekaligus, tetapi dibebankan melal penyusutan.
Mulai tahun 1995 ketentuan fiskal mengharuskan penyusutan harta tetap dilakukan secara individual
per aset, tidak lagi secara gabungan (berdasarkan golongan) seperti yang berlaku sebelumnya kecuali
untuk alat-alat kecil (small tools) yang sama atau sejenis masih boleh menggunakan penyusutan
secara golongan.
Saat Mulainya Penyusutan Fiskal
• Harta/Aset dalam Pengerjaan
• Harta/Aset dalam Usaha Sewa Guna Usaha
• Wajib Pajak yang mengajukan permohonan kepada Dirjen Pajak
Dalam system penyusutan menurut UU PPh, semua asset tetap berwujud yang memenuhi syarat
penyusutaan fiscal harus dikelompokkan terlebih dahulu menjadi dua golongan :
1. Harta berwujud kelompok bukan bangunan
2. Harta berwujud kelompok bangunan
Kelompok 1 4 tahun
Kelompok 2 8 tahun
Kelompok 3 16 tahun
Kelompok 4 20 tahun
Mulai tahun 1995 Wajib Pajak diperkenankan untuk memilih metode penyusutan fiskal untuk aset
tetap berwujud bukan bangunan, yaitu metode saldo menurun ganda atau metode garis lurus. Satu hal
yang perlu dicatat adalah metode yang dipilih harus diterapkan terhadap seluruh kelompok harta.
Maksudnya, Wajib Pajak tidak dapat menggunakan metode saldo menurun terhadap kelompok yang satu dan
menerapkan metode garis lurus terhadap kelompok yang lain. Dalam hal Wajib Pajak memilih metode saldo
menurun, maka pada tahun terakhir masa manfaat nilai sisa buku harta yang bersangkutan disusutkan
seluruhnya. Aset tetap bangunan hanya menggunakan satu metode, yaitu metode garis lurus.
Sebagai akibat dari adanya dua metode penyusutan ini timbul perbedaan persentase penyusutan
fiskal.
Tarif Penyusutan untuk Aset Tetap Bukan Bangunan
Tarif Penyusutan
Kelompok Bukan Bangunan
Metode Garis Lurus Metode Saldo Menurun
Bangunan Permanen 5%
Jumlah yang dapat disusutkan (depreciable amount) adalah jumlah perolehan suatu aset atau
jumlahlain yang disubstitusikan untuk biaya perolehan dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisanya.
Pengukuran penyusutan aset tetap berdasarkan pada umur ekonomis maupun umur teknis.
Nilai sisa atau nilal residu adalah jumlah neto yang diharapkan dapat diperoleh pada akhir masa
manfaat suatu aset setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan.
Nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu aset mungkin dapat ditukar atau suatu kewajiban
diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukantransaksi yang wajar (armis
length transaction).
Jumlah tercatat (carrying amount) adalah nilai buku, yaitu biaya perolehan suatu aset setelah dikurangi
dengan akumulasi penyusutan.
Biaya Perolehan
Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang
diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset tersebut
dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan.
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri atas harga belinya, termasuk biaya impor dan PPN masukan
tidak boleh direstitusikan (nonrefundable), dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung
dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan
yang dimaksudkan, setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari pembelian.
Contoh dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah sebagai berikut,
1. Biaya persiapan tempat.
2. Biaya pengiriman awal (nitial delivery), biaya simpan, dan biaya bongkar (handling osts).
3. Biaya pemasangan (ustallation costs)
4. Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur
Apabila suatu aset diperoleh secara gabungan maka harga perolehan ditentukan dengan
mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aset
yang bersangkutan.
Aset tetap yang diperoleh dengan pertukaran atau pertukaran sebagian untuk aset tetap yang tidak
serupa atau aset lainnya, biaya perolehannya diukur berdasarkan nilai wajar aset yang dilepaskan atau
yang diperoleh, yang mana yang lebih andal sesuai ekuivalen dengan nilai wajar aset yang dilepaskan
setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer
Pada umumnya, SAK menganut penilaian berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran.
Jadi, tidak mengizinkan penilaian kembali aset tetap (revaluasi). Penyimpangan dari ketentuan ini
mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan keuangan harus
menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep harga perolehan di dalam penyajian aset tetap serta
pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambar keuangan perusahaan.
Kriteria Aset yang Dapat Disusutkan
Kriteria aset yang dapat disusutkan adalah sebagai berikut.
1. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi.
2 Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas.
3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa,
disewakan, atau tujuan administrasi.
Masa Manfaat
Pengertian masa manfaat sebagai berikut.
1. Periode suatu aset diharapkan digunakan oleh perusahaan.
2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset perusahaan.
Metode Penyusutan
Penyusutan dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut ini:
1. Berdasarkan Waktu
a. Metode garis lurus (straight line method)
b. Metode pembebanan yang menurun
1) metode jumlah angka tahun (sum of the years digit method)
2) Metode saldo menurun/saldo menurun ganda (declining/double declining balance method)
2. Berdasarkan Penggunaan
a. Metode jam jasa (servis hours method)
b. Metode jumlah unit produksi (productive output method)
3. Berdasarkan Kriteria Lainnya
a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok (group and composite method)
b. Metode anuitas (annuity method)
c. Sistem persediaan (inventory system)
Jadi, perubahan metode penyusutan harus diperlakukan sebagai suatu kebijakan akuntansi dan dilaporkan sesuai
dengan PSAK No 25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, kesalahan mendasar dan perubahan
kebijakan akuntansi dan beban penyusutan untuk periode sekarang dan masa yang akan datang harus disesuaikan.
Penyusutan Kelompok dan Gabungan
Untuk memudahkan kegiatan administrasi, ada kalanya perusahaan memilih cara penyusutan
dengan mengelompokkan aset ke dalam beberapa kelompok. Dalam ketentuan fiskal disebut dengan
golongan harta. Besarnya penyusutan dihitung dengan cara mengalikan tarif ke nilai seluruh aset yang
sejenis. Apabila kelompok aset tidak sejejnis maka penyusutan dihitung dengan cara gabungan (composite
depretiation). Besarnya penyusutan tiap tahun adalah penyusutan tiap jenis aset yang dihitung dengan
metode garis lurus.
Pengungkapan
Pemilihan suatu metode alokasi dan estimasi masa manfaat suatu aset merupakan masalah pertimbangan.
Pengungkapan metode yang digunakan dan estimasi masa manfaat atau tingkat penyusutan yang
digunakan menyediakan bagi para pengguna laporan informasi yang membuat mereka menelaah
kebijakan yang dipilih manajemen dan dapat membuat perbandingan dengan perusahaan lain.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa masalah utama dalam penyusutan adalah penentuan jumlah yang
dapat disusutkan, metode penyusutan, dan penentuan masa manfaat penyusutan. Pemilihan kebijakan
yang berbeda akan menimbulkan perbedaan dalam menentukan jumlah penyusutan. Misalnya, perbedaan
antara kebijakan penyusutan akuntansi dan kebijakan penyusutan fiskal. Penyusutan akuntansi komersial
didasarkan pada SAK, sedangkan penyusutan fiskal didasarkan pada undang-undang dan peraturan
perpajakan.
Persamaan Akuntansi Komersial dan
Akuntansi Fiskal
Persamaan yang terdapat dalam akuntansi komersial dan akuntansi fiskal adalah sebagai berikut :
1. Aset/harta tetap yang memberikan manfaat lebih dari satu periode tidak boleh langsung dibebankan
pada tahun pengeluarannya, tetapi harus dikapitalisasi dan disusutkan sesuai dengan manfaat nya.
2. aset./harta yang dapat disusutkan adalah aset tetap, baik bangunan maupun bukan bangunan
3. Tanah pada prinsip nya tidak disusutkan kecuali jika tanah tersebut memiliki masa manfaat terbatas
Perbedaan akuntansi komersial & fiskal
Akuntansi Komersial Akuntansi Fiskal
Contoh :
PT abadi membeli aset tetap berupa mesin dengan harga perolehan Rp 1.000.000.000 mesin tersebut
termasuk dalam aset tetap kelompok 1. Besarnya beban penyusutan dapat dilihat pada tabel 2.1
Besarnya beban penyusutan untuk jenis aset mesin dengan harga perolehan Rp 1.000.000.000 dan
umur 4 tahun dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Besarnya Beban Penyusutan Per Tahun Dihitung dengan Menggunakan Metode Garis Lurus
dan Saldo Menurun
Tarif Penyusutan
Tahun
Garis lurus(Rp) Saldo Menurun(Rp)
1 250.000.000 500.000.000
2 250.000.000 250.000.000
3 250.000.000 125.000.000
4 250.000.000 125.000.000
Dari tabel 2.1 dapat dilihat bahwa besarnya beban penyusutan per tahun berbeda-beda tetapi pada akhir masa
manfaat tahun keempat jumlah akumulasi penyusutan adalah sama. Dengan demikian, dalam perpajakan
perbedaan besarnya beban penyusutan ini dikenal dengan istilah beda waktu atau beda sementara. Walaupun
berdasarkan nilai nominal pada akhir masa manfaat besarnya akumulasi beban penyusutan sama tetapi jika
ditinjau dari nilai tunai jumlahnya akan menjadi berbeda. Dalam contoh ini untuk mengetahui nilai tunai tingkat
diskon yang digunakan adalah 20%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.2
Tabel 2.2 Besar Beban Penyusutan dan Nilai Tunainya dengan Tingkat Diskon 20 Persen
Metode Penyusutan
Dari Tabel 2.2 dapat dilihat bahwa mesin yang pada saat perolehannya sebesar Rp1.000.000.000, pada
akhir masa manfaat (tahun ke-4) dengan discount factor 20 persen jumlah nilai tunai (present value) dari
akumulasi beban penyusutan mesin dengan menggunakan metode garis lurus sebesar Rp647.183.641,90
dan menggunakan metode saldo menurun sebesar Rp722.897.376,60.
Tabel 2.3 Perbandingan Besar Penghematan Pajak antara Metode Garis Lurus dan Metode Saldo Menurun dengan
Tingkat Diskonto 20 Persen
Keterangan PV PV
Nominal PV (tingkat diskon Nominal PV (tingkat diskon
20%) 20%)
Harga Perolehan 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh besarnya penghematan pajak yang dapat dilakukan jika perusahaan memilih
metode saldo menurun dalam menghitung besarnya beban penyusutan. Tarif pajak yang digunakan adalah tarif pajak
tertinggi, yaitu 30 persen, karena diasumsikan bahwa perusahaan telah mencapai laba di atas Rp100.000.000. Dengan
tingkat diskon 20 persen besar penghematan pajak adalah Rp216.869.212,98 Rp194.155.092,57 = Rp22.714.120,41
(Tabel 2.3).
DAFTAR PERTANYAAN