Anda di halaman 1dari 9

RESUME

BAB 8. DEPRESIASI & PENURUNAN NILAI


Akuntansi Keuangan Dasar II

Dosen : Bu Asna Manullang, SE., M.Si

Disusun oleh :

Zahra Imanuha Hilaluddiar

17200129

D3 Akuntansi – A

Universitas Binaniaga Indonesia


2021

Page | 1
DAFTAR ISI

I. Definisi………………………………………………………………… …….. 3
II. Nilai Aset yang Didepresiasikan …………………………………………….. 3
III. Taksiran Masa Manfaat Aset…………………………….................…………. 3
IV. Metode Alokasi Biaya……………………………………….………………… 4
V. Pengakuan Rugi Penurunan Nilai …………………………………………….. 5
VI. Pemulihan Rugi Penurunan Nilai ……………………………………………... 5
VII. Penyajian dan Pengungkapan…………………………………………………. 6
VIII. Penurunan Nilai ……………………………………………………………… 6
IX. Perhitungan Metode Depresiasi……………………………………………….. 7

Page | 2
BAB 8. DEPRESIASI & PENURUNAN NILAI

I. DEFINISI

Menurut PSAK No. 17:

“Depresiasi (penyusutan) adalah alokasi jumlah suatu aktiva tetap yang dapat disusutkan
sepanjang masa manfaat yang diestimasi yang akan dibebankan ke pendapatan baik secara
langsung maupun tidak langsung.”

Depresiasi adalah metode pengalokasian biaya aset tetap karena adanya penyusutan nilai
aset secara sistematis selama periode manfaat dari aset tersebut. Terdapat tiga hal yang harus
dipertimbangkan suatu entitas dalam pengalokasian nilai aset tetap sebagai biaya depresiasi,
yaitu :

1. Nilai biaya aset yang didepresiasikan (depreciable asset).

2. Taksiran masa manfaat aset tetap.

3. Metode depresiasi yang sesuai.

Penurunan nilai (impairment) adalah penurunan permanen nilai manfaat masa depan dari
aset jangka panjang. Penurunan nilai bisa terjadi karena perubahan nilai pasar aset, lingkungan
bisnis, peraturan pemerintah, dll. Perusahaan harus menyesuaikan ke bawah aset yang dilaporkan
karena nilai bukunya melebihi nilai wajar atau nilai terpulihkan (recoverable value).

II. NILAI ASET YANG DIDEPRESIASIKAN

Nilai biaya aset yang didepresikan (depreciable asset) merupakan nilai yang akan
dialokasikan secara sistematis sepanjang masa manfaat dari aset. Nilai ini dihitung dengan
mengurangkan biaya perolehan dari suatu aset (nilai pada saat pengukuran awal) terhadap
estimasi nilai residu/nilai sisa dari aset pada akhir periode masa manfaat aset tersebut. Nilai
residu/nilai sisa merupakan estimasi nilai yang akan diperoleh entitas ketika melakukan
penjualan aset atau penghentian aset dari penggunaannya ketika akhir periode masa manfaat
aset.

III. TAKSIRAN MASA MANFAAT ASET

Masa manfaat suatu aset merupakan ekspetasi suatu entitas dalam memperkirakan jangka
waktu manfaat suatu aset. Dalam menentukan masa manfaat, entitas mengacu pada kebijakan
pengelolaan aset entitas yang didasarkan pada pertimbangan akan dilakukannya penghentian
penggunaan suatu aset setelah waktu penggunaan tertentu atau pengonsumsian proporsi
tertentu dari masa ekonomisnya.

Page | 3
Seperti halnya estimasi nilai residu, estimasi masa manfaat juga mensyaratkan suatu entitas
untuk mereview masa manfaat setiap aset tetap minimum setiap akhir tahun buku dan apabila
ternyata hasilnya review berbeda dengan estimasi sebelumnya, maka perbedaan tersebut harus
diperlakukan menurut PSAK 25 sebagai perubahan estimasi, diterapkan secara prospektif.

Dalam menentukan masa manfaat suatu aset, suatu entitas mempertimbangkan beberapa
faktor sebagai berikut :

1. Ekspektasi penggunaan aset.

2. Keusangan teknis dan komersial dari aset tersebut karena perubahan teknologi atau
pasar aset.

3. Pembatasan legal atau penggunaan aset, seperti tanggal kadaluwarsa penggunaan aset
yang tertera dalam suatu kontrak.

IV. METODE ALOKASI BIAYA

Alokasi biaya merupakan pembiayaan yang memberikan manfaat bersama dan yang terjadi
ketika sumber daya yang sama digunakan untuk menghasilkan lebih dari satu produk atau jasa.
Bagaimana biaya-biaya yang terjadi di dialokasikan ke objek biaya, seperti produk, kelompok
pelanggan, aktivitas, dan divisi.

Alokasi biaya dari aset yang didepresikan dalam biaya depresiasi harus diukur secara
sistematik dan rasional dengan mempertimbangkan nilai biaya aset yang didepresikan (biaya
perolehan aset dikurangi nilai residu) selama ekspektasi periode manfaat aset, tanpa melihat
apakah suatu aset dinilai dengan menggunakan modal biaya (cost model) atau model revaluasi
(revaluation model) sebagai kebijakan akuntansinya.

Jenis-jenis Departemen

Dalam model fungsi di perusahaan, objek biaya adalah departemen. Terdapat dua
kategori departemen yaitu:

 Departemen operasi/produksi (Operating Department)  Secara langsung


memberikan nilai tambah kepada produk atau jasa
 Departemen jasa (Supporting Department)  Memberikan jasa yang membantu
departemen internal lainnya, baik departemen operasi maupun departemen jasa
yang lain.

Dalam alokasi biaya akan mengalokasikan biaya-biaya yang terjadi di departemen jasa
(supporting department) ke departemen produksi dan akhirnya dialokasikan ke produk atau
jasa yang dihasilkan. Proses alokasi biaya ini memerlukan pemilihan dasar alokasi biaya (cost
driver) yang tepat.

Page | 4
Terdapat tiga metode untuk mengalokasikan biaya departemen jasa ke departemen produksi,
yaitu :

o Metode Langsung
Metode yang paling sederhana. Dalam metode ini, biaya-biaya yang terjadi di
departemen jasa dialokasikan secara langsung ke departemen operasi tanpa memperhatikan
jasa yang diberikan ke departemen jasa lainnya. Dengan kata lain, metode ini tidak
mempertimbangkan hubungan timbal balik jasa yang diberikan diantara departemen jasa yang
lain.

o Metode Bertahap
Dalam metode ini, salah satu departemen jasa akan dipilih untuk dialokasikan seluruh
biayanya ke departemen jasa yang lain dan ke departemen operasi. Pemilihan departemen jasa
yang pertama kali dipilih untuk dialokasikan didasarkan pada departemen jasa mana yang
memberikan jasa lebih besar ke departemen jasa lainnya.

o Metode Timbal Balik


Dalam metode ini mempertimbangkan hubungan timbal balik jasa yang diberikan
antara satu departemen jasa dengan departemen jasa lainnya. Berbeda dengan metode bertahap
dimana departemen jasa 1 yang dialokasikan pertama kali tidak menerima kembali biaya dari
departemen jasa 2. Sementara dalam metode timbal balik semua departemen jasa akan saling
menerima biaya dari departemen jasa lainnya tergantung dari jasa yang diterimanya.

V. PENGAKUAN RUGI PENURUNAN NILAI

Rugi penurunan nilai aset yang tidak direvaluasi diakui dalam laporan laba rugi
komprehensif. Namun demikian, kerugian penurunan nilai atas aset revaluasian diakui dalam
pendapatan komprehensif lain, sepanjang kerugian penurunan nilai tidak melebihi jumlah
surplus revaluasi untuk aset yang sama. Setelah pengakuan penurunan nilai, beban penyusutan
(amortisasi) aset disesuaikan di masa depan untuk mengalokasikan nilai tercatat aset revisian,
setelah dikurangi nilai sisa (jika ada), secara sistematis selama sisa masa manfaatnya.

VI. PEMULIHAN RUGI PENURUNAN NILAI

Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui
pada periode-periode sebelumnya untuk aset goodwill mungkin tidak ada lagi atau mungkin
telah menurun, entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut ini :

Informasi yang bersumber dari luar, antara lain sebagai berikut :

1. Nilai wajar aset meningkat secara signifikan selama periode tersebut.

2. Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan untuk entitas telah terjadi


selama periode tersebut.

Page | 5
3. Suku bunga pasar dan tingkat pengembalian investasi pasar yang lain telah turun
selama periode itu.

Informasi yang bersumber dari dalam, antara lain sebagai berikut :

1. Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan bagi entitas telah terjadi


selama periode tersebut.

2. Bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja


ekonomi aset lebih baik atau akan lebih baik dari yang diharapkan.

VII. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

Terkait dengan depresiasi dan penurunan nilai, maka dalam penyajiannya pada laporan
keuangan suatu entitas harus mengungkapkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Keberadaan dan jumlah pembatasan hak milik dan aset tetap yang dijaminkan unutk
utang.
2. Jumlah pengeluaran yang diakui sebagai aset dalam penyelesaian.
3. Jumlah komitmen kontraktual dalam memperoleh aset tetap.
4. Jumlah kompensasi pihak ketiga atas aset tetap yang dimasukkan ke laba rugi.
5. Jika ada perubahan estimasi terkait dengan masa manfaat, nilai residu atau metode
penyusutan.

VIII. PENURUNAN NILAI

Penurunan nilai dari aset merupakan suatu kondisi di mana nilai tercatat dari aset (carrying
amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable amount).

Indikasi Penurunan Nilai

PSAK 48 (revisi 2009) penurunan nilai aset menyatakan bahwa pada setiap akhir
periode pelaporan, suatu entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami
penurunan nilai, entitas harus memperhitungkan minimum hal-hal berikut ini :

Informasi dari sumber-sumber eksternal, antara lain sebagai berikut :

1. Selama periode tersebut, nilai pasar aset telah turun secara signifikan lebih dari
yang diharapkan sebagai akibat dari berjalannya waktu atau pemakaian normal.

2. Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum
tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat aset dikaryakan, yang berdampak
merugikan terhadap entitas, telah terjadi selama periode tersebut, atau akan terjadi
dalam waktu dekat.

Page | 6
3. Suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar dari investasi telah meningkat
selama periode tersebut, dan kenaikan tersebut mungkin akan memengaruhi tingkat
diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset dan menurunkan nilai
terpulihkan aset secara material.

4. Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.

Informasi dari sumber-sumber internal, antara lain sebagai berikut :

1. Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset.

2. Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang
berdampak merugikan sehubungan dengan seberapa jauh, atau cara, suatu aset
digunakan atau diharapkan akan digunakan.

3. Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja


ekonomi aset lebih buruk, atau akan lebih buruk, dari yang diharapkan.

4. Untuk suatu investasi dalam entitas anak, entitas asosiasi dan pengendalian
bersama.

Entitas juga harus melakukan hal berikut :

1. Menguji penurunan nilai aset takberwujud dengan masa manfaat tidak terbatas
atau aset takberwujud yang belum dapat digunakan

2. Menguji penurunan nilai goodwill yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis
secara tahunan.

IX. PERHITUNGAN METODE DEPRESIASI

Ada 4 metode depresiasi aktiva tetap, yaitu :

1. Garis Lurus (Straight – Line Method)

Perhitungan menggunakan nilai residu :

(Harga Perolehan ― Nilai Residu) ÷ Umur Ekonomis = Penyusutan

Perhitungan tanpa nilai residu :

Harga Perolehan ÷ Umur Ekonomis = Penyusutan

Page | 7
Contoh : Suatu perusahaan membeli mesin produksi senilai Rp300.000.000 pada tanggal 30
Maret 2004. Mesin tersebut diperkirakan tak akan mempunyai nilai residu pada masa akhir
pemakaian dan bisa beroperasi sampai 6 tahun. Maka perhitungannya :

Rp300.000.000 ÷ 6 tahun = 50.000.000

Jadi penyusutan pertahunnya Rp 50.000.0000

2. Metode Saldo Menurun Ganda (Double Declining Balance Method)

(Harga Perolehan ÷ Umur Ekonomis) × 2 = Penyusutan

Contoh :

PT Sinar membeli mesin produksi seharga Rp250.000.000 pada tanggal 15 April 2006. Mesin
tersebut diperkirakan tak mempunyai nilai residu pada masa akhir pemakaian dan bisa
beroperasi selama 8 tahun. Beban penyusutan per tahun dari mesin itu, yakni

 Penyusutan Akhir Tahun Pertama = (Rp250.000.000 ÷ 8 tahun) × 2 = Rp62.500.000


 Penyusutan Akhir Tahun Kedua = (Rp187.500.000 ÷ 8 tahun) × 2 = Rp46.875.000
 dan seterusnya.

3. Metode Jumlah Angka Tahun (Sum of Years’ Digits Method)

(Harga Perolehan ― Harga Residu) × [(n / (n + (n ― 1) + (n ― 2) + …)] = Penyusutan

Huruf “n” dalam rumus di atas menggambarkan usia ekonomis dari aktiva. Misalnya,
umur ekonomis dari sebuah mesin produksi adalah 6 tahun. Artinya, angka di bawah pecahan
mewakili total dari usia ekonomis mesin. Angka penyebut yang dipakai ialah 6 + 5 + 4 + 3 + 2
+ 1 = 21.

Contoh :

Perhitungan penyusutannya menggunakan pecahan dengan pembilang angka tahun


(5+4+3+2+1=15) dan jumlah tahunnya menjadi penyebut. Pada metode ini pembilang menurun
tahun demi tahun dan penyebut tetap konstan (5/15, 4/15, 3/15, 2/15, dan 1/15), berikut
ilustrasinya :

Page | 8
4. Metode Unit Produksi (Units of Production Method)

(Harga Perolehan ― Harga Residu) × (Pemakaian ÷ Kapasitas Maksimal) = Penyusutan

Contoh :

Sebuah truk dibeli oleh PT Bromo pada tgl 1 Januari 1991,

Harga beli Rp. 12.000.000, biaya perbaikan Rp. 1.000.000 taksiran nilai residu Rp. 1.000.000,
taksiran masa manfaat (100.000 km),

Tentukan depresiasinya missal tahun 1991 truk dipakai 15.000 km, 1992 30.000 km, 1993
20.000 km, 1994 25.000 km, 1995 10.000 km

Biaya depresiasi persatuan : 13.000.000 – 1.000.000 / 100.000 : 120

Tahun Satuan Depresiasi / Biaya Akumulasi Nilai buku


kegiatan satuan depresiasi depresiasi

1991 15.000 120 1.800.000 1.800.000 11.200.000

1992 30.000 120 3.600.000 5.400.000 7.600.000

1993 20.000 120 2.400.000 7.800.000 5.200.000

1994 25.000 120 3.000.000 10.800.000 2.200.000

1995 10.000 120 1.200.000 12.000.000 1.000.000

Page | 9

Anda mungkin juga menyukai