Disusun Oleh :
3. Melati
Dosen Pengampu:
Siti Samsiah, SE, M.Ak
2017
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 2
BAB II PEMBAHASAN 4
2.1. Depresiasi 4
2.1.1. Definisi 4
2.2.5. Goodwill 13
DAFTAR PUSTAKA 19
2
BAB I
PENDAHULUAN
Aset tetap atau aktiva tetap dalam aakuntansi adalah aset berwujud yang dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,untuk direntalka kepada pihak
lain,atau untuk tujuan administratif,dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode. Jenis aset tidak lancar ini biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak
dimaksudkan untuk dijual kembali. Contoh aset tetap seperti,properti,bangunan,pabrik,alat-alat
produksi dll. Beban-beban selama masa pengguanaan aktiva tetap seperti reparasi dan
pemeliharaan,penggantian,penambahan,depresiasi aktiva tetap. Aset tetap biasanya
memperoleh keringanan dalam perlakuan pajak. Semua bentuk aset tetap dikenai penyusutan
atau depresiasi kecuali tanah dan lahan,aset tetap merupakan subjek dari depresiasi atau
penyusutuan artinyan nilai aktiva tetap selian tanah berkurang seiring dengan realisasi masa
umur pemanfaatannya,sampai ketika masa guna itu habis,nilai aktiva yang bersangkutan
adalah nol.Secara umum perusahaan dalam menentukan depresiasi biasanya menggunakan
metode penetapan nilai penyusutan yang dapat digunakan untuk menghitung nilai penyusutan
dari suatu aktiva tetap.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEPRESIASI
2.1.1 Definisi
Aset tetap suatu entitas memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi, dan
seiring dengan pemakaian aset tetap tersebut maka kemampuan porensial asaet tetap
tersebut untuk menghasilkan pendapatan akan semakin berkurang. Oleh karena itu,
biaya perolehan aset tetap harus dialokasikan sepanjang umur dari aset tersebut secara
sistematis. Pengalokasian ini sesuai dengan prinsip matching cost against revenue.
Depresiasi adalah metode pengalokasian biaya aset tetap untuk menyusutkan nilai aset
secara sistematis selama periode manfaat dari aset tersebut.
Terdapat tiga hal yang harus dipertimbangkan suatu entitas dalam mengalokasikan
nilai aset tetap sebagai biaya depresiasi, yaitu:
Alokasi biaya dari aset yang di depresiasikan dalam biaya depresiasi harus diukur
secara sistematik dan rasional dengan mempertimbangkan nilai biaya aset yang
didepresiasikan (biaya perolehan aset dikurangi nilai residu) selama ekspetasi periode
manfaat aset, tanpa melihat apakah suatu aset dinilai dengan menggunakan model
biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai kebijakan
akuntansinya.
Teknologi;
Lama waktu kerusakan normal dari aset;
Penggunaan fisik dari aset;
Faktor hukum;
Kontrak yang mengikat suatu entitas terhadap penggunaan aset.
4
Depresiasi terhadap aset tetap dimulai ketika aset tetap tersebut telah siap untuk
digunakan yaitu telah berada pada lokasi dan kondisi yang dibutuhkan untuk beroperasi
sesuai dengan tujuan manajemen. Oleh karena itu, apabila terdapat suatu aset yang
pada dasarnya telah siap untuk digunakan namun belum digunakan maka suatu entitas
tetap haru membebankan biaya depresiasi terhadap aset tersebut. Begitu pula ketika
aset tetap tidak digunakan atau dihentikan penggunaannya untuk periode tertentu, suatu
entitas tetap harus membebankan biaya depresiasi, kecuali entitas tersebut
menggunakan unit produksi sebagai dasar pengalokasian biaya aset tetapnya dan
entitas tersebut tidak melakukan produksi pada tahun tersebut.
Nilai biaya aset yang di depresiasikan (depreciable asset) merupakan nilai yang akan
dialokasikan secara sistematis sepanjang masa manfaat dari aset. Nilai ini dihitung
dengan mengurangkan biaya perolehan daru suatu aset (nilai pada saat pengukuran
awal) terhadap estimasi nilai residu atau nilai sisa dari aset pada akhir periode masa
manfaat aset tersebut.
Nilai residu atau nilai sisa merupakan estimasi nilai yang akan diperoleh entitas ketika
dilakukan penjualan aset atau penghentian aset dari penggunaannya ketika akhir
periode masa manfaat aset. PSAK 16 mensyaratkan suatu entitas untuk me-review nilai
sisa (residu) setiap aset tetap minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata
hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya, maka perbedaan tersebut harus
diperlakukan menurut PSAK 25 sebagai perubahan estimasi, diterapkan secara
prospektif.
Masa manfaat suatu aset merupakan jangka waktu di mana suatu asaeat
diekspektasikan dapat digunakan oleh suatu entitas. Dalam menentukan masa manfaat
suatu aset entitas mendasarkan pada kebijakan pengelolaan aset entitas yang
didasarkan pada pertimbangan akan dilakukannya penghentian penggunaan suatu aset
5
setelah waktu penggunaan tertentu atau pengonsumsian proporsi tertentu dari masa
ekonomisnya. Selain itu, suatu entitas juga sering kali menetapkan masa manfaat aset
tetap berdasarkan pengelompokan aset yang disesuaikan dengan peraturan yang
berlaku seperti peraturan perpajakan dan lain-lain. Hal ini menyebabkan adanya
perbedaan antara masa ekonomis aset dengan masa manfaat aset.
Dalam membebankan biaya depresiasi, suatu entitas mengacu pada manfaat dari
aset. Dalam menentukan masa manfaat tersebut perusahaan menggunakan
pertimbangan dan sering kali berdasarkan pengalaman penggunaan aset yang sejenis.
Seperti hal esimasi nilai residu, estimasi masa manfaat juga mensyaratkan suatu
entitas untu me-review masa manfaat setiap aset tetap minimum setiap akhir tahun buku
dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya, maka
perbedaan tersebut harus diperlakukan menurut PSAK 25 sebagai perubahan estimasi,
diterapkan secara prospektif.
Tiga metode depresiasi yang umum digunakan oleh entitas adalah sebagai berikut:
1. Metode garis lurus (akan menghasilkan pembebanan yang konstan selama masa
manfaat aset bila estimasi nilai residu aset tidak berubah dan tidak terjadi
penurunan nilai aset).
6
2. Metode pembebanan menurun (akan menghasilkan pembebanan yang semakin
menurun selama masa manfaat aset).
3. Metode unit produksi (akan menghasilkan pembebanan yang didasarkan pada
ekspektasi penggunaan aset atau output yang dihasilkan).
Berdasarkan metode ini biaya depresiasi dihitung dengan mengalokasikan nilai aset
yang didepresiasikan selama masa manfaat aset secara sama untuk setiap periodenya.
Dengan menggunakan metode ini nilai buku suatu aset akan mengalami penurunan
dengan tingkat penurunan yang konstan. Nilai buku suatu aset merupakan selisih antara
biaya perolehan aset dengan nilai akumulasi depresiasi.
Apabila aset tersebut dijual, baik pada akhir periode aset atau sebelumnya, pada harga
di atas nilai buku maka perusahaan akan membukukan keuntungan. Sebaliknya apabila
aset dijual pada harga dibawah nilai bukunya maka akan diakui kerugian.
7
Metode Pembebanan Menurun
Dua metode yang sering kali digunakan entitas dalam pembebanan menurun adalah
metode jumlah angka tahun (sum of the years’ digits method) dan metode saldo
menurun (declining balance method).
Metode jumlah angka tahun merupakan metode depresiasi yang dihasilkan dari
penghapusbukuan yang bersifat menurun di mana biaya depresiasi tahunan ditentukan
dengan tarif pembebanan depresiasi.
Fraksi pengali pada metode ini numerator tersebut akan menurun seiring waktu dan
denominatornya tetap (5/15, 4/15, 3/15. 2/15, 1/15). Untuk menghitung biaya depresiasi
digunakan rumusan berikut:
Berbeda dengan metode sebelumnya, pada metode ini nilai yang didepresiasikan tidak
dikurangkan dengan nilai residunya (nilai perolehan aset). Untuk menghitung biaya
depresiasi digunakan rumusan sebagai berikut:
8
Biaya Depresiasi=Nilai Buku Awal Tahun x Tarif Saldo Menurun
Metode ini sangat tepat digunakan untuk aset yang memiliki kapasitas yang menurun
seiring dengan penggunaannya, seperti mesin dan peralatan yang produktivitasnya akan
menurun dengan semakin tingginya tingkat penggunaannya.
Untuk menghitung biaya depresiasi dengan metode unit produksi digunakan rumusan
sebagai berikut:
9
2.2 PENURUNAN NILAI
Penurunan nilai dari aset merupakan suatu kondisi di mana nilai tercatat dari aset
yang (carrying amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable amount).
PSAK 48 (revisi 2009) Penurunan Nilai Aset menyatakan bahwa pada setiap akhir
periode pelaporan, suatu entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu aset
mengalami penurunan nilai. Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa aset
mungkin mengalami penurunan nilai, entitas harus mempertimbangkan minimum hal-hal
berikut ini:
1. Selama periode tersebut, nilai pasar aset telah turun secara signifikan lebih dari
yang diharapkan sebagai akibat dari berjalannya waktu atau pemakaian normal.
2. Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup hukum
tempat entitas beroperasi atau di pasar tempat aset dikaryakan, yang berdampak
merugikan terhadap entitas, telah terjadi selama periode tersebut, atau akan
terjadi dalam waktu dekat.
3. Suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar dari investasi telah meningkat
selama periode tersebut, dan kenaikan tersebut mungkin akan memengaruhi
tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset dan
menurunkan nilai terpulihkan aset secara material.
4. Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya.
10
4. Untuk suatu investasi dalam entitas anak, entitas asosiasi dan pengendalian
bersama entitas yang disajikan dalam laporan keuangan terpisah berdasarkan
metode biaya, investor mengakui dividen dari investasi dan terdapat bukti bahwa
dividen melebihi total laba komprehensif entitas anak dan entitas yang
dikendalikan bersama dalam periode dividen diumumkan.
Terlepas apakah terdapat indikasi penurunan nilai, entitas juga harus melakukan hal
berikut:
1. Menguji penurunan nilai aset tak berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas
atau aset tak berwujud yang belum dapat digunakan, secara tahunan, terlepas
apakah terdapat indikasi penurunan niali, dengan membandingkan nilai
tercatatnya dengan jumlah terpulihkannya.
2. Menguji penurunan nilai goodwill yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis
secara tahunan.
Namun, penghitungan terperinci terkini atas jumlah terpulihkan aset yang dilakukan
periode terdahulu dapat digunakan dalam menguji penurunan nilai untuk aset tersebut
pada periode berjalan, sepanjang semua kriteria berikut dipenuhi:
1. Jika aset takberwujud tidak menghasilkan arus kas masuk dari penggunaan
secara berkelanjutan yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari
aset-aset atau kelompok aset.
2. Penghitungan terkini jumlah terpulihkan menghasilkan suatu jumlah yang
melebihi jumlah tercatat aset dengan margin yang substansial.
3. Kecil kemungkinan bahwa penentuan jumlah terpulihkan saat ini akan lebih kecil
dari jumlah tercatat aset.
11
dengan jumlah terpulihkannya. Apabila jumlah tercatatnya lebih tinggi dari jumlah
terpulihkannya, maka selisih antara keduanya tersebut diakui sebagai rugi penurunan
nilai dan nilai tercatat aset diturunkan menjadi sebesar jumlah terrpulihkan tersebut.
Apabila jumlah tercatatnya lebih rendah dari jumlah terpulihkan, maka tidak terdapat
penurunan nilai.
Rugi penurunan nilai aset yang tidak direvaluasi diakui dalam laporan laba rugi
komprehensif. Namun demikian, kerugian penurunan nilai atas aset revaluasian diakui
dalam pendapatan komprehensif lain, sepanjang kerugian penurunan nilai tidak melebihi
jumlah surplus revaluasi untuk aset yang sama. Rugi penurunan nilai atas aset
revaluasian mengurangi surplus revaluasi untuk aset tersebut.
Ketika jumlah estimasi rugi penurunan nilai lebih besar dari nilai tecatat aset yang
terkait, entitas mengakui liabilitas jika, dan hanya jika, hal ini diisyaratkan oleh standar
akuntansi lainnya. Setelah pengakuan rugi penurunan nilai, beban penyusutan
(amortisasi) aset disesuaikan di masa depan untuk mengalokasikan nilai tercatat aset
revisian, setelah dikurangi nilai sisa (jika ada), secara sistematis selama sisa
manfaatnya.
12
2.2.4 Penurunan Nilai pada Unit Penghasil Kas
Unit Penghasil Kas (UPK) aset adalah kelompok terkecil dari asett yang termasuk
aset tersebut dan menghasilkan arus kas masuk yang independen dari arus kas masuk
dari aset atau kelompok aset lain. Jika terdapat indikasi bahwa suatu aset turun nilainya,
jumlah terpulihkan diestimasi untuk aset individual. Jika tidak mungkin untuk
mengistimasi jumlah terpulihkan aset individual, entitas menentukan nilai terpulihkan
dari UPK yang mana aset tercakup (set dari unit penghasil kas). Mengidentifikasi UPK
memerlukan pertimbangan tersendiri. Jika jumlah terpulihkan tidak dapat ditentukan
untuk aset individual, entitas mengidentifikasi agregasi terendah atas aset yang
menghasilkan arus kas masuk yang berdiri sendiri. UPK diidentifikasi secara konsisten
dari periode ke periode untuk aset atau jenis aset yang sama, kecuali perubahan dapat
dijustifikasi.
Jumlah terpulihkan dari suatu aset individual tidak dapat ditentukan jika:
1. Nilai pakai aset tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya dikurangi biaya
penjualan (contoh: apabila arus kas masa depan dari penggunaan aset tidak
dapat diestimasi menjadi tak berarti); dan
2. Aset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari kelompok aset
lain.
Entitas menggunakan estimasi terbaik manajemen mengenai harga masa depan yang
dapat dicapai dalam transaksi wajar dalam mengestimasi:
1. Arus kas masuk masa depan yang diggunakan untuk menentukan nilai pakai
aset atau nilai pakai unit penghasil kas;
2. Arus kas keluar masa depan yang digunakan untuk menentukan nilai pakai dari
setiap aset atau unit penghasil kas lain yang dipengaruhi oleh penetapan harga
transfer internal.
2.2.5 Goodwill
Untuk tujuan uji penurunan nilai , goodwill yang diperoleh dalam suatu kombinasi bisnis
harus, sejak tanggal akuisisi, dialokasikan pada setiap unit penghasil kas pihak
pengakuisisi, (atau kelompok unit penghasil kas) yang diharapkan memberikan manfaat
dari sinergi kombinasi, terlepas dari apakah aset atau liabilitas lain dari pihak yang
13
diakuisisi yang ditetapkan ke unit-unit atau kelompok unit-unit tersebut. Rugi penurunan
nilai dialokasikan untuk menurunkan jumlah tercatat dari aset dengan tahapan sebagai
berikut:
Aset korporat termasuk aset kelompok atau divisi seperti bangunan kantor pusat atau
divisi dari entitas, perlengkapan EDP, atau pusat penelitian. Karakteristik khusus aset
korporat adalah bahwa aset korporat tidak menghasilkan arus kas masuk secara
independent dari aset atau kelompok aset lain dan jumlah tercatatnya tidak dapat
sepenuhnya didistribusikan ke unit penghasil kas yang sedang di telaah.
Dalam menguji rugi penurunan nilai suatu unit penghasil kas, entitas mengidentifikasi
semua aset korporat yang terkait dengan unit penghasil kas yang sedang di telaah. Jika
sebagian dari jumlah tercatat aset korporat, adalah sebagai berikut:
1. Dapat dialokasikan dengan dasar yang layak dan konsisten terhadap unit
tersebut, entitas membandingkan jumlah tercatat dari unit (termasuk porsi dari
jumlah tercatat aset korporat yang dialokasikan ke unit tersebut) dengan jumlah
terrpulihkan. Entitas harus mengakui setiap rugi penurunan nilai.
2. Tidak dapat dialokasikan pada suatu dasar yang layak dan konsisten ke unit itu,
entitas harus:
a. Membandingkan jumlah tercatat unit, diluar aset korporat, dengan jumlah
terpulihkan dan mengakui setiap rugi penurunan nilai;
b. Mengidentifikasi kelompok terkecil dari unit penghasil kas yang mencakup
unit penghasil kas yang ditelaah dan yang sebagian dari jumlah tecatat aset
korporat dapat dialokasikan atas dasar yang layak dan konsisten; dan
c. Membandingkan jumlah tercatat dari kelompok unit penghasil kas tesebut
(termasuk bagian dari jumlah tercatat aset korporat yang dialokasikan ke
kelompok dari unit tersebut) dengan jumlah terpulihkan dari kelompok unit itu.
Setiap rugi penurunan nilai diakui.
14
2.2.7 Pemulihan Rugi Penurunan Nilai
Entitas menilai pada akhir setiap periode pelaporan apakah terdapat rugi penurunan
nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya untuk aset (selain goodwill, karena
untik goodwill tidak diperbolehkan adanya pemulihan bagi penurunan nilai) mungkin
tidak ada lagi atau ungkin telah menurun. Misalnya: pada akhir periode 2007 tejadi krisis
ekonomi yang berkepanjangan sehingga menyebabkan perusahaan harus melakukan
penurunan asetnya. Namun, pada tahun 2009 terjadi perbaikan kondisi perekonomian
sehingga terdapat indikasi kondisi pemulihan penurunan nilai. Jika indikasi dimaksudkan
ditemukan, entitas mengistimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Dalam menilai apakah
terdapat indikasi bahwa rugi penurunan nilai yang telah diakui pada periode-periode
sebelumnya untuk aset (selain goodwill) mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah
menurun, entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi berikut ini.
1. Nilai wajar aset telah meningkat secara signifikan selama periode tersebut.
2. Perubahan signifikan dengan dampak menguntungkan untuk entitas telah terjadi
selama periode tersebut, atau akan terjadi dalam waktu dekat, dalam hal
teknologi, pasar, kondisi ekonomi maupun legal tempat entitas beroperasi atau di
pasar tempat aset itu didedikasikan.
3. Suku bunga pasar atau tinfkat pengembalian investasi pasar yang lain telah
turun selama periode itu, dan penurunan itu sepertinya akan memengaruhi
tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset sehingga
meningkatkan jumlah terpulihkan secara material.
15
tersebut untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja aset atau
merestrukturisasi operasi di tempat aset tersebut tercakup.
2. Bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja
ekonomi aset lebih baik atau akan lebih baik dari yang diharapkan.
Rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode-periode sebelumnya untuk aset
selain goodwil harus dibalik jika, dan hanya jika, terdapat perubahan estimasi yang
digunakan untuk menentukan jumlah terpulihkan atas aset tersebut sejak rugi
penurunan nilai terakhir diakui. Jika kasusnya seperti ini jumlah tercatat aset, dinaikkan
ke jumlah terpulihkannya. Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan rugi penurunan
nilai. Jumlah tercatat aset yang meningkat (selain goodwill), yang disebabkan
pembalikan rugi penurunan nilai, tidak boleh melebihi jumlah tercatat (netto setelah
diamortisasi atau depresiasi) seandainya aset tidak mengalami rugi penurunan nilai di
tahu-tahun sebelumnya. Pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset (selain goodwill)
diakui segera dalam laba rugi. Setiap pemulihan rugi penurunan nilai aset revaluasian
harus diperlakukan sebagai kenaikan penilaian kembali sesuai dengan PSAK terkait.
Pembalikan rugi penurunan nilai untuk suatu unit penghasil kas dialokasikan kepada
aset-aset dari unit (kecuali untuk goodwill) prorata dengan jumlah tercatat dari aset-
asetnya. Dalam mengalokasikan pembalikan rugi penurunan nilai untuk unit penghasil
kas, jumlah terctat aset tidak boleh dinaikan diatas nilai yang terendah dari:
Jumlah pemulihan rugi penurunan nilai yang sebaliknya telah dialokasikan untuk aset
tersebut harus dialokasikan prorata ke aset lain dari unit itu, keculai untuk goodwill.
Terkait dengan depresiasi dan penurunan nilai, maka dalam penyajiannya pada laporan
keuangan suatu entitas harus mengungkapkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Keberadaan dan jumlah pembatasan hak milik dan aset tetap yang dijaminkan untuk
utang.
16
2. Jumlah pengeluaran yang diakui sebagai aset dalam penyesuaian.
3. Jumlah komitmen kontraktual dalam memperoleh aset tetap.
4. Jumlah kompensansi pihak ketiga atas aset tetap yang dimasukan ke laba rugi.
5. Jika ada perubahan estimasi terkait dengan masa manfaat, nilai residu atau metode
penyusutan.
17
BAB III
KESIMPULAN
Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik property seiring dengan waktu dan
penggunaannya. Dalam konsep akuntansi depresiasi pemotongan tahunan terhadap
pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh waktu dan penggunaan atas nilai asset dapat
terwakili dalam laporan keuangan suatu perusahaan.
Terdapat tiga hal yang harus dipertimbangkan suatu entitas dalam mengalokasikan
nilai aset tetap sebagai biaya depresiasi, yaitu:
18
DAFTAR PUSTAKA
19