Anda di halaman 1dari 47

Tax Planning

PPh Badan (2)


Kelompok 7
anggota kelompok

Levika Ulil Amalia (205030400111007)

Yohana Amadia Inggar P. D. (205030400111044)

Yunitya Salsabilla Salam (205030400111050)

Ida Ayu Ketut Trie Anjarwangi (205030401111043)

Febi Dwi Kusumawati (205030407111036)


Materi Pembahasan

Konsep Taxable Income dan Deductable Expense

Efisiensi PPh Badan:


Pemilihan Sistem Pembukuan
Pemilihan Metode Penyusutan dan Amortisasi
Pemilihan Metode Persediaan
Capital Expenditure dan Revenue Expenditure
Laporan Keuangan Komersial dan Fiskal
Rekonsiliasi Fiskal
Tax Planning atas Beda Waktu dan Beda Tetap
Tax Planning atas Pajak Tangguhan
Ekualisasi
Konsep Taxable
Income dan
deductable Expense
taxable income
Taxable Income merupakan suatu penghasilan yang dapat dipajaku bagi pihak
penerimanya. Diatur dalam Pasal 4 ayat (1) UU HPP No. 7 Tahun 2021, konsep ini
dikenakan atas:

a) Penggantia/Imbalan f) Bungajaminan pengembalian utang


b) Hadiah dari Undian g) Dividen
c) Laba Usaha h) Royalti
d) Keuntungan karena penjualan/pengalihan i) Sewa
harta j) Penerimaan pembayaran berkala
e) Penerimaan kembali atas pembayaran pajak k) Keuntungan karena pembebasan utang
yang telah dibebankan l) Keuntungan selisih kurs asing
s
m) Selisih penilaian kembali
deductible expense
Konsep ini merupakan konsep dimana suatu pengeluaran penghasilan yang dapat
dibebankan sebagai biaya bagi pihak yang mengeluarkan. Diatur dalam Pasal 6 UU
HPP No. 7 Tahun 2021 yakni biaya yang dapat dibebankan sebagai berikut:
Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan
dengan kegiatan usaha
Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud
dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak atas
biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun
Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan
oleh OJK s
Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki
dan digunakan dalam perusahaan
deductible expense
Kerugian selisih kurs mata uang asing
Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan
di Indonesia
Biaya beasiswa, magang dan pelatihan
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional
Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di Indonesia
Biaya pembangunan infrastruktur sosial
Sumbangan fasilitas pendidikan
Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga s
Biaya penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan/atau
kenikmatan
efisiensi pph badan
Pemilihan Sistem Pembukuan
Stelsel akrual
Stelsel Akrual adalah suatu metode pengakuan penghasilan dan biaya
dimana saat diakuinya penghasilan adalah saat diperoleh dan biaya
diakui pada saat terutang. Mengakui penghasilan saat diperoleh artinya
penghasilan dicatat bukan saat penghasilan diterima dan dibayar,
melainkan saat kewajiban melaksanakan pekerjaan telah terselesaikan
atau berdasarkan tingkat penyelesaian pekerjaan.
s
Stelsel akrual

Contoh:
Kantor Jasa Konsultan X memberikan jasa konsultasi
pada Pelanggan.
Penghasilan atas jasa konsultan akan dicatat saat
jasa selesai diberikan.
s
Stesel kas
Dalam stesel kas ini penghasilan baru dianggap sebagai
penghasilan apabila benar-benar di terima secara tunai dalam
satu periode tertentu. Biaya juga akan dianggap sebagai biaya
apabila telah dibayar secara tunai dalam suatu periode tertentu.
Stesel ini digunakan oleh perusahaan kecil orang pribadi
ataupun perusahaan jasa, yang tenggang waktu antara
penyerahan jasa dan penerimaan pembayarannya tidak s
berlangsung lama
Stesel kas
Dalam stesel ini Wajib pajak harus memperhatikan hal-hal ini:
1. Perhitungan jumlah penjualan dalam satu periode harus meliputi seluruh
penjualan. Dalam menghitung HPP harus diperhitungkan seluruh pembelian dan
persediaan
2. Dalam memperoleh harta yang disusutkan dan hak-hak yang dapat di
amortisasi, biaya yang dikurangkan dari penghasilan hanya dapat dilakukan
pada saat penyusutan amortisasi
3. Pemakaian stesel kas harus dilakukan secara taat dan benar
Dalam hal perpajakan, antara stesel kas dan akrual dalam biaya administrasi dan
umum basis akrual dibebankan pada saat timbulnya kewajiban, sedangkan pada
basis kas biaya tersebut baru dilaporkan pada saat terjadinya pembayaran. Dari s
pemaparan di atas yang dirasa menguntungkan basis akrual daripada kas
Pemilihan Metode Penyusutan
dan Amortisasi
Metode penyusutan dalam akuntansi komersil perusahaan diperbolehkan
menggunakan metode garis lurus, metode saldo menurun, metode jumlah unit, metode
penyusutan aset dipilih berdasarkan ekspektasi pada konsumsi manfaat ekonomis
masa depan dari aset, sedangkan untuk perpajakan hanya boleh menggunakan
metode garis lurus, dan saldo menurun.
Dalam pasal 11 Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 yang diubah terakhir kali dengan
Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 mengenai Pajak Penghasilan, di mana metode
penyusutan yang diperbolehkan berdasarkan ketentuan berikut:
1. Metode Garis Lurus ini menghasilkan pembebanan yang tetap selama masa umur
manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah; atau
2. Metode saldo menurun, ini menghasilkan pembebanan yang menurun selama masa
umur manfaat dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku. s
Untuk harta berwujud bangunan hanya dapat disusutkan dengan metode garis
lurus, harta berwujud selain bangunan dapat disusutkan dengan garis lurus atau
saldo menurun. Untuk Wajib Pajak yang menggunakan metode saldo menurun,
nilai sisa di akhir manfaat harus disusutkan sekaligus.
Untuk kepentingan pemegang saham (dividen), lebih cenderung menggunakan
metode penyusutan garis lurus karena akan lebih menguntungkan bagi wajib
pajak dari segi laba komersialnya.

s
Pemilihan Metode Persediaan
METODE PERSEDIAAN
Berdasarkan UU PPh Pasal 10 ayat (6), metode yang dapat digunakan Wajib
Pajak dalam menilai persediaan barang dan pemakaian persediaan untuk
menghitung harga pokok penjualannya (HPP) yaitu FIFO dan Avarage. Masing-
masing metode memilki kelebihan dan kekurangan masing-masing, ketika sudah
memilih salah satu metode dalam menilai persediaannya, Wajib Pajak harus
konsisten dengan pilihannya.

Metode FIFO adalah metode persediaan dengan cara memakai stok barang di
gudang sesuai dengan waktu masuknya (First In First Out)

Metode Avarage adalah metode persediaan dengan membagi nilai pada seluruh s
produk yang disimpan di dalam gudang dengan produk yang masih tersedia
untuk dijual ke pelanggan.
CONTOH PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE PERSEDIAAN

s
CONTOH PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE PERSEDIAAN

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa:


1. Penggunaan metode FIFO akan menghasilkan Harga Pokok Penjualan yang lebih kecil
dibandingkan metode avarage sehingga laba bersih perusahaan akan menjadi lebih besar
dan beban pajak yang harus ditanggung Wajib Pajak juga lebih besar.
s
2. Penggunaan metode Avarage menyebabkan jumlah kas yang dimiliki oleh perusahaan lebih
banyak dibandingkan metode FIFO karena adanya penghematan dalam pembayaran pajak.
Capital Expenditure dan
Revenue Expenditure
CAPITAL EXPENDITURE
Capital expenditure merupakan pengeluaran yang bertujuan untuk memperoleh suatu aset
atau untuk menambah nilai ekonomis aset tersebut di masa yang akan datang. Atau
singkatnya merupakan pengeluaran modal untuk penambahan aset tetap perusahaan,
sehingga bersifat jangka panjang. Dalam akuntansi, diperlakukan dengan
mengkapitalisasikan besar biaya yang dikeluarkan sebagai aset.
Menurut Saphiro (2005), jenis-jenis Capital expenditure terdiri atas:
Equipment Replacement
Expansion to Meet Growth in Existing Product
Expansion generated by new products
Projected mandated by law
Yang perlu diperhatikan dalam melakukan perhitungan capital expenditure adalah:
1. Efek Jangka Panjang
2. Biaya yang dikeluarkan
s
3. Penyusutan Nilai

Sesuai dengan yang ada dalam UU PPh Pasal 9 ayat (2), Capital expenditure tidak dapat
dibebankan sekaligus dalam suatu laporan keuangan. Untuk membebankan capital
expenditure, Wajib Pajak harus menggunakan metode depresiasi atau amortisasi.
REVENUE EXPENDITURE
Revenue expenditure merupakan pengeluaran yang dikeluarkan dengan tujuan untuk
memperoleh penghasilan pada periode di mana pengeluaran dan beban tersebut terjadi,
masa manfaatnya hanya satu periode saja. Sama halnya dengan pengeluaran lain, revenue
expenditure tercatat dalam Laporan Laba Rugi dan ditulias di laporan arus kas bagian
operasi. Dalam akuntansi atas pengeluaran ini dicatat dengan biaya yang dikeluarkan
sebagai beban. Jenis-jenis revenue expenditure terdiri atas:
Pengeluaran untuk gaji, tunjangan dan berbagai fasilitas karyawan lain
Biaya lain-lain (seperti biaya listrik, PDAM, WiFi Perusahaan dan lain sebagainya
Biaya untuk melakukan riset dan pengembangan
Biaya sewa dan biaya bunga
Biaya fasilitas perjalanan untuk direksi, komisaris, dan karyawan
Biaya pajak s
Sesuai dengan yang ada dalam UU PPh Pasal 9 ayat (2), sepanjang digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sehubungan dengan kegiatan usaha,
revenue expenditure boleh dibebankan seluruhnya dalam suatu laporan keuangan.
Laporan Keuangan
Komersial dan
fiskal
Rekonsiliasi Fiskal
DEFINISI
Rekonsiliasi fiskal adalah proses penyesuaian atas laba
komersial yang berbeda dengan ketentuan fiskal untuk
menghasilkan penghasilan neto atau laba yang sesuai
dengan ketentuan perpajakan.
rEKONSILIASI FISKAL

Koreksi Positif Koreksi Negatif


Laba Fiskal > Laba Komersial Laba Fiskal < Laba Komersial

Kesalahan dalam rekonsiliasi fiskal, maka akan mengakibatkan


munculnya risiko untuk perusahaan.
CONTOH

Berikut ini adalah


Laporan Laba/Rugi PT
XYZ pada 2020 untuk
rekonsiliasi fiskal PPh
Badan
Keterangan Koreksi Fiskal
Biaya Umum Administrasi dan Penjualan
1. Biaya gaji, THR, dan bonus terdapat PPh Pasal 21 ditanggung perusahaan
Rp275.000.000 dan gaji asisten rumah tangga para direksi Rp100.000.000.
2. Biaya premi asuransi karyawan terdapat biaya asuransi jiwa pemegang saham
Rp225.000.000.
3. Biaya perjalanan dinas yang didukung dengan bukti dan berhubungan dengan
kegiatan usaha adalah Rp375.000.000.
4. Biaya listrik termasuk listrik rumah dinas para direksi perusahaan
Rp112.500.000.
5. Beban piutang ragu-ragu yang dihapuskan secara fiskal Rp152.500.000. s
6. Biaya penyusutan aset tetap yang dialokasikan ke biaya usaha secara fiskal
Rp6.376.250.000.
s
Tax Planning atas Beda Waktu
dan Beda Tetap
BEDA WAKTU
Beda waktu adalah penghasilan dan biaya yang dapat
diakui saat ini oleh akuntansi komersial atau sebaliknya,
tidak dapat diakui sekaligus oleh akuntansi pajak,
biasanya karena perbedaan metode pengakuan. (Secara
definisi sama, beda waktu pengakuannya).

Contoh beda waktu: Penyusutan


CONTOH

Tina membeli komputer pada 1 Januari 2018 dengan harga Rp1.000.000,


maka perhitungan penggunaan metode secara komersial dan fiskal adalah
sebagai berikut:

s
Nantinya akan muncul aset pajak tangguhan karena beban pajak secara
akuntansi akan lebih kecil jika dibandingkan dengan beban pajak secara
fiskal.
s
BEDA TETAP
Beda tetap adalah penghasilan dan biaya yang diakui
dalam penghitungan laba neto untuk akuntansi komersial,
tidak diakui dalam penghitungan akuntansi pajak. (secara
definisi beda).

Contoh beda tetap: Biaya yang tidak boleh dibebankan


menurut Pasal 9 UU PPh.
Tax Planning atas Pajak
Tangguhan
Pajak Tangguhan

Kewajiban Pajak
Aset Pajak Tangguhan
Tangguhan
Tax Planning Pajak Tangguhan
Pajak tangguhan mempengaruhi penambahan atau pengurangan beban pajak yang
harus dibayar oleh WP pada masa pajak yang akan datang. Pajak tangguhan dapat
diakui sebagai aset atau manfaat apabila dalam laporan neraca (aset) dan laporan
laba rugi (manfaat) diketahui bahwa atas koreksi fiskal yang dilakukan menyebabkan
laba pajak meningkat (nominal koreksi positif lebih tinggi dibanding koreksi negatif).
Sementara itu, apabila terdapat koreksi negatif lebih tinggi dibanding dengan koreksi
positif yang menyebabkan laba komersial meningkat, akan timbul beban pajak
tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan. s
Pengaruh adanya aset pajak tangguhan

Berdasarkan kasus Tina dalam menghitung beban penyusutan komputer, diketahui


bahwa atas pembebanan tersebut muncul aset pajak tangguhan pada tahun 2018
sebesar :
= Rp800.000 - Rp666.667
= Rp133.333
Pada tahun 2019, diketahui laba sebelum pajak yang diterima Tina adalah sebesar
5.000.000. Kemudian, dalam laporan neraca tercatat PPh terutang tahun berjalan
sebesar Rp500.000. s
Laba sebelum pajak Rp5.000.000

PPh terutang (Rp500.000)

Aset pajak tangguhan Rp133.000

Beban PPh (Rp367.000)

Laba setelah pajak Rp4.633.000


s
Ekualisasi
Ekualisasi
Salah satu teknik dalam pemeriksaan pajak melalui proses
pencocokan saldo-saldo yang saling berkaitan dalam
pencatatan keuangan.
Proses analisis ekualisasi peredaran usaha :
1. Membandingkan SPT Masa PPN dengan SPT PPh Badan
2. Mengumpulkan data peredaran usaha dalam buku besar yang menjadi dasar
pelaporan SPT
3. Melakukan perbandingan data yang telah diperoleh
4. Melakukan analisis faktor penyebab timbulnya perbedaan jumlah peredaran
usaha pada kedua SPT tersebut
Saldo yang dimaksud berkaitan dengan hal-hal terkait :
1. Penghasilan serta objek PPN yang seharusnya terutang
2. Biaya dan objek PPh terkait skema pemotongan dan pemungutan
3. Biaya serta DPP PPN Masukan

Manfaat ekualisasi bagi perusahaan :


1. Pencegahan WP untuk menghadapi pemeriksaan pajak
2. Bentuk tolak ukur kepatuhan pajak, terutama dalam hal melaporkan kewajiban
perpajakan sesuai peraturan yang berlaku
3. Membantu perusahaan dalam meningkatkan ketelitian pelaporan kewajiban
perpajakan
Dasar ekualisasi penghasilan dan objek PPN :
Perbandingan jumlah penghasilan pada Form SPT
Tahunan Badan dan jumlah objek PPN dalam SPT Masa PPN.
Dasar ekualisasi biaya dan objek PPh Pemotongan Pemungutan :
Perbandingan pengakuan jumlah biaya pada form induk SPT Masa
PPh 21 dan SPT Tahunan PPh Badan
terima
kasih
s

Anda mungkin juga menyukai