Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN

PENGELOLAANA KTIVITAS UNTUK PENINGKATAN NILAI


(VALUE) PRODUK ATAU JASA KONSUMEN, MENINGKATKAN
DAYA SAING, DAN MENINGKATKAN PROFITABILITAS
PERUSAHAAN DENGAN METODE ABM – ACTIVITY BASED
MANAGEMENT

Disusun Oleh :
Hatiba Maji Samay (105731104620)
Nurfadila Safitri (105731105620)
Widiya Lestari (105731106620)
Citra Aprilia Handayani (105731106520)
Resky Salsabyla Faizal (105731107220)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan Taufik dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun Makalah ini dengan judul “Pengelolaan
Aktivitas Untuk Peningkatan Nilai (Value) Produk Atau Jasa Konsumen, Meningkatkan Daya
Saing, Dan Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan Dengan Metode ABM – Activity Based
Management”
Sholawat dan Salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita suri tauladan kita yakni Nabi
Muhammad saw yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiyah
seperti sekarang ini.
Kami berusaha semaksimal mungkin menyusun makalah ini agar dapat bermanfaat
untuk memberi pengetahuan tentang Pengelolaan aktivitas untuk peningkatan nilai (value)
produk atau jasa konsumen, meningkatkan daya saing, dan meningkatkan profitabilitas
perusahaan dengan metode ABM – activity based management.
Di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu,segala kritik dan
saran yang bersifat perbaikan dari Guru Bidang Studi akan kami terima dengan senang hati.
Mudah-mudahan,makalah ini dapat bermanfaat untuk mendapatkan illmu untuk
kehidupan sehari-hari.

Makassar 8 oktober 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................ii

Daftar Isi............................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian ABM..............................................................................................3
B. ABM Oprasional Dan Abm Strategis............................................................3
C. Activity Based Costing Dan Activity Based Management...........................4
D. Analisis Nilai Proses (Process Value Analysis).............................................5
E. Pengukuran Kinerja Aktivitas.......................................................................7
F. Pengukuran Non-Kinerja Aktivitas...............................................................9

BAB 3 PENUTUP.............................................................................................................12

A. Kesimpulan.....................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................13

iii
A. Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN

Activity based managemen (ABM) memfokuskan pada pengolahan aktivitas


untuk meningkatkan efisiensi dan aktivitas, meningkatkan nilai yang diterima
pelanggan dan memberikan laba perusahaan. Activity based managemen ( ABM)
meliputi aktivitas base costing (ABC) dan process volue analisis (PVA). ABC lebih
fokus pada pembebanan yang akurat atas biaya-biaya yang terjadi ke objek biaya dan
merupakan sumber informasi yang sangat penting dalam mengelola aktivitas. PVA
disebut sebagai metode analisis terkuat yang dapat digunakan oleh manajer keuangan
untuk menganalisis struktur biaya dalam perusahaan yang dipimpinnya. PVA
memberikan kontribusi dalam hal efisiensi proses, melalui costredition yang
dilakukan dengan mengidentifikasi full konten dari setiap aktivitas.
Penerapan Activity based managemen (ABM) merupakan salah satu strategi
yang dapat dipilih oleh perusahaan guna menghemat biaya dengan cara menganalisis
nilai proses, sehingga dapat diketahui aktivitas yang bernilai tambah dan tidak bernilai
tambah.
Analisis nilai proses di pihak lain, pada analisis aktivitas yaitu mencoba untuk
menetapkan mengapa melakukan aktivitas dan perlu secara lebih efisiensi dan untuk
melacak aktivitas yang tidak memberikan nilai bagi pelanggan. manajemen
berdasarkan aktivitas memiliki tujuan untuk meningkatkan nilai bagi pelanggan
dengan mengelola aktivitas. nilai bagi pelanggan adalah fokus utama karena
perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif dengan menciptakan nilai bagi
pelanggan yang lebih baik dengan biaya yang sama atau lebih rendah dari pesaing
atau menciptakan nilai yang sama dengan biaya lebih rendah dari pesaing.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengeertian ABM ?

2. Apa keterkaitan ABC dan ABM ?

3. Bagaimana analisis nilai proses ?

4. Bagaimana pengukuran kinerja aktivitas ?

1
5. Jelaskan pengukuran non kinerja aktivitas ?

2
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Apa Pengertian ABM?

2. Untuk mengetahui Apa keterkaitan ABC dan ABM?

3. Untuk mengetahui Bagaimana analisis nilai proses?

4. Untuk mengetahui Bagaimana pengukuran kinerja aktivitas?


5. Untuk mengetahui pengukuran non keuangan kinerja aktivitas ?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian ABM
ABM (activity based management) merupakan suatu metode pengelolaan
aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan nilai (value) produk atau jasa untuk
konsumen, meningkatkan daya saing dan meningkatkan profitabilitas perusahaan. ABM
mengandalkan activity based costing sebagai sumber informasinya. Sementara fokus
perhatiannya adalah efektivitas dan efisiensi aktivitas serta proses kunci bisnis.
Penggunaan ABM akan memberikan manfaat bagi bisnis melalui perbaikan operasi,
pengurangan biaya, atau penciptaan nilai bagi konsumen dengan mengidentifikasi
sumber daya yang dikeluarkan untuk konsumen, produk, atau jasa. ABM membantu
manajemen berfokus pada faktor-faktor sukses perusahaan yang paling penting dan
membawa pada keunggulan kompetitif.

B. ABM Operasional Dan ABM Strategis


Aplikasi ABM di bedakan menjadi dua kategori, yaitu ABM Oprasional
(operayional ABM), dan ABM Strategis (strategic ABM)
ABM Oprasional mengarah pada efisiensioprasi, peggunaan asset, dan penggunaan
biaya yang lebih rendah. Fokusnya mengerjakan sesuatu dengan benar dan melakukan
aktivitas dengan cara yang lebih efisien. ABM Strategis mengarahkan manajemen
untuk mendapatkan manfaat dari model biaya ABC melalui pengendalian biaya dan
pembuatan keputusan untuk produk individual, layanan, dan konsumen. ABM Strategis
juga bekerja melalui pengubahan kombinasi aktivitas menjauhi aplikasi-aplikasi mahal
dan tidak menguntungkan sehingga pendapatan akan lebih besar dari biaya yang di
butuhkan. ABM Strategis juga memberikan petunjuk dalam pembuatan keputusan
dalam hal berikut ini.
1. Bauran produk dan penentuan harga
2. Hubungan dengan konsumen
3. Hubungan dengan pemasok dan pemilihan pemasok
4. Pendesainan produk dan pengembangan produk

4
C. Activity Based Costing Dan Activity Based Management
ABC activity based costing telah lama dikenal. ABC merupakan suatu teknik
untuk memahami biaya dan membatasi biaya dalam produk untuk konsumen. ABC
sering disebut sebagai teknik untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Oleh
karena itu:
1. Manajemen akan mendapatkan pemahaman mendalam mengenai proses
bisnisnya dan perilaku biaya dalam proses analisis ABC.
2. Manajemen akan mengaplikasikan pandangan yang diperoleh selama
menjalankan proses mendapatkan fakta dalam ABC. Hal tersebut bertujuan
untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan titik aktivitas manajemen
ini disebut sebagai activity based management.
ABC merupakan bagian ABM yang di gunakan untuk hal-halberikut ini :
1. Mendesai produk atau jasa untuk memenuhi bahkan melebihi keinginan
konsumen dan mampu menghasilkan laba yang lebih besar
2. Memberikan tanda untuk melanjutkan atau menghentikan perbaikan kualitas,
kecepatan, danefisiensi yang berkelanjutan
3. Mengarahkan penentuan bauran produk dan keputusan investasi
4. Memilih pemasok
5. Negosiasi produk, fitur, kualitas, dan layanan untuk konsumen.
6. Memanfaatkan proses distribusi dan layanan pada konsumen sasaran secara
efisiensi dan efektif

7. Meningkatkan nilai produk dan jasa perusahaan

Manajer harus menyadari bahwa ABC hanyalah sebuah metode perhitungan


biaya sehingga ia dapat menggunakan ABC seperti yang telah disebutkan. ABC
memberikan pandangannya terkait cara menghasilkan pendapatan tidak secara
langsung. Oleh karena itu, Manajer harus dapat memicu permintaan konsumen. Bagian
pemasaran harus mengestimasi berbagai faktor, seperti harga, fungsionalitas, fitur-
fitur, dan kenyamanan yang dapat menciptakan permintaan produk dan jasa
perusahaan. Manajer harus dapat mengombinasi informasi mengenai pemicu biaya dan
persediaan produk dan permintaan pasar. Informasi mengenai pemicu biaya dapat
diperoleh dengan menggunakan metode ABC, sementara informasi ketersediaan
produk dan permintaan pasar diperoleh dari bagian pemasaran dan penjualan.

5
D. Analisis Nilai Proses (Process Value Analysis)
Pengguna ABC dalam ABM akan memberikan arah yang tepat dalam
perhitungan biaya produk dan analisis nilai proses.
Model ABM memiliki dua dimensi yaitu :
Dimensibiaya, memberikan informasi mengenai sumber daya, aktivitas, produk,
konsumen, dan objek biaya lain yang menjadi perhatian. Dalam model ini, biaya sumber
daya di telusur kembali pada aktivitas. kemudian biaya aktivitas tersebut di bebankan
pada produk dan konsumen.
Dimensi proses, memberikan informasi tentang aktivitas yang di kerjakan, tujuan di
lakukannya aktivitas, dan seberapa baik aktivitas itu di lakukan. Dimensi ini
memberikan kemampuan untuk melakukan dan mengukur perbaikan yang
berkelanjutan. Untuk memahami sudut pandang proses yang berkaitan dengan perbaikan
berkelanjutan, manajer perlu memahami Analisis proses (process value analysis).
Analisis nilai proses merupakan dasar dalam ABM. Analisis ini lebih fokus pada
pertanggungjawaban aktivitas dan cara memaksimalkan kinerja sistem secara luas
daripada hal-hal yang berhubungan dengan biaya dan Kinerja individu. Analisis nilai
proses membantu mewujudkan ABM menjadi basis operasional.

Model analisis ABM dua dimensi

 Analisis pemicu: mencari akar penyebab


Pengelolaan aktivitas membutuhkan pemahaman mengenai penyebab biaya
aktivitas. Setiap aktivitas memiliki input dan output. Output aktivitas (activity
input) adalah sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas dalam proses
menghasilkan output. Sebagai contoh, aktivitas membuat meja kayu. Input aktivitas
tersebut adalah tukang kayu, potongan-potongan kayu, alat-alat pertukangan, paku,
dari cat. Output aktivitas (activity output) adalah hasil atau produk sebuah aktivitas.
6
Berdasarkan Contoh aktivitas membuat meja, outputnya adalah sebuah meja kayu
berwarna merah. Pengukuran sebuah output aktivitas adalah Jumlah waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan sebuah aktivitas. Itulah pengukuran yang dapat
dihitung untuk sebuah output. Misalnya, jumlah meja kayu berwarna merah adalah
ukuran yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran Aktivitas membuat
meja.
Pengukuran sebuah output akan efektif apabila yang diukur adalah pemicu aktivitas.
Pemicu aktivitas adalah penyebab timbulnya permintaan sebuah aktivitas. Jika
permintaan atas aktivitas berubah maka biaya aktivitas juga akan berubah. Tujuan
analisis pemicu adalah untuk mengetahui akar penyebab munculnya suatu aktivitas.
Analisis pemicu sendiri diartikan sebagai sebuah usaha untuk memperluas
identifikasi faktor-faktor yang menjadi akar penyebab biaya aktivitas. Akar
penyebab biaya aktivitas tertentu seringkali menjadi akar penyebab biaya aktivitas
lain yang berkaitan. Besarnya biaya aktivitas untuk inspeksi bahan baku yang dibeli
dan pemesanan ulang. Agar penyebab munculnya biaya kedua aktivitas tersebut
mungkin sama, yaitu rendahnya kualitas pemasok.
 Analisis aktivitas: Identifikasi dan penentuan kandungan nilai
Analisis aktivitas (activity analysis) adalah suatu Analisis yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan menentukan kandungan nilai suatu aktivitas. Umumnya,
perusahaan melakukan aktivitas untuk alasan-alasan berikut ini.
1. memenuhi spesifikasi produk atau jasa atau untuk memuaskan keinginan
konsumen
2. menjaga keberlangsungan usaha perusahaan
3. menjanjikan manfaat bagi organisasi
Inti Analisislah proses adalah analisis analisis aktivitas adalah proses
mengidentifikasi, menjelaskan, dan mengevaluasi aktivitas-aktivitas yang dilakukan
oleh sebuah organisasi.
 Analisis penilaian tambah dan tidak bernilai tambah
Aktivitas bernilai tambah (value-adde activities) adalah aktivitas yang dapat
meningkatkan nilai produk atau jasa untuk konsumen. Penghilangan Aktivitas ini
secara otomatis akan menurunkan nilai produk atau jasa untuk konsumen. Agar
dapat disebut sebagai aktivitas bernilai tambah, suatu aktivitas harus memenuhi
minimalnya tiga kriteria, yaitu aktivitas tersebut menyebabkan perubahan bentuk,
perubahan bentuk tidak diperoleh dari aktivitas sebelumnya dan menyebabkan

7
aktivitas lain dapat dilakukan.
Aktivitas tidak bernilai tambah (non value-added activity) adalah suatu aktivitas
yang mengonsumsi waktu, sumber daya, atau tempat tetapi hanya memberikan
sedikit nilai tambah bagi kepuasan konsumen atau bahkan sama sekali tidak
memberi nilai tambah. jika aktivitas ini dihilangkan, nilai atau kepuasan konsumen
tidak akan berkurang, tetapi Konsumen tidak akan menyadarinya. Tujuan analisis
aktivitas adalah untuk menghilangkan pemborosan (waster). Seiring hilangnya
pemborosan, biaya menjadi berkurang. Pengurangan biaya mengikuti penghapusan
pemborosan.
 Strategi pengurangan biaya
Salah satu metode yang dapat digunakan adalah penentuan biaya Kaizen Kaizen
costing. Rezen adalah istilah Jepang yang artinya perbaikan berkelanjutan. Analisis
aktivitas menjadi elemen kunci dalam metode Kaizen. Andes aktivitas dapat
mengurangi biaya dengan empat cara berikut ini.
1. Penghapusan aktivitas (activity elimination)
2. Pemilihan aktivitas (activity selection)
3. Pengurangan aktivitas (activity reduction)
4. Pembagian aktivitas (activity sharing)

E. Pengukuran Kinerja Aktivitas


Pengukuran kinerja aktivitas berpusat pada tiga dimensi utama yaitu efisiensi,
kualitas, dan waktu. Efisiensi berfokus pada hubungan antara input aktivitas dan
output aktivitas. Sebagai contoh, salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi
aktivitas adalah Dengan memproduksi output aktivitas menggunakan biaya input
yang lebih murah. Perlu diperhatikan kualitas konsentrasi dalam melakukan aktivitas
(yang dilakukan pertama) dengan benar. Jika output aktivitas cacat maka aktivitas
perlu di ulang. Pengulangan tersebut akan mengakibatkan biaya yang tidak perlu
sekaligus mengurangi efisiensi. Waktu yang di habiskan untuk melakukan aktivitas
pertama dan pengulangan juga perlu di pertimbangkan. Semakin lama waktu yang di
gunakan, semakin banyak konsumsi sumber dayanya dan semakin rendah
kemampuan untuk merespon permintaan konsumen. Ukuran waktu menggunakan
ukuran non keuangan sedangkan ukuran efisiensi dan kualitas menggunakan
ukuran keuangan dan non keuangan.
Ukuran keuangan suatu kinerja harus menyediakan informasi yang spesifik tentang
8
efek rupiah yang diakibatkan perubahan kinerja. Ukuran keuangan Seharusnya juga
mengindikasikan potensi penghematan dan penghematan aktual. Contoh ukuran
keuangan efisien aktivitas adalah Laporan biaya aktivitas bernilai tambah dan tidak
bernilai tambah, laporan trend aktivitas, pengesetan standar Kaizen, benchmarking,
activity fleksibel budgeting, serta penentuan biaya siklus hidup (life-cycle costing).

 Laporan biaya bernialai tambah dan tidak bernilai tambah


Pelaporan biaya bernilai tambah dan tidak bernilai tambah pada saat yang
tepat dapat memicu manajer untuk mengelola aktivitas secara efektif.
Dengan melihat banyaknya pemborosan, manajer akan terdorong untuk
mencari tahu penyebabnya kemudian mencari cara untuk melakukan
efisiensi. Pelaporan biaya ini mungkin dapat membantu manajer dalam
upaya meningkatkan kualitas perencanaan, penganggaran, dan penentuan
harga. Misalnya, menurunkan harga untuk menghadapi pesaing menjadi
lebih memungkinkan Jika ada peluang untuk mengurangi biaya tidak
bernilai tambah.
 Laporan trend
Manajer selalu ingin mengetahui apakah tindakan-tindakan yang dilakukan
untuk perbaikan aktivitas dalam membawa hasil. Salah satu cara untuk
mengetahuinya adalah dengan membandingkan biaya setiap aktivitas dari
periode ke periode. Tujuan dari perbaikan aktivitas adalah pengurangan
biaya, sehingga akan terlihat penurunan biaya tidak bernilai tambah dari
satu periode ke periode berikutnya. Perbandingan antara periode dapat
dilakukan jika kuantitas standar aktivitas antar tahun yang dibandingkan
adalah sama. Seandainya kuantitas standar antar periode berbeda maka
dapat dilakukan penyesuaian menggunakan persentase deviasi standar antar
tahun yang diukur dengan tahun dasar.
 Benchmarking
Benchmarking adalah suatu metode analisis yang dilakukan dengan cara
melakukan perbandingan suatu ukuran unit-unit yang berbeda dalam
organisasi yang melakukan aktivitas sama. Dalam benchmarking, digunakan
praktek terbaik best practices sebagai standar evaluasi kinerja.

9
 Penganggaran fleksibel aktivitas (activity flexible budgeting)
Semua formulasi perhitungan biaya untuk setiap unsur biaya adalah hasil
fungsi dari tenaga kerja langsung yang dilakukan untuk memprediksi
besaran biaya berapapun banyaknya aktivitas. Dalam penganggaran
fleksibel aktivitas, anggaran disusun menggunakan lebih dari satu pemicu.
Agar penyajiannya sederhana dan mudah dipahami, disusun berkelompok
menurut kesamaan aktivitas.
 Life-cycle cost budgeting
Siklus hidup produk product life-cycle secara sederhana adalah jangka
waktu sejak sebuah produk dikonsepkan sampai dengan produk tersebut
dihentikan. Biaya siklus hidup (life-cycle cost) adalah semua biaya yang
berkaitan dengan seluruh siklus hidup sebuah produk. Dimulai dari tahapan
pengembangan (perencanaan, desain, dan pengujian), tahapan produksi
(aktivitas pengubahan bentuk atau konversi), dan pendukung logistik
(diantaranya pengadvertasian, distribusi, garansi, dan service). Pada tahap
pengembangan produk, biaya peluncuran produk dan biaya untuk
mendapatkan konsumen sangat tinggi. Untuk dapat memanfaatkan peluang
pengurangan biaya produk dalam tahapan pengembangan, ahli desain
produk harus memiliki modul biaya yang akurat, termasuk biaya untuk
komponen-komponen yang unik, biaya untuk menjaga keberlangsungan
produk (product sustaining), dan mereka harus bekerja berdasarkan
penentuan biaya target (target costing) yang ketat.

F. Pengukuran Non Keuangan Kinerja Aktivitas


Kinerja tidak selalu hanya dapat diukur dari aspek keuangannya saja. Dalam
sistem akuntansi pertanggungjawaban akuntansi kontemporer, pengukuran
nonkeuangan untuk kinerja juga memiliki peran penting. Pada lingkungan bisnis
tradisional yang relatif stabil, kinerja diukur dengan membandingkan antara hasil
yang sesungguhnya dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya. Saat ini,
lingkungan bisnis begitu turbulen sehingga pengendalian operasional harus lebih

10
cepat merespons (action) suatu kejadian bahkan sebisa mungkin harus sudah bereaksi
sebelum terjadinya suatu1 kondisi. Penggunaan pendekatan tradisional sering kali
memakan waktu karena harus menunggu suatu periode standar selesai dan kadang
butuh waktu beberapa minggu, bulan, bahkan tahun. Hal tersebut mengakibatkan
manajemen terlambat untuk merespons suatu kejadian. Perubahan yang berkelanjutan
membutuhkan evaluasi yang lebih tepat waktu. Untuk mencapai tujuan perubahan
berkelanjutan maka peran pekerja dalam kinerja aktivitas harus ditingkatkan.
Salah satu cara untuk meningkatkan peran pekerja adalah pengukuran kinerja
operasional. Pengukuran operasional berfokus pada ukuran fisik kinerja aktivitas.
Para pekerja berkaitan langsung dengan ukuran-ukuran operasional. Ukuran
pelaporan dapat direspons dengan lebih cepat sehingga meningkatkan efisiensi.
Ukuran kinerja operasional harus mewakili ukuran-ukuran yang ada untuk
memenangkan persaingan dan dapat ditranslasikan dalam ukuran-ukuran keuangan.
Selain itu, ukuran kinerja operasional harus berkaitan dengan tiga dimensi kinerja
aktivitas sebagai berikut.
1. Pengukuran Efisiensi
Kinerja efisiensi diukur dengan membandingkan antara output yang dihasilkan
dengan input yang dipergunakan. Pada pengukuran kinerja operasional, lazimnya
output untuk proses produksi diukur dalam satuan unit produksi. Satuan ukuran
sangat tergantung pada aktivitas yang diukur. Ukuran aktivitas penerimaan,
misalnya dapat diukur dengan banyaknya jumlah penerimaan. Tujuan
pengukurannya adalah untuk meningkatkan produktivitas aktivitas penerimaan. Hal
ini dapat dicapai misalnya dengan mengurangi jumlah penerimaan barang untuk
jumlah pembelian barang yang sama atau dengan jumlah penerimaan barang yang
sama untuk jumlah pembelian yang lebih banyak. Topik ini secara lebih lanjut akan
dibahas pada Bab 8.
2. Pengukuran Kualitas
Kualitas produk atau jasa secara operasional dapat didefinisi sebagai pemenuhan
harapan atau bahkan melebihi harapan konsumen. Ukuran operasional kualitas
sangat ditentukan oleh jenis aktivitas atau proses dan input yang digunakan. Pada
proses produksi dengan produk barang jadi atau komponen, ukuran operasional
yang dapat digunakan misalnya jumlah unit cacat.Jumlah unit cacat dibagi unit total
yang diproduksi, persentase kegagalan eksternal, dan banyaknya bahan sisa dibagi
jumlah bahan digunakan.

11
Pengukuran kinerja kualitas dimaksudkan untuk mendapatkan informasi
guna mencapai kualitas total, yaitu cacat nol (zero defect). Cacat nol adalah
kinerja aktivitas tanpa kesalahan.Tujuan pengukuran ini adalah untuk
mengetahui perkembangan kualitas yang dicapai perusahaan dan memberikan
motivasi kepada para pekerjanya.

3. Pengukuran Waktu
Terdapat dua karakteristik yang berkaitan dengan kinerja waktu, yaitu
keandalan (reliability) dan daya tanggap (responsiveness).Keandalan berarti

ketepatan waktu output dari aktivitas dapat disampaikan pada konsumennya. Ini
dapat diartikan sebagai kemampuan memenuhi waktu pengiriman yang dijanjikan.
Daya tanggap mengukur lama waktu tunggu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
output yang dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengurangi waktu tunggu.

Daya tanggap merefleksikan kemampuan perusahaan merespons


permintaan konsumen. Terdapat dua ukuran operasional untuk mengukur daya
tanggap, yaitu waktu siklus (cycle time) dan kecepatan. Waktu siklus adalah
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output dari
aktivitas. Pada industri manufaktur, waktu siklus adalah waktu yang dibutuhkan
untuk menghasilkan satu unit produk. Kecepatan adalah jumlah unit yang dapat
dihasilkan dalam satu periode waktu yang ditentukan.

Kedua pengukuran tersebut penting untuk pengukuran operasional karena


menekankan pada kemampuan ketepatan waktu. Untuk merangsang manajer
operasional dalam mengurangi waktu siklus dan meningkatkan kecepatan sering
kali digunakan pemberian insentif. Salah satu cara untuk mencapai tujuan ini
adalah dengan mengaitkan waktu siklus produksi dengan biaya produksi dan
memberikan penghargaan kepada manajer operasional yang berhasil mengurangi
biaya.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
ActivityBased Management (ABM) merupakan suatu pendekatan di seluruh
sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai
aktivitas, dengan tujuan meningkatkan nilai untuk pelanggan dan laba
sebagaihasilnya. Menurut Baldric Siregar, “Activity Based Management merupakan
suatu metode pengelolaan aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan nilai
(value) produk atau jasa untuk konsumen, meningkatkan daya saing, dan
meningkatkan profitabilitas perusahaan”. Dengan demikian ABM merupakan
pendekatan pengelolaan terpadu dan bersistem terhadap aktivitas dengan tujuan
untuk meningkatkan customer value dan laba yang dicapai dari penyediaan value
tersebut, kemudian ABM merupakan proses manajemen untuk menggunakan
informasi yang dipasok oleh biaya dasar aktivitas untuk meningkatkan
profitabilitasorganisasional.ABC memberikan informasi dan ABM menggunakan
informasi ini dalam berbagai analisis yang di desain untuk menghasilkan perbaikan
yang berkesinambungan. Jadi setelah menerapkan Activity-Based Costing
(ABC), perusahaan kemudian melakukan Activity-Based Management (ABM).

Secara luas dengan menerapkan Activity-Based Management (ABM) ini, maka


inilai yang diterima pelangganakan lebih bernilai.Pengukuran kinerja aktivitas
berpusat pada tiga dimensi utama yaitu efisiensi, kualitas, dan waktu.Efisiensi
berfokus pada hubungan antara input aktivitas danoutput aktivitas. Sebagai contoh,
salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi aktivitas adalah dengan memproduksi
konsentrasi dalam melakukan aktivitas (yang di lakukan pertama) dengan benar.
Jika output aktivitas cacat maka aktivitasperlu di ulang. Pengulangan tersebut akan
mengakibatkan biaya yang tidak perlu sekaligus mengurangi efisiensi. Waktu yang
di habiskan untuk melakukan aktivitas pertama dan pengulangan juga perlu di
pertimbangkan. Semakin lama waktu yang di gunakan semakin banyak konsumsi
sumber dayanya dan semakin rendah kemampuan untuk merespon permintaan
konsumen.
13
B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah
ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis
perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat diharapkan sebagai
bahan evaluasi untuk ke depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian
dan karya tulis yang bermanfaat bagi banyak orang.

14

Anda mungkin juga menyukai