Anda di halaman 1dari 39

Analisis Penerapan Good Corporate Governance Pada

PT. XYZ – Suatu Pengalaman Kerja selama 7 Tahun

TUGAS BESAR 2
KEWIRAUSAHAAN DAN ETIKA BISNIS

Oleh
Hendra Oentoro
55521120040

PROGAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur, penulis panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan berkat, anugrah dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini dengan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi “Tugas

Besar II” mata kuliah “Kewirausahaan dan Etika Bisnis ” dari Bapak Dr Sudjono M.

Acc selaku Dosen mata kuliah Kewirausahaan dan Etika Bisnis.

Makalah ini merupakan bentuk refleksi penulis selama bekerja di PT. XYZ

selama 7 tahun. Penulis mencoba untuk mengamati tentang penerapan Good Corporate

Governance (GCG) pada perusahaan tempat penulis bekerja. Banyak hal yang bisa

dijadikan pembelajaran dalam penerapan GCG pada PT. XYZ. Penulis juga

mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu penulis dalam

menyusun Makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat berguna dan dapat

memberikan informasi bagi para pembaca. Namun, penulis menyadari bahwa makalah

ini masih jauh dari kesempurnaan danmasih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena

itu, penulis menerima saran dan kritik untuk penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, 12 November 2022

Hendra Oentoro
55521120040

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................ 3
1.3 Tujuan .............................................................................................. 3
1.4 Manfaat ............................................................................................ 3
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory ................... 4
2.1.1 Grand Theory .......................................................................... 4
2.1.2 Middle Theory ......................................................................... 7
2.1.3 Operational Theory.................................................................. 9
2.2 Studi dan Penelitian Terdahulu ......................................................... 12
2.3 Hipotesis .......................................................................................... 17
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Penerapan ......................................................................................... 18
3.2 Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek ............... 29
3.3 Pembahasan ...................................................................................... 31
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 32
4.2 Saran ................................................................................................ 32
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 34

ii
Daftar Tabel

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu…………………………………… 12


Tabel 3.1 – Aktivitas yang ditempuh untuk meningkatkan Transparansi……. 19
Tabel 3.2 - Aktivitas yang ditempuh untuk meningkatkan Akuntabilitas……. 21
Tabel 3.3 – Aktivitas yang ditempuh untuk meningkatkan Responsibilitas…. 24
Tabel 3.4 – Aktivitas yang ditempuh untuk meningkatkan Independensi……. 26
Tabel 3.5 – Aktivitas yang ditempuh untuk meningkatkan kesetaraan
/ kejujuran…………………………………………………………………….. 28

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ilmu akuntansi saat ini cukup berkembang pesat terutama dalam hal

sektor bisnis. Akuntansi harus bisa menyediakan semua informasi yang

berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan. Akuntansi juga merupakan

bahasa bisnis. Sebagai suatu bahasa, akuntansi harus mengandung suatu

informasi (yang dalam hal ini adalah informasi bisnis) yang mampu

memberikan sesuatu yang bermanfaat dari penyampai (manajemen) kepada

penerima (stakeholders). Informasi ini disampaikan melalui komunikasi verbal

dalam bentuk laporan.

Pengungkapan informasi keuangan dalam laporan keuangan merupakan

cara dari pihak perusahaan (sebagai sender) untuk memberikan informasi atas

hasil operasinya selama satu periode tertentu kepada pihak-pihak yang

berkepentingan (sebagai receiver) untuk pengambilan keputusan ekonomi.

Sebagai suatu bahasa bisnis, informasi yang diungkapkan dalam laporan

keuangan harus dapat berguna dan tidak membingungkan para pemakainya.

Informasi yang berkualitas tersebut didapat dari sumber yang

berkualitas juga. Sumber tersebut berasal dari perusahaan yang dikelola dengan

menerapakan prinsip good corporate. Pengelolaan perusahaan berdasarkan

Good Corporate Governance pada dasarnya merupakan upaya menjadikan

1
GCG sebagai kaidah dan pedoman bagi pengelolaan kegiatan operasional

perusahaan dalam menjalankan aktivitas bisnisnya. GCG merupakan landasan

atau acuan bagi terbentuknya suatu sistem, struktur, budaya perusahaan, nilai

tambah perusahaan dimana dalam penerapan prinsip GCG diperlukan agar

perusahaan dapat bertahan dan tangguh serta adaptif dalam menghadapi

persaingan yang semakin kompetitif atau dalam kata lain perusahaan mencapai

kesinambungan usaha dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan

kepentingan stakeholder. Perusahaan tidak dapat berdiri sendiri oleh karena itu

perusahaan harus mempertanggungjawabkan hubungan nya dengan para

stakeholder. Hubungan dengan para stakeholder tersebutlah yang membuat

GCG semakin penting dalam managemen perusahaan dan diharapkan dengan

GCG yang terus berkesinambungan perusahaan dapat memberikan nilai tambah

bagi para stakeholdernya.

Penerapan GCG juga terjadi di perusahaan tempat penulis bekerja.

Perusahaan tempat penulis bekerja merupakan perusahaan private yang

merupakan bagian perusahaan group dari Amerika Serikat. Salah satu ciri dari

perusahaan yang berafiliasi dengan perusahaan Amerika Serikat adalah

kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku di Amerika Serikat. Penerapan GCG

juga menjadi perhatian bagi para pemangku kepentingan di perusahaan tempat

penulis bekerja. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis ingin

mendeskripsikan penerapan GCG dan merefleksikan penerapan GCG di

perusahaan tempat penulis bekerja.

2
1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam makalah ini hanya fokus pada penerapan good

corporate governance (GCG) tempat penulis bekerja. Makalah ini tidak

melakukan evaluasi terhadap penerapan GCG tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini antaralain sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan good corporate governance (GCG) pada tempat

penulis bekerja?

2. Kontribusi apa yang didapat oleh para stakeholder perusahaan atas

penerapan good corporate governance (GCG) pada tempat penulis

bekerja?

1.4 Tujuan

Tujuan dalam pembuatan malalah ini adalah untuk mengetahui sejauhmana

penerapan good corporate governance (GCG) yang terjadi di tempat penulis

bekerja dan jenis kontribusi yang didapat stakeholder dari penerapan good

corporate governance (GCG) tersebut.

1.5 Manfaat

Mengetahui jenis penerapan dan kontribusi yang didapat dari penerapan good

corporate governance (GCG) tempat penulis bekerja selama 7 tahun.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory

Grand Teori merupakan dasar lahirnya teori-teori lain dalam berbagai level.

Disebut makro karena teori-teori ini berada pada level makro. Middle Teori

merupakan teori yang berada pada level mezo/menengah dimana fokus

kajiannya makro dan mikro. Applied Teori merupakan teori yang berada di

level mikro dan siap diaplikasikan dalam konseptualisasi (Dougherty &

Pfaltzgraff 1990, 10-11)

2.1.1 Grand Theory

2.1.1.1 Agency Theory

Agency Theory atau Teori Keagenan merupakan teori yang diajukan

oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori ini menjelaskan hubungan

keagenan yang terjadi didalam perusahaan. Dimana perusahaan merupakan

kumpulan kontrak (nexus of contract) antara pemilik sumber daya ekonomi

(principal) dengan manager/managemen (agen) untuk memberikan suatu jasa

atas nama principal. Dimana pemberian jasa tersebut melibatkan pendelegasian

wewenang dalam pengambilan keputusan kepada manager/managemen (agen)

untuk mewujudkan kepentingan principal yakni memaksimalkan laba yang

diperoleh perusahaan.

4
Kedua belah pihak dalam hubungan tersebut mempunyai kepentingan

untuk memaksimalkan tujuan/kesejahteraan mereka sendiri-sendiri maka

terdapat alasan yang kuat untuk bisa meyakini bahwa manager/management

(agen) tidak akan selalu bertindak sesuai kepentingan principal. Hal ini dapat

menyebabkan managemen/manager (agen) tidak melaporkan keadaan

sebenarnya dari perusahaan jika kondisi perusahaan tidak menguntungkan bagi

managemen/manager (agen). Prinsipal dapat menetapkan insentif yang tepat

dan melakukan monitor untuk membatasi managemen/manager (agen) yang

menyimpang. Insentif tersebut sering disebut dengan agency cost atau biaya

keagenan.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) biaya keagenan merupakan

jumlah dari biaya yang dikeluarkan oleh principal untuk melakukan

pengawasan terhadap managemen/manager (agen). Perusahaan atau principal

tidak mungkin memiliki zero agency cost untuk menjamin

managemen/manager (agen) mengambil keputusan sesuai keinginan dari

principal. Jensen dan Meckling (1976) membagi biaya keagenan menjadi tiga

yaitu:

a. The monitoring expenditure by the principle, merupakan biaya yang

timbul dan ditanggung oleh principal untuk memonitor perilaku

management/manager (agent);

5
b. The bonding expenditure by the agent, merupakan biaya yang

ditanggung oleh management/manager (agent) untuk menetapkan

dan patuh terhadap mekanisme dari principal;

c. The residual loss, nilai kerugian yang ditanggung principal akibat

keputusan yang menyimpang dari tujuan dari principal.

Hubungan Agency Theory dengan Good Corporate Governance

Agency theory ini melatarbelakangi mengapa perusahaan membutuhkan GCG

dikarenakan pihak principal tidak sepenuhnya mempercayai para

management/manager (agent). Permasalahan agency ini muncul karena

kepengurusan suatu perusahaan berbeda dengan pemiliknya atau principal.

Dewan komisaris dan dewan direksi diberi kewenangan untuk mengurus bisnis

perusahaan dan mewakili pemilik untuk berbisnis. Kewenangan tersebut

mempunyai kemungkinan manajer untuk tidak bertindak yang terbaik bagi

kepentingan pemilik karena adanya perbedaan kepentingan (conflict of

interest). Dengan kata lain, manajemen mempunyai kepentingan yang berbeda

dengan kepentingan pemilik (Riyanto, 2003). Oleh karena itu, perlu adanya

vested interest manajemen yang mengakibatkan proses check and balance

untuk mengurangi kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan oleh manajemen.

Mekanisme yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah

dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate

Governance). Dengan Good Corporate Governance (GCG) perusahaan dapat

6
melindungi kepentingan pemegang saham (publik) sebagai pemilik perusahaan

dan kreditor sebagai penyandang dana ekstern. Sistem corporate governance

yang baik akan memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham

dan kreditor untuk memperoleh Kembali atas investasi dengan wajar, tepat dan

seefisien mungkin, serta memastikan bahwa manajemen bertindak sebaik yang

dapat dilakukannya untuk kepentingan perusahaan (The Indonesian Institute for

Corporate Governance, 2004). Corporate governance diharapkan bisa

berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para investor

bahwa mereka akan menerima hasil investasi dari modal yang telah mereka

investasikan. Good Corporate Governance (GCG) diharapkan dapat

meminimumkan konflik keagenan melalui pengawasan terhadap kinerja para

agen. Good Corporate Governance (GCG) memberikan jaminan kepada para

pemegang saham bahwa dana yang diinvestasikan dikelola dengan baik dan

para agen bekerja sesuai dengan fungsi, tanggung jawab dan untuk kepentingan

perusahaan.

2.1.2 Middle Theory

2.1.2.1 Stakeholder Theory

Semua stakeholder memiliki hak untuk memperoleh informasi

mengenai aktivitas perusahaan yang memengaruhi mereka. Pada awalnya,

pemegang saham sebagai satu-satunya stakeholder perusahaan. Istilah

stakeholder sendiri diperkenalkan pertama kali pada tahun 1963 oleh Stanford

7
Research Institute dan didefinisikan sebagai kelompok yang dapat memberikan

dukungan terhadap keberadaan suatu organisasi (Harmoni, 2013). Pandangan

ini di dasarkan pada argumen yang disampaikan Friedman (1962) yang

mengatakan bahwa tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimumkan

kemakmuran pemiliknya. Namun demikian, Freeman (1983) tidak setuju

dengan pandangan ini dan memperluas definisi stakeholder dengan

memasukkan konstituen yang lebih banyak, termasuk kelompok yang tidak

menguntungkan (adversarial group) seperti pihak yeng memiliki kepentingan

tertentu dan regulator.

Teori Stakeholder (Stakeholder theory) menyatakan bahwa perusahaan

bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri, namun

harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya (pemegang saham, kreditor,

konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan pihak lain). Dengan

demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan

yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut (Ghozali dan

Chariri, 2007). Perusahaan harus menjaga hubungan dengan stakeholder atau

para pemangku kepentingan dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan

mereka, terutama stakeholder yang mempunyai kekuatan terhadap ketersediaan

sumber daya yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan, seperti

tenaga kerja, pelanggan dan pemilik (Horisch et al., 2014).

8
Hubungan Stakeholder Theory dengan Good Corporate Governance

Dalam teori stakeholder ini, semua stakeholder yang terlibat harus

mendapatkan keuntungan dari perusahaan. Prinsip korporasi yang sehat adalah

adanya keseimbangan hubungan antara organ perseroan, stakeholders dan

stakeholders. Good Corporate Governance (GCG) merupakan sistem yang

mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar tercapai

keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan,

untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggung jawaban kepada

stakeholders (Van Horne, 1998). Hal ini berkaitan dengan peraturan

kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.

Good Corporate Governance (GCG) merupakan alat yang digunakan untuk

mengaplikasikan teori stakeholder ini didalam perusahaan sehingga semua

pihak yang berkepentingan dapat merasakan manfaat dari aktivitas bisnis

perusahaan.

2.1.3 Operational Theory

2.1.3.1 Pengertian Good Corporate Governance

Menurut komite Cadburry, GCG adalah prinsip yang mengarahkan dan

mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta

kewenangan perusahaan dalam memberikan pertanggungjawaban kepada para

stakeholder.

9
2.1.3.2 Prinsip Good Corporate Governance

Prinsip GCG dikenal dengan istilah TARIF, dimana TARIF itu adalah

Transparency, Accountability, Responsibility, Independency, Fairness dengan

penjelasan ringkas sebagai berikut :

 Transparency

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah

diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus

mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang

disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang

penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan

pemangku kepentingan lainnya.

 Accountability

Perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan

kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan

pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas

merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang

berkesinambungan.

 Responsibility

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan

10
sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang

dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. Perusahaan harus

comply terhadap semua aturan perundang-unadngan yang ada.

 Independency

Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga perusahaan tidak

saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

Contoh: Perusahaan tidak ikut politik praktis, adanya RUPS

 Fairness

Perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang

saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan

kesetaraan.

2.1.3.3 Tujuan Penerapan Good Corporate Governance

Tujuan Penerapan dari Good Corporate Governance menurut KNKG adalah

(Majuri et al., 2020) :

1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui

pengelolaan yang didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas,

responsibilitas, independensi, serta kewajaran dan kesetaraan;

2. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing

organ perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi, dan Rapat Umum

Pemegang Saham;

11
3. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota

Direksi agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya

dilandasi oleh nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan;

4. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan

terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar

perusahaan;

5. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap

memperhatikan pemangku kepentingan lainnya;

6. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun

internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat

mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang

berkesinambungan.

2.2 Studi dan Penelitian Terdahulu

Berikut ini adalah penelitian terdahulu tentang penerapan Good Corporate

Governance (GCG) dalam beberapa perusahaan:

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Nama dan Media Judul Penelitian Hasil Penelitain


Tahun Publikasi
1 Maria Aluchna Management Does good Penelitain ini
(2009) Research corporate bertujuan untuk
New Vol.32 governance melihat hubungan
matter? Best

12
No. 2 Hal. practice in antara pelatihan
185-198 Poland corporate
governance dan
peforma
perusahaan di
Polandia. Namun
penelitian ini tidak
berhasil
membuktikan
dugaan tersebut,
karena dari hasil
uji beda terbukti
tidak adanya
keuntungan
bagi perusahaan
dan investor
antara sebelum
dan sesudah
kewajiban
penerapan prinsip
tersebut, tetapi
hasilnya
kepatuhan pada
aturan hanya
sebagai
persyaratan formal
bagi perusahaan

2 Lin-hi, N and Corporate The Relationship Penelitian ini


Blumberg, I Governance Between menjelaskan
(2011) Vol. 11 No. Corporate tentang sebuah
5 Hal. 571- Governance, bencana tumpahan
584 Global minyak yang
Governance, terjadi pada
and Sustainable perusahaan
Profits: Lesson minyak di telu
Learned from Meksiko.
BP Peristiwa
tersebut
menyebabkan
banyak kerugian

13
bagi perusahaan
dan
mengakibatkan
korban
jiwa.Sebenarnya
peristiwa tersebut
terjadi
dikarenakan
perusahaan tidak
menerapkan
prinsip
Good Corporate
Governance yaitu
perusahaan tidak
mengutamakan
keselamatan para
pekerja dan lebih
mengutamakan
keuntungan
perusahaan.

3 Vincentius AGORA Penerapan Dari hasil analisis


Winata Putra Vol. 2 No. 2 Prinsip Good peneliti masih
(2014) Corporate terdapat beberapa
Governance kekurangan dari
Pada bagian
Perusahaaan transparansi
Properti PT. terkhususnya
Multi Royu dalam hal
Indonesia pendokumentasian
secara tertulis.
Visi misi, struktur
organisasi tidak
ditulis dengan
jelas dan hanya
berupa lisan.
Untuk
accountability
perlunya
pengembangan
karyawan dalam
hal kesadaran

14
etika dan prinsip
kerja. Untuk
responsibility,
Independency dan
fairness
perusahaan sudah
melakukan dengan
cukup baik.

4 Elli Jurnal Riset Analisis Pelaksanaan Good


Halimatusaidah Akuntansi Penerapan Good Corporate
Dan Bangun dan Corporate Governance di PT.
Gunwan Keuangan 2 Governance POS INDONESIA
(2014) (1), 2014 Dalam (Persero)
Hal. 300- Mengoptimalkan telah diterapkan
313 Pelaksanaan secara memadai,
Sistem hal ini ditinjau
Informasi dari beberapa
Akuntansi (Studi dimensi seperti
Pada PT. Pos laporan keuangan
Indonesia yang diterbitkan
(persero)) khususnya di
media
internet, tanpa
campur tangan
dari pihak
manapun, elah
dilakukan Good
Corporate
Governance
Assessment
dengan
berpedoman
kepada KEPMEN
BUMN No. 117
Tahun
2002.
Pelaksanaan
Sistem Informasi
Akuntansi di PT.
POS INDONESIA
(Persero)

15
telah diterapkan
secara memadai,
hal ini ditinjau
dari beberapa
kriteria sistem
informasi
akuntansi seperti
penginputan data
yang baik tepat
waktu, roses
pengolahan data
telah memadai,
dan out put yang
dihasilkan sesuai
dengan standar
akuntansi.

5 Vani Violita AGORA Penerapan Dari hasil analisis


dan Ronny H. Vol. 4 No. 2 Prinsip Good setiap prinsip
Mustamu Corporate GCG maka dapat
(2016) Governance dikatakan bahwa
Pada subjek penelitian
Perusahaaan belum
Keluarga menerapkan
Produsen prinsip TARIF
Kemasan Kertas dengan benar
karena hasil data
yang diperoleh
menunjukkan
perusahaan tidak
mematuhi
beberapa aturan
yang berlaku,
seperti:
memberikan gaji
sesuai
UMK,belum
melakukan
kegiatan CSR
namun
mengatakan
bahwa telah mel-

16
akukannya,
intervensi masih
sering terjadi
dalam bagian
produksi, terlebih
lagi apabila
terdapat customer
pravilege menurut
direktur dan
struktur organisasi
dalam perusahaan
tidak memiliki
komisaris yang
mana tidak sesuai
dengan aturan
yang ditetapkan
oleh UU no. 40
tentang Perseroan
Terbatas

2.3 Hipotesis

Dalam makalah ini disusun hipotesa untuk menyelesaikan permasalahan yang

ada. Adapun hipotesa yang disusun adalah:

H0 : PT. XYZ telah menerapkan prinsip Good Corporate Governance

(GCG) dengan baik dan terdapat kontribusi kepada para stakeholder

H1 : PT. XYZ tidak menerapkan prinsip Good Corporate Governance

(GCG) dengan baik dan tidak berkontribusi kepada para stakeholder

17
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Penerapan

Objek dalam makalah ini adalah PT. XYZ yang merupakan perusahaan

makanan yang memiliki visi “lets make life delicious”. Makalah ini merupakan

makalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Makalah ini bertujuan untuk

mendeskripsikan penerapan GCG pada PT. XYZ yang penulis alami selama

berkerja 7 tahun. Sumber data dalam makalah ini adalah sumber premier.

Sumber data ini diperoleh langsung dari pengalaman penulis, komunikasi

internal melalui tabloid internal perusahaan, dan wawancara tidak resmi dengan

beberapa kolega penulis di PT. XYZ. Metode pengumpulan data dalam

makalah ini adalah dengan melakukan wawancara, dokumentasi, dan observasi.

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Analisis Makalah

Sumber: Diolah

18
3.1.1 Analisis Prinsip Good Corporate Governance

3.1.1.1 Transparency (Transparansi)

Prinsip transparansi dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas

pengungkapan atas informasi kinerja perusahaan yang akurat dan tepat waktu.

Transparansi menunjukan kemampuan dari para stakeholder terkait dan untuk

melihat dan memahami proses dan landasan yang digunakan dalam

pengambilan keputusan atau dalam pengelolaan organisasi. Sebagai persoran

non publik atau private company perusahaan harus menyediakan informasi

yang akurat untuk pemegang sahamnya, memastikan kesediaan informasi yang

tepat waktu, jelas, akurat dan mudah diakses.

Banyak hal yang sudah dilakukan oleh PT. XYZ untuk mewujudkan

transparansi ini antara lain sebagai berikut:

Tabel 3.1 – Aktivitas yang ditempuh untuk meningkatkan Transparansi

No Jenis Aktivitas
1 Visi misi perusahaan di sampaikan dengan baik oleh perusahaan.
Baik dalam berupa billboard yang berisi visi misi perusahaan yang
dipasang di pelbagai tempat di kantor ataupun dalam tampilan
desktop computer karyawan.
2 Perusahaan mempunyai web yang berisi informasi produk dan
contact center perusahaan. Perusahaan juga mempunyai layanan WA
(WhatsApp) untuk para distributor dan konsumen non distributor.
3 Perusahaan mempunyai web internal perusahaan untuk karyawan
yang berisi tentang kode etik perusahaan, SOP perusahaan, serta
informasi lowongan pekerjaan internal perusahaan.

19
4 Perusahaan mempunyai layanan pengaduan kode etik
(Whistleblowing system) yang menggunakan pihak ketiga sehingga
lebih terjamin dalam pengaduan yang dilakukan oleh karyawan jika
terjadi penyimpangan kode etik.
5 Perusahaan bekerjasama dengan Jobstreet, dan Jobdb untuk
mengumumkan lowongan pekerjaan dan perusahaan menggunakan
media Instagram untuk menyampaikan kegiatan-kegiatan perusahaan
baik itu acara internal perusahaan ataupun lowongan pekerjaan.
6 Setiap tahun perusahaan mengadakan survery karyawan untuk
melihat aspirasi karyawan dan harapan serta kritik saran bagi
perusahaan.
7 Perusahaan mengadakan monthly meeting yang diadakan oleh CEO
untuk seluruh karyawan, Meeting tersebut untuk
mengkomunikasikan kinerja keuangan perusahaan, target
perusahaan, hambatan dan tantangan perusahaan kepada seluruh
karyawan baik itu blue collar atau white collar.
8 Setiap tahun, perusahaan mengadakan carrier day untuk para
karyawannya dengan menampilkan leader per divisi untuk
melakukan presentasi mengenai keadaan divisinya kepada karyawan
lain yang non divisi sehingga karyawan dapat mudah mengetahui
pekerjaan dari divisi lain.
9 Memiliki sistem yang terintegrasi dengan perusahaan lain didunia
dalam group sehingga pelaporan konsolidasi dapat segera diakses
oleh pihak yang berkepentingan.
10 Mengadakan media gathering untuk menjawab isu-isu yang terjadi di
masyarakat terutama terkait penarikan produk perusahaan dari negara
Singapore.
11 Mengadakan dialog terbuka antara direksi dengan SPSI.

20
12 Mengadakan RUPS setiap tahun yang dihadiri oleh pemegang saham,
direksi dan komisaris.
13 Terdapat bulletin internal yang berisi kegiatan-kegiatan perusahaan.

Dari point-point seperti dalam tabel 3.1 tersebut, dapat dikatakan bahwa

perusahaan menerapkan transparansi dalam pengelolaannya sehingga semua

stakeholder yang berkepentingan untuk mengambil keputusan yang baik untuk

perusahaan.

3.1.1.2 Accountability (Akuntabilitas)

Prinsip akuntabilitas berkaitan dengan pertanggungjawaban semua

organ dalam perusahaan baik itu dari dewan komisaris, direksi, serta para

karyawannya dari semua level. Terdapat penilaian yang baik serta adanya

reward and punishment yang jelas bagi semua karyawan.

Banyak hal yang sudah dilakukan oleh PT. XYZ untuk mewujudkan

akuntabilitas ini antara lain sebagai berikut:

Tabel 3.2 – Aktivitas yang ditempuh untuk meningkatkan Akuntabilitas

No Jenis Aktivitas
1 Setiap tahun, laporan keuangan perusahaan diaudit oleh KAP
Tanudiredja, Wibisana, Rintis dan Rekan yang berafiliasi dengan
PwC Global. Laporan keuangan mendapat opini disajikan secara
wajar tanpa pengecualian dalam hal yang bersifat material.

21
2 Perusahaan mempunyai divisi internal control untuk memastikan
bahwa kegiatan operasional perusahaan sudah sesuai dengan SOP
yang ditetapkan atau tidak.
3 Setiap karyawan diberi hak dan harus dilaksanakan untuk
mendapatkan pelatihan dan seminar baik pelatihan secara internal
ataupun eksternal. Perusahaan juga mempunyai portal belajar yang
berisi materi-materi pembelajaran yang berasal dari group usaha
perusahaan yakni ownerversity.
4 Perusahaan melakukan analisis AMDAL setiap tahun untuk
memeriksa dampak emisi CO2 yang terjadi di sekitar tempat
perusahaan melakukan produksi.
5 Setiap tahun, perusahaan melakukan proses internal audit yang
laporannya di berikan kepada para direksi dan head of team masing-
masing.
6 Perusahaan melakukan training atau pelatihan tentang anti
penyuapan, anti korupsi untuk para karyawannya yang diadakan
setiap 2 bulan sekali.
7 Setiap karyawan diwajibkan untuk mematuhi salah satu nilai
perusahaan yakni “we do the right think” dalam setiap kegiatan yang
dilakukan apalagi jika itu berhubungan dengan nama perusahaan.
8 Setiap perusahaan mempunyai KPI atau dalam perusahaan disebut
MBO (Management by Objective) dimana KPI/MBO tersebut diukur
secara handal dan disampaikan kepada karyawan setiap kuartal.
9 Perusahaan mempunyai aturan tertulis yang disusun Bersama-sama
dengan SPSI untuk para karyawan blue collar sedangkan untuk
karyawan white collar perusahaan membagikan secara buku cetak
kode etik karyawan dan juga menyampaikannya dalam bentuk
website internal perusahaan.

22
10 Perusahaan mempunyai jobdes untuk masing-masing jabatan dan
standar minimum kompetensi yang sampaikan secara internal untuk
semua karyawan melalui website internal perusahaan.

Dari tabel 3.2 tersebut kita juga mengetahui bahwa dalam kegiatan operasional

nya perusahaan menerapkan prinsip akuntabilitas dengan mempertimbangkan

para stakeholder seperti karyawan, masyarakat, dan para shareholder dengan

memberikan jaminan bahwa perusahaan dilaksanakan dengan sebaik mungkin

dan arahan yang pasti. Hal ini menyebabkan hampir tidak ada konflik yang

terjadi antara shareholder minority dan majority serta direktur dengan

karyawan. Perusahaan juga tidak mengalami konflik yang berlarut-larut dengan

SPSI terkait kesejahteraan para karyawan blue collar.

3.1.1.3 Responsibility (Responsibilitas)

Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan usahanya

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kepatuhan

perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan ini menjamin kenyamanan

para stakeholder seperti pemegang saham, karyawan, pemerintah, masyarakat

sekitar tempat produksi perusahaan. Di sisi lain, perusahaan dapat menjalankan

kegiatan usahanya dengan lancar dan mencapai kesinambungan usahanya serta

dapat mewujudkan visi perusahaan yaitu “Lets make life delicious”.

23
Banyak hal yang sudah dilakukan oleh PT. XYZ untuk mewujudkan

Independensi ini antara lain sebagai berikut:

Tabel 3.3 – Aktivitas yang ditempuh untuk meningkatkan Responsibilitas

No Jenis Aktivitas
1 Sebagai perusahaan group global, perusahaan setiap tahun
mengadakan program “Rise Against Hunger” yang merupakan
kegiatan untuk mengepak makanan (beras, kacang, vitamin) yang
dibungkus dalam wadah siap saji.
2 Perusahaan melaporkan kewajiban perpajakannya dengan patuh dan
mengikuti nilai perusahaan yaitu we do the right think.
3 Perusahaan tidak mentoleransi segala bentuk suap dan korupsi serta
aktivitas-aktivitas lainnya yang dilarang.
4 Dalam hal vendor dan customer, perusahaan membuat perjanjian
tertulis untuk tidak memberikan natura dan kenikmatan apapun
kepada para pegawainya.
5 Perusahaan menarik semua produk dipasaran ketika terjadi kasus
ditemukan cacing dalam makanan kaleng. Dimana produk tersebut
bukan merupakan produk perusahaan. Namun komitmen perusahaan
untuk tunduk pada peraturan maka semua produk perusahaan untuk
kategori jenis tersebut ditarik dari pasaran.
6 Menjalankan penggajian sesuai standar pemerintah baik berupa
tunjangan tambahan makanan untuk pegawai blue collar yang
bekerja di shif ke-3.
7 Dalam menjalankan operasionalnya, perusahaan juga tunduk pada
aturan yang dibuat oleh USA karena perusahaan merupakan group
usaha dari global company yang berdomisili di USA (terutama dalam
hal mengaplikasikan SOX dan BPOM sesuai standard).

24
8 Berkontribusi secara langsung kepada BUMDES (Badan Usaha
Milik Desa) dan Karang Taruna ditempat perusahaan melakukan
produksi komersialnya.
9 Mengadakan program-program pelatihan kemasyarakatan baik itu
secara ekonomi, sosial untuk orang berkebutuhan khusus,
Pendidikan, olahraga
10 Penggunaan sekam padi untuk menggantikan batubara sebagai bahan
bakar mesin sehingga emisi CO2 bisa ditekan
11 Perusahaan melaporkan semua kewajiban yang disyaratkan oleh
peraturan seperti laporan lalu lintas devisa, perubahan struktur modal
jika ada investasi kepada BKPM, ekspor import, serta membuat
internal memo berupa voluntary disclosure yang disyaratkan oleh
USGAP dalam FIN48.

Dalam tabel 3.3 tersebut, perusahaan berusaha memberikan dampak yang

positif bagi lingkungan tempat perusahaan melakukan aktivitasnya baik itu

berupa sosial kemasyarakatan, patuh terhadap regulasi pemerintah baik itu

pemerintah Indonesia ataupun pemerintah USA.

3.1.1.4 Independency (Independensi)

Independensi atau kemandirian memiliki arti bahwa dalam menjalankan

tugas dan kewenangannya mengelola perusahaan, para pemegang saham,

dewan komisaris, dan direksi sepenuhnya terlepas dari pelbagai

pengaruh/tekanan pihak lain yang dapat merugikan, menganggu, dan

mengurangi objektivitas pengambilan keputusan atau menurunkan efektivitas

25
pengelolaan kinerja perusahaan. Prinsip independensi memastikan bahwa

perusahaan harus dikelola secara independen dan tidak dapat didominasi dan

diintervensi oleh pihak lain agar kekuatan perusahaan seimbang. Selain itu

organ perusahaan harus melaksanakan tugasnya sesuai anggaran dasar dan

peraturan dan tidak melempar tanggung jawab

Banyak hal yang sudah dilakukan oleh PT. XYZ untuk mewujudkan

Independensi ini antara lain sebagai berikut:

Tabel 3.4 – Aktivitas yang ditempuh untuk meningkatkan Independensi

No Jenis Aktivitas
1 Salah satu kodeetik perusahaan bahwa para pegawai perusahaan tidak
boleh mempunyai hubungan khusus dengan pihak lain seperti
kekeluargaan, kerabat, bahkan hubungan pertemenan baik jika
berhubungan dengan pihak eksternal. Oleh karena itu, setiap
karyawan harus menandatangi perjanjian bahwa mereka siap
menanggung akibatnya jika terindikasi terdapat hubungan tersebut.
2 Pihak group usaha tidak bisa mencampuri kegiatan operasional
perusahaan. Kantor pusat hanya memberikan advise managemen dan
advise tersebut bukan merupakan bentuk keharusan untuk
menjalankannya.
3 Dewan komisaris dan direksi mempunyai kode etik tersendiri yang
disusun dan disosialisasikan di website internal perusahaan.
4 Semua bagian dalam perusahaan bekerja sesuai dengan bagian
masing-masing tanpa adanya tumpang tindih tanggungjawab karena
perusahaan sudah melakukan pemetaan terhadap setiap bagian dalam

26
perusahaan dan informasinya juga sudah disediakan di website
internal perusahaan.
5 Para karyawan dilatih untuk menjadi ”owner” dalam prinsip/nilai
perusahaan “ownerversity” dimana para karyawan harus menjaga
perusahaan baik itu aset perusahaan, nama baik perusahaan dan
diberikan pelatihan setiap 3 bulan sekali.

Dari tabel 3.4 tersebut, perusahaan berusaha menerapkan prinsip

keindependensian dengan mengupayakan agar tidak ada intervensi baik secara

internal dalam group usaha ataupun pihak manapun serta membuat karyawan

menjadi peka terhadap perusahaan.

3.1.1.5 Fairness (Kesetaraan / Kejujuran)

Pilar kelima dari Pedoman Umum Tata Kelola Perseroan yang Baik

yang ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) adalah

Kesetaraan dan Kewajaran. Perusahaan berkomitmen untuk bebas dari

perlakuan SARA dan menjujung tinggi hak-hak manusia. Perusahaan dikatakan

melakuan prinsip kesetaraan dengan baik apabila perusahaan memperhatikan

kepentingan stakeholder dalam perusahaan. Prinsip kesetaraan ini memberikan

kesempatan yang sama untuk semua karyawan serta hak yang sama untuk

karyawan.

Banyak hal yang sudah dilakukan oleh PT. XYZ untuk mewujudkan

kesetaraan / kejujuran ini antara lain sebagai berikut:

27
Tabel 3.5 – Aktivitas yang ditempuh untuk meningkatkan kesetaraan /

kejujuran

No Jenis Aktivitas
1 Perkembangan karir masing-masing karyawan tidak dibedakan
berdasarkan suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik.
Hal ini ditunjukan dengan program individual action program yang
ditujukan untuk pengembangan karir karyawan tanpa membedakan
SARA.
2 Para karyawan dapat melakukan akses terhadap lowongan internal
perusahaan secara global sehingga dimungkinkan karyawan
Indonesia bekerja di luar Indonesia dalam satu group perusahaan
3 Perusahaan bahkan memasukan orientasi seksual karyawan ke dalam
golongan data Kritikal yang artinya jika karyawan dengan sengaja
menyebarkan data itu maka karyawan akan menerima konsekuensi
hukum dan sanksi dari perusahaan.
4 Perseroan senantiasa menjaga dan memperhatikan keseimbangan
antara hak dan kewajiban karyawan secara adil dan wajar dengan
memberikan tambahan cuti 3 hari untuk aktivitas keluarga dan cuti
haid setiap bulan serta tambahan cuti untuk suami yang menemani
istrinya pasca melahirkan.
5 Perusahaan menerapkan campaign “work life balance” untuk para
karyawannya dengan cara memberikan jam kerja yang fleksible,
pelbagai engagement activity setiap bulan, ruang kerja juga didesain
secara fleksible
6 Pemberian bonus karyawan setiap tahun dilakukan secara sistematis
menggunakan formula tertentu dan formula tersebut di

28
komunikasikan keseluruh karyawan sehingga karyawan dapat
menghitung sendiri besaran bonus yang diterima
7 Perusahaan mempunyai misi “Livewell” dimana perusahaan
mendukung dan menginsipirasi gaya hidup yang sehat dalam dan
diluar tempat kerja.

Dari tabel 3.5 tersebut dapat diketahui bahwa perusahaan menjujung tinggi

kesamaan antar manusia dan fairness yang diwujudkan dengan pelbagai

kegiatan tersebut.

3.2 Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek

Dalam makalah ini, penelitian terdahulu menggunakan sampel

perusahaan swasta dan local sehingga terdapat banyak kekurangan dalam

penerapan prinsip-prinsip GCG. Perusahaan tempat penulis bekerja juga

merupakan perusahaan swasta namun yang membedakan adalah perusahaan

tempat penulis merupakan bagian dari perusahaan global yang

dioperasionalkan secara lebih profesional dengan dukungan modal yang besar.

Penerapan GCG di Indonesia sendiri mengalami permasalahan karena

Sebagian besar ekonomi Indonesia disumbang oleh peran aktif UMKM yang

masih tergolong kecil dan Sebagian besar perusahaan yang besar di Indonesia

merupakan perusahaan keluarga. Hal ini disebabkan oleh adanya sejumlah

kendala yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan tersebut pada saat ingin

melaksanakan prinsip-prinsip good corporate governance dengan baik. Kendala

29
ini dapat dibagi tiga, yaitu kendala internal, kendala eksternal, dan kendala yang

berasal dari struktur kepemilikan.

Kepemilikan keluarga juga seringkali membuat GCG sulit untuk

diterapkan. Hal ini dilihat dari penelitian-penelitian terdahulu yang

menyebutkan bahwa perusahaan swasta dan keluarga kesulitan atau tidak

menerapkan GCG dengan cukup baik (Vinsentius, 2014 dan Vani 2016).

Sedangkan penerapan GCG pada kantor pos sudah baik dalam mengoptimalkan

sistem informasi akuntansi (Halimatusadiah, 2014).

Perusahaan juga menerapkan prinsip-prinsip GCG yang tertuang dalam

pelbagai tindakan yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG. Tentunya tindakan-

tindakan perusahaan sudah sesuai dengan prinsip GCG. Hal ini tentunya

didukung dari komitmen para pemegang saham dan para managemen untuk

memberikan nilai kepada para stakeholder perusahaan. Komitmen top

management terlihat dari semakin banyaknya kegiatan atau aktivitas diluar

kerjaan yang dirasakan oleh karyawan, dan para stakeholder seperti masyarakat

disekitar tempat usaha perusahaan.

3.3 Pembahasan dan Evaluasi

Langkah-langkah yang sudah diuraikan diatas merupakan perwujudan

visi perusahaan yaitu “Lets make life delicious”. Banyak hal yang sudah

dilakukan perusahaan baik dalam Dalam penerapan GCG, perusahaan belum

ada proses dokumentasi untuk kepentingan local. Laporan GCG masih dalam

30
bentuk bulletin internal yang dikirimkan ke semua level karyawan melalui

email internal perusahaan atau website internal perusahaan. Secara group usaha

laporan GCG tersebut sudah di bukukan dengan baik dalam report ESG

(Environmental Social Government). Dalam perusahaan juga tidak terdapat

suatu lembaga eksternal yang mengaudit atau melakukan evaluasi terhadap apa

yang dilakukan oleh perusahaan.

Banyak hal yang sudah dilakukan perusahaan untuk memberikan yang

terbaik bagi karyawannya. Selama 7 tahun bekerja, work life balance sangat

dijunjung tinggi di lingkungan perusahaan. Memberikan jam bebas kepada

karyawan untuk masuk atau pun pulang memberikan karyawan kesempatan

untuk mementingkan hal lain dalam hidupnya selain bekerja. Perusahaan juga

menerapkan 4 nilai untuk kehidupan yang lebih baik yaitu physical wellbeing,

Social wellbeing, Emotional wellbeing, dan Financial wellbeing. Ke empat

nilai tersebut sering diwujudkan dalam bentuk activity engagement yang

menyasar para karyawan. Nilai-nilai tersebut merupakan wujud kepedulian

perusahaan untuk para karyawannya. Selama 7 tahun bekerja, penulis juga

mendapatkan beberapa kesempatan untuk mengikuti kegiatan CSR yang

diadakan oleh perusahaan dengan terjun ke lapangan. Menjadikan pengalaman

tersebut berharga. Bisnis haruslah selaras dengan people, profit, and planet dan

GCG adalah cara mencapai hal tersebut.

31
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

GCG merupakan suatu pedoman dimana perusahaan tidak hanya

berkepentingan untuk memberikan manfaat kepada shareholder tetapi juga

memberikan manfaat kepada stakeholder seperti karyawan, masyarakat,

lingkungan dan pemerintah. Perusahaan tempat penulis bekerja selama 7 tahun

sudah menerapkan GCG ini dengan baik. Hal ini dikarenakan terdapat

keselarasan prinsip GCG dengan visi perusahaan yakni “lets make life

delicious”. Dimana dalam visi tersebut terdapat misi perusahaan untuk

memberikan yang terbaik bukan hanya pemegang saham tetapi masyarakat

sekitar dan lingkungan tempat perusahaan melakukan usahanya dan merupakan

komitmen dari top managemen untuk melaksanakan prinsip GCG. Penulis

sadar bahwa penerapan GCG harus berasal dari top management dan mereka

harus berkomitmen untuk terus menjalankannya demi hidup yang lebib baik.

4.2 Saran

Dalam penerapan prinsip GCG, penulis memberikan saran berupa:

32
 Dokumentasikan semua kegiatan yang sesuai dengan prinsip GCG

kedalam report local tidak dilakukan secara group usaha atau bukan

kedalam tabloid internal;

 Lakukan penilaian atau assessment GCG menggunakan lembaga

independent sehingga dapat ditingkatkan di kemudian hari.

33
Daftar Pustaka:

Aluchna, M. (2009), "Does good corporate governance matter? Best practice in


Poland", Management Research News, Vol. 32 No. 2, pp. 185-198.
https://doi.org/10.1108/01409170910927631

Dougherty and Pfaltzgraff. (1990). Contending Theories Of International Relations.


A Comprehensive Survey 5th Edition

FCGI. 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Jilid I. FCGI, Edisi
ke-3

Freeman, R.E., and Reed. (1983). Stockholders and stakeholders: a new perspective on
corporate governance

Friedman, Milton. (1962). Capitalism and Freedom. Chicago: University of Chicago


Press

Ghozali, Imam dan Anis Chariri. 2007. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro

Halimatusadiah, Elly., Bangun Gunwan. (2014). Analisis Penerapan Good Corporate


Governance Dalam Mengoptimalkan Pelaksanaan Sistem Informasi Akuntansi
(Studi Pada PT. POS INDONESIA (Persero)). Jurnal Riset Akuntansi dan
Keuangan 2 (1), Hal. 300-313

Harmoni, A. (2013). Stakeholder-Based Analysis of Sustainability Report: A Case


Study on Mining Companies in Indonesia. International Conference on
Eurasian Economies, 40, 204–210.

Horisch, J., Freeman, R. E., & Schaltegger, S. (2014). Applying Stakeholder Theory in
Sustainability Management: Links, Similarities, Dissimilarities, and a
Conceptual Framework. Organization and Environment, 27(4), 328–346.

James C.Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr. (1998). Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan(9th edition). Jakarta : Salemba Empat.

Jensen, Michael C. & Meckling, William H. (1976). Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economic Vol. 3 No. 4

34
Lin-hi, N and Blumbergh, I. (2011), The relationship between corporate governance,
global governance, and sustainable profits: lessons learned from BP. Corporate
Governance, Vol. 11 No. 5, pp. 571-584.

Majuri, P., Kumpula, A., & Vuorisalo, T. (2020). Geoenergy permit practices in
Finnish municipalities – Challenges with good governance. Energy Strategy
Reviews, 32

Putra, Vincentius Winata. (2014). Penerapan Prinsip Good Corporate Governance


Pada Perusahaaan Properti PT. Multi Royu Indonesia. AGORA. Vol. 2 (2)

R. A. Noviawan, and A. Septiani. (2013). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance


dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan. Diponegoro Journal of
Accounting, vol. 0, pp. 744-753

Riyanto, Bambang. (2003). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat


Yayasan Penerbit FE UGM, Yogyakarta.

The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). (2004). Internalisasi Good
Corporate Governance Dalam Proses Bisnis. Laporan Corporate Perception
Index.

Violitam, Vani., Ronny H. Mustamu. (2016). Penerapan Prinsip Good Corporate


Governance Pada Perusahaaan Keluarga Produsen Kemasan Kertas. AGORA
Vol. 4 No. 2

Report internal group Perusahaan:

KraftHeinz-2022-ESG-Report.pdf (kraftheinzcompany.com)

35

Anda mungkin juga menyukai