Dasar Pengenaan Pajak adalah nilai uang berupa jumlah harga jual, penggantian,
nilaiimpor, nilai ekspor, atau nilai lain yang dijadikan sebagai dasar untuk
menghitung pajak yang terutang.Pajak Pertambahan Nilai atau PPN yang terutang
dihitung dengan caramengalikan tarif pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak.
Biaya biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto menurut UU
PPh adalah :
Pajak Penghasilan
PBB
BPHTB
3. Penyusutan
Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud selain bangunan, dapat juga dilakukan
dalam bagian-bagian yang menurun selama masa manfaat, yang dihitung dengan
cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat
nilai sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan secara taat asas.
Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang
masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya
pengerjaan harta tersebut. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak
diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan atau pada bulan harta
yang bersangkutan mulai menghasilkan.
Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal suatu perusahaan
dibebankan pada tahun terjadinya pengeluaran atau diamortisasi. Amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan pengeluaran lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun di bidang penambangan minyak dan gas bumi
dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi. Amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak penambangan selain dengan menggunakan
metode satuan produksi, hak pengusahaan hutan, dan hak pengusahaan sumber alam
serta hasil alam lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,
dilakukan dengan menggunakan metode satuan produksi setinggi-tingginya 20%
(dua puluh persen) setahun.
Saat Mulainya Penyusutan dan Amortisasi Pasal 11 Ayat (3), (4), dan (5); serta
Pasal 11A Ayat (2) UU PPh
Ketentuan umum
• Saat bulan selesainya pengerjaan. Bagi aset tetap berwujud yang dalam proses
pembangunan atau pengerjaan.
• Saat aset mulai dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan. Bagi aset tetap berwujud yang telah dimintakan persetujuan Dirjen
Pajak. 17 S
Ketentuan Khusus Atas Penyusutan
Penyusutan tidak boleh dilakukan atas aset yang tidak dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. Atas aset ini, keuntungan
pengalihannya merupakan objek pajak, akan tetapi kerugian pengalihannya tidak
dapat dibebankan sebagai biaya. Aset berupa tanah tidak dikenai penyusutan.
Atas aset yang dilakukan revaluasi, maka paska revaluasi dilakukan perubahan
beban penyusutan sesuai dengan nilah hasil revaluasi. Penyusutan aset bagi sektor
industri tertentu dapat dikenai ketentuan berbeda, di antaranya dapat diberikan
fasilitas percepatan pengakuan beban penyusutan, diatur oleh ketentuan Menkeu.
Aset Diperuntukkan Bagi Pemangku Jabatan Atas aset yang telah dikapitalisasi
tersebut, segala bentuk biaya penyusutan, pemeliharaan, perbaikan, operasional, dan
asuransi, hanya dapat dibebankan sebesar 50% saja. Biaya perolehan aset yang
diperuntukkan bagi pemangku jabatan, seperti manajer atau direktur, dapat
dikapitalisasi sesuai nilai perolehan.
AMORTISASI
( Penyusutan Untuk Aktiva Tetap Tidak Berwujud ) Amortisasi atas pengeluaran
untuk memperoleh harta tak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya
perpanjangan hak guna bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan muhibah
(goodwill) yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang
dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dilakukan
dalam bagian-bagian yang sama besar atau dalam bagian-bagian yang menurun
selama masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif amortisasi atas
pengeluaran tersebut atau atas nilai sisa buku dan pada akhir masa manfaat
diamortisasi sekaligus dengan syarat dilakukan secara taat asas. 22 Pengeluaran
untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal dapat dibebankan sekaligus atau
diamortisasi. Pengeluaran sebelum operasi komersial bermasa manfaat melebihi 1
tahun dapat dikapitalisasi dan diamortisasi. Pengeluaran untuk perolehan hak atau
pengeluaran lain di bidang penambangan minyak dan gas bumi diamortisasi dengan
metode satuan produksi. Pengeluaran untuk perolehan hak penambangan selain
minyak dan gas bumi, hak pengusahaan hutan, serta hak pengusahaan sumber alam
dan hasil alam diamortisasi dengan metode satuan produksi, dengan tarif maksimal
20% per tahun. Pengeluaran di bidang usaha kehutanan, perkebunan tanaman
keras, dan peternakan diamortisasi sejak dilakuannya pengeluaran atau sejak bulan
produksi komersial (PMK No. 248/ PMK. 03/ 2008).
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusutan atas harta berwujud yang dimiliki dan
digunakan dalam bidang usaha tertentu diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta atau penarikan harta karena sebab
lainnya, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dan
jumlah harga jual atau penggantian asuransinya yang diterima atau diperoleh
dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penarikan harta tersebut.
Apabila hasil penggantian asuransi yang akan diterima jumlahnya baru dapat
diketahui dengan pasti di masa kemudian, maka dengan persetujuan Direktur
Jenderal Pajak jumlah sebesar kerugian dibukukan sebagai beban masa kemudian
tersebut. Apabila terjadi pengalihan harta yang memenuhi syarat sebagai bantuan,
sumbangan, zakat, hibah dan/atau warisan yang diakui berdasarkan perundang-
undangan perpajakan, yang berupa harta berwujud, maka jumlah nilai sisa buku
harta tersebut tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yang
mengalihkan. Ketentuan lebih lanjut mengenai kelompok harta berwujud sesuai
dengan masa manfaat diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. 25 Pengeluaran
untuk memperoleh aktiva tidak berwujud dan pengeluaran lainnya termasuk biaya
perpanjangan hak guna dan hak pakai yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun, yang digunakan untuk mendapatkan, menagih memelihara penghasilan. Tidak
boleh dibebankan sekaligus, melainkan dengan amortisasi.
Harta Tetap Tidak Berwujud digolongkan menjadi 4 kelompok :
a. Kelompok 1: Kelompok harta tidak berwujud bukan bangunan yang punya masa
manfaat 4 tahun
b. Kelompok 2:
elompok harta tidak berwujud bukan bangunan yang punya masa manfaat 8 tahun c.
Kelompok 3: Kelompok harta tidak berwujud bukan bangunan yang punya masa
manfaat 16 tahun
d. Kelompok 4: Kelompok harta tidak berwujud bukan bangunan yang punya masa
manfaat 20 tahun