DAN REVALUASI
PENYUSUTAN
• Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian,
pendirian, penambahan, perbaikan, atau perubahan
harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak
milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak
pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih
dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagian-bagian
yang sama besar selama masa manfaat yang telah
ditentukan bagi harta tersebut.
• Penyusutan atas pengeluaran harta berwujud selain bangunan,
dapat juga dilakukan dalam bagian-bagian yang menurun selama
masa manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan tarif
penyusutan atas nilai sisa buku, dan pada akhir masa manfaat nilai
sisa buku disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan secara taat
asas. Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran,
kecuali untuk harta yang masih dalam proses pengerjaan,
penyusutannya dimulai pada bulan selesainya pengerjaan harta
tersebut. Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak
diperkenankan melakukan penyusutan mulai pada bulan harta
tersebut digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan atau pada bulan harta yang bersangkutan
mulai menghasilkan. Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian
kembali aktiva berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19, maka dasar penyusutan atas harta adalah nilai
setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut.
Untuk menghitung penyusutan, masa manfaat
dan tarif penyusutan harta berwujud ditetapkan
sebagai berikut :
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5%
Tidak Permanen 10 tahun 10%
Contoh Penghitungan Penyusutan:
PT Agri Jaya pada bulan Juli 2015 membeli sebuah alat pertanian yang
mempunyai masa manfaat 4 tahun seharga Rp. 1.000.000,- Penghitungan
penyusutan atas harta tersebut adalah sebagai berikut:
• Perbedaan nilai buku dengan nilai riil aktiva perusahaan dapat mengakibatkan
kurang serasinya perbandingan antara penghasilan dengan beban, dan nilai buku
dengan nilai interinsik perusahaan. Untuk mengurangi perbedaan tersebut,
kepada wajib pajak perlu diberikan kesempatan untuk penilaian kembali aktiva
tetap.
• Yang dapat melakukan penilaian kembali aktiva tetap adalah Wajib Pajak Badan
dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT), tidak termasuk perusahaan yang
memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata
uang Dollar Amerika Serikat, yang telah memenuhi semua kewajiban pajaknya
sampai dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak dilakukannya penilaian
kembali. Kewajiban pajak tersebut adalah semua kewajiban dari Wajib Pajak yang
bersangkutan, seperti Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Bumi dan Bangunan yang telah terutang
sampai dengan masa pajak sebelum masa pajak dilakukan penilaian kembali.
• Aktiva tetap yang dapat dilakukan penilaian kembali adalah:
1. Seluruh aktiva tetap berwujud, termasuk tanah yang berstatus
hak milik atau hak guna bangunan; atau
2. Seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah, yang
terletak atau berada di Indonesia, dimiliki dan dipergunakan
untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang
merupakan Objek Pajak.