Anda di halaman 1dari 45

Praktik Penyalahgunaan

Peraturan Perpajakan
Internasional
Harmful Tax Practices
Tax Haven Country & Preferential Tax
Regime
Controlled Foreign Corporation
Transfer Pricing
Thin Capitalization
Treaty Shopping
Tax Haven Country & Preferential
Tax Regime
Tarif pajak rendah atau tidak sama sekali
aturan tentang kerahasiaan (mis:bank atau usaha)
menolak bekerja sama dengan tax authority
negara lain dan tidak mempunyai tax treaty (atau
minim);
Kurang transparan dalam penerapan peraturan
perundang-undangannya
Menawarkan fasilitas-fasilitas tertentu (paper coy)
Jenis Biaya US$
Cost of Incorporation (Includes all first year fees for Registered 888,88
Agent/Registered Office and Government fees):
Annual Registered Agent/Office/Government Fees: 500,00
Nominee Directors/Officer/Shareholders (If required): 500,00
Additional Services:
 Company Name Searches Free Service Provided
 Bank Account Openings US$200 Set-up Fee (Minimum Deposit Required)
 Offshore Credit Cards US$200 Set-up Fee (Excl. Credit Card Annual Fees)
 Offshore Trusts US$888,88 Set-up Fee (Excl. Annual Trustee Fees)
 Annual Trustee Fee US$500 Annual Trustee Fee to maintain "Trust"
 Offshore Mutual Funds US$100 Set-up Fee Plus 5.25% Commission-Front Load
(Standard Rate for Offshore Funds - Non-Negotiable)
 Brokerage Accounts US$300 Set-up Fee (Minimum Deposit Required)
 "OS" Mail Forwarding US$500 Annual Maintenance Service Fee
 "OS" Phone/Fax Service US$500 Annual Maintenance Service Fee
Tax Haven ….
Permasalahan :
Mengikis penerimaan pajak negara lain
Distorsi pada pola perdagangan dan investasi
Investor pada tax haven country akan menjadi
free rider di negaranya sendiri
Pemerintah dan penduduk tax haven country
juga menjadi free rider atas produk-produk
publik yang disediakan oleh negara-negara non
tax haven.
Tax Haven ….
Pengendalian :
CFC rule, thin capitalization rule, transfer
pricing rule, dll.
Exchange information & beneficial owner
dalam treaty
Meniadakan treaty dengan tax haven
country
Intensifkan kerjasama internasional
Controlled Foreign Corporation
(CFC)
merupakan suatu terminologi yang digunakan
untuk menentukan derajat penguasaan atas suatu
offshore company. Secara umum, perusahaan yang
berkedudukan di luar negeri (offshore company)
akan dianggap sebagai CFC oleh suatu negara
apabila perusahaan luar negeri tersebut dikuasai
oleh penduduk negara tersebut.
Pemerintah Amerika Serikat menganggap suatu
perusahaan luar negeri sebagai CFC apabila lebih
dari 50% saham perusahaan tersebut dimiliki oleh
penduduk Amerika Serikat.
CFC ….
Permasalahan :
Dengan menempatkan perusahaan di negara
lain (CFC), investor dapat menunda
pemajakan penghasilan yang berasal dari
pengoperasian perusahaan di luar negeri
dengan cara menunda pendistribusian laba
(dividen) kepadanya.
CFC ….
Pengendalian :
Negara berwenang menentukan saat perolehan
penghasilan yang berasal dari CFC tersebut.
Pasal 18 ayat (2) UU PPh
KMK 164/KMK.03/2002; penggabungan
penghasilan yang berasal dari luar negeri
KMK 650/KMK.04/1994; Saat perolehan dividen
dividen oleh Wajib Pajak dalam negeri atas
penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri
yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa
efek, dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya
dividen tersebut. Dicabut
PMK No.256/PMK.03/2008  tidak dibatasi pada
32 negara
256/PMK.03/2008 : Penetapan Saat Diperolehnya Deviden oleh Wajib Pajak
Dalam Negeri atas Penyertaan Modal Pada Badan Usaha di Luar Negeri
Selain Badan Usaha Yang Menjual Sahamnya di Bursa Efek
Saat diperolehnya dividen oleh Wajib Pajak dalam negeri atas penyertaan
modal pada badan usaha di luar negeri selain badan usaha yang menjual
sahamnya di bursa efek adalah:
pada bulan keempat setelah berakhimya batas waktu kewajiban
penyampaian SPT Tahunan PPh badan usaha di luar negeri tersebut untuk
tahun pajak ybs; atau
pada bulan ketujuh setelah tahun pajak berakhir apabila badan usaha di
luar negeri tersebut tidak memiliki kewajiban untuk menyampaikan SPT
Tahunan PPh atau tidak ada ketentuan batas waktu penyampaian SPT
Tahunan PPh.
Wajib Pajak dalam negeri sebagaimana dimaksud di atas adalah Wajib
pajak dalam negeri yang:
 memiliki penyertaan modal paling rendah 50% dari
jumlah saham yang disetor pada badan usaha di luar
negeri; atau
 secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam
negeri lainnya memiliki penyertaan modal paling
rendah 50% dari jumlah saham yang disetor pada
badan usaha di luar negeri.
 Besarnya dividen yang wajib dihitung oleh wajib pajak dalam
negeri adalah sebesar jumlah dividen yang menjadi haknya terhadap
laba setelah pajak yang sebanding dengan penyertaannya pada
badan usaha di luar negeri selain badan usaha yang menjual
sahamnya di bursa efek. Ketentuan ini tidak berlaku apabila
sebelum batas waktu sebagaimana dimaksud di atas, badan usaha di
luar negeri dimaksud sudah membagikan dividen yang menjadi hak
wajib pajak. Selanjutnya dividen ini wajib dilaporkan dalam SPT
Tahunan PPh untuk tahun pajak saat dividen tersebut dianggap
diperoleh.
 Dalam hal Wajib Pajak dalam negeri menerima pembagian dividen
dalam jumlah yang melebihi jumlah dividen yang dilaporkan, atas
kelebihan jumlah dividen tsb wajib dilaporkan dalam SPT Tahunan
PPh pada tahun pajak dibagikannya dividen tersebut. Dalam hal
Wajib Pajak dalam negeri menerima pembagian dividen selain
dividen di atas, dividen tersebut wajib dilaporkan dalam SPT
Tahunan PPh pada tahun pajak dibagikannya dividen tersebut.
 Pajak atas dividen yang telah dibayar/dipotong di luar negeri dapat
dikreditkan sesuai ketentuan Pasal 24 UU PPh. Pengkreditan
dilakukan pada tahun pajak dibayarnya atau dipotongnya pajak tsb.
 Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1
Januari 2009 serta mencabut KMK No. 650/KMK.04/1994.
DAFTAR NEGARA ATAU TEMPAT
KEDUDUKAN
BADAN USAHA DI LUAR NEGERI
 16. LITHUANIA
 1. ARGENTINA
 17. MACAU
 2. BAHAMA
 18. MAURITIUS
 3. BAHRAIN
 19. MEXICO
 4. BALIZE  20. NEDERLAND ANTILES
 5. BERMUDA
 21. NIKARAGUA
 6. BRITISH ISLE
 22. PANAMA
 7. BRITISH VIRGIN ISLAND
 23. PARAGUAY
 8. CAYMAN ISLAND
 24. PERU
 9. CHANNEL ISLAND GREENSEY
 25. QATAR
 10 CHANNEL ISLAND JERSEY
 26. ST.LUCIA
 11. COOK ISLAND
 27. SAUDI ARABIA
 12. EL SALVADOR
 28. URUGUAY
 13. ESTONIA
 29. VENEZUELA
 14. HONGKONG
 30. VANUATU
 15. LIECHTENSTEIN  31. YUNANI
 32. ZAMBIA
Transfer Pricing
 Kebijakan suatu perusahaan dalam
menentukan harga transfer suatu transaksi.
 domestic transfer/ international transfer
pricing
Transfer Pricing ….
Permasalahan :
Perusahaan-perusahaan yang berada pada
negara yang berbeda dapat mengatur harga
transfer sedemikian rupa sehingga
perusahaan di negara yang tarif pajaknya
rendah mendapatkan keuntungan yang
setinggi-tingginya, sedangkan perusahaan di
negara yang tarif pajaknya lebih tinggi
mendapatkan keuntungan yang serendah-
rendahnya.
Transfer Pricing ….
Pengendalian : (1)
Pasal 18 (3 dan 3A) UU PPh diatur bahwa
Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk :
menentukan kembali besarnya penghasilan
dan pengurangan serta menentukan utang
sebagai modal untuk menghitung besarnya
Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
yang mempunyai hubungan istimewa (pasal
18 (4)) dengan Wajib Pajak lainnya sesuai
dengan kewajaran dan kelaziman usaha yang
tidak dipengaruhi oleh hubungan istimewa
Transfer Pricing ….
Pengendalian : (1)
melakukan (APA) perjanjian dengan Wajib
Pajak dan bekerja sama dengan pihak otoritas
pajak negara lain untuk menentukan harga
transaksi antar pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa sebagaimana dimaksud
dalam ayat (4), yang berlaku selama suatu
periode tertentu dan mengawasi
pelaksanaannya serta melakukan renegosiasi
setelah periode tertentu tersebut berakhir.
Kesepakatan harga transfer (Advance Pricing Agreement/APA) adalah
kesepakatan antara Wajib Pajak dan Direktur Jenderal Pajak mengenai
harga jual wajar produk yang dihasilkannya kepada pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa (related parties) dengannya.
Tujuan diadakannya APA adalah untuk mengurangi terjadinya praktik
penyalahgunaan transfer pricing oleh perusahaan multi nasional.
APA dapat mencakup beberapa hal, antara lain
harga jual produk yang dihasilkan, dan
jumlah royalti
dan lain-lain, tergantung pada kesepakatan.
Keuntungan dari APA selain memberikan kepastian hukum dan
kemudahan penghitungan pajak, Fiskus tidak perlu melakukan koreksi
atas harga jual dan keuntungan produk yang dijual Wajib Pajak kepada
perusahaan dalam grup yang sama.
APA dapat bersifat unilateral, atau bilateral, yaitu kesepakatan Direktur
Jenderal Pajak dengan otoritas perpajakan negara lain yang
menyangkut Wajib Pajak yang berada di wilayah yurisdiksinya.
THIN CAPITALIZATION
Pengertian:
Thin capitalization adalah pembentukan struktur
permodalan suatu perusahaan dengan kontribusi
hutang sebanyak mungkin dan modal sesedikit
mungkin.
Potensi Permasalahan:
Pajak yang seharusnya menjadi hak suatu negara
dapat dialihkan ke negara lain.
Modus:
dalam membiayai subsidiary-nya, suatu holding
companyakan memberikan kontribusi berupa hutang
(bukan modal)
TIN CAPITALIZATION (TC)
Introduction
Kapitalisasi menunjuk kepada struktur
kapitalisasi suatu perusahaan (contoh: struktur
pembiayaan)
Semua perusahaan membutuhkan modal untuk
menjalani bisnis mereka
Ada 2 cara yang sangat menonjol untuk
membiayai suatu perusahaan:
Hutang sama dengan pinjaman vs Ekuitas
sama dengan saham
19
Arti dari TC?
Perbedaan legalitas (dalam pilihan keuangan)
Ekuitas = kontrol dan hak memilih, tidak
adanya posisi fixed repayment, pendapatan
dan kerugian saham, kompensasi dividen
Piutang = tidak ada kontrol dan hak
memilih, posisi fixed repayment tidak
bergantung pada pendapatan dan kerugian,
kompensasi bunga.

20
Arti dari TC?
Penjelasan dari TC
Struktur modal suatu perusahaan yang
memiliki proposi piutang yang tinggi
(shareholder) dibandingkan dengan pesatnya
laju ekuitasnya.
Mengapa perusahaan bisa melaju dengan
pesat? Dengan mengambil kesempatan dari
perlakuan pajak yang menguntungkan dalam
pembiayaan piutang
21
Kepentingan untuk menghalangi
TC?
Kelebihan pajak dalam pembiayaan piutang
Piutang – pembayaran bunga – klasifikasi
pajak – deductible expense
Ekuitas – pembayaran dividen – klasifikasi
pajak – distribusi non-deductible profit

22
Kepentingan untuk menghalangi
TC?
Ilustrasi dari keuntungan pajak
Pembiayaan 100% ekuitas 100% piutang

Profit 1,000 1,000


Bunga - 1,000
Pre-tax Profit 1,000 -
Pajak di 30% 300 -
Pengembalian 700 1,000
23
Kepentingan untuk menghalangi
TC?
TC mengurangi Tax Base
Ketika perusahaan menyamarkan dividen
sebagai bunga (contoh: piutang untuk
ekuitas), tax base terkikis
Sangat mudah dilakukan oleh kedua belah
pihak
Bagaimana bila peminjam dan pemberi
pinjaman berada pada yurisdiksi yang sama?
Tidak ada pengikisan tax base yang mana
TC Rules tidak ditargetkan untuk
24 mengendalikan situasi seperti ini
THIN CAPITALIZATION

Solusi: Thin Capitalization Rules


 Negara mempunyai kewenangan untuk menetukan tingkat
kewajaran perbandingan hutang dan modal dalam struktur
permodalan, serta sekaligus membatasi jumlah biaya bunga
yang dapat dijadikan unsur pengurang penghasilan.
 Thin Capitalization Rule di Indonesia:
- Pasal 18 (1) UU PPh
- KMK Nomor 1002/KMK.04/1984
- KMK Nomor 254/KMK.01/1985
- PMK 169/PMK.010/2015
DASAR HUKUM (Legal Basis)
UU KUP, UU PPh

PMK 169/PMK.010/2015
PENENTUAN BESARNYA PERBANDINGAN ANTARA UTANG DAN
MODAL PERUSAHAAN UNTUK KEPERLUAN PENGHITUNGAN PAJAK
PENGHASILAN

KMK No. 1002/KMK.04/1984


Tentang KMK No.
PENENTUAN PERBANDINGAN ANTARA Ditunda 254/KMK.01/1985
HUTANG DAN MODAL SENDIRI UNTUK
KEPERLUAN PENGENAAN PAJAK
PENGHASILAN
KMK Nomor 1002/KMK.04/1984
 Perbandingan antara hutang dan modal tidak boleh melebihi
3:1.
 Jumlah hutang adalah jumlah rata-rata hutang pada tiap akhir
bulan.
 Jumlah modal adalah sebesar penyertaan modal oleh
pemegang saham pada akhir tahun (termasuk Laba Ditahan)
 Apabila perbandingan antara hutang dan modal tersebut
melebihi 3:1, maka biaya bunga yang dapat menjadi unsur
pengurang harus dihitung kembali dengan mengoreksi
terlebih dahulu jumlah hutang yang di iiznkan sebesar 3 x
jumlah modal.
KMK Nomor 1002/KMK.041984
Contoh:
 Biaya bunga: Rp1.000.000.000
 Rata-rata jumlah hutang: Rp5.000.000.000
 Modal pada akhir tahun; Rp1.000.000.000

Biaya bunga dihitung kembali sebagai berikut:


 Hutang yang diizinkan = 3 x jumlah modal
= 3 x Rp1.000.000.000
= RP3.000.000.000
 Biaya bunga yang diizinkan :
Rp1.000.000.000xRp3.000.000.000/Rp5.000.000.000
= Rp 600.000.000.
PMK 169/PMK.010/2015
Perbandingan utang dan modal :
1. Wajib Pajak badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia yang
modalnya terbagi atas saham-saham.

2. Perbandingan Rasio Utang Vs Modal


= 4 : 1 .
3. Untuk memperhitungkan biaya pinjaman
yang dapat dikurangkan dalam
menghitung penghasilan kena pajak.
4. Berlaku mulai Tahun Pajak 2016.
1. Wajib Pajak
 Wajib pajak yang dikecualikan:
 Wajib Pajak bank
 Wajib Pajak lembaga pembiayaan
 Wajib Pajak asuransi dan reasuransi
 Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang
pertambangan minyak dan gas bumi, pertambangan
umum, dan pertambangan lainnya.
 Wajib Pajak yang atas seluruh penghasilannya dikenai
Pajak Penghasilan yang bersifat final.
Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang
infrastruktur
1. Wajib Pajak
Wajib Pajak yang menjalankan usaha di bidang
pertambangan minyak dan gas bumi,
pertambangan umum, dan pertambangan lainnya:
Dikecualikan apabila:
a. terikat kontrak bagi hasil, kontrak karya, atau
perjanjian kerjasama pengusahaan pertambangan; dan
b. dalam kontrak atau perjanjian sebagaimana
dimaksud pada huruf a mengatur atau mencantumkan
ketentuan mengenai batasan perbandingan antara
utang dan modal.
 Apabila tidak ada ketentuan batasan
perbandingan pada kontrak, maka berlaku rasio
Utang dan Modal sebesar 4 : 1.
2 A. Saldo Utang
 saldo rata-rata utang pada satu tahun pajak atau bagian
tahun pajak, dihitung secara rata-rata bulanan (saldo
akhir bulan).
 Saldo utang meliputi:
 saldo utang jangka panjang
 saldo utang jangka pendek
 saldo utang dagang
Yang dibebani Bunga.
2 B. Saldo Modal
 saldo rata-rata modal pada satu tahun pajak atau bagian
tahun pajak, dihitung secara rata-rata bulanan (saldo
akhir bulan).
 Saldo modal meliputi:
 ekuitas sebagaimana dimaksud dalam standar akuntansi
keuangan yang berlaku
 pinjaman tanpa bunga dari pihak yang memiliki
hubungan istimewa.
3. Biaya Pinjaman
Biaya Pinjaman meliputi:
 bunga pinjaman
 diskonto dan premium yang terkait dengan pinjaman.
 biaya tambahan yang terjadi yang terkait dengan
perolehan pinjaman (arrangement of borrowings).
 beban keuangan dalam sewa pembiayaan
 biaya imbalan karena jaminan pengembalian utang.
 selisih kurs yang berasal dari pinjaman dalam mata uang
asing sepanjang selisih kurs tersebut sebagai penyesuaian
terhadap biaya bunga dan biaya sebagaimana dimaksud
diatas.
4. Ketentuan Lainnya
Wajib Pajak yang mempunyai utang swasta luar negeri:
 wajib menyampaikan laporan besarnya utang swasta luar
negeri kepada DJP.
 Dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan laporan
tersebut, biaya pinjaman yang terutang dari utang swasta
luar negeri tersebut tidak dapat dikurangkan untuk
menghitung penghasilan kena pajak.
Tata cara pelaporan akan diatur melalui PER DJP  Belum
terbit.
4. Ketentuan Lainnya
Selain Rasio DER (Thin Capitalization Principal),
Biaya Pinjaman juga harus mempertimbangkan :
 3 M (Mendapatkan, Menagih dan Memelihara
Penghasilan).
 Prinsip kewajaran dan kelaziman usaha
(arm’s length principal), apabila mempunyai
utang kepada pihak-pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
TREATY SHOPPING

Pengertian:
Treaty shopping merupakan suatu cara untuk
mendapatkan manfaat suatu tax treaty oleh pihak
yang tidak berhak atas manfaat tax treaty tersebut.
Treaty Shopping
suatu cara untuk mendapatkan manfaat suatu tax
treaty oleh pihak yang tidak berhak atas manfaat
tax treaty tersebut. Treaty shopping melibatkan
pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
yang berkedudukan di beberapa negara. Treaty
shopping dilakukan oleh pihak yang merupakan
penduduk suatu negara (misalnya Negara A) yang
tidak mempunyai tax treaty dengan suatu negara
lain (misalnya Negara C) dengan cara membuat
suatu entitas pada negara (misalnya Negara B)
yang mempunyai tax treaty dengan Negara C.
AIKEN INDUSTRIES, Inc.v. Comr.

“B”
(Bahama)

“U” “E”
(USA) (Equador)

Aturan USA: Pembayaran bunga dari “U” kepada “ B” terutang


30% witholding tax
Aiken Industries, Inc.v. Comr.

Bunga 1
“B”
(Bahama)
Piutang 1

“u” “E”
(USA) (Equador)

Piutang 2 “H”
(Honduras)
Bunga 2

Treaty USA-Honduras: pendapatan bunga yang diterima oleh satu Contracting State
yang bersumber pada Contracting State lainnya, dibebaskan dari pengenaan pajak.
Aturan Honduras : bunga yang dibayarkan ke LN tidak terutang pajak
Treaty Shopping ….
Pengendalian : (1)
Pasal 26 UU 36/2008
(1a) Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan usaha melalui bentuk usaha tetap di Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah negara tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak
luar negeri yang sebenarnya menerima manfaat dari penghasilan tersebut (beneficial
owner).
(2a) Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan saham sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18 ayat (3c) dipotong pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari
perkiraan penghasilan neto.
(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (2a) diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Treaty Shopping ….
Pengendalian : (2)
Pasal 18 (3c)
Penjualan atau pengalihan saham perusahaan antara
(conduit company atau special purpose company)
yang didirikan atau bertempat kedudukan di negara
yang memberikan perlindungan pajak (tax haven
country) yang mempunyai hubungan istimewa
dengan badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha tetap di
Indonesia dapat ditetapkan sebagai penjualan atau
pengalihan saham badan yang didirikan atau
bertempat kedudukan di Indonesia atau bentuk usaha
Contoh:
X Ltd. yang didirikan dan berkedudukan di
negara A, sebuah negara yang memberikan
perlindungan pajak (tax haven country), memiliki
95% (sembilan puluh lima persen) saham PT X Y Co.
Negara B

yang didirikan dan bertempat kedudukan di Jual ke PT Z


Indonesia. X Ltd. ini adalah suatu perusahaan 100%
antara (conduit company) yang didirikan dan
dimiliki sepenuhnya oleh Y Co., sebuah
perusahaan di negara B, dengan tujuan sebagai X Ltd
Negara A
(Tax Haven)

perusahaan antara dalam kepemilikannya atas


95%
mayoritas saham PT X.

Apabila Y Co. menjual seluruh kepemilikannya


atas saham X Ltd. kepada PT Z yang merupakan
PT X
Negara A
Indonesia
(Tax Haven)

Wajib Pajak dalam negeri, secara legal formal


transaksi di atas merupakan pengalihan saham
perusahaan luar negeri oleh Wajib Pajak luar
negeri.
Namun, pada hakikatnya transaksi ini merupakan
pengalihan kepemilikan (saham) perseroan Wajib
Pajak dalam negeri oleh Wajib Pajak luar negeri
sehingga atas penghasilan dari pengalihan ini
terutang Pajak Penghasilan (258/PMK.03/2008)
Treaty Shopping ….
Pengendalian : (3)
Surat Keterangan Domisili
Surat Keterangan Domisili
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER-61/PJ/2009 dan PER-62/ TENTANG
PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN
PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK
BERGANDA
Per 24 24/2010 dan Per 25/2010 sebagai perubahan
atas Per 61/2009 dan Per 62/2009 (lihat formulir yang
dibagikan).
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai