Anda di halaman 1dari 8

Aspek Perpajakan Dalam Transaksi Di Bursa Efek Dari Sudut Pandang Withholding Tax System

Transaksi di bursa efek sangat potensial untuk meningkatkan penerimaan pajak karena subjek pajaknya tidak meliputi hanya wajib pajak badan saja melainkan . Transaksi di bursa adalah pembelian dan penjualan efek perusahaan yang sudah terdaftar di bursa. Potensial untuk meningkatkan penerimaan pajak karena objek pajaknya tidak meliputi hanya wajib pajak badan saja melainkan juga para wajib pajak orang pribadi yang menginginkan penhghasilan tambahan selain yang didapat sebagai pegawai atau pengusaha bebas. Selain itu dengan berkembang pesatnya teknologi informasi saat ini yang memungkinkan para calon investor yang berstatus sebagai wajib pajak orang pribadi. Penjualan saham di pasar modal merupakan salah satu objek pengenaan pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan atas transaksi di bursa dilakukan dengan mekanisme pemotongan pajak bersifat final. Secara umum dapat dilihat bahwa pemotongan pajak penghasilan yang bersifat final merupakan metode pemungutan pajak penghasilan paling efektif, mudah dan murah. Withholding Tax adalah suatu sistem perpajakan dimana pihak tertentu (pihak ketiga) mendapat tugas dan kepercayaan dari undang-undang perpajakan untuk memotong atau pemungut suatu prosentasi tertentu terhadap jumlah pembayaran atau transaksi yang dilakukannya dengan penerima penghasilan, yakni Wajib Pajak. Jumlah pajak yang dipotong diteruskan ke kas negara dalam jangka waktu tertentu, Dengan cara ini, pemerintah akan dengan mudah untuk mengumpulkan pajak tanpa memerlukan upaya dan biaya besar.

A. Bursa Efek
Bursa efek atau bursa saham adalah sebuah pasar yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan efek perusahaan yang sudah terdaftar di bursa itu. Bursa efek tersebut, bersamasama dengan pasar uang merupakan sumber utama permodalan eksternal bagi perusahaan dan pemerintah. Bursa efek hampir sama dengan pasar-pasar lainnya.Yang membedakan adalah komoditi yang diperdagangkan.Komoditi yang di perjualbelikan adalah dana-dana jangka panjang,yaitu dana yang keterkaitannya dalam investasi lebih dari 1 tahun. Dengan

demikian,dapat

didefinisikan

bahwa

pasar

modal/bursa

efek

adalah

tempat

untuk

mentransaksikan modal jangka panjang, dimana permintaan diwakili oleh perusahaan penerbit surat berharga dan penawaran diwakili oleh investor.

B. Transaksi di Bursa Efek


Banyak jenis komoditi yang diperdagangkan di bursa efek ,yang semuanya dapat diwakili oleh satu istilah:surat berharga,atau juga sering disebut sekuritas atau efek.Yang termasuk surat berharga antara lain saham,obligasi,sekuritas kredit,sekuritas penyertaan dana,right

issue,waran,dan option.Surat-surat berharga tersebut juga banyak variasinya,misalnya saham terbagi atas saham biasa dan saham preferen.Termasuk juga obligasi yang mempunyai banya variasi misalnya obligasi konversi,obligasi subordinasi,dan yang lainnya.Kedua komoditi ini sering disebut instrumen investasi induk sebab dari keduanya dapat diturunkan banyak sekali komoditi lain,yang disebut instrument derivatif. C. Aspek perpajakan atas transaksi di Bursa Efek 1) Penjualan Saham Transaksi penjualan saham di bursa efek diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1994 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari.Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari transaksi penjualan saham di bursa efek di potong Pajak Penghasilan yang bersifat final. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari transaksi penjualan saham di bursa efek dikenakan pajak bersifat final. Adapun tarif pemotongannya adalah sebagai berikut : a) 0.1% (nol koma satu persen) dari jumlah bruto nilai transaksi penjualan. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa penerapan tarif pajak penghasilan 0,1% untuk transkasi penjualan saham merupakan salah satu mekanisme pemungutan pajak yang tidak sesuai dengan asas equality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan) yang dicetuskan oleh Adam Smith karena pajak penghasilan yang telah dipungut tersebut dikenakan atas transaksi penjualan saham bukan atas keuntungan yang diterima oleh investor. Namun memberikan

kemudahan penghitungan pajak maupun kesederhanaan administrasi perpajakannya untuk memperoleh penerimaan Negara dikarenakan kompleksitas transaksi. b) Bagi pemilik saham pendiri dikenakan sebesar : 0.1% x Nilai transaksi + 0.5% dari nilai saham pada 30 December 1996, dalam hal saham tersebut telah diperdagangkan dibursa efek sebelum 31 December 1996. 0.1% x Nilai transaksi + 0.5% dari nilai saham pada saat IPO, dalam hal saham tersebut diperdagangkan dibursa efek pada atau setelah 1 January 1996. Yang dimaksud Pendiri dalam klausul saham pendiri adalah orang pribadi atau badan yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham atau tercantum dalam anggaran dasar sebelum pernyataan pendaftaran yang diajukan pada BAPEPAM dalam rangka penawaran umum perdana. Sementara Saham Pendiri sendiri adalah saham yang dimiliki oleh para pendiri pada saat perusahaan mengajukan peryataan pendaftaran kepada BAPEPAM dalam rangka IPO termasuk : 1. Saham dari kapitalisasi agio yang dikeluarkan dan dibagikan setelah IPO kepada pendiri. 2. Saham yang berasal dari pemecahan saham pendiri yang masih dimiliki pendiri. Penyetoran tambahan Pajak Penghasilan atas penjualan saham pendiri dilakukan oleh emiten atas nama pemilik saham pendiri ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro selambat-lambatnya : a) 6 (enam) bulan setelah tanggal 29 Mei 1997, apabila saham perusahaan telah diperdagangkan di bursa efek sebelum tanggal tersebut; b) 1 (satu) bulan setelah saham tersebut diperdagangkan di bursa efek, apabila saham perusahaan baru diperdagangkan di bursa efek pada atau setelah tanggal 29 Mei 1997.

Tambahan Pajak Penghasilan atas Pajak Penghasilan penjualan saham pendiri tidak boleh diperhitungkan sebagai biaya bagi emiten.Emiten wajib menyampaikan

laporan tentang penyetoran tambahan Pajak Penghasilan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat ia terdaftar sebagai Wajib Pajak selambat-lambatnya tanggal 20 (dua puluh) bulan berikutnya setelah bulan penyetoran. 2) Bunga Obligasi Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Berupa Bunga Obligasi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2009.Atas Bunga Obligasi baik yang berupa bunga dan/atau diskonto obligasi dikenai pemotongan Pajak Penghasilan bersifat final sebesar: a) bunga dari Obligasi dengan kupon sebesar: 1. 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap; dan 2. 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak berganda bagi Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap,dari jumlah bruto bunga sesuai dengan masa kepemilikan Obligasi; b) diskonto dari Obligasi dengan kupon sebesar: 1. 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap; 2. 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak berganda bagi Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap,dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi, tidak termasuk bunga berjalan; c) diskonto dari Obligasi tanpa bunga sebesar: 1. 15% (lima belas persen) bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap; 2. 20% (dua puluh persen) atau sesuai dengan tarif berdasarkan persetujuan penghindaran pajak berganda bagi wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha

tetap,dari selisih lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga perolehan Obligasi; dan d) bunga dan/atau diskonto dari Obligasi yang diterima dan/atau diperoleh Wajib Pajak reksadana yang Keuangan sebesar: 1. 0% (nol persen) untuk tahun 2009 sampai dengan tahun 2010; terdaftar pada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

2. 5% (lima persen) untuk tahun 2011 sampai dengan tahun 2013; 3. 15% (lima belas persen) untuk tahun 2014 dan seterusnya. Dikecualikan dari pemotongan Pajak Penghasilan, apabila penerima penghasilan berupa bunga obligasi adalah: a) Wajib Pajak dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. b) Wajib Pajak bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia. Pemotongan Pajak Penghasilan atas bunga obligasi dilakukan oleh: a) penerbit Obligasi atau kustodian selaku agen pembayaran yang ditunjuk, atas bunga dan/atau diskonto yang diterima pemegang Obligasi dengan kupon pada saat jatuh tempo Bunga Obligasi, dan diskonto yang diterima pemegang Obligasi tanpa bunga pada saat jatuh tempo Obligasi; dan/atau b) perusahaan efek, dealer, atau bank, selaku pedagang perantara dan/atau pembeli, atas bunga dan diskonto yang diterima penjual Obligasi pada saat transaksi. Pajak yang dipotong harus disetor paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir dan dilaporkan paling lama 20 hari setelah masa pajak berakhir.Apabila batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, pelaporan dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Pelaporan Pajak Penghasilan dilakukan dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Final Pasal 4 ayat (2). 3) Diskonto Surat Perbendaharaan Negara Pajak Penghasilan atas Diskonto Surat Perbendaharan Negara diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2008.Yang dimaksud diskonto SPN adalah selisih lebih antara : a) nilai nominal pada saat jatuh tempo dengan harga perolehan di Pasar Perdana atau di Pasar Sekunder; atau

b) harga jual di Pasar Sekunder dengan harga perolehan di Pasar Perdana atau di Pasar Sekunder,tidak termasuk Pajak Penghasilan yang dipotong. Atas penghasilan tertentu dari Wajib Pajak berupa Diskonto SPN dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan yang bersifat final.Besar Pajak Penghasilan yang dipotong sebesar: a) 20% (dua puluh persen), bagi Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT); dan b) 20% (dua puluh persen) atau tarif sesuai ketentuan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) yang berlaku bagi Wajib Pajak penduduk/berkedudukan di luar negeri. Dikecualikan dari pemotongan Pajak Penghasilan adalah atas Diskonto SPN yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak : a) Bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia; b) Dana Pensiun yang pendirian/pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan; c) Reksadana yang terdaftar pada Badan pengawas Pasar Modal dan Lembaga, selama 5 (lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian izin usaha. Pemotongan Pajak Penghasilan atas diskonto SPN dilakukan oleh : a) Penerbit SPN (emiten) atau kustodian yang ditunjuk selaku agen pembayaran, atas diskonto yang diterima pemegang SPN saat jatuh tempo; b) Perusahaan efek (broker) atau bank selaku pedagang perantara (dealer), atas diskonto yang diterima atau diperoleh penjual SPN pada saat transaksi di Pasar Sekunder; c) Perusahaan efek (broker), bank, dana pensiun, dan reksadana selaku pembeli SPN tanpa melalui pedagang perantara, atas diskonto yang diterima atau diperoleh penjual SPN pada saat transaksi di Pasar Sekunder. Dalam hal penjualan SPN secara langsung tanpa melalui pedagang perantara dan dilakukan kepada pihak selain pemotong pajak pencatatan perubahan hak kepemilikan SPN (sub registry) wajib memotong Pajak Penghasilan Final yang terutang sebelum mutasi hak kepemilikan dapat dilakukan.Pemotongan Pajak Penghasilan dilakukan pada tanggal transaksi saat penjualan SPN di Pasar Sekunder atau pada tanggal saat jatuh tempo SPN.

Pemotongan Pajak Penghasilan atas diskonto SPN wajib memberikan Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2) kepada Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan berupa Diskonto SPN. Pemotongan Pajak Penghasilan atas diskonto SPN menyetor Pajak Penghasilan yang terutang ke Bank Persepsi atau Kantor Pos dan Giro paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah bulan pemotongan dan melaporkan pemotongan dan penyetoran Pajak Penghasilan ke Kantor Pelayanan Pajak paling lama tanggal 20 (dua puluh) bulan berikutnya setelah bulan pemotongan. 4) Penghasilan dari Transaksi Derivatif Berupa Kontrak Berjangka Yang

Diperdagangkan di Bursa Penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh orang pribadi atau badan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2009.Namun setelah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2011 yang mulai berlaku pada tanggal 6 Juni 2011 disebutkan bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2009 telah dicabut,sehingga penghasilan dari transaksi derivatif berupa kontrak berjangka yang diperdagangkan di bursa tidak terutang Pajak Penghasilan.

D. Pihak-pihak yang berkewajiban untuk melaksanakan pemotongan dalam transaksi di bursa efek
1) Penyelenggara bursa efek Pengenaan Pajak Penghasilan dilakukan dengan cara pemotongan oleh penyelenggaraan bursa efek melalui perantara pedagang efek pada saat pelunasan transaksi penjualan saham. Penyetoran Pajak penghasilan yang terhutang selambatlambatnya 1 bulan setelah saham diperdagangkan di bursa efek. 2) Pemilik saham pendiri Penyetoran tambahan Pajak Penghasilan atas saham pendiri dilakukan oleh pemilik saham pendiri selambat-lambatnya satu bulan setelah saham tersebut diperdagangkan di bursa.Jika pengenaan tambahan PPh sebesar 0,5% tersebut tidak disetor sesuai dengan batas waktu yang ditentukan, maka atas penghasilan berupa capital

gain dari penjualan saham pendiri tersebut dikenakan PPh dengan tarif umum Pasal 17 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008 (tidak final). Dalam hal ini wajib pajak juga diperkenankan memilih menghitung PPh atas penjualan saham pendiri dengan tarif pasal 17 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008 dikalikan dengan capital gainnya. 3) Emiten
Pelaporan ke KPP atas penyetoran tambahan PPh 0,5% atas saham pendiri, selambatlambatnya tanggal 20 bulan berikutnya setelah bulan penyetoran. Emiten juga harus melaporkan penyetoran tambahan PPh 0,5% tersebut kepada penyelenggara bursa efek, agar untuk selanjutnya atas penjualan saham pendiri tersebut hanya dikenakan PPh sebesar 0,1%.

E. Kesimpulan
Perkembangan pasar modal merupakan salah satu indikator dalam suatu perekonomian sebuah negara. Oleh sebab itu untuk menciptakan iklim yang menarik para investor baik investor asing maupun domestik diciptakan suatu sistem pasar modal yang kompetitif, salah satunya adalah penerapan peraturan perpajakan yang sederhana dan menarik. Pengenaan tarif yang rendah maupun perlakuan pajak yang bersifat khusus diharapkan dapat memberikan minat bagi para investor untuk melakukan investasi. Dengan semakin mudah, sederhana dan adanya kepastian hukum diharapkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak akan semakin meningkat sehingga akan meningkatkan penerimaan pajak penghasilan khususnya yang berasal dari transaksi penjualan saham di bursa efek. Dengan semakin meningkatnya target penerimaan negara dari tahun ke tahun maka penerapan pajak penghasilan final atas transaksi saham di bursa efek ini sangat membantu Direktorat Jenderal Pajak dalam mengisi kas negara. Mekanisme pemotongan pajak yang bersifat final atas transaksi di bursa efek dinilai merupakan metode pemungutan pajak penghasilan paling efektif, mudah dan murah.Mekanisme tersebut mampu menarik pajak dengan jumlah besar dari pembayar pajak yang banyak dengan upaya dan biaya administrasi minimal dan mempercepat penerimaan pajak yang akan diterima pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai