Anda di halaman 1dari 32

RESUME

Pajak Penghasilan Pasal 24 dan 25


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Perpajakan II yang Dibimbing oleh Bapak
Drs. Sarwani M.Si., Ak

Disusun Oleh :
Eva Khofifah (1710313320019)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
BANJARMASIN
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1
1. Pasal 24 ............................................................................................................................... 2
1.1 Definisi ........................................................................................................................ 2
1.2 Permohonan Kredit Pajak Luar Negeri ....................................................................... 2
1.3 Penggabungan penghasilan ......................................................................................... 2
1.4 Penentuan Sumber Penghasilan .................................................................................. 5
1.5 Besarnya Kredit Pajak Yang Diperbolehkan .............................................................. 6
1.6 Pengurangan/Pengembalian PPh Luar Negeri .......................................................... 12
2. PPh Pasal 25 ..................................................................................................................... 16
2.1 Definisi ...................................................................................................................... 16
2.2 Menghitung angsuran Bulanan ................................................................................. 16
2.3 Menghitung angsuran PPh untuk bulan-bulan sebelum batas waktu penyempaian
SPT tahunan PPh .................................................................................................................. 18
2.4 Menghitung Angsuran PPh Pasal 25 apabila dalam tahun berjalan surat ketetapan
pajak untuk tahun pajak yang lalu ........................................................................................ 18
2.5 Tidak termasuk dalam pengertian wajib pajak PPh Pasal 21 .................................... 19
2.6 PPh Pasal 25 dalam hal – hal tertentu ....................................................................... 19
2.8 PPh Pasal 25 bagi wajib pajak baru; Bank, Badan usaha milik negara, Badan Usaha
Milik Daerah, Wajib Pajak Masuk Bursa, dan Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan
ketentuan peraturan perundangan-perundangan harus membuat laporan keuangan berkala;
dan wajib pajak orang priibadi pengusaha tertentu denga tarif paling tinggi 0,75% dari
peredaran bruto ..................................................................................................................... 24
2.9 Penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 25 ................................................................... 26
2.10 PPh pasal 25 bagi wajib pajak orang pribadi yang bepergian ke luar negeri ............ 26
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 31

1
1. Pasal 24

1.1 Definisi
Pajak penghasilan pasal 24 selanjutnya disingkat PPh Pasal 24 merupakan pajak yang
dibayar atau terutang diluar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima
atau diperoleh Wajib pajak dalam negeri. Besarnya pajak atas penghasilanWajib pajak
dalam negeri yang terutang atau dibayar diluar negeri dapat dikreditkan terhadap total
pajak terutang atas seluruh penghasilan Wajib pajak dalam negeri. PPh pasal 24 juga
mengatur ketentuan mengenai besarnya pajak penghasilan yang dibayar atau terutang
di luar negeri yang dapat dikreditkan dari total pajak penghasilan terutang di
Indonesia. (Resmi, 2017)

1.2 Permohonan Kredit Pajak Luar Negeri


Agar pajak yang terutang atau dibayar diluar negeri dapat dikreditkan, syarat Wajib
pajak yaitu berdasarkan UU terbaru yang berlaku pada Peraturan Menteri Keuangan
192/PMK/03/2018

1. Laporan keuangan tentenag penghasilan yang berasal dari luar negeri


2. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan diluar negeri, dan
3. Dokumen pembayaran pajak diluar negeri
Permohonan kredit pajak luar negeri tersebut harus disampaikan bersamaan
dengan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh Direktur Jenderal
Pajak bisa memperpanjang jangka waktu penyampaian lampiran-lampiran
permohonan tersebut karena alasan-alasan diluar kekuasaan Wajib Pajak.

1.3 Penggabungan penghasilan


Langkah pertaa yang harus dilakukan dalam menghitung total PPh teruang dalam
suatu tahun pajak adalah menenetukan jumlah penghasila (baik penghasilan dari
dalam negeri maupun penghasilan dari luar negeri) yang digunakan sebagai dasar
untuk menghitung PPh tersebut. Ketentuan atas penggabungan penghasilan tersebut
yaitu :

1. Penghasilan yang berasal dari usaha. Penggabungan penghasilan dilakukan


dalam tahun diperolehnya penghasilan tersebut (accrual basic)

2
2. Penghasilan lainnya, seperti sewa, bunga, royalti, dan lain-lain. Penggabungan
penghasilan dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan tersebut
(cash basic).
3. Penghasilan berupa dividen yang diperoleh Wajib pajak dalam negeri dari
penyertaan modal sekurang-kurangnya 50% dari jumlah saham disetor atau
secara bersama-sama dengan Wajib Pajak dalam negeri lainnya sekurang-
kurangnya 50% dari jumlah saham disetor pada badan usaha di luar negeri yang
sahamnya tidak diperdagangkan dibursa efek.penggabungan penghasilan
dilakukan dalam tahun pajak saat dividen tersebut diperoleh.
Saat peroelhean dividen dalam rangka penggabungan penghasilan tersebut
ditetapkan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan yaitu :
1. Pada bulan keempat setelah akhir batas waktu kewajiban untuk menyampaikan
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh) badan
usaha diluar negeri untuk tahun pajak yang bersangkutan, atau :
2. Jika tidak ditentukan batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh, atau tidak
ada kewajiban penyampaian SPT PPh, saat dierolehnya dividen adalah pada
bulan ketujuh setelah tahun pjak berakhir.
Penentuan besarnya dividen yang digabungkan dengna penghasilan lainnya
dihitung berdasarkan besarnya proporsi pemilikan saham pada badan usaha
diluar negeri atas laba setelah pajak. Laba setelah pajak adalah laba usaha sesuai
dengan Laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi
yang lazim berlaku di negara yang bersangkutan dan telah diaudit oleh akuntan
publik, setelah dikurangi dengan PPh terutang di negara tersebut.
Apabila kemudian terjadi pembagian dividen dalam jumlah yang melebihi
dividen berdasarkan penghitungan Wajib Pajak dalam negeri tersebut atau
terjadi pembagian dividen maka kelebihan jumlah tersebut wajib dilaporkan
dalam SPT Tahunan PPh pada tahun pajak dibagikannya dividen tersebut.
Namun, jika sebelum jangka waktu tersebut ternyata badan usaha diluar negeri
yang dimaksud sudah membagikan dividen yang dibagikan tersebut.
Dividen yang menjaadi hak Wajib Pajak adalah dividen yang sekurang-
kurangnya sama besarnya dengan dividen yang dihitung sebanding dengna
penyertaan Wajib Pajak pada badan usaha diluar negeri.

3
Apabila kemudian terjadi pembagian dividen selain dividen yang telah
dibagikan di atas maka dividen tersebut wajib dilaporkan dalam SPT Tahuna
PPh pada tahun pajak yang berkedudukan di negara atau tempat berikut ini.
a. Argentina q. Makau
b. Bahama r. Mauritius
c. Bahrain s. Meksiko
d. Belize t. Antilla belanda
e. Bermuda u. Nikaragua
f. British Isle v. Panama
g. Kepulauan Virgin Inggris w. Paraguay
h. Cayman Island x. Peru
i. Channel Island Greensey y. Qatar
j. Channel Island Jersey z. St. Lusia
k. Cook Island aa. Arab saudi
l. El savador bb. Venezuela
m. Estonia cc. Vanuatu
n. Hong Kong dd. Yunani
o. Liestenstein ee. Zambia
p. Lituania
Contoh 1
Selama 2016, PT Ananda yang bealamat di Yogyakarta menerima dan
memperoleh penghasilan neto yang bersumber dari luar negeri. Berikut ini
rinciannya :
1. Laba usaha di Singapura dalam Tahun Pajak 2016 sebesar Rp 500.000.000.
2. Dividen atas kepemilikan saham pada X, Ltd. Di Australia sebesar Rp
200.000.000, yaitu berasal dari keuntungan tahun 2014 yang ditetapkan
dalam rapat pemegang saham tahun 2015 dan baru akan dibayarkan dalam
tahun 2016
3. Dividen atas penyertaan saham sebanyak 70% pad Y Corporation di Hong
Kong yang sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek sebesar Rp
60.000.000, yaitu berasal dari keuntungan saham tahun 2015 yang
berdasarkan Keputusaan Menteri Keuangan ditetapkan akan diperoleh pada
tahun 2016.
4. Bunga obligasi pada Z, Inc di Kuala Lumpur dihitung sebesar Rp
80.000.000. setiap semester dan diterima pada setiap semester dengan
rincian sebagai berikut.
a. Bunga semester I tahun 2016 diterima bulan September 2016
b. Bunga semester II tahun 2016 diterima pada bulan Maret 2017

4
Penghasilan yang bersumber dari luar negeri (dalam contoh-contoh
diatas) yang digabungkan dengan penghasilna dalam negeri Tahun
pajak 2016 adalah penghasilan nomor 1, 2, 3, dan 4a digabungkan
dengan penghasilan dalam negeri Tahun pajak 2017.

1.4 Penentuan Sumber Penghasilan


Dalam menentukan batas jumlah pajak atas penghasilan yang dibayarkan atau
terutang diluar negeri yang boleh dikreditkan, perlu diperhatikan penentuan sumber
penghasilan sebagai berikut

1. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya, maka sumber penghasilan adalah
negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas tersebut
berkedudukan.
2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan
harta bergera, maka sumber penghasilan adalah negara tempat pihak yang
membayar (atau dibebani bunga, royalti, atau penggunaan harta) tersebut berada
atau berkedudukan
3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak bergerak,
maka sumber penghasilan adalah negara tempat tersebut terletak.
4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan penggunaan dengan jasa,
pekerjaan, dan kegiatan, maka sumber penghasilan adalah negara tempat pihak
yang membayar (atau dibebani imbalan) tersebut berada atau berkedudukan.
5. Penghasilan berupa bentuk usaha tetap, maka sumber penghasilan adalah negara
tempat bentuk usaha tetap tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.
Undang-undang pajak penghasilan indonesia menganut pengertian
penghasilan yang luas. Oleh karena itu, jika terdapat sumber penghasilan selain
yang disebutkan di atas, penentuan sumber penghasilan tersebut menggunakan
prinsip yang sama dengan di atas.
Misalnya, Akbar sebagai wajib pajak dalam negeri memiliki sebuah
rumah di Singapura. Dalam tahun pajak 2016, rumah tersebut dijual.
Keuntungan yang diperoleh atas penjualan rumah tersebut merupakan
penghasilan yang bersumber di Singapura karena rumah tersebut terletak di
Singapura.

5
1.5 Besarnya Kredit Pajak Yang Diperbolehkan
Ketentuan Kredit Pajak Luar Negeri :

Berikut ini ketentuan tentang jumlah kredit pajak Luar negeri diperbolehkan.

1. Pajak atas penghasilan yang terutang atau dibayar diluar negeri yang dapat
dikreditkan terhadap total PPh terutang di Indonesia hanya pajak yang langsung
dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari luar
negeri tersebut. Pajak atas penghasilan yang terutang diluar negeri adalah
pajak atas penghasilan berkenaan dengan usaha atau pekerjaan diluar negeri,
sedangkan yang dimaksud dengan pajak atas penghasilan yang dibayar diluar
negeri adalah pajak atas penghasilan dari modal dan penghasilan lainnya di luar
negeri, seperti bungan, dividen, royalti, sewa, dan sebagainya.
Contoh 2
PT A di Indonesia merupakan pemegang saham tunggal dari Z Inc. di negara X.
Dalam tahun 2016, Z, Inc memperoleh keuntungan sebesar US$100.000. pajak
penghasilan yang berlaku di Negera X adalah 48% dan pajak dividen sebesar 38%
Berikut ini penghitungan pajak atas dividen tersebut.
Keuntungan Z Inc US$100.000
Pajak penghasilan (Corporate income tax) atas Z,Inc (48%) US$ 48.000 (-)
US$ 52.000
Pajak atas dividen(38%) US$ 19.760
Dividen yang dikirim ke Indonesia US$ 32.240
Pajak penghasilan yang dapat dikreditkan terhadap seluruh Pajak
Penghasilan yang terutang atas PT A adalah pajak yang langsung dikenakan atas
penghasilan yang dterima atau diperoleh diluar negeri , dalam contoh tersebut,
yaitu jumlah sebesar US$19.760.
Pajak Penghasilan (corporate income tax) atas Z, Inc sebesar
US$48.000 tidak dapat dikreditkan terhadap Pajak Penghasilan yang terutang
atas PT A karena pajak sebesar US$48.000 tersebut tidak dikenakan langsung
atas penghasilan yang diterim atau diperoleh PT A dari luar negeri, tetapi pajak
yang dikenakan atas keuntungan Z, Inc di negara X.
2. Besarnya kredit pajak yang diperolehkan adalah setinggi-tingginya sama
dengnan jumlah pajak yang dibayar atau terutang diluar negeri, tetapi tidak
boleh melebihi jumlah yang dihitung menurut perbandingan antara penghasilan

6
dari luar negeri dan Penghasilan kena Pajak (PKP), atau setinggi-setingginya
sama dengan pajak yang terutang atas PKP jika PKP lebih kecil dari
penghasilan luar negeri (menganut Metode Pengkreditan PajakTerbatas atau
Ordinary Credit Method).
Secara ringkas, besarnya kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24)
adalah nilai terendah diantara tiga penghitungan berikut ini:
1. Total PPh terutang
2. Penghasilan neto luar negeri / Penghasilan kena Pajak x Total PPh terutang
3. PPh yang terutang atau dibayar diluar negeri.
Catatan:
 Total PKP = Penghasilan dari dalam negeri dan dari luar negeri
 Total PPh terutang = Tarif Pasal 17 x Total PKP
 Penghasilan yang terutang dan/atau dibayar diluar negeri = Tarif pajakluar
negeri x Penghasilan diluar negeri
 Besarnya PKP sebagai dasar penghitungan total PPh terutang tidak
memasukkan penghasil-penghasilan yang PPh-nya bersifat final.
Jika jumlah PPh yang dibayar atau terutang diluar negeri melebihi jumlah
kredit pajak yang diperbolehkan, kelebihan tersebut tidak dapat
diperhitungkan bersama dengan PPh yang terutang tahun berikutnya, tidak
boleh dibebankan sebagai biaya atau pengurang penghasilan, dan tidak dapat
dimintakan restitusi.
Penghitungan PPh Psal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha Dalam Negeri
Contoh
PT Ananda Raya, yang berkantor diIndonesia , memperoleh penghasilan neto pada
tahun 2016 sebagai berikut.
 Dinegara A, PT Ananda Raya memperoleh berupa laba usaha sebesara Rp
500.000.000. (Tarif pajak yang berlaku adalah 30%)
 Didalam negeri, PT Ananda Raya menderita kerugian besar sebesar Rp
100.000.000.

Peredaran bruto dari kegiatan usaha dalam dan luar negeri sebesar Rp 5.000.000.000.

Berikut ini penghitungan kredir pajak luar negeru diperbolehkan (PPh Pasal 24).

7
1. Menghitung Total PKP
Penghasilan dari Negara A berupa laba usaha Rp 500.000.000
Kerugian usaha didalam negeri Rp 100.000.000 (-)
Jumlah penghasilan neto Rp 400.000.000
Jumlha penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak terdapat kompensasi
kerugian atau pengurangan lain.
2. Menghitung Total PPh Terutang
PKP yang mendapat fasilitas pengurangan tarif;
Rp 4.800.000.000 x Rp 400.000.000 = Rp 384.000.000
Rp 5.000.000.000
PKP yang tidak mendapat fasilitas pengurangan tarif :
Rp 400.000.000 – Rp 384.000.000 = Rp 16.000.000
PPh terutang :
50% x 25% x Rp 384.000.000.000 = Rp 48.000.000
25% x Rp 16.000.000 = Rp 4.000.000 (+)
Tarif PPh terutang = Rp 52.000.000
3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan sesuai Perbandingan Penghasilan
Penghasilan luar negeri (Negara A) x Total PPh terutang
Penghasilan kena pajak
Rp 500.000.000 x Rp 52.000.000 = Rp 65.000.000
Rp 400.000.000
4. Menghitung PPh yang dipotong atai dibayar di luar negeri
Tarif pajak diluar negeri x Penghasilan Luar negeri
30% x Rp 500.000.000 = RP 150.000.000
Kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah Ro 52.000.000
atau sebesar total PPh terutang. Jumlah ini diperoleh dengan membandingkan
penghitungan total PPh terutang, PPh maksimum dikreditkan sesuai
perbandingan penghasilan, dan PPh terutang atau dibayar di luar negeri.
Kemudian, dipilih terendah diantara ketiganya.
Penghitungan PPh Pasal 24 Jika Teerjadi Kerugian Usaha Luar Negeri
Contoh
Amalia (Tk/0), berdomisili di Surabaya,memperoleh dan menerima penghasilan
neto tahun 2106 sebagai berikut.

8
 Dinegara A, ia menerima penghasilan berupa sewa sebesar RP
200.000.000 (traif pajak 40%)
 Di negara B, ia mengalami kerugian usaha sebesar Rp 100.000.000 (tarif
pajak 25%)
 Didalam negeri, ia memperoleh laba usaha Rp 200.000.000

Berikut ini penghitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh pasal
24)

1. Menghitung Total PKP


Penghasilan dari negara A berupa sewa Rp 200.000.000
Penghasilna dari dalam negeri berupa laba usaha Rp 200.000.000 (+)
Jumlah penghasilan neto Rp 400.000.000
PTKP (TK/0) Rp 54.000.000 (-)
PKP Rp 346.000.000
Jumlah penghasilan neto sama dengan PKP karena tidak terdapat kompensasi
atau pengurangan yang lain.
2. Menghitung Total PPh yang terutang

PPh terutang :
 5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
 15% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.000
 25% x Rp 96.000.000 = Rp 24.000.000 (+)
Rp 56.500.000
1. Menghitung PPh MaksimumbDikreditkan dinegara A sesuai perbandingan
pengjasilan
Penghasilan luar negeri (Negara A) x Total PPh terutang
Penghasilan Kena pajak
Rp 200.000.000 x Rp 56.500.000 = Rp 32.658.960
Rp 346.000.000
2. Menghitung Pph yang dipotong atau dibayar di negara A
40% x Rp 200.000.000 = Rp 80.000.000
Kredit pajak luar negeri diperbolehkan(Pph pasal 24) adalah Rp 32.658.960
atas sebesar Pph maksimum sesuai perbandingan penghasilan. Jumlah ini
diperoleh dengan membandingkan penghitungan total PPh terutang, PPh

9
maksimum dikreditkan sesuai perbandingan penghasilann dan PPh terutang
atau dibayar di luat negeri. Kemudian dipilih nilai terendah diantar ketiganya.

Penghitungan PPh pasal 25 jika penghasilan luar negeri berasal dari


berbagai negara
Contoh
PT Yogananta, yang berkantor di Jakarta, memperoleh dan menerima
penghasilan neto pada tahun 2016 sebagai berikut.
 Dinegara P, PT Yogananta memperoleh penghasilan berupa laba usaha
sebesar Rp 300.000.000(Tarif pajak 20%)
 Dinegara Q, PT Yogananta memperoleh penghasilan berupa laba usaha
sebesar Rp 400.000.000 (tarif pajak 25%)
 Dinegara R, PT Yogananta memperoleh penghasilan berupa bunga
sebesar Rp 100.000.000 (tarif pajak 35%)
 Di dalam negeri, PT Yogananta memperoleh penghasilan berupa laba
usaha sebesar Rp 200.000.000
Peredaran bruto dari kegiatan usaha didalam dan luar negeri tersebut sebesar
Rp 50.000.000.000

Berikut ini penghitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh pasal 24)

1. Menghitung Total PKP


Penghasilan dari negara P berupa laba usaha Rp 300.000.000
Penghasilan dari Negara Q berupa laba usaha Rp 400.000.000
Penghasilan dari Negara R berupa bunga Rp 100.000.000
Penghasilan dari dalam negeri berupa laba usaha Rp 200.000.000
Jumlah penghasiilan neto Rp 1.000.000.000
Jumlah penghasilana neto sama dengan Penghasilan Kena Pajak karena tidak
terdapat kompensasi kerugian atau pengurangan yang lain.
2. Menghitung Total PPh Terutang
PPh terutang :
25% x Rp 1.000.000.000 = Rp 250.000.000
3. Menghitung PPh Maksimum dikreditkan sesuai perbandingan Penghasilan
masing-masing negara..
a. PPh maksimum untuk negara P

10
Penghasilan negara P x Total PPh terutang
Penghasilan kena pajak
Rp 300.000.000 x Rp 250.000.000 = Rp 75.000.000
Rp 1.000.000.000
b. PPh maksimum untuk negara Q

Penghasilan negara Q x Total PPh terutang


Penghasilan kena pajak
Rp 400.000.000 x Rp 250.000.000 = Rp 100.000.000
Rp 1.000.000.000
c. PPh maksimum untuk negara R

Penghasilan negara R x Total PPh terutang


Penghasilan kena pajak
Rp 100.000.000 x Rp 250.000.000 = Rp 25.000.000
Rp 1.000.000.000
4. Menghitung PPh yang dipotong atau dibayar di Luar Negeri untuk masing-
masing negara

a. PPh terutang atau dibayar di negara P


Tarif pajak negara P x Penghasilan Negara P
20. x Rp 300.000.000 = Rp 60.000.000
b. PPh Terutang atai debar di negara Q
Tarif Pajak Negara Q x Penghasilan Negara Q
25 % x Rp 400.000.000 = Rp 100.000.000
c. PPh terutang atau dibayar di negara R
Tarif pajak negara R x Penghasilan negara R
35 % x Rp 100.000.000 = Rp 35.000.000
Kredir pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) Bagi PT Yogananta
2016 dihitung sebagai berikut.

11
Negara Total PPh PPh Maksimum PPh Terutang PPh Pasal 24:
Terutang Dikreditkan Dibayar di Luar Terendah Kolom
Sesuai Negeri (1),(2),(3)
Perbandingan
Penghasilan
(1) (2) (3) (4)
P Rp 250.000.000 Rp 75.000.000 Rp 60.000.000 Rp 60.000.000
Q Rp 250.000.000 Rp 100.000.000 Rp 100.000.000 Rp 100.000.000
R Rp 250.000.000 Rp 25.000.000 Rp 35.000.000 Rp 25.000.000
Total Pajak Luar Negeri Diperbolehkan Rp 185.000.000

1.6 Pengurangan/Pengembalian PPh Luar Negeri


Jika terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan yang dibayar
diluar negeri, sehingga besarnya pajak yang dapat dikreditkan di Indonesia menjadi
lebih kecil dari pada besarnya perhitungan semula, maka selisihnya ditambahkan pada
PPh yang terutang tas seluruh penghasilan Wajib Pajak dalam negeri pada tahun
pengurangan atau pengembalian dilakukan. Sebagai contoh : dalam tahun pajak 2016,
wajib pajak mendapatkan pengurangan pajak atas penghasilan luar negeri tahun pajak
2016 sebesar Rp 7.000.000 yang semula telh termasuk dalam jumlah pajak yang
dikreditkan terhadap pajak yang terutang untuk tahun pajak 2015, sehingga jumlah
sebesar Rp 7.000.000 tersebut ditambahkan pada PPh yang terutang dalam tahun
Pajak 2016. Jumlah tersebut dimasukkan dalam induk SPT tahunan stelah menghitung
PPh yang terutang sebelum menentukan jumlah PPh yang terutang.

12
13
14
15
2. PPh Pasal 25

2.1 Definisi

Pembayaran pajak oleh wajib pajak dalam tahun berjalan dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut.
1. Wajib pajak membayar sendiri pajaknya melalui angsuran setiap bulan (PPh
Pasal 25), kurang bayar ataupun adanya Surat Tagihan Pajak.
2. Wajib pajak membayar melalui pemotongan /pemungutan, baik oleh pihak
ketiga maupun dibayar atau terutang diluar negeri (PPh Pasal 21, 22, 23, 24)
Pajak penghaslan Pasal 25 disingkat PPh Pasla 25 merupakan angsuran PPh
yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk settiap bulan dalam tahun
pajak berjalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 25 UU No.7 Tahun 1983
sebagaimana telah diubah terakhir angsuran setiap bulan itu sendiri
dimaksudkan untuk meringankan beban Wajib pajak dalam mmbayar pajak
terutang.
Angsuran PPh Pasal 25 tersebut dapat dijadikan kredit pajak terhadap pajak
yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib pajak pada akhhir tahun pajak
yang dilaporkan dalam surat pemberitahuan pajak ahunan pajak penghasilan
(SPT Tahunan PPh)

2.2 Menghitung angsuran Bulanan


Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri
oleh wajib Pajak untuk setiap bulan (PPh pasal 25) adalah sebesar Pajak Penghasilan
yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu
dikurangi dengan :

a. Pajak penghsailan yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 dan


pasal 23, serta
b. Pajak penghasilan yang dipungut sebagimana dimaksud dalam Pasal 22; dan
c. Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang diluar negeri yang boleh
dikreditkan sebagaimana diimaksud dalam Pasal 24
Kemudian dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.

Penghitungan tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu bagi Wajib Pajak orang probadi
dan Wajib pajak Badan

16
Penghitungan angsuran PPh Pasal 25 bagi wajib pajak
PPh menurut SPT Tahunan PPh tahun lalu Rp xxx
Pengurangan/ Kredit pajak tahun lalu :
PPh Pasal 21 Rpxxx
PPh Pasal 22 Rpxxx
PPh Pasal 23 Rpxxx
PPh Pasal 24 Rpxxx
Total kredit pajak Rpxxx (-)
Dasar penghitungan angsuran tahun ini Rpxxx
Angsuran PPh Pasal 25 tahun ini = Dasar penghitungan angsuran / 12 atau
banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak tahun lalu
Contoh
Pajak penghasilan yang terutang untuk Tuan Hakim berdasarkan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan tahun 2016 sebesar Rp 50.000.000 . pajak yang telah dipotong
atau dipungut oleh pihak ketiga serta yang terutang atau dibayar diluar negeri dalam tahun
2016 sebagai berikut :
 Pemotongan PPh Pasal 21 melalui pemberi kerja sebesar Rp 15.000.000
 Pemungutan Pph Pasal 22 oleh pihak lain Rp 10.000.000
 Pemotongan PPh Pasal 23 oleh penyelenggara kegiatan sebesar Rp 2.500.000
 Pembayaran pajak diluar negeri sebesar Rp 7.500.000 seluruhnya dapat dikreditkan
(sebagia PPh Pasal 24)
Angsuran bulanan PPh Pasal 25 untuk tahun 2017 adalah :
PPh terutang berdasar SPT Tahunan PPh tahun 2016 Rp 50.000.000
Kredit pajak tahun 2016:
PPh Pasal 21 Rp 15.000.000
PPh Pasal 22 Rp 10.000.000
PPh Pasal 23 Rp 2.500.000
PPh Pasal 24 Rp 7.500.000
Total Kredirt Pajak Rp 35.000.000
Dasar penghitungan angsuran Rp 15.000.000
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak setiap bulan (PPh
pasal 25) dalam tahun 2017 adalah :
Rp 15.000.000 / 12 Rp 1.250.000
Penghitungan Angsuran PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak Badan
17
PPh menurut SPT Tahunan PPh tahun lalu Rpxxx
Pengurangan/ Kredit paak tahun lalu :
PPh Pasal 22 Rpxxx
PPh Pasal 23 Rpxxx
PPh Pasal 24 Rpxxx
Total kredit pajak Rpxxx (-)
Dasar penghitungan angsuran tahun ini Rpxxx
Angsuran Pph Pasal 25 tahun ini = dasar penghitungan angsuran / 12 atau
jumlah bulan dalam bagian tahun pajak tahun lalu

2.3 Menghitung angsuran PPh untuk bulan-bulan sebelum batas waktu


penyempaian SPT tahunan PPh
Mengingat batas waktu penyampaian Surat Penyampaian Tahunan Pajak Penghasilan
bagi Wajib Pajak orang pribadi adalah akhir bulan ketiga tahun pajak berikutnya dan
bagi wajib pajak badan adalah akhir bulan keempat tahun pajak berikutnya, besarnya
angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk bulan-bulan
sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan belum dapat
dihitung sesuai dengan ketentuan di atas (PPh Pasal 25)

Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk
bulan sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan sebelum
batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan tahunan Pajak Penghasialan sama
dengan besarnya angsuran pajak untuk bulan etrakhir tahun pajak yang lalu.

2.4 Menghitung Angsuran PPh Pasal 25 apabila dalam tahun berjalan surat
ketetapan pajak untuk tahun pajak yang lalu
Apabila dalm tahun berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk tahun pajak
yang lalu, besarnya ngsuran pajak dihitung kembali berdasarkan surat ketetapan
pajak tersebut. Perubahan besarnya angsuran pajak tersebut berlaku mulai bulan
berikutnya setelah bulan diterbitkannya surat ketetapan pajak.

Contoh

Berdasarkan surat pemberitahuan tahunan pajka penghasilan tahun pajka 2016 yang
disampaikan wajib pajak dalan bulan februari 2017, perhitungan besarnya angsuran
pajak yang harus dibayar adalah Rp 1.250.000. dalam bulan Juni 2017, telah

18
diterbitkan surat ketetapan pajak tahun pajak 2016 yang menghasilkan besarnya
angsuran pajak setipa bulan sebesar Rp 2.000.000.

Berdasarkan ketenua tersebut, besarnya angsuran pajak mulai bulan Jul 2017 adalah
sebesara Rp 2.000.000. penetapan besarnya angsuran pajak berdasarkan surat
ketetapan pajak tersebut bisa sam, lebih besara, atau lebih kecil dari angsuran pajak
sebelumnya berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan.

2.5 Tidak termasuk dalam pengertian wajib pajak PPh Pasal 21


Tidak termasuk dalam pengertian penerima penghasilan yang dipotong PPh 21
adalah :
1. Pejabat perwakilan diplomatic dan konsulat atau pejabat lain dari Negara asing,
dan orang – orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan warga Negara Indonesia
dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain diluar jabatan
atau pekerjaannya tersebut, serta Negara yang bersangkutan memberikan
perlakuan timbale – balik.
2. Pejabat perwakilan organisasi internasional berdasarkan Pasal 3 aya 1 huruf c UU
pajak Penghasilan telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan
Warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau
pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

2.6 PPh Pasal 25 dalam hal – hal tertentu


Pada dasarnya, besarnya pembauran angsuran pajak oleeh Wajib pajak sendiri dalam
tahun berjalan sedapat mungki diupayakan mendekati jumlah pajak yang kan terutang
pada akhir tahun. Oleh karena itu, dalam ha-hal tertantu direktur jenderal pajak
diberikan wewenang untuk menyesuaiakan perhitungan besarnya anngsuran pajak
yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan. Hal-hal tertentu
yang dimaksud adalah :
1. Wajib pajak berhak atas kompensasi keruguan;
2. Wajib pajak memperoleh penghasilan tidak teratur
3. Surat pemberiahuan tahunan pajak penghasilan tahun yang lalu disampaikan
setalah lewat batas waktu yang ditentukan;
4. Wajib pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian surat
penyampaian surat pemberitahuan tahunan ooajak penghasilan

19
5. Wajib pajak membetulkan sendiri surat pemberitahuan tahunan pajak
pennghasilan yang mengakibatkan angsuran bulan lebih besar dari angsuran
bulanan sebelum pembetulan; dan
6. Terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan wajib pajak.
Wajib pajak berhak atas kompensasi kerugian
Jika wajib pajak berhak atas kompensasi kerugian, besarnya angsuran PPh Pasal 25
sama dengan PPh yang dihitung atas dasar ppenghitungan PPh dikurangi dengna PPh
yang dipotong/dipungut atau terutanng diluar ngeri yang boleh dikreditkan sesui
ketentuan Pasal 21, pasal 22, pasal 23, dan pasal 24 UU Ppha, kemudian 12 atau
banayaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
Contoh
Penghasilan kena pajak PT Putra Jaya tahun 2016 adalaah Rp 700.000.000 . sisa
kerugian tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan Rp 800.000.000 . sisa
kerugian yang beum dikompensasi tahun 2016 adalah Rp 100.000.000 (=sisa rugi Rp
800.000.000 dikompensasikan dengan penghasilan kena pajak tahun 2016 sebesar Rp
700.000.000)
Penghitungan pajak penghasilan Pasal 25 tahun 2017 adaah :
Penghasilan kena pajak tahun 2016 Rp 700.000.000
Sisa kerugian yang belum dikompensasikan tahun 2016 Rp 100.000.000 (-)
Penghasilan yang dipakai sebagai dasar penghitungan Rp 600.000.000
Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25
Pajak penghasilan yang terutang:
25% x Rp 600.000.000 = Rp 150.000.000
(catatan : perderan bruto tahun 2016 melebihi Rp 50.000.000.000)
Apabila pada tahun 2016 tidak ada pajak penghasilan yang dipotong atau di pungut
oleh pihak lain dan pajak yang dibayar atau terutang diluar negeri sesuai dengan
ketentuan dalm pasal 24, besarnya angsuran pajak bulanan PT Putra jaya tahun 2017
adalah:
1/12 Rp 150.000.000 = Rp 12.500.000
Jika SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2016 disamaikan pada bulan April 2017, angsuran
bulan januari sampai dengan Maret 2017 didasarkan pada angsuran PPh Pasal 25 untuk
bulan desember 2016. Misalnya, pada contoh sebelumnya, besarnya angsuran PPh
Pasal 25 bulan Desember 2016 adalah NIHIL sehingga angsuran untuk bulan Januari

20
sampai dengan Maret 2017 juga NIHIL, sedangkan mulai bulan April 2017 besarny
angsuran adalah Rp 12.500.000
Jika PT Putra Jaya menyampaikan SPT Tahunan PPh tahun pajak 2016 pada tahun
tanggal 30 April 2017 dan ternyata mengalami kerugian, angsuran PPh Pasal 25 mulai
bulan Maret 2017 adalah NIHIL, sedangkan besarnya angsuran PPh pasal 25 untuk
bulan Januari sampai dengan Maret 2017 sam dengan angsuran bulan Desember tahun
2016, yang didasarkan pada penghitungan SPT Tahunan PPh tahun pajak 2016 dan
SKP yang terbit dalam tahun2017.
Apabila sisa kerugian tahun sebelumnya telah melewati batas waktu kompensasi (lima
tahun) maka kerugian tersebut tidak dapat dikompensasikan. Oleh karena itu, tidak
memengaruhi penghitungan angsuran PPh Pasal 25.
Wajib pajak memperoleh penghasilan Tidak teratur
Penghasilan teratur adalah penghasilan yang lazimnya diterima atau diperoleh secara
berkala sekurang-kurangnya sekali dalam setiap tahun pajak. Penghasilan ini dapat
bersumber dari kegiatan usaha, pekerjaan bebas, pekerjaan, maupun pengalihan harta
dan/atau modal, kecuali penghasilan yang telah dikenakan PPh yang bersifat final.
Jika Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur maka besarnya angsuran PPh
Pasal 25 adalah sama dengan PPh yang dihitung dengan dasar penghitungan PPh
dikurangi dengan PPh yang dipotong/dipungut atau diabayr/terutang diluar negeri yang
boleh dikreditkan sesuai ketentuan Pasal 21, 22, 23, dan pasal 24 UU PPh, kemudian
dibagi 12 atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
Dasar penghitungan PPh yang dimaksud adalah jumlah penghasilan neto menurut
SPT tahun PPh tahun pajak yang lalu setelah dikurangi dengan penghasilan tidak
teratur yang dilaporkan dalm SPT Tahunan PPh.
SPT Tahunan PPh Tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang
ditentukan
Apabila SPT Tahunan PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang
ditentukan, yaitu selambat-lambatnya tiga bulan setelah akhir tahun pajak untuk Wajib
pajak orang pribadi dan empat bulan setelah akhir tahun pajak untuk Wajib Pajak badan,
besarnya PPh Pasal 25 dihitung sebagai berikut.
a. Untuk bulan-bulan mulai batas waktu penyampaian SPT sampai dengan bulan
sebelum disampaikanny SPT tersebut, besarnya angsuran PPh Pasal 25 sam dengan
besarnyaangsuran PPh Pasal 25 bulan terkahir tahun pajak yang lalu dan bersifat
sementara.

21
b. Untuk bulan-bulan setelah wajib pajak menyampaikan SPT tahunan PPh, besarnya
angsuran PPh pasal 25 dihitung berdasarkan ketentuan yang tela dibahas
sebelumhya dan berlaku surut. Ketentuan tersebut adalah :
 Besarnya angsuran PPh pasal 25 samsa dengan PPh yang terutang menurut
SPT tahunan PPh Tahunan yang lalu dikurangi dengan PPh yang
dipotong.dipungut oleh pihak lain (Pasal 21, 22, 23) serat PPh yang dibayar
atas terutang diluar negeri yang boleh dikreditkan (Pasal 24) dibagi dengn 12
atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
 Jika diterbitkan Surat Ketetapan Pajak untuk tahun yang lalu, besarnya
angsuran PPh Pasal 25 adalah sesuai dengan jumlah yang tercantum daln Surat
Ketetapan tersebut dan dimulai pada bulan berikutnya setalah bulan
penerimaan SKP
 Jika Wajib pajak berhak terhadap kompensasi, besarnya angsuran PPh Pasal
25 sama dengan PPh yang terutang menurut SPT tahunan PPh tahun lalu
dikurangi dengan PPh yang dipotong/dipungut oleh pihak lainndan PPh yang
terutang diluar negeri yang boleh dikreditkkan dibagi dengn 12 atau
banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
 Jika Wajib pajak memperoleh penghasilan tidak teratur, besarnya angsuran
PPh Pasal 25 sama dengan PPh yang terutang SPT tahunan PPh tahun yang
lalu, dikurangi dengan PPh yang dipotong oleh pihak lain dan PPh yang
dibayar atau terutang diluar negeri yang boleh dikreditkan , dibagi dengn 12
atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
Apabila besarnya PPh pasal 25 pada huruf a lebih besar daripada besarnya PPh
pasal 25 pada huruf b atas kekurangan tersebut terutang bunga 2% sebulan
untuk jangka waktu yang dihitung sejak jatuh tempo penyetoran PPh Pasla 25
dari masing-masing bulan sampai dengan tanggal penyetoran.
Apabila besarna PPh Pasal 25 pada huruf a lebih kecil daripada besarnya PPh
Pasal 25 pada huruf b, atas kelebihan setoran tersebut dapat dipindahbukukan
ke PPh Pasal 25 bulan-ulan berikutnya setelah penyampaian SPT Tahunan PPh.
Wajib pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT
tahunan PPh
Jika wajib pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT
tahunan PPh, besarnya PPh pasal 25 dihitung sebagi berikut.

22
a. Untuk bulan muali bast waktu penyampai SPT tahunan sampai dengan
bula sebelum disampaikannya SPT tahunan tersebut, besarnya angsuran
PPh Pasal 25 sama dengan besarnya PPh Pasal 25 yang dihitung
bedasarkan SPT tahunan sementara yang disampaikan Wajib Pajak pada
saat mengajukan izin perpanjangan.
b. Untuk bulan-bulan setalah wajib pajak menyampaikan SPT tahunan PPh,
besarnya angsuran PPh Pasal 25 dihitung kembali berdasarkan SPT
Tahunan tersebut dan berlaku surut mulai bulan aas waktu penyampaian
SPT Tahunan.
Apabila besarnya PPh Pasal 25 pada huruf a lebih besar daripad besarnya
PPh pasal 25 pada huruf b atas kekurangn tersebut terutang bunga 2%
sebulan untuk jangka waktu yang dihitung sejak jatuh tempo penyetoran
PPh Pasal 25 dari masing-masing bulan sampau dengan tanggal
penyetoran.
Apabila besarnya PPh Pasal 25 pada huruf a lebih kecil dari pada besarnya
PPh pasla 25 pada huruf b maka atas kelebihn setoran tersebut dapat
dipindahbukukan ke PPh pasal 25 bulan berikutnya setelahh penyampaian
SPT Tahunan PPh.
Wajib pajak membetulkan sendiri SPT Tahuna PPh yang
Mengakibatkan Angsuran Bulanaan Lebih Besar daripada Angsuran
Bulanan Sebelum Pemmbetulan
Apabila dalam tahun berjalan Wajib pajak membetulkan sendiri SPT
Tahunan PPh tahun paka yang lalu, besarnya PPh Pasal 25 dihitung
kembali berdasarkan SPT Athunan PPh Pembetulan tersebut dan berlaku
surut mulai bulan batas waktu penyampaian SPT tersebut. Penghitungan
kembali besarnya angsuran PPh pasal 25 nerdasarkan SPT Pembetulan
tetap memperhatikan ketentuan kompensasi kerugian dan ketentuan
penghasilan tidak teratur.
Terjadi Perubahan usaha atau Kegiatan Wajib pajak
Perubahan usahan atau kegiatan wajib pajak dapat terjadi karena
penurunan usaha maupun penignkatan usaha. Penurunan atau peningkatan
usaha tersebut berpengaruh pada besarnya penghasilan dan selajutanya
memengaruhi PPh.

23
Apabila sesudah 3 bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak.
Wajib pajak mengalami penurunan usaha, dan dapat menunjukan bahwa
PPh yang akan terutang untuk thun pajak tersebut kurang dari 75% dari
PPh yang terutang yang menjadi dasar penghitungan besarnya PPh pasal
25 maka Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengurangan
besarnya PPh Pasal 25 dengan cara sebagai berikut.
a. Permohonan diajukan secara tertulis kepada kepala kantor pelayanan
pajak temapt wajib pajak terdaftar
b. Pengajuan permohonan pengurangan besarnya PPh Pasal 25 tersebut
harus disertai dengan penghitungan besarnya PPh yang akan terutang
berdasarkan perkiraan penghasilan yang akan dditerima atau
diperoleh dan besarkan PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan yang tersisa
dari tahun yang bersangkutan.
c. Apabila dalamjangka waktu satu bulan sejak tanggal diterima surat
permohonan wajib pajak tentang pengurangan PPh pasal 25, kepala
kantor pelayanan tidak memberikan keputusan maka permohononan
wajib pajak tersebut dianggap diterima dan wajib pajak dapat
melakukan pembayaran PPh Pasal 25 sesuai dengan penghitungannya.
Apabila dalam tahun pajak berjalan wajib pajak mengalami
peningkatan usaha dan diperkirakan PPh yang akan terutang untuk
tahun pajak tersebut lebih dari 150% dari Pph yang terutang yang
manjadi dasar penghitungan, besarnya PPh Pasal 25 untuk bulan-
bulan yang tersisa dari tahun pajak yang bersangkutan harus dihitung
kembal berdasarkan perkiraan kenaikan PPh yang terutaang tersebut
oleh Wajib Pajak sendiri atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat
Wajib pajak terdaftar.

2.8 PPh Pasal 25 bagi wajib pajak baru; Bank, Badan usaha milik negara, Badan
Usaha Milik Daerah, Wajib Pajak Masuk Bursa, dan Wajib Pajak lainnya
yang berdasarkan ketentuan peraturan perundangan-perundangan harus
membuat laporan keuangan berkala; dan wajib pajak orang priibadi
pengusaha tertentu denga tarif paling tinggi 0,75% dari peredaran bruto

PPh pasal 25 bagi Wajib Pajak Baru

24
Wajib pajak baru adalah wajib pajak orang pribadi dan badan yang baru pertama kali
memperoleh penghasilan dari usaha aau pekerjaan bebas dalam tahun pajak berjalan,

Besarnya angsuran pajak penghasilan Pasal 25 untuk wajib pajak baru adalah
sebesar Pajak Penghasilan yang ddihitung berdasrkan penerapan tarif umum atas
penghasilan neto sebulan yang disetahunkan dibagi 12.

Angsuran PPh Pasal 25 Sebulan

= [Tarif Pasal 17 x (12 x Penghasilan neto sebulan*))/12]

Wajib Pajak bank dan Sewa Guna usaha dengan Hak Opsi

Besarnya angsuran Pajak penghasil Pasal 25 untuk Wajib Pajak Badan usaha Milik
Negara da Bdan Usah Milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, kecuali
wajib pajak bank dan sewa guna usaha dengna hak opsi, adalah sebesara pajka
penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba rug fiskal
menutut rencana kerja dan anggaran pendapatan (RKAP) tahun pajak yang
bersangkutan yang telah disahkan Rapat umum Pemegang saham (RUPS) dikurangi
dengan pemotongan dan pemungutan pajak penghasilan pasal 22 dan 23 serta 24
yang dibayar atau terutang diluar negeri tahun pajk yang lalu dibagi 12.

Wajib Pajak masuk bursa dan waib pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan harus membuat laporan keuangan berkala

Besarnya angsuran Pajak penghasil Pasal 25 untuk Wajib Pajak masuk bursa dan
wajib pajk lainnya yang berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan
keuangan berkala adalah sebesar pajak penghasilan yang dihitung berdasrkan
penerapan tarif umum atas laba rugi fiskal menurut laporan keuangan berkala
terkahir yang disetahunkan dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan pajak
penghasilan pasl 22, 23, 24 yang dibayar atau terutang diluar negeri tahun pajk yang
lalu dibagi 12.

PPh Pasal 25 bagi wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu

Wajib pajak orang pribadi pengusahan tertentu adalah wajib pajak orang probadi
yang melakukan kegiatan usah dibidang perdagangan yang mempunyai tempat
usaha lebih dari satu atau mempunyai tempat usah yang berbeda alamat dengan
domisili.

25
Besarnya angsuran pajak penghasilan psal 25 untuk wajib pajak orang pribadi
pengusaha tertentu ditetapkan sebesar 0,75% dari jumlah peredaran bruto setiap
bulan dari masing-masing tempat usaha tersebut.

2.9 Penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 25


1. PPh pasal 25 harus dibayar/disetorkan selambat-lambatnya pada tanggal 15
bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir
2. Wajib pajak diwajibkan untuk menyampaikan SPT Masa selambat-
lambatnya 20 setelah masa pajak berakhir
3. Bagi wajib pajak pengusaha tertentu berlaku juga ketentuan sebagia berikut :
 Jika wajib pajk yang memiliki beberapa temapt usaha di lebih 1
wialyah kerja kantor pelayan pajak harus mendaftarkan masing-
masing tempat usahanya dikantor pelayan pajak yang bersangkutan
 Wajib pajak yang emiliki beberapa temapt usaha di lebih1 wilayah
kerja kantor pelayanan pajak harus mendaftrakan setiap tempat
usahanya di kantor pelayan pajak masing-masing tempapt usaha
wajib pajak berkedudukan
 SPT tahunan PPh harus disampaikan dikantor pelayan pajak tempat
domisili wajib pajak terdaftra dengan batas waktu seperti pada
ketentuan butir 2

2.10PPh pasal 25 bagi wajib pajak orang pribadi yang bepergian ke luar negeri
Wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang tidak memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak dan telah berusia 21 tahun yang bertolak ke luar negeri wajib
membayar pajak.Termasuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri adalah istri,
anggota keluarga sedarah, dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta
anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya wajib pajak yang bersangkutan.
Berdasarkan fiskal Luar Negeri (FLN) yang wajib dibayar oleh wajib pajak
orang pribadi adalah:
1. Rp2.500.000 untuk setiap orang setiap kali bertolak ke luar negeri dengan
menggunakan pesawat udara.
2. Rp1.000.000 untuk setiap orang setiap kali bertolak ke luar negeri dengan
menggunakan angkutan laut.

26
PembayaranFLN oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang akan
bertolak ke luar negeri dilakukan dengan menggunakTanda Bukti Pembayaran
Fiskal Luar Negeri (TBPFLN). Angsuran pembayaran pajak penghasilan tersebut
dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang pada akhir tahun yang
bersangkutan setelah wajib pajak tersebut memiliki NPWP. Ketentuan tersebut tidak
berlaku lagi sejak 31 Desember 2010.

Pengecualian Pembayaran Pajak Penghasilan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi


Dalam Negeri yang akan Bertolak ke Luar Negeri
1. Orang asing yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau yang berada di
Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dengan
menunjukkan Visa Kunjungan atau visa singgah.
2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat-pejabat lain dari
negara asing, termasuk anggota keluarganya dan orang-orang yang diperbantukan
kepada merek,yang bekerja dan bertempat tinggal bersama-sama mereka,
sepanjang bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau
memperoleh penghasilan diluar jabatan atau pekerjaan yang tersebut serta negara
bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik dengan menunjukkan paspor
Diplomatik.
3. Pejabat-pejabat dari perwakilan organisasi internasional yang tidak termasuk
subjek pajak penghasilan Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan, termasuk
anggota keluarganya, bukan warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha,
kegiatan atau pekerjaan untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia,dengan
menunjukkan paspor diplomatik.
4. Warga negara Indonesia yang bertempat tinggal tetap di luar negeri yang memiliki
Dokumen resmi sebagai penduduk negeri tersebut dengan menunjukkan salah
satu dari tanda pengenal resmi yang masih berlaku sebagai penduduk luar negeri
berikut ini.
5. jamaah haji yang penyelenggaraannya dilakukan oleh instansi yang berwenang,
dengan menunjukan daftar nama para jemaah haji oleh pimpinan rombongan dan
petugas pelaksana pemberangkatan haji yang pembiayaannya dibebankan pada
Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) dengan menyerahkan surat dari
Departemen Agama. Pengecualian tersebut tidak berlaku bagi jemaah haji khusus
yang penyelenggaraannya dibebankan pada BPIH khusus.

27
6. Orang pribadi yang melakukan perjalanan lintas batas wilayah Republik Indonesia
melalui darat.
7. Para pekerja Warga Negara Indonesia yang akan bekerja di luar negeri dalam
rangka program pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) dengan menunjukkan
Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN) atau menyerahkan persetujuan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigras.
8. Mahasiswa dari negara asing yang berada di Indonesia dalam rangka belajar
dengan rekomendasi dari perguruan tinggi tempat mereka belajar dan tidak
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia, dengan menyerahkan
surat pernyataan tidak menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia
dan surat rekomendasi sebagai mahasiswa atau pelajar dari pimpinan perguruan
tinggi sekolah yang bersangkutan. pembebasan tersebut tidak berlaku bagi istri
dan anak-anaknya maupun anggota keluarga lainnya.
9. Orang asing yang berada di Indonesia dan tidak menerima atau memperoleh
penghasilan dari Indonesia yang melaksanakn :
• penelitian di bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan di bawah koordinasi
lembaga pemerintahan terkait;
• program kerja sama teknik dengan mendapat persetujuan Sekretariat Negara;
• tugas sebagai anggota misi keagamaan dan misi kemanusiaan dibawah
koordinasi instansi terkait.
10. Tenaga kerja warga negara asing, pendatang, yang bekerja di Pulau Batam,
Pulau Bintan, dan Pulau Karimun. sepanjang mereka telah dipotong pajak
penghasilan oleh pemberi kerja dengan menyerahkan tanda bukti pemotongan
pajak penghasilan pasal 21 atau pasal 26 yang telah dilegalisir oleh Kepala
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Batam atau Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Tanjungpinang atau pejabat yang ditunjuk.
11. Penyandang cacat atau orang sakit yang akan berobat ke luar negeri atas biaya
organisasi sosial termasuk satu orang pendamping, dengan menyerahkan surat
persetujuan dari Menteri Kesehatan atau yang mewakilinya.
12.Anggota misi kesenian, misi kebudayaan, misi olahraga atau misi keagamaan
yang mewakili pemerintah Republik Indonesia ke luar negeri dengan
menyerahkan surat persetujuan dari menteri terkait atau yang mewakiliny.

28
13.Mahasiswa atau pelajar yang telah berusia 21 tahun yang akan belajar di luar
negeri dalam rangka program resmi pertukaran mahasiswa atau pelajar yang
diselenggarakan pemerintah atau badan asing dengan persetujuan menteri terkait.
Tata Cara Pengecualian Pembayaran Fiskal Luar Negeri Bagi Wajib Pajak Orang
Pribadi Dalam Negeri Yang Akan Bertolak Ke Luar Negeri
Pengecualian dari kewajiban pembayaran FLN oleh orang pribadi yang akan bertolak
ke luar negeri dilakukan dengan cara sbb :
a. untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang memiliki NPWP yang telah berusia
21 tahun atau lebih diberikan melalui pengecekan validasi NPWP olehUPFLN
Direktorat Jenderal Pajak yang bertugas di Bandar Udara atau pelabuhan laut
keberangkatan ke luar negeri sepanjang NPWP tersebut telah terdaftar sekurang-
kurangnya 3 hari sebelum hari keberangkatan.
b. untuk wajib pajak yang tidak memiliki NPWP sendiri (istri atau suami anggota
keluarga sedarah atau semenda dalam garis keturunan lurus terletak anak angkat yang
menjadi tanggungan sepenuhnya wajib pajak yang bersangkuta) diberikan melalui
pengecekan validasi NPWP wajib pajak yang memberikan tanggungan sepenuhnya
oleh unit pembayaran fiskal luar negeri (UPFLN) Direktorat Jenderal Pajakyang
bertugas dibandar udara atau pelabuhan laut keberangkatan ke luar negeri sepanjang
NPWP tersebut telah terdaftar sekurang-kurangnya 3 hari sebelum hari keberangkatan,
dengan ketentuan bahwa Wajib Pajak (istri atau suami, anggota keluarga sedarah atau
semenda) yang tidak memiliki NPWP sendiri dari :
a. wajib pajak yang memberikan tanggungan sepenuhnya yang berstatus sebagai
Warga Negara Indonesia (WNI) atau berstatus sebagai Warga Negara Asing (WNA)
dan memiliki Kartu Keluarga harus melampirkan fotokopi Kartu Keluarga dan atau
surat pernyataan menanggung sepenuhnya orang tua yang tidak terdaftar dalam kartu
keluarga oleh orang pribadi yang memiliki NPWP.
b. Wajib pajak yang memberikan tanggungan sepenuhnya berstatus sebagai Warga
Negara Asing (WNA) yang :
1. tidak memiliki kartu keluarga harus melampirkan fotokopi Surat Keterangan
Susunan Keluarga Pendatang (SKSKP) atau dokumen lain yang dipersamakan
denga SKSKP yang menunjukkan hubungan status keluarga yang dikeluarkan
oleh instansi berwenang.
2. namanya tidak tercantum dalam susunan kartu keluarga atau memiliki kartu
keluarga yang terpisah dengan anggota keluarganya yang disebabkan perbedaan

29
kewarganegaraan harus melampirkan fotokopi dokumen lain yang menunjukan
hubungan status keluarga yang dikeluarkan oleh instansi berwenang.
c. untuk pengecualian angka 1 s.d.7 diberikan secara langsung oleh UPFLN Direktorat
Jenderal Pajak yang bertugas di Bandar Udara atau pelabuhan laut keberangkatan ke
luar negeri termasuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang berusia kurang
dari 21 tahun.
d. untuk pengecualian angka 7 huruf b s.d. 13 diberikan melalui penerbitan SKBFLN
oleh UPFLN Direktorat Jenderal Pajak di Bandar Udara atau pelabuhan laut
keberangkatan ke luar negeri atau KPP yang melakukan pengelolaanFLNatau tempat
lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.

30
DAFTAR PUSTAKA

Resmi, S. (2017). Pajak Penghasilan Pasal 24 dan 25. Dalam S. Resmi, Perpajakan Teori dan
Kasus Edisi 10 Buku 1 (hal. 329 - 366). Jakarta Selatan: Salemba Empat.

31

Anda mungkin juga menyukai