Anda di halaman 1dari 36

Foreign Tax Credit

Anggota Kelompok

01 DINDA ERIKA FORTUNA 120104170060

02 ONESIMUS GULTOM 120104170063

03 FARIDUL KHAIR 120104170067


Topik Bahasan
FOREIGN TAX CREDIT
LIMITATION
CONTROLLED FOREIGN
04 CORPORATION (CFC)

POTENSI PAJAK BERGANDA 06


DARI PENGHASILAN
YANG SAMA

02

01 03 05
PRINSIP PERPAJAKAN INVESTASI DI NEGARA ASING
CARRYOVER DAN CARRYBACK
"SUMBER" VS “TEMPAT TINGGAL" (LUAR NEGERI)
PRINSIP PERPAJAKAN
"SUMBER" VS “TEMPAT
TINGGAL"

Ketika ekonomi lokal menjadi semakin saling bergantung satu sama lain melalui perdagangan global, menjadi
semakin sulit pula untuk menentukan basis pajak yang tepat untuk menerapkan pajak lokal. Siapa yang harus kena pajak
dan seberapa besar pajaknya.
Masalahnya tentu saja adalah persaingan. Jika satu negara dapat menarik aktivitas ekonomi dari para pesaingnya,
negara tersebut dapat mempertahankan pendapatan pajak yang ada dengan tarif yang lebih rendah.

Salah satu masalah paling mendasar dalam merancang sistem perpajakan adalah memilih dasar pengenaan pajak
yang akan dikenakan pajak. Ada banyak elemen dalam keputusan ini, apakah negara akan mengenakan pajak atas
pendapatan, konsumsi, atau kekayaan warganya atau akankah memperoleh prinsip lain yang menjadi dasar sistem
perpajakannya.
Pada dasarnya, negara memilih antara dua prinsip :

2. Prinsip tempat tinggal


Suatu negara mengklaim
1. Prinsip sumber
yurisdiksi perpajakan atas
Suatu negara membatasi
warganya sendiri di mana pun
yurisdiksi perpajakannya pada
mereka menjalankan bisnis.
aktivitas ekonomi yang terjadi di
dalam perbatasannya sendiri dan
tidak mencoba untuk memajaki
aktivitas yang terjadi (bersumber)
di negara lain. Sebagian besar
negara mengikuti prinsip ini dalam
kaitannya dengan kegiatan
ekonomi non-warga negara, tetapi
menerapkan prinsip kependudukan
untuk mengenakan pajak kepada
warga negaranya sendiri.
Contoh

Albert Piscani adalah warga negara dan penduduk Italia yang menjalankan bisnis di beberapa negara.
Untuk tahun ini, dia memperoleh pendapatan dari operasi bisnis yang dilakukan di negara-negara berikut:
Italia € 50,000
Prancis € 20,000
Jerman € 35,000
Amerika Serikat € 45,000
Total pendapatan €150,000

Jika masing-masing negara di atas mengikuti prinsip kependudukan, seluruh pendapatan Albert sebesar
€ 150.000 akan dikenakan pajak di Italia, dan tidak ada negara lain yang akan membebankan pajak
kepadanya. Sebaliknya, jika masing-masing negara di atas mengikuti prinsip sumber, dia akan membayar
pajak di setiap negara terpisah atas jumlah pendapatan yang ia peroleh di masing - masing negara.
Jika semua negara mendasarkan sistem pajak mereka pada prinsip sumber,
persaingan akan dengan cepat menurunkan tarif pajak di seluruh dunia, karena negara-
negara menurunkan tarif pajak untuk menawar kegiatan ekonomi.

Prinsip tempat tinggal mengasumsikan bahwa individu mengakui manfaat tempat


tinggal atau kewarganegaraan di negara asal mereka dan bersedia membayar untuk
keuntungan tersebut. Selain itu, dengan mengenakan pajak kepada warga negara atas
pendapatan mereka di seluruh dunia, sejauh warga negara tersebut bersedia
mempertahankan kewarganegaraan mereka, menggunakan prinsip kependudukan untuk
memandu kebijakan pajak mengurangi ancaman persaingan pajak dari pesaing global
suatu negara.
Contoh

Mr.Smith adalah penduduk Amerika Serikat yang menjalankan bisnis di berbagai negara. Tahun lalu,
dia memperoleh penghasilan dari negara-negara berikut:
Amerika Serikat $ 150.000
Kanada $ 50.000
Irlandia $ 250.000
Penghasilan di seluruh dunia $ 450.000
Karena AS mengklaim yurisdiksi pajak atas pendapatan warga negara dan penduduknya di seluruh
dunia, tidak masalah bagi Mr.Smith bahwa tarif pajak penghasilan Irlandia lebih rendah daripada di AS.
Dia akan membayar pajak AS atas seluruh pendapatan dari di ketiga negara tersebut, maka tidak menerima
keuntungan pajak dengan memindahkan operasi bisnisnya ke luar AS.
POTENSI PAJAK BERGANDA
DARI PENGHASILAN YANG
SAMA

Jika sebagian besar negara menerapkan


prinsip sumber untuk pajak orang asing dan
prinsip tempat tinggal untuk mengenakan
pajak kepada warga negara mereka sendiri,
maka terdapat potensi perpajakan ganda atas
pendapatan yang diperoleh di luar negara
asal. Beberapa mekanisme harus ada untuk
menyelesaikan konflik yurisdiksi antara
negara yang bersangkutan.
Contoh
Otto Garber adalah warga negara Jerman yang menjalankan bisnis di seluruh Eropa. Tahun ini, ia
memperoleh penghasilan di Prancis dan Jerman sebagai berikut:

Jerman € 300.000
Prancis € 200.000

Jika Prancis menerapkan prinsip sumber untuk mengklaim yurisdiksi atas €200.000 yang diperoleh di
Prancis, dan Jerman menerapkan prinsip kependudukan untuk mengklaim yurisdiksi pajak atas
pendapatan yang sama, maka Otto menghadapi prospek untuk membayar pajak di kedua negara dengan
pendapatan yang sama. Asumsikan, baik Prancis maupun Jerman mengenakan tarif pajak sebesar 40% atas
pendapatan Prancis Otto. Dia hanya akan memiliki € 40.000 setelah pembayaran pajak. Jika kedua negara
memberlakukan pajak sebesar 50%, dia tidak akan memiliki sumber pendapatan Prancis yang tersisa
setelah pembayaran pajak.
Peran Kredit Pajak Luar Negeri

Negara harus menerapkan beberapa mekanisme untuk menyelesaikan klaim


yurisdiksi yang bertentangan atas hak untuk mengenakan pajak atas pendapatan
warganegara mereka dan orang lain yang memperoleh pendapatan di dalam
perbatasan mereka.
Sebagian besar negara telah menerapkan beberapa bentuk kredit pajak luar
negeri untuk mengatasi masalah ini. Indonesia contohnya, PPh yang dibayarkan
oleh wajib pajak dalam negeri (WPDN) di luar negeri dapat menjadi kredit pajak
atau pengurang PPh terutang di Indonesia. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal
24 Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 yang telah diperbaharui menjadi Undang-
Undang No. 36 Tahun 2008 (UU PPh). Sesuai dengan UU PPh dengan metode
kredit terbatas (ordinary/normal tax credit method), yaitu metode kredit pajak
yang memberikan keringanan pajak berganda internasional, di mana jumlah pajak
yang dibayar di luar negeri dapat dikurangkan namun tidak boleh melebihi jumlah
pengurangan pajak yang dihitung berdasarkan undang-undang domestik.
Mekanisme pengkreditan PPh yang dibayar di luar negeri dijelaskan lebih lanjut dalam Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 164/KMK.03/2002 (KMK 164/2002) tentang Kredit Pajak Luar Negeri. Teknis proses
pengkreditan pajak luar negeri diatur dalam Pasal 2, yakni sebagai berikut:

PPh Pasal 24 dapat dikreditkan dengan PPh yang terutang di


Indonesia.
PPh Pasal 24 dilakukan dalam tahun pajak digabungkannya
01 penghasilan dari luar negeri tersebut dengan penghasilan di
Indonesia.

Jumlah kredit pajak yang boleh dikreditkan paling tinggi


02 sama dengan jumlah pajak yang dibayar atau terutang di
luar negeri, tetapi tidak boleh melebihi jumlah tertentu.

03 Jumlah tertentu sebagaimana dimaksud di atas dihitung


menurut perbandingan antara penghasilan dari luar negeri
04 terhadap PKP dikalikan dengan pajak yang terutang atas
PKP, paling tinggi sama dengan pajak yang terutang atas PKP
dalam hal PKP lebih kecil dari penghasilan luar negeri.
Apabila penghasilan dari luar negeri berasal dari beberapa
05 negara, maka penghitungan PPh Pasal 24 dilakukan untuk
masing-masing negara.

PKP yang dikenakan PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan/atau


penghasilan yang dikenakan pajak tersendiri (Pasal 8 ayat 1
dan 4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
06 Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh)
tidak dapat digabungkan dengan penghasilan lainnya, baik
yang diperoleh dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

Dalam hal jumlah PPh yang dibayar atau terutang di luar


negeri melebihi PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan,
07 kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan di tahun
berikutnya, tidak boleh dibebankan sebagai biaya, dan tidak
dapat direstitusi.
Contoh
WPDN, PT Indologo Tiga dalam Tahun Pajak 2018 Tidak ada P3B antara Indonesia dengan negara X,
menerima dan memperoleh penghasilan neto negara Y, dan negara Z. Besarnya Pajak
sebagai berikut: Penghasilan terutang atas seluruh penghasilan
1. Di negara X, PT Indologo Tiga memperoleh dihitung sebagai berikut:
penghasilan usaha sebesar Rp1.000.000.000 Penghasilan netto luar negeri :
dan dikenai PPh Luar Negeri sebesar 1. X (penghasilan usaha) Rp 1.000.000.000
Rp300.000.000 2. Y (peghasilan bunga) Rp 3.000.000.000
2. Di negara Y, PT Indologo Tiga menerima 3. Z (kerugian penj. harta) 0
penghasilan berupa bunga sebesar Jmlh Ph. netto luar negeri Rp 4.000.000.000
Rp3.000.000.000 dan dikenai PPh Luar Negeri Ph. netto dalam negeri Rp 4.000.000.000
sebesar Rp450.000.000 tidak terdapat Jmlh Ph. netto fiskal Rp 8.000.000.000
pengurang penghasilan bruto atas penghasilan PKP Rp 8.000.000.000
berupa bunga tersebut; PPh terutang
3. Di negara Z, PT Indologo Tiga menderita (tarif pasal 17 UU PPh) Rp 2.000.000.000
kerugian dari penjualan harta sebesar
Rp250.000.000 dan
4. Penghasilan neto dalam negeri sebesar
Rp4.000.000.000
Contoh
Besarnya PPh Luar Negeri yang dapat dikreditkan per jenis penghasilan untuk tiap negara atau
yurisdiksi dilakukan sebagai berikut:
a. Penghasilan usaha dari Negara X :
1. PPh luar negeri atas penghasilan usaha dari negara X sebesar Rp300.000.000
2. Jumlah tertentu :
Rp 1.000.000. 000 Rp 2.000.000. 000  Rp.250.000 .000
Rp 8.000.000. 000

a. Penghasilan usaha dari Negara Y :


1. PPh luar negeri atas penghasilan usaha dari negara Y sebesar Rp450.000.000
2. Jumlah tertentu :
Rp 3.000.000. 000 Rp 2.000.000. 000  Rp.750.000 .000
Rp 8.000.000. 000

Dengan demikian, jumlah PPh Luar Negeri yang dapat dikreditkan oleh PT. Indologo Tiga terhadap
Pajak Penghasilan yang terutang di dalam negeri adalah sebesar Rp700.000.000 (yaitu Rp250.000.000
ditambah Rp450.000.000).
Kerugian dari negara Z tidak dapat digabungkan dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak.
Dua masalah tambahan biasanya muncul
dalam penerapan kredit pajak luar negeri.

Pertanyaan tentang pajak apa yang


diperbolehkan sebagai kredit
terhadap pajaknya sendiri.
01

02
Sejauh mana kredit pajak luar negeri
dapat diklaim terhadap pajak
pendapatan suatu negara
Pembatasan Pengkreditan Pajak Luar Negeri

Pendekatan yang paling sederhana adalah menerapkan pembatasan pada


keseluruhan di mana kredit pajak luar negeri tidak dapat melebihi pajak
penghasilan dalam negeri pada pendapatan luar negeri warga negara/penduduk.

Dalam pendekatan ini, wajib pajak mengkreditkan pajak luar negeri sama
dengan lebih rendah dari jumlah pajak penghasilan asing yang benar-benar dibayar
atau jumlah pajak penghasilan dalam negeri yang harus dibayarkan dari sumber
pendapatan luar negeri. Pendekatan ini menjamin bahwa tidak ada kredit pajak
luar negeri yang akan dipergunakan terhadap pajak penghasilan dalam negeri
terhadap pendapatan sumber dalam negeri wajib pajak.
Kredit Pajak Luar Negeri dihitung dengan tetap berpegang pada batas maksimum Kredit Pajak Luar
Negeri dengan memilih nominal terendah penghitungan PPh di bawah ini:
PPh maksimum yang dapat dikreditkan
= (penghasilan LN : total penghasilan) x total PPh terutang
= (Rp400.000.000 : Rp1.200.000.000) x Rp300.000.000,00
= Rp100.000.000,00
PPh yang terutang atau dipotong di LN:
20% x Rp400.000.000 = Rp80.000.000,00
Dari perhitungan tersebut di atas kredit pajak LN yang diperbolehkan adalah sebesar Rp80.000.000
atau sebesar PPh yang terutang atau dibayar di LN. Jumlah ini diperoleh dengan membandingkan
penghitungan PPh maksimum yang boleh dikreditkan dengan PPh yang terutang atau dibayar di LN,
kemudian dipilih jumlah yang terendah.
CARRYOVER DAN CARRYBACK

Suatu negara memperbolehkan warga negara dan perusahaan dalam negeri


untuk membayar kredit sisa pajak ketahun pajak lainnya.
Untuk mengimbagi pajak yang harus dibayar/utang pajak dengan residence
country/negara tempat tinggal ditahun lainnya.

CARRYOVER
Tujuan Carryovers DAN CARRYBACK
and Carrybacks :
Untuk menghitung secara adil pajak penghalan yang menjadi tangguhan ketika
residence country/negara tempat tinggal dan source country/negara sumber
memerlukan akun yang berbeda sebagai metode untuk menghitung penghasilan yang
sama.

Jika penghasilan pajak dari luar negeri ditahun yang berbeda dengan home
country/negara asal, maka diperbolehkan bagi wajib pajak untuk membayarkan
“excess/sisa” FTC ke sebelumnya/kemudian yang dapat menyesuaikan utang pajak
dalam negeri dan pajak luar negeri dari penghasilan yang sama
Distorsi waktu dalam pengakuan penghasilan meningkat dari berbagai variasi antar
kebijakan pajak dinegara yang berbeda - beda. Salah satu contoh perbedaan yang
umum adalah beban depresiasi.
Jika suatu negara memperbolehkan WP untuk mendepresiasi peralatan bisnisnya
lebih dari 3 tahun, lain hal dengan negara lain memperbolehkan depresiasi lebih dari 7
tahun, perusahaan/WP yang menempati suatu negara tetapi melakukan bisnis dengan
negara lain, boleh melaporkan total yang sama terhadap penghasilan dikedua negara
lebih dari periode 7 tahun, dapat menunjukan perbedaan jumlah yang besar dengan
yang dilaporkan setiap tahun
NOTE THAT :
Pajak Carryforward tidak dapat digunakan pada perbedaan waktu dalam pengakuan pendapatan.
Memperbolehkan wajib pajak untuk mengimbangi dari efek perbedaan waktu dalam pengakuan
pendapatan dinegara yang berbeda
Memperbolehkan wajib pajak untuk mengimbangi sebagian dari efek perubahan kebijakan/peraturan pajak
di home country/negara asal.

Keuntungan dari provisi Carryback dan Carryover yang ada terhadap potensi ketidaksinambungan dan
penambahan kompleksitas sebagai hasil dari pembatasan/larangan dapat terjadi secara tidak sengaja.
Foreign Losses and the potential for double benefits

Warga negara dari suatu negara mengalami kerugian pajak diluar negeri dalam
1 tahun atau lebih, diikuti dengan profit/keungtungan dari tahun ketahun.

Jika home country/negara asal memperbolehkan kerugian pajak diluar negeri yang
terjadi selama tahun pajak untuk mengimbangi penghasilan WP dalam negeri,
harus menyesuaikan dengan FTC limitation untuk mencegah wajib pajak
mendapatkan keuntungan pajak berganda dari sistem pajak luar negeri yang
dianut.

Pendapatan dari luar negeri dihasilkan ditahun yang sama dengan kerugian dari
luar negeri dapat diklasifikasikan sebagai pendapatan dalam negeri dengan tingkat
kerugian yang sebelumnya telah dikurangkan

Recapturing
Kerugian yang telah dikurangkan saat perubahan kebijakan pajak pada suatu
negara dalam periode singkat setelah kerugian dari sumber luar negeri
FOREIGN TAX CREDIT
LIMITATION

Tujuan utama FTC Limitation

Untuk mengetahui jumlah pajak penghasilan yang dikenakan oleh Residence


Country (negara tempat tinggal)namun, CARRYOVER
jumlahnyaDAN CARRYBACKdalam
dipertimbangkan
perancangan batasan yang digunakan sesuai dengan kebijakan negara tertentu
Pendekatan FTC Limitation

Overall Limitation
Limit FTC tidak dapat digunakan untuk pajak penghasilan dalam negri atas penghasilan luar negri yang
diperoleh warga negara tersebut.
yang berarti :
FTC sama dengan/lebih sedikit dari jumlah penghasilan luar negri yang diperoleh ‘atau’ jumlah
penghasilan pajak dalam negeri yang menjadi utang dari sumber penghasilan luar negeri.
Tidak ada FTC yang dapat digunakan terhadap penghasilan pajak dalam negeri oleh wajib pajak
penghasilan dalam negeri.

Negara menggunakan mekanisme kredit pajak untuk mengimbagi pajak berganda dari penghasilan luar
negeri yang harus dibatasi oleh “overall FTC” terhadap utang pajak dalam negeri warga negara yang
mempunyai penghasilan luar negeri.
Menghitung FTC dengan “COUNTRY-BY-COUNTRY” basis
CROSS-CREDITING

Mengurangi kompleksitas sistem pajak yang dimiliki oleh suatu negara, walaupun dengan biaya
mengurangi pendapatannya
Kompleksitas meingkat dari :
• Penambahanpembatasan kredit
• Penambahan kebijakan/peraturan antar negara luar negeri

Contoh : alokasi biaya overhead dalam produksi suatu perusahaan dilakukan di dua atau lebih
negara asing
Cross-Crediting : memperbolehkan dua negara untuk mengimbangi satu dengan yang
lainnya
Contoh : memperbolehkan perusahaan untuk menggunakan kredit dari satu negara untuk mengimbangi
pembayaran pajak dinegara lain selain home country/negara asal
CROSS-CREDITING

Menghitung pembatasan kredit dengan berbagai tipe penghasilan


Contoh :
• Umumnya negara mengenal pendapatan pajak, dividen, dan penghasilan investasi lainnya dari luar
negri dengan tarif yang lebih kecil dari pendapatan bisnis.
• Subsidi pajak dari penghasilan investasi, untuk menarik modal dari sumber luar negeri.

Jika FTC Limitations tidak mencerminkan subsidi dari home country/negara asal, tanpa sengaja dapat
memberikan insentif untuk warga negara untuk menanam investasi diwilayah lain.

Hal umum lainnya untuk suatu negara memaksakan untuk memisahkan limitation pada FTC penghasilan
dengan kategori kelas
minimal, penghasilan investasi harus dipisahkan pada dasar kelasnya (perdagangan secara aktif,
penghasilan dari bisnis). kategori lainnya tergantung struktur sistem pajak yang diimplementasikan oleh
suatu negara.
Contoh : United State memisahkan pendapatan menjadi 9 bagian untuk menghitung FTC limitation
INVESTASI DI NEGARA ASING
(LUAR NEGERI)

Pertimbangan terakhir bagi negara-negara dalam merancang sistem kredit pajak luar negeri adalah perlakuan
yang tepat atas investasi oleh warganya di luar negeri. Ketika penduduk atau warga negara (termasuk
perusahaan) dari satu negara melakukan investasi pada perusahaan yang menjalankan bisnis di negara lain,
pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan asing akan dikenakan dua lapisan perpajakan kecuali negara asal
CARRYOVER DAN CARRYBACK
mengizinkan kredit pajak asing terhadap pendapatan dividen yang diterima oleh pemegang saham domestik.
INVESTASI DI NEGARA ASING
(LUAR NEGERI)

tidak ada kredit yang diperbolehkan sampai pendapatan perusahaan asing itu dikenakan pajak pendapatan negara
domestik. haruskah negara asal mengizinkan semua pemegang saham dalam negeri mengkredit pajak asing
terhadap negaranya
atas dividen yang diterima dari perusahaan asing? Jika ya, bagaimana caranya
apakah pemegang saham domestik mengidentifikasi
CARRYOVERjumlah pajak luar negeri yang dibayarkan pada pendapatan
DAN CARRYBACK
yang dibagikan kepadanya sebagai dividen?
INVESTASI DI NEGARA ASING
(LUAR NEGERI)

Bagaimana bisa pemegang saham yang memiliki kurang dari satu persen dari saham beredar perusahaan asing,
untuk memperoleh informasi yang diperlukan tentang pajak penghasilan luar negeri dibayar atas pendapatan
yang dibagikan sebagai dividen? Mungkin karena khawatir akan hal ini , banyak negara mengizinkan kredit
pajak luar negeri hanya untuk dividen dari korporasi asing dimana pemegang saham dalam negeri memiliki stok
saham dalam jumlah besar (misalnya lebih dari 10%) DAN CARRYBACK
CARRYOVER
Controlled Foreign Corporation (CFC)

ControlledCARRYOVER
Foreign Corporation (CFC) adalah perusahaan yang berkedudukan di
DAN CARRYBACK
luar negeri (offshore company) yang kepemilikannya dikuasai oleh Wajib Pajak
Dalam Negeri. Dasar hukum pemajakan CFC adalah Pasal 18 ayat (2) Undang-
Undang PPh. Ketentuan lebih lanjut diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
nomor 93/PMK.03/2019.
Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang Pajak Penghasilan menjelaskan
bahwa :

Menteri Keuangan berwenang menetapkan saat diperolehnya dividen oleh Wajib


Pajak Dalam Negeri atas penyertaan modal pada badan usaha di luar negeri selain
badan usaha yang menjual
CARRYOVER sahamnya
DAN di bursa efek, dengan ketentuan sebagai
CARRYBACK
berikut:

a. besarnya penyertaan modal Wajib Pajak Dalam Negeri tersebut paling rendah
50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang disetor; atau

b. secara bersama-sama dengan Wajib Pajak Dalam Negeri lainnya memiliki


penyertaan modal paling rendah 50% (lima puluh persen) dari jumlah saham yang
disetor.
Contoh

PT JKL yang merupakan wajib pajak dalam negeri pada tahun akhir Tahun Pajak 2018 memiliki
penyertaan modal langsung sebesar 65% dari jumlah saham yang disetor VWX Ltd. di negara D. Saham
VWX Ltd. tidak diperdagangkan di bursa efek. Pada tahun pajak 2018, VWX Ltd. memperoleh
penghasilan tertentu dengan nilai bruto sebesar USD80.000. Biaya terkait penghasilan tertentu tersebut
sebesar USD25.000 dan bagian PPh terkait penghasilan tertentu tersebut sebesar USD5.000.
. Nilai kurs USD terhadap rupiah yang berlaku pada tanggal 30 September 2019 adalah Rp11.500/USD.
Contoh

A.Saat Penetapan Diperolehnya deviden


Saat diperolehnya deemed dividend atas penyertaan modal langsung wajib pajak dalam negeri pada
BULN nonbursa terkendali langsung ditetapkan pada akhir bulan keempat setelah berakhirnya batas waktu
kewajiban penyampaian surat pemberitahuan (SPT) tahunan PPh bagi BULN nonbursa terkendali
langsung untuk tahun pajak yang bersangkutan.

Tahun pajak VWX Ltd. adalah 1 Januari s.d. 31 Desember 2018 dan batas waktu kewajiban penyampaian
SPT tahunan PPh untuk tahun pajak dimaksud di negara tersebut paling lambat 31 Mei 2019, sehingga
saat diperolehnya deemed dividend bagi PT JKL atas penyertaan modalnya pada VWX Ltd. adalah 30
September 2019
Contoh

B. Besarnya Dividen yang ditetapkan dan Pelaporan


Besarnya deemed dividend dihitung dengan cara mengalikan persentase penyertaan modal wajib pajak
dalam negeri pada BULN nonbursa terkendali langsung dengan dasar pengenaan deemed dividend. Dasar
pengenaan deemed dividend tersebut adalah jumlah neto setelah pajak atas penghasilan tertentu BULN
nonbursa terkendali langsung.

Dengan demikian, besarnya deemed dividend tahun 2019 yang diperoleh PT JKL adalah:
= 65% x (USD80.000 - USD25.000 - USD5.000)
= USD32.500.
Deemed dividend tersebut wajib dilaporkan oleh PT JKL dalam SPT tahunan PPh tahun pajak 2019
sebesar:
= USD 32.500 x Rp11.500/USD
= Rp373.750.000.
Contoh

C.Pengkreditan Pajak LN atas Dividen yang dibayarkan

Peraturan Menteri Keuangan nomor 107/PMK.03/2017 juga mengatur tata cara penghitungan PPh Pasal
24 atau kredit pajak luar negeri. Peraturan ini menggantikan Keputusan Menteri Keuangan nomor
164/KMK.03/2002.
Wajib Pajak dalam negeri dapat mengkreditkan pajak penghasilan yang telah dibayar atau dipotong atas
dividen yang diterima dari BULN Nonbursa terkendali langsung pada Tahun Pajak dibayarnya atau
dipotongnya pajak penghasilan tersebut.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai