Anda di halaman 1dari 17

KONSEP DASAR PAJAK

INTERNASIONAL
Pertemuan ke:

01 Fakultas

BISNIS
Team Dosen
Perpajakan Internasional
Program Studi

Akuntansi
Manajemen
Ilmu Adminitrasi Niaga

TIEM PENGAMPUH MK PERPAJAKAN INTRNASIONAL FB BISNIS UBD


Defenisi
Pengertian Pajak Internasional :

“Pajak Internasional adalah kesepakatan perpajakan yang berlaku di antara


negara yang mempunyai Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dan
pelaksanaanya dilakukan dengan niat baik sesuai dengan Konvensi Wina (Pacta
Sunservanda).”

Secara umum, ketentuan pajak internasional suatu negara meliputi 2 (dua)


dimensi luas yaitu:
1.   Pemajakan terhadap wajib pajak dalam negeri (WPDN) atas penghasilan dari
luar negri, dan
2.  Pemajakan terhadap wajib pajak luar negri (WPLN) atas penghasilan dari
dalam negeri(domestik).

@adt_lotu Kreativitas Membangkitkan 2


<s Menu Akhiri > Inovasi
Defenisi
Tujuan Kebijakan Perpajakan Internasional :

Tujuan yang ingin dicapai yaitu memajukan perdagangan antar


negara, mendorong laju investasi di masing-masing negara,
pemerintah berusaha untuk meminimalkan pajak yang menghambat
perdagangan dan investasi tersebut. Salah upaya untuk
meminimalkan beban tersebut adalah dengan melakukan
penghindaraan pajak berganda internasional.

@adt_lotu Kreativitas Membangkitkan 3


<s Menu Akhiri > Inovasi
Prinsip-Prinsip Pemajakan Internasional
Doernberg (1989) menyebut 3 unsur netraliats yang harus dipenuhi dalam kebijakan
pemajakan internasional:
1. Capital Export Neutrality (Netralitas Pasar Domestik): Kemanapun kita berinvestasi,
beban pajak yang dibayar haruslah sama. Sehingga tidak ada bedanya bila kita
berinvestasi di dalam atau luar negeri. Maka jangan sampai bila berinvestasi di luar
negeri, beban pajaknya lebih besar karena menanggung pajak dari dua negara. Hal
ini akan melandasi UU PPh Psl 24 yang mengatur kredit pajak luar negeri.
2. Capital Import Neutrality (Netralitas Pasar Internasional): Darimanapun investasi
berasal, dikenakan pajak yang sama. Sehingga baik investor dari dalam negeri atau
luar negeri akan dikenakan tarif pajak yang sama bila berinvestasi di suatu negara.
Hal ini melandasi hak pemajakan yang sama dengan Wajib Pajak Dalam Negeri
(WPDN) terhadap permanent establishment (PE) atau Badan Usaha Tetap (BUT)
yang dapat berupa cabang perusahaan ataupun kegiatan jasa yang melewati time-test
dari peraturan yang berlaku.

@adt_lotu Kreativitas Membangkitkan 4


<s Menu Akhiri > Inovasi
Prinsip-Prinsip Pemajakan Internasional
3. National Neutrality: Setiap negara, mempunyai bagian pajak atas
penghasilan yang sama. Sehingga bila ada pajak luar negeri yang tidak bisa
dikreditkan boleh dikurangkan sebagai biaya pengurang laba.

@adt_lotu Kreativitas Membangkitkan 5


<s Menu Akhiri > Inovasi
Pemajakan Transaksi Lintas Negara
1. Global Principle

Pemajakan berganda terjadi karena benturan antar klaim pemajakan. Hal ini
karena adanya prinsip pemajakan global untuk wajib pajak dalam negeri
(global principle) dimana penghasilan dari luar negeri dan dalam negeri
dikenakan pajak oleh negara residen (negara domisili wajib pajak).

2. Source Principle

Selain itu, terdapat pemajakan teritorial (source principle) bagi wajib pajak
luar negeri (WPLN) oleh negara sumber penghasilan dimana penghasilan
yang bersumber dari negara tersebut dikenakan pajak oleh negara sumber.
Hal ini membuat suatu penghasilan dikenakan pajak dua kali, pertama oleh
negara residen lalu oleh negara sumber
@adt_lotu Kreativitas Membangkitkan 6
<s Menu Akhiri > Inovasi
Kasus
Kasus 1 :
Misalnya: PT A punya cabang di Jepang. Penghasilan cabang di Jepang dikenakan pajak oleh
fiskus Jepang. Lalu di Indonesia penghasilan itu digabung dengan penghasilan dalam negeri
lalu dikalikan tarif pajak UU domestik Indonesia.

Kasus 2 :
Misalnya: Mr. A bekerja di Indonesia lebih dari 183 hari namun setiap sabtu dan minggu ia
pulang ke rumahnya di Singapura. Mr. A dianggap WPDN oleh Indonesia dan juga Singapura
sehingga untuk wajib melapor dan membayar pajak untuk penghasilan globalnya pada
Indonesia maupun Singapura.

Pengenaan pajak oleh dua yurisdiksi perpajakan terhadap satu jenis penghasilan inilah yang
biasanya menimbulkan pengenaan pajak berganda, sehingga perlu diatur dalam suatu
persetujuan antara negara sumber dan negara domisili.

@adt_lotu Kreativitas Membangkitkan 7


<s Menu Akhiri > Inovasi
Konsep Juridical Versus Economic Double Taxation
Pasal 23A dan 23B model P3B OECD membedakan antara pajak berganda
yuridis (juridical double taxation) dengan pajak ganda ekonomis (economic
double taxation).
Pajak berganda yuridis
Terjadi apabila atas penghasilan yang sama yang diterima oleh orang yang sama
dikenakan pajak oleh lebih dari satu negara,
Contoh :
Pemajakan badan usaha (atau perusahaan induk) oleh suatu Negara dan pemajakan atas
pemegang saham (atau perusahaan anak) oleh negara lain bukanlah suatu pajak
berganda karena mereka merupakan dua subjek hukum yang berbeda.
Secara ekonomis PBI terjadi dalam kasus badan dengan pemegang sahamnya karena
mereka merupakan satu kesatuan ekonomis.
** (Organisation for Economic Co-operation and Development/Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan
Ekonomi)
@adt_lotu
<s MenuAkhiri >
Kreativitas Membangkitkan 8
Inovasi
Konsep Juridical Versus Economic Double Taxation
Pajak berganda ekonomis
Terjadi apabila dua orang yang berbeda (secara hukum) dikenakan pajak atas
suatu penghasilan yang sama (atau identik).

Contoh :
Pajak bergganda ekonomis dapat terjadi apabila penghasilan dikenakan pajak
pada persekutuan dan kepada sekutu, atau kepada lembaga wali amanat (trust)
dan pemilik manfaat amanat (beneficiaries), dan pemajakan penghasilan pada
keluarga dan anggota keluarga.

@adt_lotu Kreativitas Membangkitkan 9


<s Menu Akhiri > Inovasi
Hukum Pajak Internasional
Hukum Pajak Internasional terbagi 2 , yaitu :
1. Dalam arti Sempit :
“ Kaedah-kaedah norma hukum perselisihan yang didasarkan
pada hukum antar bangsa (hukum internasional).”

2. Dalam arti Luas:


“ Kaedah-kaedah hukum antar bangsa ini ditambah peraturan
nasional yang mempunyai obyek hukum perselisihan,
khususnya tentang perpajakan.”

@adt_lotu Kreativitas Membangkitkan 10


<s Menu Akhiri > Inovasi
Hukum Pajak Internasional
Hukum Pajak Internasional merupakan suatu kesatuan hukum yang mengupas
suatu persoalan yang diatur dalam Undang-undang nasional mengenai :
1. Pengenaan pajak terhadap orang-orang luar negeri;
2. Peraturan-peraturan nasional untuk menghindari pajak ganda;
3.  Traktat-traktat.

Menurut Negara-negara Anglo Saxon, hukum Pajak Internasional dibagi sebagai


berikut :
1. Hukum Pajak Nasional mengatur Hukum Pajak Luar Negeri (National
External Tax Law);
2.  Hukum Pajak Luar Negeri (Foreign Tax law);
3.  Hukum Pajak Internsional (Internasioanal Tax Law).

@adt_lotu Kreativitas Membangkitkan 11


<s Menu Akhiri > Inovasi
Hukum Pajak Internasional
National External Tax Law
Bagian dari hukum pajak nasional yang memuat ketentuan-ketentuan mengenai
pengenaan pajak yang mempunyai daya kerja sampai di luar batas-batas negara karena
terdapat unsur-unsur asing, baik mengenai obyeknya (sumber ada di luar negeri)
maupun mengenai subyeknya (subyek ada di Luar Negeri).
 
Foreign Tax Law
Keseluruhan perundang-undangan dan peraturan-peraturan dari negara-negara yang ada
di seluruh dunia.
 
Internasional Tax Law
Internasional Tax Law dibedakan :
1. Dalam arti sempit dan,
2. Dalam arti luas.

@adt_lotu Kreativitas Membangkitkan 12


<s Menu Akhiri > Inovasi
Hukum Pajak Internasional
Hukum Pajak Internasional dalam arti sempit
merupakan keseluruhan kaedah pajak yang berdasarkan prinsip-prinsip hukum
pajak yang telah lazim diterima baik oleh Negara-negara di Dunia, mempunyai
tujuan mengatur soal perpajakan antara negara yang saling mempunyai
kepentingan.

Hukum Pajak Internasional dalam arti luas


Keseluruhan kaedah baik yang berdasarkan traktat-traktat, konvensi-konvensi,
dan prinsip hukum pajak yang diterima baik oleh negara-negara di
Dunia,maupun kaedah-kaedah nasional yang mempunyai sebagai obyeknya
pangenaan pajak dalam mana dapat ditunjukan adanya unsur-unsur asing, hal
mana mungkin dapat menimbulkan bentrokan antara dua negara atau lebih.

@adt_lotu Kreativitas Membangkitkan 13


<s Menu Akhiri > Inovasi
Kaedah Hukum Pajak Nasional/Inilateral
Kaedah Hukum Pajak Nasional/Unilateral mengandung usur asing, antara lain :
1. Pasal 32 A UU PPh tentang, Pemerintah berwenang untuk melakukan perjanjian
dengan negara lain dalam rangka penghindaran pajak berganda dan pencegahan
pengelakan pajak.”;
2. Pasal 2 UU PPh, tentang : Subjek Pajak Luar Negeri dan Bentunk Usaha Tetap
(BUT);
3. Pasal 2 UU PPh, tentang: Tidak Termasuk Subyek Pajak;
4. Pasal 5 ayat (2) UU PPh tentang: Peraturan Perpajakan Nasional (Pasal 3 UU PPh)
tentang: Tidak Termasuk Subyek Pajak,
5. Pasal 3 UU PPh tentang: Tidak Termasuk Subjek Pajak Usaha Tetap;
6. Pasal 18 UU PPh) tentang: Hubungan Istimewa, Bilamana Terdapat Ketidakwajaran
dalam Perpajakan;
7. Pasal 24 UU PPh) tentang: Kredit Pajak Luar Negeri;
8. Pasal 26 UU PPh) tentang: Pemotongan Pajak atas Subjek Pajak Luar Negeri yang
memperoleh penghasilan dari Indonesia.
@adt_lotu Kreativitas Membangkitkan 14
<s Menu Akhiri > Inovasi
Kaedah Hukum Pajak Nasional/Inilateral
Kaedah-kaedah yang berasal dari traktat:
a. Perjanjian bilateral;
b. Perjanjanjian ini diwujudkan dengan adanya Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda
(P3B).
c.  Perjanjian multirateral

Contoh : Perjanjian ini seperti Konvensi Wina.

Sebagai induk dari perjanjian internasional, Konvensi Wina berisi pengaturan perjanjian
internasional, baik secara teknis maupun substansi antara lain mengatur tentang tanda
sebuah negara menyatakan mengikatkan diri kepada suatu treaty, prosedur bagaimana
suatu negara akan mengikatkan diri kepada suatu treaty, entry into force (berlaku) dari
suatu treaty, hubungan undang-undang domestik dan treaty, aturan umum untuk
memberi interpretasi dari suatu treaty dll.

@adt_lotu Kreativitas Membangkitkan 15


<s Menu Akhiri > Inovasi
Non Diskriminasi
Ketentuan non diskriminasi dimaksudkan untuk memberikan perlindungan di
bidang perpajakan bagi warganegara dari suatu negara treaty partner yang
melakukan kegiatan di negara treaty partner lainnya. perlindungan yang dimaksud
adalah warga negara dari negara treaty partner lainnya dibandingkan warga negara
di negara itu dalam keadaan atau kondisi yang sama (the same circumstances).

Ketentuan non diskriminasi itu berlaku atas suatu bentuk usaha tetap dari
perusahaan yang adalah penduduk dari suatu negara treaty partner lainnya atau
perusahaan penanaman modal di negara itu yang modalnya sebagian atau
seluruhnya dimiliki atau dikuasai baik langsung maupun tidak langsung oleh
penduduk dari negara yang disebutkan pertama. Namun, ketentuan ini tidak
mewajibkan negara treaty partner lainnya memberikan keringanan (allowances),
potongan (reliefs) ataupun pengurangan (deductions) pengenaan pajak kepada warga
negara atau penduduk dari negara yang disebutkan pertama di atas.

@adt_lotu Kreativitas Membangkitkan 16


<s Menu Akhiri > Inovasi
Terima Kasih
Team Dosen Perpajakan Internasional

Anda mungkin juga menyukai