INTERNASIONAL
Pertemuan ke:
01 Fakultas
BISNIS
Team Dosen
Perpajakan Internasional
Program Studi
Akuntansi
Manajemen
Ilmu Adminitrasi Niaga
Pemajakan berganda terjadi karena benturan antar klaim pemajakan. Hal ini
karena adanya prinsip pemajakan global untuk wajib pajak dalam negeri
(global principle) dimana penghasilan dari luar negeri dan dalam negeri
dikenakan pajak oleh negara residen (negara domisili wajib pajak).
2. Source Principle
Selain itu, terdapat pemajakan teritorial (source principle) bagi wajib pajak
luar negeri (WPLN) oleh negara sumber penghasilan dimana penghasilan
yang bersumber dari negara tersebut dikenakan pajak oleh negara sumber.
Hal ini membuat suatu penghasilan dikenakan pajak dua kali, pertama oleh
negara residen lalu oleh negara sumber
@adt_lotu Kreativitas Membangkitkan 6
<s Menu Akhiri > Inovasi
Kasus
Kasus 1 :
Misalnya: PT A punya cabang di Jepang. Penghasilan cabang di Jepang dikenakan pajak oleh
fiskus Jepang. Lalu di Indonesia penghasilan itu digabung dengan penghasilan dalam negeri
lalu dikalikan tarif pajak UU domestik Indonesia.
Kasus 2 :
Misalnya: Mr. A bekerja di Indonesia lebih dari 183 hari namun setiap sabtu dan minggu ia
pulang ke rumahnya di Singapura. Mr. A dianggap WPDN oleh Indonesia dan juga Singapura
sehingga untuk wajib melapor dan membayar pajak untuk penghasilan globalnya pada
Indonesia maupun Singapura.
Pengenaan pajak oleh dua yurisdiksi perpajakan terhadap satu jenis penghasilan inilah yang
biasanya menimbulkan pengenaan pajak berganda, sehingga perlu diatur dalam suatu
persetujuan antara negara sumber dan negara domisili.
Contoh :
Pajak bergganda ekonomis dapat terjadi apabila penghasilan dikenakan pajak
pada persekutuan dan kepada sekutu, atau kepada lembaga wali amanat (trust)
dan pemilik manfaat amanat (beneficiaries), dan pemajakan penghasilan pada
keluarga dan anggota keluarga.
Sebagai induk dari perjanjian internasional, Konvensi Wina berisi pengaturan perjanjian
internasional, baik secara teknis maupun substansi antara lain mengatur tentang tanda
sebuah negara menyatakan mengikatkan diri kepada suatu treaty, prosedur bagaimana
suatu negara akan mengikatkan diri kepada suatu treaty, entry into force (berlaku) dari
suatu treaty, hubungan undang-undang domestik dan treaty, aturan umum untuk
memberi interpretasi dari suatu treaty dll.
Ketentuan non diskriminasi itu berlaku atas suatu bentuk usaha tetap dari
perusahaan yang adalah penduduk dari suatu negara treaty partner lainnya atau
perusahaan penanaman modal di negara itu yang modalnya sebagian atau
seluruhnya dimiliki atau dikuasai baik langsung maupun tidak langsung oleh
penduduk dari negara yang disebutkan pertama. Namun, ketentuan ini tidak
mewajibkan negara treaty partner lainnya memberikan keringanan (allowances),
potongan (reliefs) ataupun pengurangan (deductions) pengenaan pajak kepada warga
negara atau penduduk dari negara yang disebutkan pertama di atas.