PENGANTAR PERPAJAKAN
INTERNASIONAL
Ilmu pengetahuan terus berkembang demikian pula dengan
teknologi semua bergerak maju. Kemajuan komunikasi juga bersanding
lurus dengan kemajuan teknologi. Perekonomian juga bergerak cepat
mengikuti laju perkembangan teknologi, pengetahuaan dan ilmu pengetahuan.
Wajib pajak dalam negeri bisa jadi telah dipotong pajak atas penghasilan
yang berasal dari luar negeri di negara sumber penghasilan. Persoalan timbul
ketika penghasilan luar negeri yang telah dikenai pajak di luar negeri
dikenakan lagi pajak di Indonesia, hal ini menimbulkan pengenaan pajak
berganda atas objek penghasilan yang sama.
WN KOREA WP DN
Selain itu wajib pajak juga kesulitan menentuka persentase tarif pajak yang
hendaknya diterapkan. Besarnya tarif ini di pengaruhi dengan perjanjian
penghindaran pajak berganda antar ke dua negara yang melakukan transaksi
bisnis.
I
UU PAJAK
N
NEGARA LAIN TAX TREATY
T
(P3B)
E
R
UU PAJAK
N DOMESTIK
A
S
I
O
N
A
L
Perluasan Pemajakan
Netralitas (Neutrality)
Penerimaan ( Revenue)
Peratanyaannya:
Prof. Dr.P.J.A.Adriani
Hukum pajak internasional adalah keseluruhan peraturan yang mengatur
tata tertib hukum dan yang mengatur soal penyedotan daya beli itu di
masyarakat. Hukum pajak internasional merupakan suatu kesatuan hukum
yang mengupas suatu persoalan yang diatur dalam undang-undang nasional
mengenai :
Anglo Sakson
Di negara-negara Anglo Sakson berlaku pengertian yang terperinci tentang
hukum pajak internasional, yang dibedakan antara :
Penjualan 60 M
HPP 40 M
GP 20 M
Expend 10 M
Earning After
Tax 7,8 M
Bagi deviden (5 M) = PPh Pasal 4 ayat 2= 10%x 2,5M= 250 juta utk Tn B
Bagi deviden (5 M) = PPh Pasal 4 ayat 2= 10%x 2,5M= 250 juta utk Tn C
1. Asas Domisili
2. Asas Sumber
3. Asas Kewarganegaraan
5. Asas Teritorial
Dimensi pertama merujuk pada pemajakan atas penghasilan dari dalam negeri
(domestik). Dimensi pertama merujuk pada pemajakan atas penghasilan luar
negeri atau transaksi keluar batas (outward) karena pada umumnya
melibatkan eksportasi modal ke manca negara sedangkan dimensi kedua
menunjuk pada pemajakan atas penghasilan domestik atau transaksi ke
dalam batas negara (inward). Karena umumnya melibatkan importasi modal
dari manca negara.
Domisili Fiskal
1. Tempat tinggal
Sesuai pasal 2 ayat (3) UU PPh, criteria dari subjek pajak dalam negeri
adalah sebagai berikut:
· Subjek pajak orang pribadi dalam negeri menjadi wajib pajak apabila telah
menerima atau memperoleh penghasilan yang besarnya melebihi PTKP.
Orang pribadi bertempat tinggal di Indonesia lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan, orang pribadi yang dalam sat tahun pajak berada di
Indonesia, dan mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.
· Subjek pajak dalam negeri menjadi wajib pajak sejak saat didirikan
atau bertempatkedudukan di Indonesia.
Subjek pajak luar negeri, baik orang pribadi maupun badan sekaligus
merpakan wajib pajak karena menerima dan/atau memperoleh penghasilan
yang bersumber dari Indonesia atau menerima dan/atau memperoleh
penghasilan yang bersumber dari Indonesia melalui Bentuk Usaha Tetap di
Indonesia.
Wajib pajak luar negeri hanya akan dikenakan pajak atas penghasilan
yang diterima tau diperoleh bersumber dari Indonesia saja. Pasal 26 UU PPh
mengatur tentang potongan pajak sebesar 20% atas oenghasilan wajib
pajak luar negeri.
Orang pribadi atau instansi yang tidak termask objek pajak menurut
ketentuan UU PPh adalah:
Salah satu jenis pajak yang berlaku di Indonesia dan memiliki peranan
penting dalam penerimaan negara adalah Pajak Penghasilan (PPh) yang
pertama kali diberlakukan pada tahun 1984 berdasarkan Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1983.
Pajak Penghasilan adalah pajak subjektif di mana jenis pajak ini bisa
dikenakan apabila syarat subjektif dan objektif terpenuhi bagi orang atau
badan. Pada umumnya hampir semua orang atau badan di Indonesia akan
memenihi syarat subjektif dan jika orang atau badan ini memperoleh
penghasilan maka syarat objektif juga terpenuhi.
Jika subjek pajak yang dikenakan PPh adalah WNI yang penghasilannya
berasal dari Indonesia juga, maka tidak ada aspek pajak internasional dalam
kasus ini. Namun demikian, karena definisi subjek pajak tidak dikaitkan
dengan kewarganegaraan maka terdapat kemungkinan ada warga Negara
asing atau badan asing yang dikenakan kewajiban Pajak Penghasilan di
Indonesia. Dalam kasus seperti ini, Pajak Penghasilan sudah menyentuh
aspek pajak internasional.
Aspek pajak internasional juga akan terjadi bila seorang WNI atau badan
Indonesia menerima atau memperoleh penghasilan dari luar negeri. Hal ini
disebabkan karena Pajak Penghasilan Indonesia menerapkan prinsip
worldwide income sehingga penghasilan dari luar negeri di atas juga
merupakan objek Pajak Penghasilan Indonesia.
Soal Teori
1. Terangkan dan Jelaskan Definisi Pajak
Internasional?
2. Ada berapa azas Perpajakan Internasional Jelaskan
menurut saudara ?
3. Pajak Internasional bertujuan untuk membagi hak
pemajakan secara adil, sebutkan dan jelaskan
dampak ekonomi yang akan terjadi jika adanya
pemajakan berganda?
4. Metode apa saja yang digunakan untuk
menghindari perpajakan Internasional? Dan
Jelaskan dengan perhitungan?
5. Sebutkan Perbedaaan WP Luar Negeri dan WP
Dalam Negeri, Jabarkan ?